Nama
Lahir
Pendidikan
Pek~rjaAn
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Drs. AGUSTINUS RACHMAT WIDIANTD, LPh~,OSC.
Bandungj 8 Januari 1955
- Lulus STFT Suryagung Bumi tahun 1980 - Lulus KUL, Belgia tahun 1985
Pastur di Keuskupan Bandun~ sejak tahun 1985 - Dosen tetap di Fakultas Filsafat Unpar
sejak tahun 1985
'ilIllt_,SEN11JH AN'rARA EIlKA DAN EKQHQlU
Agus Rachmat.
I. Lingkup Bahasan.
Sejak dua abad terakhir ini, berawal pada abad ke-18, kondisi
hidup
manusia telah mengalami perubahan yang radikal.Pada abad-abad sebelumnya, kondisi hidup manusia itu terutama dibalut oleh belenggu kemiskinan, kebodohan dan'penind~san. Itu
sebabny~ secara umum, masa yang silam itu sering disebut , sebagai ,
"Masa yang Gelap" [the Dark Ages]. Namun sejak dLla abad terakhir ini, u~at manusia seakan~akan tengah menyongsong terbitnya kurun' kehidu~an baru yang disebut dengan berbagai nama yang gemil~ni:
abad bersimbah cahaya [Enlightenment], era kemajuan,
kuitur
, .-. ';,'.
modern.
Kultur
modern itu menjanjikan kebebasan dari kelan~kaan alam dan kebebasan dari penlndasan oleh sesama manusia, s ingka tnya. kebahagiaan! "Happiness [bontlell r ] was hai led by theeighteenth
oentury philosophersas's
hew word in Europe'." (1) Hanusiamulai
merasa yakin bahwa aps. yang dahuludipandang
hanya 61sa dikerjakan Allah, --yakni pembebnsan dari ~asa takut~kelaparan, penyakit, tangan besi nasib dan penguasa tiranik--,
k!ni bisa
dikejar dan diwujudkan oleh daya dan usahanya sendiri.Dengan kata lain~ ia menjadi "operator" J arsitek atas dunia dan nasibnya
send1ri.
R.Descartes [+1850J merumuskan jatidiri manusia
modern itu
sebagal .. san,g pengu asa dan pengusaha a lam sen1esta" [rna. i tre et possesseur de la nature] (2). Semenjak itu, ancangan [approachj manusia modern terhadap alam dan sesClmany~ fuemperagak~n hasratyang
kuat
uhtuk menjadi "lord and owne1"", dipacl1 oleh dot-ong-an~n~uk . me'lrikukan expansi dan - expioitasi!
Dalam
ti~a ~bad ter~khir ini, sejarah manl1sia bl1kanlah merupakan "samudra yang teduh,"melaink~n
se3arah
yan~ sarat dengan pergolakan. Ada kawasan dan lapisan yang mel~jit 'makin mehdekati kelimpahan~ dan ada pula lapisan yang dijarah dengan parah. Rita deretkan saja beberapa fakta negatif yang menonjol:- exploitasi alam [krisis ekologisJ;
~ e:xplotasi bangsa-ban,gsa yang dipandang "primitif", yakni
bangsa-b~ngsa yang dar,i sudut pandang etnocentris tertentu [Eal-at] hanyalah dianggap sebagai "materi"; dan bukannya sebagai insan rohani [kolonialisme, rasisme];
-·exploitasi kaum buruh oleh
kalangan
tuan dan majikan [dominasi kelas sasial];- diskriminasi terhadap wan ita yan~ dipandan~ hah~~i~h sebagai makhluk alami penyedap dan pemuas dorongan indrawi
[sexisrne];
- penggunaan kekuatan militer untuk melindungi kepentin~~h
dan keuntungan [militerisrneJ (3).
Hamun di samping deretan fakta negatif ~adi, sejarah manusia
juga dilanda oleh pergolakan yang lain, yakni "t.he revolution of rislng expectations," gelora mengejar kemakmuran. beng.an , sedikit mengorbankan kecermatan geografis, kita bisa menyatakan bahwa t
kemakmu~an itu Makin menjadi kenyataan
di
belahan negara-negara Barat.Pada
abad ke-19, misalnya, Inggris berhasil meugenyahkan impian buram Robert'Halthus [+1834] yang di akhirabacl
ke-18menya
t.akan" bahwa "the power of popu 1 at i 011" i tu j auh leb iht. ing'gi
daripada "the pOl-1er of the earth to produce sUbsistence", sebab di jaman itu saja jumlah penduduk Inggris berlipat empat kali dan hidup dehgan standard yang lauh lebih tinggi daripada yang dinik~~ti Malthus! (4).~dmund Burke, sejarawan Inggris, menyebut abad
ke-ie
sebagai(
"the age of the economist" (5), sebab di jaman itu manusia
tUUlai
menyad~ri kemampuannya untuk rnengubah nasibnya dar! kemelara~an menuju keseja.htera.e.n, da.n a.syik menytisl1n
transro:tm~s.i sosial tersebut. Isli1~h
diciptak~n Aristoteles dengan
merakit
dUa.. 0 ikos" [rumah]
dah"
nomos" [aturan]. Jad iteori
"ekonomi"
" "j
mongenal aslinya
k&ta bagi
Yunani~ yakni Aristoteles, ekonomi itu berarti seni untuk memenuhi kebutuh~n rumah tangga.
Namtin
cii
masa modern, istilah "ekonomi" itu telah mengalami perkembanganmakna.
