• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA ARISAN FIKTIF ONLINE DALAM PENERAPAN PASAL 28 AYAT (1) Jo PASAL 45A AYAT (1) UU ITE (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 1621/Pid.Sus/2022/PN Sby)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA ARISAN FIKTIF ONLINE DALAM PENERAPAN PASAL 28 AYAT (1) Jo PASAL 45A AYAT (1) UU ITE (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 1621/Pid.Sus/2022/PN Sby)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

Adapun ketentuan tindak pidana berita bohong melalui media elektronik diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi:. Dari pengesahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terlihat bahwa berita bohong terbagi menjadi dua bagian.

Rumusan Masalah

Oleh karena itu, penulis meneliti kasus pidana berita bohong yang merugikan korban saat melakukan kejahatan. Dengan melihat konsep penghukuman pelaku dengan aspek yang berbeda menurut hukum positif Indonesia dan aspek non hukum, serta bagaimana penegakan hukum yang baik terhadap pelaku tindak pidana berita bohong yang merugikan korban melalui internet.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perbuatan tersebut, hakim menilai Anggrita terbukti dan sah melakukan tindak pidana “dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik” dengan ancaman hukuman penjara 1 tahun. Untuk mengetahui unsur delik berita bohong yang mengakibatkan kerugian bagi korban dalam penerapan Pasal 28(1) yang dibaca dengan Pasal 45A(1) UU ITE.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Manfaat Praktis

Kajian Pustaka

Hukum Pidana

Hukum pidana terdiri dari norma-norma yang mempunyai syarat-syarat dan larangan-larangan yang diikatkan (oleh pembentuk undang-undang) dengan suatu sanksi yang berupa hukuman, yaitu penderitaan khusus. Hak negara dan alat-alat kekuasaannya untuk menghukum, yaitu hak yang diperolehnya dari peraturan-peraturan yang ditentukan secara obyektif oleh hukum pidana.

Tinjauan Umum Tindak Pidana Arisan Fiktif Online

KUHP dan Komentarnya Artikel vir Artikel, (Suka bumi, Politeia Bogor, 1988), hal. 261. Soesilo, KUHP dan Komentarnya Artikel vir Artikel, (Sukabumi, Politeia Bogor, 1988), hal. 258 Soesilo, KUHP dan Komentarnya Artikel vir Artikel, (Suka Bumi, Politeia Bogor, 1988), hal. 258.

UU berita bohong sendiri diatur dalam Pasal 28 ayat (1) berdasarkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang menyatakan: 1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang merugikan konsumen dalam transaksi elektronik.37.

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Tipe Penelitian
  • Pendekatan Masalah
  • Sumber Bahan Hukum
  • Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum
  • Pengelolaan Bahan Hukum
  • Sistematika Penulisan

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti buku, hasil penelitian, manuskrip, makalah, artikel, surat kabar, internet yang berkaitan dengan objek permasalahannya. Bahan hukum tersier merupakan petunjuk penjelasan terhadap bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang bersumber dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Untuk memudahkan pembahasan maka akan dikumpulkan beberapa bahan hukum melalui proses yang bertahap, pertama dari sumber tertulis yang berasal dari peraturan perundang-undangan dan tulisan lain sebagai pendukung peraturan perundang-undangan, maka dalam penelitian ini setelah bahan hukum dikumpulkan dikumpulkan, kemudian diolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. kajian penulis dengan perlunya dijadikan bahan pembahasan dengan mempelajari dan mengklasifikasikannya dalam setiap bab dan sub bab yang disusun secara berurutan sesuai pokok permasalahan.

Analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian adalah analisis kualitatif, dimana langkah analisis yang dilakukan didasarkan pada langkah berpikir yang logis dan sistematis untuk memperoleh jawaban atas pokok permasalahan yang dirumuskan.

AYAT (1) JO PASAL 45A AYAT (1) A. Pengertian Unsur-Unsur Delik

Unsur Subjektif

Menurut Lamintang, unsur subjektif adalah unsur yang melekat atau berkaitan dengan pelaku dan terkandung dalam hatinya yang berupa kesengajaan. Beda tujuan atau merknya, seperti misalnya ditemukan pada kejahatan seperti pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lain-lain.4.

