• Tidak ada hasil yang ditemukan

tinjauan yuridis terhadap pemberian izin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "tinjauan yuridis terhadap pemberian izin"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

Tinjauan Hukum Pemberian Izin Pernikahan Beda Agama dalam Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya (Studi Penetapan Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby). PEMBERIAN IZIN PERKAWINAN ANTAR AGAMA DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN NEGARA SURABAYA (Studi Putusan No. 916/Pdt.P/2022/PN.Sby).

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji penilaian hukum terhadap temuan hukum dalam pertimbangan hakim baik formil maupun materil mengenai pemberian izin perkawinan beda agama dalam penetapan nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby pada Pengadilan. Pengadilan Negeri Surabaya. Oleh karena itu, penelitian mengenai permasalahan tersebut dituangkan dalam tesis yang berjudul “TINJAUAN HUKUM PEMBERIAN IZIN.

Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sehingga penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan putusan pengadilan tentang perkawinan beda agama.

Penelitian Terdahulu

Jurnal di atas berfokus pada peraturan perundang-undangan, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti berfokus pada alasan kekhawatiran hukum hakim terhadap diperbolehkannya perkawinan beda agama dalam putusannya. Persamaan tesis ini dengan penelitian peneliti adalah persamaan antara penelitian perkawinan beda agama ditinjau dari landasan hukum.

Metode Penelitian

  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Data dan Sumber Data a. Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data
  • Pengecekan Keabsahan Data

Subjek penelitian ini adalah pertimbangan hakim dalam Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby dari segi hukum. Metode yang digunakan peneliti adalah dengan mempelajari, mengkaji dan menganalisis dokumen resmi berupa Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby tentang permohonan perkawinan beda agama, kitab dan peraturan yang relevan dengan penelitian.

Sistematika Pembahasan

Sedangkan subbab analisis merupakan bab inti penelitian yaitu analisis hukum perizinan perkawinan beda agama dalam Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 916/Pdt.P/2022/PN. Sby. Pada subbab ini, peneliti melakukan analisis hukum formal dan substantif terhadap temuan tersebut, sejalan dengan kajian teoritis pada Bab II.

Sumber Hukum

Pengertian Sumber Hukum

Hukum Materiil

Hukum Formil

Penemuan Hukum

Pengertian Penemuan Hukum

Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa penemuan hukum adalah suatu proses di mana ketentuan-ketentuan hukum yang bersifat umum (das sollen) dikonkretkan atau diindividualisasikan melalui ingatan terhadap peristiwa-peristiwa konkrit yang khusus (das sein). Penemuan hukum adalah proses pengambilan keputusan hukum tertentu yang secara langsung menimbulkan akibat hukum atas suatu keadaan tertentu (keputusan pengadilan, keputusan, akta notaris, dan lain-lain).

Ruang Lingkup Penemuan Hukum

Dengan demikian, semua perkara memerlukan metode penemuan hukum agar hukum dapat diterapkan secara tepat pada perkara tersebut. Mampu melaksanakan putusan hukum yang diinginkan, yang meliputi aspek keadilan, kepastian hukum, dan kesesuaian.

Metode Penemuan Hukum

Hakim hanyalah penyampai hukum (bouche de la loi), oleh karena itu hakim tidak dapat mengubah, menambah atau mengurangi kekuatan hukum undang-undang. Penemuan hukum oleh hakim tidak hanya sekedar penerapan peraturan perundang-undangan pada peristiwa tertentu, tetapi juga sekaligus menetapkan dan menciptakan hukum. Contohnya adalah pengenaan denda yang berbeda dengan yang diatur dalam KUHP, yaitu melalui penafsiran.

Penafsirannya dengan memperhatikan aturan mengenai bunyi ketentuan lain, baik undang-undang ini maupun undang-undang lainnya. Yakni penafsiran yang jelas terhadap makna kata yang diberikan pembentuk undang-undang, misalnya Pasal 48 KUHP: “malam” berarti waktu antara matahari terbenam dan matahari terbit. Merupakan suatu cara penemuan hukum dimana hakim mencari peristiwa-peristiwa yang lebih umum dalam undang-undang atau perbuatan, baik yang diatur dalam undang-undang maupun tidak.

Konsep Hukum Progresif 1. Pengertian Hukum Progesif

Karakteristik Hukum Progesif

Karakteristik Penemuan Hukum Yang Progesif

Pengaturan Perkawinan Beda Agama di Indonesia

  • Perkawinan Beda Agama dalam Hukum Positif Indonesia
  • Perkawinan Beda Agama Menurut Masing-Masing Agama
  • Pengertian Maqāṣid al-sharī‘ah
  • Tingkatan Maqāṣid al-Sharī‘ah

30 Mohammad Monib dan Ahmad Nurcholish, Kado Cinta Bagi Pasangan Beda Agama (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Beberapa tahun kemudian, muncul putusan Mahkamah Konstitusi nomor 68 Tahun 2014 yang menolak permohonan perkawinan beda agama. Pernikahan beda agama setelah diputus oleh Mahkamah Konstitusi hakim nomor 68/PUU-XII/2014 merupakan putusan final dan tidak dapat dimintai banding karena putusan Mahkamah Konstitusi merupakan putusan pertama dan terakhir dalam permohonan pengujian Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan.