l1aitna modethdari
"eltonomi" itu mungkindengan tepat diungkapkan dalam judul buku
yangditerbitkan oleh
Adam Smi th pada
tahun
1776 J yakn iAn
Inquiry Into the Nat-,Ure andCauses of the Wealth of Nations. Ekonomi berkembang menjadi suatu ilmu yang menyelidiki hake kat dan penyebab dari kemakmuran suatd negara. Apakah penyebab kernakmuran itu? Bermacam-macam teori pernah disusun untuk menjawabnya: perdagangan antar bangsa [mercantilisme]J keluasan dan kesuburan tanah [physiocrats], kerja produktif manusia tliberalisme: John Lockej, modai d~n ,pasar bebas [kapitalisme: Adam Smith], pemilikan dan pengelolaan
, , \
bersama slat dan hasil produksi [sosialisme: K.Marx],
Kendati men~alami perkembangan nuansa makna~ namun tetaplah terdapat, kesinambungan makna
di
antara ekonomi a'la Ari~toteles dan ekorio~i modern. Kesinarnbungan makna itu terletak dalam fakta dasar ,yang "membakar" segala kegiatan dan t?emikiran Gkonomis manusia. tkonomi itu berurusan dengan f~kt~ hidup manusia y~n~~aling keras dan "kekal"~ yakni fakta bahwa manusia itll '~ada hakekatnya adalah "a-needy, and even) a greedy being": manusia adalah makhluk yang sara~ dihuni oleh aneka ragam kebutuhan dan keingfnan yang tak-terbatas hingga hidupnya senarltiasa terancam oleh perasaan berkekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memuaskan keingiriannya, ia itu h~ruslah melakukan -aktivitas ekono~i, yakni: produksi, "distribusi dan konsumsi barang serta jasa yang langka karena diminati banyak orang Teknologi broduksi, sistem distribusi, 'dan pala konsumsi manusia itu bisa bertibah~u6ah. Namun di sepan~ang jaman, aktivitas ekonomi itu
beru~aha untuk mengatasi kelangkaan (scarcity) dan mehyajikan aneka barkng dan jasa sesuai dengan kebutuhan rnanusia yan' dinamik (~). Ciri khas pola kegiatan ekonomi modorn ~un~kin terletak dalam pera1ihan yang berangsur dari ekonomi yan~
melayani kebutuban pokok hidu~ [economics of needsl menuju
~ko~oml yang meiayani berbb~ai kein~ihan dan cita rasa subyek~if tecionomics
of wknisj.
, ' i
Da1am makal~h ini kita sepintas akan meninjau hubungan d1 antara ekonomi dan etika. Secara singkat, etika itu
bis&
d irumuskan se6agai" a systematic ref lee t ion upon human ac l:t Oll, institution and character." (7). Ettka berusaha memberl. petunjuk bagi tiga jenls pertanyaan yang senantiasa kita ajukan: tl]
Apa
yang h&rtis ~ku/kitalakukan
dalam si~uasi konkret yang tengahkita hadapi? [2J Sagaimanakah kite itu ~kan mengatur pola ko- ek~i~tensi kita dengan orang yang lain? Dari [3] akan menjadi
mantisi~ ~acam apakah kita ini? Ketiga pertanyaan ini akhirnya
'bermu~ra
dalam satu pertanyaan basal ini: Bagairnanakah aaranyakita
ltu
bisa mengelola kehidupan agar janga~ sampat ber~ifat tragis?- Etika berusaha mencegah tersebarnya "rraf::ricida'" yang,~ecara legeh~aris dan historis nampaknya ~enandai sejarah manu~i~: Kain_ membantai Abil, Ro~ulus memb~nuh Remus, din~stl Bhar~fi
--Pandawa
dan Kura~a-- saling memusnahkan!Ihtuis:1 etis bahwa "all humanity is one" dan sesame manusia
~dalah "socius" [sahabatJ terus-menerus bertentangan dengan' fakta' historls bahwa "humanity is divided" dan sesama adalah tt1'uPtl~"
tsriga1aJ.
Dalam konteks ini: keprihatinanetis
terhadap' keada~n dan ke~iatah ekonomi modern dengan ringkas telah dirumuskan oleh E.F.Schumacher, seo~ang ekonom I~ggri~, dalamsUb-juJui
bukunya 'S~al1 1S Beautiful, yakni: ··A Study of Econoinics asif
People, .. :~ .. '
Mattered.
I t Faktor~faktor apakah yang herus diperhatikan agar keadaan dan kediatan ekonorni .manusia itu ruakin ~enjadi mBnusia~i?tnterdependensi ekonnmis di antara negara-negara ~er1ulah
diimbangi clengan interdependensi moral, agar tercapailah keadilan giobal di mu~a bumi!
2_Etika dalam Kerangkn Proses Emansi~asi.
Etfk~ itu berurusan dengan horthopraxis, yakni tindakan yan~
ben~r_ [ri~ht action] _ Kapan suatu tindakan itu dipandang'
benar
dttafsi~k~n secara berbeda oleh berbagai aliran etika yang secara alohal
bisa
dibagi menjadi dua , yakni aliran deontologis tetika kewajibanj den a1ir~h teleologts [etika tujuanatau akibah yangb~tmanfa~bl. "~htirut
etika deontologis,~ang
berasaidari
kata Yltnan i II d~on" ytlhg berart i kewaj ib~n, sua tut indakan i-tu
dipandang ben~r bila tindakan itu t~rjadi sesuai dengan nor~a sosial yang ber1aku. ~tika deontologis sangatlah menekankan~eriunya "law
And
order" dalam 'kancah kehidupan bermsyarakat yangh~n~a ~~~n t~tjad! bila manusia itu me~atuh{ aturan: aturan Al1~hj alatn,
negara,' ·etc.
Kestilitan yangmetnbeilt etika
deontolo~is ~er1etak dalam pengandaiartnya tasums!J 6ah~a ~akta·
itu
sUclahlah selal'as dengancita-"-cita,
.bahYia "das Sein" itu t.elah4
identik dengan "das So11en'·. Akiuatnya, etika deontologis itu sering memberi kesan kaku, legalistik dan konaervat.if:
melestarikan "status guo"! Hisalnya, adalah benar bahwa manusia itu pada umumnya wajib taat kepada orang tUBnya alau patuh pada huku~ negaranya. Hamun bagaimana bila kebeiulan~ora~~ tu~ itu adalah orang tua yang tiranik atRu negara itu adalah negara yang
Zionistik
serta rasialis?Etika t,eleologis, yang berasal dari \stilah Yunani .. tel~s"
yang be~arti hasil atau tujuan, menyamakan tindakan yang benar dengan tindakan yang berhasil meilcapai tujuan tertentu. Jadi dari
I ' . ,
bua-hnya, kita itu harus menilai benar/salahnya suatu tlndakan.