Unsur Objektif

Jadi, apabila suatu perbuatan mampu memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang dirumuskan dalam pasal undang-undang, maka dalam hal itu sangat perlu dilakukan penyesuaian (bagian/peristiwa) peristiwa tersebut dengan unsur-unsur tindak pidana tersebut. / berlaku. Dalam hal ini unsur-unsur tindak pidananya dipersiapkan terlebih dahulu agar pasal yang diterapkan sesuai dengan tindak pidananya. Bagi tindak pidana hal ini sangat penting, karena delik itu sendiri merupakan bagian penting dari rumusan unsur-unsur dalam peraturan perundang-undangan, dalam hal ini akan memudahkan jaksa, penasehat hukum, hakim untuk memilih pasal mana yang lebih tepat untuk ditindaklanjuti. digunakan dalam tindak pidana.

Tindak pidana formil dan tindak pidana materil merupakan tindak pidana yang didasarkan pada cara ketentuan hukum pidana dirumuskan oleh pembuat undang-undang.

Delik Formil

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut S.R Sianturi dan E.Y Kanter menambahkan secara rinci delik formil yaitu delik formil. Dalam delik formil yang rumusannya harus dirumuskan adalah suatu perbuatan yang dilarang tanpa ada masalah mengenai akibat perbuatan itu, misalnya dalam tindak pidana penghasutan ditinjau dari Pasal 160 KUHP, suap menurut Pasal 160 KUHP. , pencurian ditinjau dari pasal 362. Berdasarkan pasal di atas mempunyai penerapan konkrit sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh P.A.F. Lamintang menjelaskan, yang dimaksud dengan delik formil adalah tindak pidananya telah selesai, meskipun tidak ada sebab yang timbul dari perbuatan tersebut.

Soesilo KUHP dan tafsirannya pasal demi pasal, (Suka Bumi, Politeia Bogor, 1988), hal.249.

Delik Materil

Delik substantif adalah suatu tindak pidana yang dilarang oleh undang-undang dan dilakukan, yang mempunyai akibat dari perbuatan itu, barulah dapat dikatakan bahwa perbuatan itu sepenuhnya merupakan tindak pidana (voltvoid).60. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa delik substantif atau yang biasa disebut delik substantif adalah suatu tindak pidana yang rumusannya tidak hanya pelaku tindak pidana yang melanggarnya saja, melainkan juga pelaku tindak pidana yang melanggarnya. harus mempunyai akibat akibat perbuatannya sehingga merugikan masyarakat. Barangsiapa dengan sengaja mengambil jiwa orang lain, diancam dengan pidana makar dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.61.

Unsur delik berita bohong yang merugikan konsumen dalam penerapan pasal 28 ayat (1) juncto pasal 45A ayat (1) UU ITE Konsumen dalam penerapan pasal 28 ayat (1) juncto Pasal 45A ayat (1) UU ITE.

Unsur-Unsur Delik Berita Bohong Yang Mengakibatkan Kerugian Konsumen Pada Penerapan Pasal 28 ayat (1) jo Pasal 45A ayat (1) UU ITE.Konsumen Pada Penerapan Pasal 28 ayat (1) jo Pasal 45A ayat (1) UU ITE

  • Unsur-Unsur Delik Pasal 28 ayat (1) Jo Pasal 45A ayat (1) UU ITE Berdasarkan normatifnya dalam perundang-undangan nomor 11 tahun

Setiap orang yang dengan sengaja dan tidak adil menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama enam (enam) tahun dan/atau denda sebesar hingga setengah tahun. maksimal Rp 1.000. Pengertian konsumen dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE mengacu pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999.75. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur ​​mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan diperdagangkan berdasarkan ketentuan baku mutu barang atau jasa yang berlaku.