Pernikahan beda agama menurut agama Protestan, pada dasarnya agama Protestan mengharuskan pemeluknya untuk menikah dengan orang yang seagama karena tujuan utama pernikahan adalah untuk bahagia, sehingga hal tersebut sulit tercapai jika suami dan istri tidak memiliki kesamaan. keyakinan . Namun, ada juga gereja tertentu yang menyetujui pernikahan beda agama setelah pihak non-Protestan menyatakan keinginannya untuk masuk agama Protestan.34. Perkawinan beda agama yang salah satu calon pasangannya non-Buddha menurut keputusan sangha tertinggi Indonesia diperbolehkan sepanjang perkawinan dengan cara Budha dilegalkan.

Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby Tentang Permohonan Izin Perkawinan Beda Agama

Deskripsi Duduk Perkara Penetapan Nomor 916/Pdt.P/2022/PN.Sby Tentang Permohonan Izin Perkawinan

Para pemohon berkeinginan untuk saling mencatatkan pernikahannya di hadapan petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surabaya. Pasalnya para pemohon sepakat satu sama lain untuk melangsungkan pernikahan yang dilangsungkan di hadapan petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya. Bahwa para pemohon juga diberitahu mengenai pernikahan tersebut oleh Dinas Kependudukan Kota dan Catatan Sipil Kota Surabaya.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya menyarankan para pemohon untuk mendapatkan penetapan Pengadilan Negeri mengenai tempat tinggal tetap sah para pemohon. Memberikan izin kepada pemohon perkawinan beda agama di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya. Saksi juga menjelaskan, kedua pemohon menikah sesuai agama masing-masing pada Maret 2022 di Surabaya.

Pertimbangan Hukum Hakim Terhadap Pemberian Izin Perkawinan Beda Agama di Pengadilan Negeri Surabaya

Hakim menilai, dengan memperhatikan bukti-bukti dan keterangan saksi yang diajukan para pemohon, jelas bahwa para pemohon ingin melangsungkan perkawinannya secara sah, namun terhalang oleh perbedaan keyakinan/agama masing-masing, yaitu pemohon I. RA) beragama Islam. , sedangkan pemohon II (EDS) beragama Kristen. Hakim berpendapat, sebelum mempertimbangkan pokok permohonan para pemohon, pengadilan terlebih dahulu memeriksa formalitas pengajuan permohonan a quo. Fakta tersebut membuktikan bahwa pengajuan permohonan para pemohon telah sepatutnya diserahkan kepada Pengadilan Negeri Surabaya di wilayah hukum tempat tinggal para pemohon sehingga permohonan formil a quo dapat diterima.

Hakim mempertimbangkan permohonan para pemohon ditambah dengan bukti-bukti surat dan keterangan saksi, dan hakim menyimpulkan bahwa pertanyaan hukum sehubungan dengan permohonan ini adalah apakah Pengadilan Negeri Surabaya dapat memberikan izin kepada para pemohon yang berbeda agama karena masing-masing dari mereka melakukan hal tersebut. tidak bermaksud meninggalkan keyakinan agamanya, dapat melangsungkan perkawinan di hadapan petugas pencatatan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka hakim dapat memperbolehkan para pemohon untuk meresmikan perkawinan antara pemohon I yang beragama Islam dan pemohon II yang beragama Nasrani di hadapan petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya, dengan demikian para pemohon. Permohonan tersebut wajar, sah menurut undang-undang. Selain itu kepada pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya untuk mencatatkan perkawinan para pemohon dalam pencatatan perkawinan setelah memenuhi syarat sah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pandangan Hakim dan Panitera Terhadap Penetapan Perkawinan Beda Agama di Pengadilan Negeri Surabaya

Menurutnya, terkait perkawinan beda agama tentu mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Jadi untuk perkawinan beda agama, jika mengacu pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, belum ada peraturan yang jelas dan khusus yang mengatur perkawinan beda agama. Ia mempunyai alasan untuk meminta agar perkawinan beda agama dilegalkan, namun permintaan Anda dalam petitum menyatakan sah.

Oleh karena itu, menurutnya setiap kasus sama saja, termasuk kasus pernikahan beda agama. Seiring dengan majunya hakim yang mengambil putusan, sumber tersebut mengatakan, pada awalnya semua pokok pikiran hakim dalam mempertimbangkan hukum tertuang dalam putusan yang diserahkan kepada hakim. Sebab dalam surat keputusan tersebut, pencacahan harus dilakukan oleh kantor catatan sipil dengan izin.

Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Izin Perkawinan Beda Agama Dalam Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor

Analisis Penemuan Hukum Terhadap Pertimbangan Hakim Secara Formil Dalam Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor

Namun dalam pertimbangan selanjutnya, huruf (a) Pasal 35 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kependudukan memperbolehkan pencatatan perkawinan beda agama setelah ada putusan pengadilan. UU No. 23 Tahun 2006 tentang Perkawinan Antaragama merupakan kewenangan Pengadilan Negeri. Dalam hal ini telah dilakukan sidang resmi oleh hakim yang menggunakan penafsiran yang dapat dipercaya atau sah, yaitu huruf (a) Pasal 35 UU No. 23 Tahun 2006 sehubungan.

Penafsiran huruf (a) Pasal 35 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kependudukan : “Yang dimaksud dengan “Perkawinan ditentukan oleh pengadilan”. 23 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kependudukan dan dengan penafsiran yang jelas dari pembentuk undang-undang pada huruf (a) Pasal 35 Undang-Undang Pengelolaan Kependudukan Nomor 23 Tahun 2006. Sedangkan pertimbangan formil hakim dengan menggunakan cara penafsiran yang sah atau dapat dipercaya, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kependudukan, Pasal 35 menyatakan bahwa: “Pencatatan perkawinan sebagaimana diatur dalam Pasal 34 berlaku juga bagi: huruf a .

Analisis Penemuan Hukum Terhadap Pertimbangan Hakim Secara Materiil Dalam Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor

Selain itu, hakim juga mempertimbangkan pasal 8 huruf (f) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tidak ada larangan bagi orang yang berbeda agama. Dengan dasar bahwa keinginan para Pemohon untuk melangsungkan perkawinan antara orang yang berbeda keyakinan tidak termasuk dalam larangan dalam ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Terhadap tata cara perkawinan yang dilakukan oleh Pemohon yang berbeda agama tidak mungkin dilaksanakan menurut agama dan kepercayaannya, hakim mempertimbangkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Selain itu, para pemohon juga mendapat persetujuan untuk melanjutkan perkawinan.44 Berdasarkan hal tersebut, hakim mempertimbangkan fakta hukum dengan mengikuti Pasal 6(1). Pertimbangan hakim yang menerapkan temuan hukum dalam penafsiran teleologis atau sosiologis adalah pertimbangan hakim mempertimbangkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi: “Perkawinan dilarang antara dua orang yang : huruf f. sepakat untuk membentuk keluarga bahagia abadi, oleh karena itu hakim menilai para pemohon telah melepaskan keyakinan agamanya masing-masing, sehingga melarang perkawinan beda agama.56 Berdasarkan penilaian hakim, peneliti menilai keinginan pemohon bukan merupakan suatu hal yang wajar. hambatan perkawinan sebagaimana dalam Pasal 8 huruf (f) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Kesimpulan

Kedua, penafsiran yang sah atau otentik, yaitu menafsirkan dengan jelas perkataan pembentuk undang-undang dalam pasal 35 huruf (a) undang-undang no. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, sehingga hakim memerintahkan Kantor Catatan Sipil untuk mencatatkan perkawinan beda agama. Pertama, penafsiran subsumtif, yaitu hakim menyesuaikan atau mencocokkan fakta hukum yang ditemukan dalam persidangan berupa keterangan dan alat bukti dengan teks peraturan perundang-undangan yang konkrit. Kedua, penafsiran logis yang sistematis, yaitu mengaitkan aturan mengenai hak-hak pemohon dan tata cara perkawinan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi permohonan a quo.

Ketiga, penafsiran teleologis atau sosiologis yaitu kemanfaatan dari banyaknya fenomena perkawinan beda agama yang ada di masyarakat dan perbedaan agama bukan merupakan larangan untuk menikah, sehingga penemuan hukum oleh hakim merupakan penemuan hukum yang progresif, dan hakim menemukan hal tersebut. hukum di Sekolah Soziologische Rechtsschule.

Saran

34; Pernikahan beda agama menurut hukum positif dan hukum Islam. Media Syariah: Wahana Kajian Hukum Islam dan Institusi Sosial, 1. 34; Relevansi Pendidikan Hukum dengan Penegakan Hukum Berdasarkan Pancasila Pada Awal Negara. “Ulasan Hukum Soedirman, 4. 34; Sidang Itsbat Bagi Pasutri Siri Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam.” Jurnal Ilmiah Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2.

34; Penafsiran hakim terhadap ketentuan pidana minimum khusus dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. ' Jurnal Hukum dan Keadilan, 3. Suryoutomo, Markus dan Mahmuda Pancawisma Febriharini, 'Temuan Hukum Hakim (Legal Finding) dalam Perkara Perdata Sebagai Aspek Pengisian Lowongan Perkara Hukum. “Jurnal Ilmiah Hukum dan Dinamika Masyarakat, 1.34; Pernikahan Lintas Agama di Indonesia dan Hak Asasi Manusia.” KANAN: Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, 1.

Referensi

Dokumen terkait