Kesulitan yang mernbelit et~ka teleologis adalah kecenderung~nny~, yang
kuat
untuk menempuh jalan pintas: tujuan menghalaikan segala cara! Itulah misalnya yang diperagakan Diego Haradona dengan"tangan Tuhannya" yang terttlashurJ Tambahan pula, konrlik antar
~anu~ia justru sering terjadi olah karena adanya persepsi yang berbeda mengenai tujuan. Apakah suatu lahan akan tetap d ipertahankan sebagai lahan pertan ian rakya t a tall d iubah menj ad i bendungan? Tujuan siapa yang harus diung~ull{nn? Kecenderunganny~:
tuJuan pihak yang berkuasa! Hakekat kekuasaan bahkan pernah
dirumuskan
sebagai kemampuan untuk merealisasikan tujuan kendati berpapasan ~en~an resistensi 80sia1. ~amun siapakah yang mengawasf dan meluruskan tindakan para penguasa? Jauh hari John Locke dan Montesquieu telah mengingatkan bahwamengandalkan sifat baik manusia atau kebijakan adalah suatu kebodohan." (a)
Itulah
sebabnya"semata-mata para penguasa
~eriLi untuk membentuk ber6a~ai jaminan strukturai dan prosedu~al gUha
melindungi
hak sipil danpolitik
para wa~ga negara, misainya.Rita ,hatus berusaha untuk mengatasi dikotomi di antara etika deontoiogis serta teleologis itu dengan menggali kembali
"situasi primordial" yang telah menggodok
iahirnya
kepekaandan
kepr :lha t inan et is . Kepr iha
t
ltHih U tama et i ka bu kan 1 ali meiestarikan hotma-norma sosial at~u pun metealisasikan aneka ragam tujuan subyektif, melainkan melindun~i kehidupan danmenang~api penderitaan manusi::t! bengan kata lain" tit1k,,--tolak
korlkret etika bukanlah "tertib umum" yang tak boleh diganggu-
gugat ~tau pun tujuan subyektif yan~ terasa mendesak, melainkan
protes
terhadap kesengsaraan dan pertinda"san"~"~nusia
yang ber"laku selaludan
dimana-mana. Ancamandan
~emerkosaan terhadap"huRl8.nnm",
--yakni kemanusiaan yang layak dirinduks..n--, membakarkepekaan etis manusia (9). Dengan demikian, 'dua prlnsip ut.ama etika adal~h
prinsip
"beneficence" [berbuatlahbaik
terhadap sesamaj dan prinsip "non-maleficense'" tjanga~lah ber-buat jahatterhada~ sesamaj. Jadi ukuran benar/salahnya, baik/buruknya suaiu tindakan ~daiah pender i taan sesama ki ta manusia J ,sebab et ika pada akhirnya hendak membina watak manusia agar ia itu ... bisa menjadi penjaga, dan
bukannya
penJagal~ dari sesamanya manusia.Manusia yang etis adalah
manusia
yang bisa bertangglln~jawabatas nasib sesimanya.
E.Levinas
menanda~kanJ "~espondeo e~go sum~·· [akll bertanggung jawab, jadi aku itu sungguh berada] {lO).Dihaclapkan pada konteks penderitaan manusia, rasa
tanggung
jawab untuk berbuat bal.k dan mencegah kejahatan itu jadi berbunyi:"Free
the poor and the oppressed . . . . This is an absolute criterion, at once the most critical and the most gene~ous .... On theother
hand, FOominate the other; achieve your ends by means"of h:i.tn~, t-?ould seem to be an absolute criterion of "evil." (11).
Dilihat da.ri SErgi usaha
manusia
untuk berbuatbaik
dan mencegah kejahatan ini, maka "orthopraxis" atau tindakan yang benar itu menjadi t~rdiri dar! dna praxis [tindakan]berikut,
yakni praxis"
..
liberasl
dan praxis rekonsiliasi:Liberasi: tindakan nyata guna membebaskan manusiri dar~
situasi hidup yang gawat dan rewan, Agar tlndakan
pembeb~san in1 te~at, maka tindakan itu perlu didukurig oleh anaiisis ilmiah yang cermat mengenai sebab serta cara guna.menanggulanginya.
- Rekonsiii~si: tindakan nyata guna m€lt1ciptakan perdamaian
di
antara,pihak yang bertentangan.Puiihnya
perdamaian' ini kemudian dirawat dengan menegakkanhukum
aerta membuk~komun
i
kas i ~Joh~nn G.Fichte [+i814] pernah mengatakan bahwa perjalanan sejarah
mantisia
berkesinamhungan:
adalah suatu proses emansipasi usaha kolektif manusia untuk membebaskan
6
yan~
d
iridari berbagai bentuk penderitaan yang merajuti kehidupannya.
Tugas
dari
il~u, baik ilmu alam maupuni1mu
sosial, ialahmen~analisis bentuk-bentuk penderitaan yang menghadang kehidupan J
dan menytlsun sErategi guna menangg~langinya. Tugas
etlka
lalahi."'
memelihara inspirasi emansipatit y~ng'terkand~ng dalam pelbagai
ilmu.
Ilm6 ~olitikJ misalnya,
dikembangkan
~iato sebagai suatu kritik dan prates terhadap kepi6ikan dan kesewenangan para penguasa Athena yang telah memberangus kebebasan dan kebenaran [tragedi pembunuhan SokratesJ. Emansipaii ~t bidan~ ~olitik 18n~as diartikan sebagai penataan kekuasaan secara demokratisdimana
para warga negara berhak untuk mengambil bagian d~Iampembentukan
"publicopinion
and public policy". Hasrat untuk memelihara kebebasan ini misalnya terungkap dalam slogan ~angte lah menyu lut Revolusi. Amer ika, "No taxat ion wi thou t representation." Pada abad ke>-18, kaum sosialis menandaskan bahwa emansipasi politik semata tidaklah memadai. "Jika kita miskin, kita tidak bisa menikmati hak dan kebebasan kita!" Emansipasi politik haruslah dilehgkapi dengan emansipasi ekonomi. Itu sebabnya dengan sengit mereka. memperjuangkan keadilan bukan sa"Ja di bidang distribusi barang, jasa, dan laba, melainkan juga dalam proses produksi. "The pursuit of justice goes beyond distribution and involve~ particip~tion in decisions about what, how, for whom and
by
whom to produce." (12).S. Freud pada abad ke-20 tnemba.yangkan pslkoanal isis sebagai' sua tu terap i ~unit trte,mbebaskan . manusia d a.r i be lenggu "der dun kle Wille" 1 yakn i kt3kuatan ps i k is yang ge lap dart liar yang rnelumpuhkan motivasi hidu~ dan menebarkan ba~~ng~n 6~£±n
yang
menekan setta menaktl t.kan ;'hingga
ia
mengalami bahwa ..t
myse l"f am Hell" . Ekologi d ikettlbangka.n seba"gai sua tu upaya un tuk~embebaskan lingkun~~n
hidup
dari ke~1p&an teknoiogis dan ketamakan ekonomis. itu sebnbnya semenjaktahun
i972,--yakni
tahun teibitnya buku Limits to'droRth oleh
ciub bt
kbme--,banyak pihak mulai mencan'angkan bahwa pola kegia.tan ekono!Uik itu harusiah beralih. dari "a growth-oriented way of thinking to a.
limits-oriented one." ( i j ) . Deretan contoh di a.tas hanyalah
"7
hendak menunjukkan adanya muatan dan komitmen dalam ~eibagai disiplin iimu, bila etika itu
usaha nyata gUna mencegah dan menanggulangi pender1taan yang membalut kehidupan man~sia.