Kasus Posisi

50.000 (lima puluh ribu rupiah), sampai dengan Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah), maka saksi Happy Hardiyanti dengan penawaran ini tertarik dan mengikuti Arisan Cinta sebanyak 44 (empat puluh empat slot) pada tanggal 12 Juli s/d 29 September 2021 dan saksi Happy Hardiyanti telah memperoleh keuntungan sebesar 34 (tiga puluh -empat) slot, sedangkan sisanya 10 (sepuluh) slot belum terbayar dengan total nilai nominal Rp. Sekitar tanggal 22 Agustus 2021, saksi Siti Rokhma mengikuti rapat sosial sistem dous/investasi yang ditawarkan tersangka, dimana saksi Siti Rokhma selaku investor menyumbangkan sejumlah uang dengan cara transfer BNI 726646694 atas nama Anggrita Putri Khaleda dan seorang Rekening BCA di nomor atas nama Anggrita Putri Khaleda uang. Tergugat akan meminjamkannya kepada peminjam dan menjanjikan sejumlah tertentu dan tergugat akan menerima biaya administrasi senilai Rp50.000 hingga Rp100.000. 6.000.000 akan diganti oleh tergugat dengan total Rp. 8.000.000 dalam waktu 1 bulan, dan selanjutnya oleh tergugat.

Saksi Ayu Rahmawati bersama pemilik akun Instagram @airazulfikar mengikuti pertemuan sosial online melalui media sosial WhatsApp yang diadakan terdakwa Anggrita Putri dengan sistem duos yaitu saksi Ayu Rahmawati selaku penabung memberikan sejumlah uang dengan cara transfer BNI 726646694 atas nama Anggrita Putri Khaleda dan rekening BCA dengan nomor atas nama Anggrita Putri Khaleda dan uang tersebut akan dipinjamkan kepada peminjam oleh tergugat dengan janji keuntungan dan tergugat mendapat biaya administrasi sebesar Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000.

Pertimbangan Hakim dan Putusan Pengadilan

Penyebaran berita palsu dan menyesatkan yang disengaja dan tidak dibenarkan sehingga menimbulkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. Bahwa dari fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, terlihat bahwa perbuatan terdakwa Anggrita Putri Khaleda menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang menimbulkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik adalah terus menerus. Menimbang bahwa karena seluruh unsur Pasal 28(1) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juncto Pasal 45A(1) UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU No. 2008 berkaitan dengan informasi dan transaksi elektronik. Alinea pertama Pasal 65 KUHP sudah terpenuhi.

Menyatakan terdakwa Anggrita Putri Khaleda Als Anggrita Binti H Kasturi terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “terus menerus dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik”.

Tinjauan Yuridis

Ia menghukum terdakwa Anggrita Putri Khaleda Als Anggrita Binti H Kasturi dengan hukuman 1 (satu) tahun penjara. Berdasarkan analisa hukum tersebut, penerapan Pasal 28 ayat (1) UU No. Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan penerapan pasal yang tepat untuk diterapkan dalam kasus Anggrita Putri Khaleda, analisa hukum ini juga didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung Republik Indonesia. Indonesia dan Kapolri Nomor 229 Tahun 2021, Nomor 154 Tahun 2021, Nomor KB/2 /VI/2021 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pasal Tertentu dalam UU No. Tindak pidana dari Pasal 28 ayat (1) tersebut merupakan delik pidana atas delik penyebaran berita bohong (penipuan) secara umum, melainkan delik penyebaran berita bohong dalam rangka transaksi elektronik seperti perdagangan online.

Berita atau informasi palsu dikirimkan melalui layanan aplikasi pesan, penyiaran online, website/media sosial, marketplace, iklan dan/atau layanan transaksi elektronik lainnya melalui sistem elektronik.

Kesimpulan

Merupakan delik yang memenuhi unsur Pasal 28 ayat (1) dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008 juncto Pasal 45A ayat. Tahun 2008. Yang menyatakan bahwa Anggrita Putri Khaleda telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Terus menerus dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik”. Adapun putusan yang menjatuhkan hukuman 1 tahun 6 bulan penjara kepada Anggrita Putri Khaleda, sangat kecil.

Saran

Chazawi Adami, Kejahatan Properti, Bayu Media, Malang, 2006, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia.

Artikel/ Jurnal

Sumber Internet

Peraturan Perundang-Undangan

Referensi

Dokumen terkait