3.Peta
Hasalah
Dunia.etis terkandung diartikan sebagai berb.agai bentuk
Dal~m .beberapa dasawarsa terakhir ini, pe~enuhan aneka ragam kebutuhan dah keinginan manusia makin l~ma makih ~enjadi tujuan uta~a kehidupan ekonomi dan politik. Ukuran 6~~i, keiliaJu~~
suatu m~syi~akat dan keberhasilan suatu pemerintah ~d~iah tingkat kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan mat~rial dan sosial manusia.
Itu
sebabnya da~amera pasca-PD II,
timbulah sebuah paradigma [model] kenegaraan yang baru ~ yakni "Welfare State"[Negara Kem~kmuran] (14). Tepat pada akhit PD II, misalnY~l rn as y a r a kat I n g g r i s · "m en yin g k irk an" p a hI alia n ' n as ion a 1 mer
e
It a J~.Churchili,· dan memilih seorang sosialis, Clement Atie~, ~ang
telah ~enjan~ikan pera~atan medis gratis, pendidikan umum yang bermlltu, dan perllmahan rakyat yang mllrah bagi semua warga negara.
Langkah
ihi.ris
itu segera diikuti oleh 6an~ak negara Erepa Barat lainny~Jbahkan'
oieh' sang musuh bebuyutan, Jerman ~anJepan~--~ dan menghasilkan keajaiban ekon'omi yang sun~~uh
"wunderbar".
Era pasca~PO II didominasi o1eh sebuah rancangan pembang~nan
dunt~ ~~na-dik~rtal sebagai' k~rshal1 Plan, yanM menjadi batu sendi bagi interdependensi ·global yang kini memintal dunia.' Rancangan pemban~urian giob&~ itu mempunyai dua sa~aran utamaJ ' yakni sasaran polit!k dan ekonomi (15). Tujuan politiknya ia1ah menciptakan
"sistem
sekur1.ti",
yakni politik detente dan paktu pett.Ei.hanan, ,~an~ bisa ~elindungi k~bebasan personai danpoiitik
biok Baratserta ~ence~ah konflik ~uklir dengan
biok
Timur, Tujuan ekonom!knya t~lah Me~bangun kembali pere~onomtan E~opa Barat dan Jepang yan~ ~m6ruk akibat perang. Tujua~ ekonomi ini lantas diperluas hingga menjangkau puluhan ne~gra baru yang berhasil mengenyahkan belenggu ·kolonialisme. Panggung internasionaldis
ibukkan 0 ieh real isas·i kedua tu,J uan tersebu t, h ing~a dasawarsa 50-an lantas dinobatkan sebagai "the First Development Decade".kendati
d~~tkiah~ kini -
terasaadan~a
pergeserand~lam
minatinternasional, ditandai dengan berakhirnya parang Vietnam dan dibllk~nya konperensi sedunia mengenai lingkungan hidup pada tahun 1972 di kota. Stockholm, Swedia. Pergeseran itu menjadi "tunt.as"
bersama den~an runtuhnya komunisme di Hropa TLmur di akhir, tahun 90. Kin! agen,da internasional digiatkan dengan persoalan krisis
ekolo~is, pelari~garan hak asasi, hutand dunia ke-III, dan konflik ekonomt~ di antara Utara~Selatan.
Pada awal tahun gO-an ini,
kita
sekaligus menyaksikan kilatan optimisme dan bercak hitafu pesimisme.Tertib
Dunia yan~dikemb~ngkan segera setelah PD II nampaknya telah be~hasil
memban~un kembali perekonomian Eropa B~ra~ dan Jepang· dan menghindari "nuclear holocaust" hingga :l.tnaginasi kaum Inudat --~erui~~a k~u~ muda Eropa--, tidak lagi dihantui oleh selubung kuning radioaktif, yang berpijar saat"the bay Arter tthe end of the Rorld]" yang banyak membuat panik di tahun 80-an! Bercak pesimisme' terjadi oleh karena adanya kegagalan
et1s
untuk menanggapi lautan penderitaan rnayoritas manusia yang hidup dinegara-h~~a~a berksmbang.
Daiam data yang dikutnpulkan oleh 8ank Dunia pada akhlr tahun 90 masih tercatat Bdanya satu milyar manusia umat manusia yang h idup dengan pendapatan d i" bawah $375 per tahun, 'suatu kond is i ya.ng, oleh Robert .HcNaroara dahulu pernah dikatakan 'sebagai "di bawah se~ala batas rumusan me~genai kehiduban manusia yang layak,." ( i f ) . J'ames Grant" direktur sksekutif dana PBB untuk anak-~n~~~ dalam laporannya pads akhir tahun 91 menandaskan bah~a
ak:t6a.t
dari situasi kemanusiaanyang
..nemperih-hatikan itu ialnh"sekitar 250 Juta anak dibiarkan mati setiap rninggu [SicJ 'dan jutaan ~nak sekarat akibat kekurangan makanan dan kondisi kesehatan Y$ng ri1ehgenaskan, ke laparan da.n buta hurn f ." (17) I a pun menolak anggapan bahwa bantuan negara-ncgara industri maju langsung bermanfaat bagi kaum miskin,
sebab
"hanya 88kitar 10%bantuan intetnasional digunakan untuk meningkatkan pendidikan, kesehata'n dan program keluarga berencana yang membawa manfaat
langsung bagi kaL1m miskin." (i8)
Mahbub u1
Hag, seorang ekonom Pakistan yang menjadi. . 1
penasehat senior b~gian ekonomi Bank Dun1a, mengatak~n bahwa
"~ewi Keramat Pembangunan" telahmenjadi layu dan renta, sebab ia mensinyalir adanya semacam "'kebosanan pembangunan" d'i banyak
negar~
sedani
berkembang dan "kebosanan membanlu" di negara- nogara maju hingga "partne'rship for Progress" telah menjadi retak(19). Andre Gunder Frank, ~eorang teoritis:l- a;liran depend~ncia, meluki~kan ~pa yang terjadi di Amerika
Lahin
bBsca-PDII selam~in! btik~nlah 'seb~gai seatu ~roses pembangunan, melainkan suatu
,"Development of underdevelopment. II (20).
Alasan utama bagi terbersitnya petnyataan sinis semacam itu adalah fakta ketergantungan [dependencla] negera-negara
berke~bang
atas negara maju, dan takia~e~bengkaknya
j?mlah hutang lear negri negara-neg,ara tergantung itu. Hutang negara- negara tergantung itu pada ~ahlln 1991 telah mencapai jumlah 1.~OOJIlilyar doliar'{21}. Sejak tahun 1845, dengan diawalinya "Marshall Aid", pembangunan itu berarti petalihan dana dati Dunia Pertama
menu.j u Dun ia Ket iga. N s.mun pada' tahun 1982, ter
3 ad
(iah . kej u tanyang d i t imbul kan oleh ' .. debt cr is is". Sej ak i tu, arus dana dan modal mu lai berbalik a1'"ah. Dalam dasawarsa gO-an, arus dana"
sebenarnya ~idak me~galir dari negara maju ke negara rniskin, melainkan sebaliknya, karena pengembalian melalui cicilan utang dan bunga besarnya empat kali
1ipat dart
jumlah bantuan yang dip inj amkan." '(22) Menuru·t Dr. Sj ahr ir, gej ala tersebu t te 1 ah dirasa indonesi~ seJakAPBN
1986/1987.Bahkan
menurut hematnya, RAPBN i992/1993 mengandung kemungkinan untuk berkontraksi,_pene :l.u
i:
an pertumbuhan. II Ha 1 i tu ter j ad i karena sebagian besar pengelu~ran rotin ditujukan untuk membayarutang
luar negeri."(23). Kendati nama Indonesia sebagai pennie!l utnng masih tetap
"harum", jelaslah bahwa situasi yang pelik dan perih . itu menimbulkan beban sosial
yang
besal".Usaha
raksasa untuk meningkatkan export guna mendapatkan devisateiah
mehyebabkan terjadinya serangkaian gejala negatif seperti: penekanan upih buruh, peningkatan pajak, peflggunaan tenaga kerja1 --terutama wanita--, sebagai komoditi export, pengurangan angga~an helanja untuk sektor kesejahteraan 80sia1 seperti pendid~kan dan kesehatan, t?ehgelolaan "bisnis impian" guna menyambung har~panrakyat kecil herupa SDSB, etcetern .
. to
Deret "dosa dan duh:a" dunia ini ntasih bisa ditambah. Tanpa menyebut ~ngka dan a1asan, baiklah se~intas kita catat berbagai berituk ancaman ekologis karena bumi masihlah tetap "ibu" bagi.
umat manusia: bum! rnakin rnenjadi panas, l~pisan Ozone. kian menipis, hutan tropis menciut sementara gurun meluas, poitis!
bertamb~h lUi:fS; sumber daya alam tambah menipis (24), Hanusia
Makin
~enyadatt bahMaburni
~dalahentitas
yang r~buh danberiu
dipe1ihara.
Itulah
sebabnya, keprihatinan etis rnanu~ia ~ang hidup •dal~ln konteks interdependensi
global
ini adalah "kedamai~n, Keadilandan
Keutuhan Alam Ciptaan" tpeace, justice and theintegrit~
or
creation]. Paus PiusXlt
pernah mencanacgkan semboyan yang berbunyi "Opus Justitiae l2ax": kedamaian antar bangs~dan
keutuhan alam ciptaan adalahbuah dari
keadilan sosial, internasiona1 dan ekologis (25).4_bebera~a KriterinRtis guna Henilai Kebijakan Ekonomi.
Tul~ng punggun~ perekonomian modern terletak dalam keuh~~ulan s~~b~r
daya
manusianya.Di
masa yang lampau, sumber utama kesejahteraan ~dalah kesuburan tanah serta kekayaan slam, kemudian moda1, dalaro arti keseluruhan upaya dan sarana produksi.Namnn di masa kiwari , ~anusia sendiri yang semakin berp~ran
sebagai faktor yang menentukan, yakni: {a} kemampuannya ... unt.uk
~emahbmi ybng sec~ra khusus tampil sebagai pen~uasaan informasi,
~eknologi dan ~eluruh bidang ilmti~ {b} kemampuannya untuk- b~~o~~anisasi se~ara te~padu; dirt (e1 kemampuannya unLuk mernbaca kebutuhan dankeinginan sesama serta ine,thenuhinya clengan segera (29), D,eng&tI dldukung 01 e h setangkai anfaktor te rsebu t, manu s i a kernud i~n berusa.ha un tu k mewuj ud Itan sua
tu
"we 1fare sta te". Kin i kita akan ·melthat beberapa pedoman etis yan~ mun~kin bisa d igunakan untuk rnenllai. keadaan dan kegiatan ekonoini.{a} Pertama': t;Jemenuhan kebutuhan pokok.
Ekohothi
jelasberurusan
s~cata langsung dengan usaha manusia untukmempettahankan keiangsungan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan jasmanl yang menj~di syarat hidup: panganJ papan, sandang dan
keseh~lan. Pemenuhan kebu~uhan pokok iNi adalah dasar bagi perkembaniart hidup mafiusia selanjutnya, h!n~ga kekurangannya
..I .. .1.
merupak~n sebuah masalah etis yang gawat. Namun di tingkat paling element~r ini~un ratusan juta manusia
dikutuk untuk
hidup . dengan tidak laya,k. jadi kemampuan suatu sistem atau kebijaltan ekonoInl.untuk memenuhi kebutuhan pokok ini adalah kriteria paling dasariah guna menil~i validitas etisnya.
{bl
Kedua: penciptaan lapangan kerja. K~rja bukanlah kutukan; sebaliknYQJ ketiadaan kemampuan dan kesempatan ker~a itulah yang me~Upakan kutukan, baikbagi
orang miskin yang mengganggur maupun bagi orang kaya yang malas! Kehidupan pribadi dan kolektif manusia hanya bisa berkembang bila manusia bersikap aktif dat1 kreatlf. Dengan kaLa lain, kerja itll i::ldaklah bertalian dengannatkah
semata, melainkan juga dengan reaiisasi bakatserta
kemampuan seorang individu dan pengabdiannya kepada masyarakat.Dewasa ini, penciutan lapangan kerja
terjadi
bukan saja karena kekurangan ketrampilan serta modal usaha, melainkan juga karena laju perkembangan tekIiologi. ,"There are 'the vict:i.ms of automatioh, mcde~ni~ation and of industrial closu~es . . . . Ofte~menta1 b1"eakdown begins, with rumours of a faotory oiosing down."
- .
(27) Jadi kemampuan suatu sistem atau keputusan ekonomi untuk
~enoiptakgn berb~~ai bentuk keserupatan kerja meru~akan,
saiah
sa~u kriteria dari v~liditas etisnya.{e} Ketiga: pengu~angan kesenjangan sosia1. Struktur ekonomi b isa memba'n tu a ta.u ba.'hkan menghambat rasa persa tuan dan persaudaraan di antara manusia, Baik ilmu psikologi maupun- sosioiogi" menutijukkan bah~g solidaritas antar manusia itu 'terancam,bila terdapat kontras sosial yang terlampau tajam.
Jadi
andaik~n saja kebutuhan pokok mayoritas manusia telah terpenuhi dengan memadai~ kita itu tidak hisa mengabaikan dampak morai dan
sasial dari kesenjangan sasial: kecenderunEtan
untuk
menjadi sarn6on~ dan s~wena~g-wenang di lapisan atas, d~n kecenderun~an ,untukkehilankiri
kepercayian serta har~adiri di
i~pisan b~w~h, dibarengi den~an ketegangan sebagai akibat dari" kecemburuansosial.
bengan
kata lain, kesenjangan rnencip~akaniklim
sosi~lyang buruk
bagi ka-eksistcnsidamai di
antaramanusia. tid
sebabnya kern~mpuan
Buatu
sistemntau
kebijttkan ekonomi untuk melakukan pemerataan sasial adalah salah satu kriteria "validitaset !snya (28).
{d] Keempat:pengawasan kritis atas kekuasaan dan hormat atas hak asasi-, Ekonomi ikut menentukan huhungan dan bentuk pelaksanaan kekuasaan yang terjadi d~lam masyarakat. Kontrol, --pemilikan dan penguasaan--, atas sarana produksi dan distribusi
bar~ng 'serta jasa sering kali merupaknn kunei untuk memperoleh ber6ag~!
bentuk
kekuasaan sosial lainnya, termasuk kekuasaan·politik dan sainstifik.
Itu
sebabnyakita sering
menyaksikan alian~idi
ant~ra penguasa ekonomideng'n
politik yang oiehJohn
Kenneth Galbraith disebut dengan istilah "bureaucratic symbiosis"yang didukung oleh perangk8.t "technostructurell kaum profesional (ZU; .
Galbraith bahkan menyatakan bah~a hakekat dati -suatu korporasi bisnis adalah perluasan kontrol gune menjamin
kel~ngsungan dan ~ertumbuhan dirinya
di
tengah dunia usaha yang kom~etitif. Korporas~ berusaha memperoleh kontrol poli~ik dengan menj~lin relasl dengan para penguasa bolitik guna mence~ahtimbulnya berbagai ancaman: ahcaman tet~u~usnya arus bahan baku'
yang dJd~pat dar:l ne"gara lain, anoaman timbulnya, pembatasan- pembatasah ,legal bagi ~roduksi
dan
pemasar~n barang-barang yang d ihasilkanya,
atlca!mah datangnya "seorang" pe'saing barud:1.
pasar...
yang selama in! telah dikuasai. Anoaman-ancawan semacam i~u bisa
ditangani bila
Sd~~ti korpprasihisnis
ditunjang oieh penguasa po1it.ik. (30).lorporasi ju~a berus~hi
unttik
m~nlhgkatkankontrol
ata~selera dan'piiihan
bara
konsd~ert, hingga pembeli kini buk~nlagl
rajj, melainkan hamba! Konsumen dikenJaiikan den~an inengembangkan
st.ratetti
ber:lkiani=tnyang
canggih hlngga timbulahkeinginan
yang kuat untuk memiliki \barang atau jasa yang ditawarkan danlklim
mental yang sangat berorientasi pad~konsumsi. "Higher levels of production m.erely brl.ng higher
1,evels
of w~nts creation: wants depend
upon the
process by ~hich they are sat i-sf ied . .. (31) Se lain, iklan J inovas-i tekn is dan"pengusangan terencana'" [planned obsolence] juga digunakan untuk meningkatkan konsumsi.
Korporasi ju~a berusaha untuk mengendalikan lapisan
13
karyawan. Ancaman PHK~ ancaman untuk mengalihkan dana dan lokasl
usaha
ke negara lain dengan pasar buruh yang lebih murah, mekanisasi proses produksi adaiah beberapa cara ~una mengendalikan lapisan karyawan. Hekanisasi proses produksl serta pelayanan jasa dimaksud bukan hanya untuk meningkatkan efisiensi, melaink'an Juga. guns. meningkatkan kontrol, "since -machines are more controllable than people." (32).Kor~orasi blsnis senantiasa berusaha untuk memperlebar keku8saannya. It.u sebabnya perlu diciptakan suatu sis-tem "checks and ba1ancesl l guna menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Sistem pengawasan
l eksternal bisa berupa lembaga-lembaga sos!al ~ritis gune
m91indungi
kepentingan konsumenj katyawan, dan lingkunga~,misa1nya. -Pengawasan internalnya berupa komitmeri~ terhadap hak
asasi.
{e j Kelima: laba dan mil ik pr ibad i . Dalam ens ik 1 i k
Centessimus 'Annus yang diterbitkan tahun 1981, Paus Yohanes- Paulus II men~akui pentingnya paranan keuntungan dan kepentingan pribadi tself-interestJ sebagai pemicu kegiatan ekonomi. Hal it~
d irumuskannya sebaga i ber iku t: "Gerej a mengaku i peranan keuntungan yang wajar sebagai indikator bahwa bisnis berfungsi deng-an baik. Sebab'bila bisnis mendatangkan keuntungan, jelas!ah bahwa faktor-faktor produktif telah didaya-gunakan dengan tepat, d~n bi~wa kebutuhan-kebutuhan manuslawi yang berk~itan den~annya tetah dipenuhi sebagaimana layaknya." (3~) Namun seren~~k ~aus juga ~eniingatkan b~hwa keuntungan bukanlah faktor ~un~ial, sebab suatu korporasi bisnis [badan usahaj bukanlah semata-mata
merupakan suatu persekutuh ~odal, melainkan terutama merupakan suatu bersekutuan pribadi, atau lebih tepat la~i suatu rukun kekerabatan, "yang para warganya dengan'pelbagai cara bekerja sama guna memenuhi kebutuhan mereka, dan kesem~anya membentuk
ke1ompok
khas yang mengabdi seluruh ma~yarakat." (34) Dengan demikian, keuntungan itu haruslah terserap bukan saja oleh parapemiiikl
ruelainkan juga oleh para peketj~. Paus Juga menolak konfilk semudi
antara kapitallsme dan sosialisme mengenai pemil!kan ~rtbadi ataupemilikan
bersama snrana-saran~ produksi, sebab persoalanutamanya
terletak bukanlah dalam pemilikanJ"J ,.. .~~ ., -< ..•
r
?~ ~: -~" "',C:_ ,:"', t 2, lr. 3 a .fi" , " ' "f,,';F:
j'm:8uyangan
.14
melainknn dalam penggunaannya demi kesejahteraan umum.
Itulah beberapa kriteria etis guna 10eni1ai keadaan dan kebijakan . ekonomi. Pengalaman pahit sering menunjukkan bahwa pemikiran di atas kert.as tidaklah selaras deng.an kenyntaa.n hidup yang; l"timit. Dalam konteks hidup yang tak sempurna~ - kita sering mengala~i bahwa apa yang s~harusnya dilakukan terkadan~ tidaklah mungkin dtlakukan. Dengan kata la{n, kita sering menjumpai dilema dan kompromi etis. Dilema yang muncul sering kali ierjadi karena adanya kesulitan dalam menyusun prioritas ataupUn kondisi awal yang kurang memadai.
Apa
yang harusdidahulukan,
pertum6uhan usah~ ~tau pemerataan kesejahteraan? Mungkinkah demokr~si itu untuk sementara perlu dikorbankan clemi stabilitas politik dan teritorial? Untuk merangsang dunia usaha swasta, mungkinka6 kit~itu terlebih dahulu harus mengobarkan rasa tamak, nafsu untuk memil1ki- dan bukannya solidaritas dengan orang miskin? etcetera.
Tanpa mengabaikan adanya kecenderungan ke arah egoisme dan- ketumpulan
hatl
nurani, dilema-dilema etis semacam itu mungkiri bisa sedikit "dlt;:>ecahkan" dengan ltlemperha.tikah sebuah pl:'insipetls
yang clisebui: prinsip "prima facie" ton the face of it.j (35).~ara ahii
etika
sering mengatakan bah~a nilai dan norma etis hanyalah berlaku prima ~acie, artinya hanyalah berlaku sqjauhtidak
adataktor
~ tambahun yang menuntutper1akuan
danpertimban~an khusus. Misalnya, larangan untuk me~bunuh atau bercerai adalah nor~a-norma yang beriaku prima
racie.
Namun bilakita
membunuh un~uk menihentikan k~biadab~h seseorartg atau)
bercerai untuk mengakhiri siksaan fislk dan Psikologis, maka tindakan-tindakan ters~but adalah tindakan' yan~ mem~unyai ~i~san yang ~~h, dan karena itu hiss
dimaklumi
dan dimaafkan.Kendati
demikian~ tindakan-tindakan tersebut teta~lah hukan merupakin tindakan yan~ baik karena terdapat konsekuens! tragi~ yari~
~engi~utinya: ada orang yang harus mati, ada anak yang jadi terlantar, etc.
Jadi prinsip prima facia itu menuntut bahwa setiap penyimpangan dan pelanggaran etis itu perlu dipertanggungjawabkan dengan ~engajukan bukti serta alasan yang berat [serius).
Tarnbahan pula~
oleh
k~rena setiap pelanggatanebis ttu
diikuti.1.5
oleh ko~ban ab~u konsek~ensi yan~ tragis, maka dituntut pula usaha
yang
optimal untuk mer~wat pihak yang dirugikan.Dengan menuntu£ adanya penjeiasan dan pertanggungjawaban yang masuk aka! atas segala pelanggaran dan kompromi etis, kita memaks~ diri
kita
dan oran~ lain untuk berpikir lebih kreatif lagi gu'na meneari pemecahan yang mEimungkinkan 'masyarakat llntukberkembang 'balk secara etis fuaupun ekonomis.
,
..
Bandun~; 10 Januari 1992.
CatatanAkbir (Endnotes):
(l).Lessli~ New Begiri, The Other Side of 1984: Queslions tor th~
Churches, (Geneve: World douncil of Chur6h~s, 1983») p.i3.
(2).Ulrich Duchrow, Global Economy, (Geneve:
wee
Publioati,ons"1987),p.57. ' ( 3 ) . I bid .. IP . 94 .
(4) .Nathan Rosenberg dan L.E.Birdzell ,
Jr.
~ "Asal Mula Kekayaan Barat .... Titian (3/1987),p.44;(5).D~ni~1 R.Fusfeld, Tbe Age of the Ecorlo~fst, (Glenview, lilinois: Scott, Fo~esman and Company, 1977),~.1.
(6).John Philip W-ogaman, "Towards a Hethod for Dealing with Economic Problems as E'thical Problems," Co'nsilitlm 140
(lo/1980),p.77. .
(7)_Charles L.Kram.rtter, Ethics' and
tiherat.ion,
(New York: Orbl.sBooks, 1988),~.12. 4
(8) _ P'au la J. Dobr ian'€:-ky j "Hak Asas i Manus ia dan Trad is i Amer i ka, -,
Titi~n(4/1E90),p.44.
(g-).n.Schil1~he~ckx, ,Je~us
in Our~estern'Cuiture,
(iondon:~ck
Pt'esst .. 198,7) 1 p. 49 . . , " . -', ,
(iO)Dlkutip dar! K.Bertens, "E_Lavinas_~1I Filsafat BarB-f: AbBd XX,
.01.2 (Jakarta: Gramedia,
1985»)p.4~9. _ , . "( 11 )E:nriqu9 Dusse
11. -"
Ana iY5 isor
theF inal l)Qcument _
of'Pueb
la:Th, Relatioriship Between Economics-and
Christian
Ethics,"Consiilum 140
(10/1980'~p.l02.(12)U.Duchrow, op.cit.;p.7S.
(13)D.R.Fusfeld~ op.cit.}p.3.
~14)Joseph Gremillion, The Gospel of Peace ~nd Justice: Catholic Social Teaching Since. Pope John, (N ew York: Orb is" Books,
, 1975).p.5., 1
{i5)J.Bryan
Hehir,
"TheWorld Bank
and Poverty aileviation .. "Sedos 23 (5/1991),p.126.
(lB)Ibidem.
( 17 ) KOllpas , 'II
Utang
NegaraIt 15k
in 1 . ,300 Hi lyar Do lIar J .. (20 Desembet 19Si),p.9. Catatan: Nampaknya pernyataan yang betbunyi, ,"250 juta anak dib:iarkan mati s~tiap' minggu,"merupakan suatu kekelitua.n 'dalalll mengutip.
13tyah
Heir,da'Iam
artikel yan~ diktiti~
di alas,
mencatat labdran UNICEF tahun 1988yant
menyatakanbahwa selama tahun
tersebut saja diperkiransod
ribu anak telah meninggaldunia.
i6
(i8)Ibidem.
(19)Hahbub ul Haq, "krisis: dale.m Strategi Pembangunan," Titian 8 (tanpa tahun)~p.87.
(20)Georges, Enderle and Ambros Luthi, "Economic Dependence and Dissoc ia t ion, ," Consilium 140 ( 10/1980) ~ p, 49, Band iniikan tentang hal ya.ng gams. yang ditulis Peter. Berger, Revolusi
Kapitalis~ (Jakarta: LP3ES,1990),p.179.
(21)Lihat nomer (17) di atas.
(22)Ibidem. ,
(23 )KolJpas; I I Wawancara clengan Dr. Sj ahr ir: Secara Ruan
t
i tat if RAPBN 1992/1993 KelihatanHerniliki
Keseimbangan," (10 Januari 1992),p.l.(24)Uraian selanjutnya Iihatlah R~ymond 'Toruanj "Globallsasi:
Bumi Makin Panas," dalam Henbju Hasyarakat Barn Indonesia, disunting oleh Tim Kompas, (Jakarta: Gramedia, 1990),pp.11-39 (25)Lihatlah Franco Biffi, Ajaran Sosial Pans Yohanes Paulus II,
• (Jakarta: Aptik,1991),p.80.
(26)Centesimus~lnus, norner 32.
(21)Eugene Heimler, "The Emotional Significance of Work, "
Cons11ium 160 (lO/1982),p.19. ,
(28)John Philip Wagaman, op.cit.)pp.80-81.
(29)Gagasan J.K.Galbraith, 2nl diuraikan olsh Paul Diesing, Science
&
Ideology in the Policy Sciences. (New York:Aldine,1982),p,243. Bdk. D.R.Fusfeld, op.cit.,p.152.
(30)Ibid.,p.219. '
(31)Dikutip dari D.R.Fusfeld, op.cit.,p.152.
(32)P~ul Diesind, op.cit'.,p.219.
(33)Centesimus Annus, nomer 35.
(34)Ibidem.
(35)Lihatlah juga Franz Magnis-Sbseno, Etika Oasar, (Yogyakarta:
Kanis ius, 198''1) ,p. 136 . Bd k. Bernard T . Adeney, "Teor i . Et ika Barat dan Penerapan Etika di Indonesia," Kritis 3 .(Januari 1990)iP.26. Renungkan juga contoh-contoh yang diajukan
Adenay.
OAFTAR ORASIO DIES
22
5. 23 Juni '78
6. 24 Maret '79 7. 28 21 Apr'll '83
i
'1 I
8. 30 Apr; 1 '85 9. 31 Apt" il '86
10. 33 Ap t" i 1 '88
11- 34· Mei '89
Simone de Beauvoir tentang Ideolgi dan Etika
fJe 1 edakan Penrluduk ,dan Per- kembangannya
Fung:-i Akuntctn dalam Masyar'akat
Menrenai beber-apa aspek teori S'is em
Ilmu pengetahuall Alam dan Agama Pelestar-ian Lingkungan
, 0 i 3ntara S,ekam dan Debu
Peranan Hukum Vidana dalam Pern-
bangunan I\' a S 'i 0 ;-] a 1
Menuju Indonesia Incorporated
Trasnpormasi Sosial menjelang lepas landas
I i
Drs. MAW. Brouwer FM
Mgr.Drs,Ign.Harsono PR
Drs. H. Sudirman Ak.
Or. Wi nardi 7 SE
Dr. Th. Huybers, OSC
I
Prof. MR. St. Munajat -
'I
I Qarlusaput ro 1 Ie EL, CEPLA I Ya'n
Rama Drs. Sunyata, OSC
0' d'
,.!
, Dr. Soedjono
i, wor'o \ SH 1 r JOS1SI
! Dr. Pande Radja
Silalahi
Dr. W. Hofsteede, OFM
12, 35 Jan. 'gO Pengelolaaan Perubahan Dr. A8M. Witono, MSBA
~
, II
13.! 36 Jan. '91
I
Arsitektur Indonesia Dalam Pem- iDr.lr . . Sandi A SiregariIi
I '.":'
J M.Atct1.Eng I'.1 j
Ii 1
~.
i 37 Jan. '92' Tit i k Sentuh Eko'1omi & Et i ka jDrswi~~lrl£i2:1~~r~
Il,.=-oo=-_~_Lc_ ..
--===,=,= __,,-c~.,c.-
.... _., ...":_~.o.:.:.;·o=;-;·-:;.-;:c·,;;:"'::-··.-:::,-:=.-.~"c'"_:::::==::::::::::c:c=_·.-.=,00.-.-:-.,.;.-:·:-:"
.. ::,...,...,._=';-::::.-.~.
______ =,..,.,-=-:;-0;;." ... -.-_ ... _ .... _- ._-- .'. _ ... _, . __ . _._ .. - .-C.4TATAN :
Da fta r in i mungk"j n be 1 urn 1 engkap
Informa~i ynn9 dapat. melen9~'·0pi . mahan dlsampalkan pada Panltla
Bandung, Januari'· 199