• Tidak ada hasil yang ditemukan

Titik sentuh ekonomi dan etika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Titik sentuh ekonomi dan etika"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Nama

Lahir

Pendidikan

Pek~rjaAn

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Drs. AGUSTINUS RACHMAT WIDIANTD, LPh~,OSC.

Bandungj 8 Januari 1955

- Lulus STFT Suryagung Bumi tahun 1980 - Lulus KUL, Belgia tahun 1985

Pastur di Keuskupan Bandun~ sejak tahun 1985 - Dosen tetap di Fakultas Filsafat Unpar

sejak tahun 1985

(3)

'ilIllt_,SEN11JH AN'rARA EIlKA DAN EKQHQlU

Agus Rachmat.

I. Lingkup Bahasan.

Sejak dua abad terakhir ini, berawal pada abad ke-18, kondisi

hidup

manusia telah mengalami perubahan yang radikal.

Pada abad-abad sebelumnya, kondisi hidup manusia itu terutama dibalut oleh belenggu kemiskinan, kebodohan dan'penind~san. Itu

sebabny~ secara umum, masa yang silam itu sering disebut , sebagai ,

"Masa yang Gelap" [the Dark Ages]. Namun sejak dLla abad terakhir ini, u~at manusia seakan~akan tengah menyongsong terbitnya kurun' kehidu~an baru yang disebut dengan berbagai nama yang gemil~ni:

abad bersimbah cahaya [Enlightenment], era kemajuan,

kuitur

, .-. ';,'.

modern.

Kultur

modern itu menjanjikan kebebasan dari kelan~kaan alam dan kebebasan dari penlndasan oleh sesama manusia, s ingka tnya. kebahagiaan! "Happiness [bontlell r ] was hai led by the

eighteenth

oentury philosophers

as's

hew word in Europe'." (1) Hanusia

mulai

merasa yakin bahwa aps. yang dahulu

dipandang

hanya 61sa dikerjakan Allah, --yakni pembebnsan dari ~asa takut~

kelaparan, penyakit, tangan besi nasib dan penguasa tiranik--,

k!ni bisa

dikejar dan diwujudkan oleh daya dan usahanya sendiri.

Dengan kata lain~ ia menjadi "operator" J arsitek atas dunia dan nasibnya

send1ri.

R.Descartes [+1850J merumuskan jatidiri manusia

modern itu

sebagal .. san,g pengu asa dan pengusaha a lam sen1esta" [rna. i tre et possesseur de la nature] (2). Semenjak itu, ancangan [approachj manusia modern terhadap alam dan sesClmany~ fuemperagak~n hasrat

yang

kuat

uhtuk menjadi "lord and owne1"", dipacl1 oleh dot-ong-an

~n~uk . me'lrikukan expansi dan - expioitasi!

Dalam

ti~a ~bad ter~khir ini, sejarah manl1sia bl1kanlah merupakan "samudra yang teduh,"

melaink~n

se3arah

yan~ sarat dengan pergolakan. Ada kawasan dan lapisan yang mel~jit 'makin mehdekati kelimpahan~ dan ada pula lapisan yang dijarah dengan parah. Rita deretkan saja beberapa fakta negatif yang menonjol:
(4)

- exploitasi alam [krisis ekologisJ;

~ e:xplotasi bangsa-ban,gsa yang dipandang "primitif", yakni

bangsa-b~ngsa yang dar,i sudut pandang etnocentris tertentu [Eal-at] hanyalah dianggap sebagai "materi"; dan bukannya sebagai insan rohani [kolonialisme, rasisme];

-·exploitasi kaum buruh oleh

kalangan

tuan dan majikan [dominasi kelas sasial];

- diskriminasi terhadap wan ita yan~ dipandan~ hah~~i~h sebagai makhluk alami penyedap dan pemuas dorongan indrawi

[sexisrne];

- penggunaan kekuatan militer untuk melindungi kepentin~~h

dan keuntungan [militerisrneJ (3).

Hamun di samping deretan fakta negatif ~adi, sejarah manusia

juga dilanda oleh pergolakan yang lain, yakni "t.he revolution of rislng expectations," gelora mengejar kemakmuran. beng.an , sedikit mengorbankan kecermatan geografis, kita bisa menyatakan bahwa t

kemakmu~an itu Makin menjadi kenyataan

di

belahan negara-negara Barat.

Pada

abad ke-19, misalnya, Inggris berhasil meugenyahkan impian buram Robert'Halthus [+1834] yang di akhir

abacl

ke-18

menya

t.akan" bahwa "the power of popu 1 at i 011" i tu j auh leb ih

t. ing'gi

daripada "the pOl-1er of the earth to produce sUbsistence", sebab di jaman itu saja jumlah penduduk Inggris berlipat empat kali dan hidup dehgan standard yang lauh lebih tinggi daripada yang dinik~~ti Malthus! (4).

~dmund Burke, sejarawan Inggris, menyebut abad

ke-ie

sebagai

(

"the age of the economist" (5), sebab di jaman itu manusia

tUUlai

menyad~ri kemampuannya untuk rnengubah nasibnya dar! kemelara~an menuju keseja.htera.e.n, da.n a.syik menytisl1n

transro:tm~s.i sosial tersebut. Isli1~h

diciptak~n Aristoteles dengan

merakit

dUa

.. 0 ikos" [rumah]

dah"

nomos" [aturan]. Jad i

teori

"ekonomi"

" "j

mongenal aslinya

k&ta bagi

Yunani~ yakni Aristoteles, ekonomi itu berarti seni untuk memenuhi kebutuh~n rumah tangga.

Namtin

cii

masa modern, istilah "ekonomi" itu telah mengalami perkembangan

makna.

l1aitna modeth

dari

"eltonomi" itu mungkin

dengan tepat diungkapkan dalam judul buku

yang

diterbitkan oleh

Adam Smi th pada

tahun

1776 J yakn i

An

Inquiry Into the Nat-,Ure and
(5)

Causes of the Wealth of Nations. Ekonomi berkembang menjadi suatu ilmu yang menyelidiki hake kat dan penyebab dari kemakmuran suatd negara. Apakah penyebab kernakmuran itu? Bermacam-macam teori pernah disusun untuk menjawabnya: perdagangan antar bangsa [mercantilisme]J keluasan dan kesuburan tanah [physiocrats], kerja produktif manusia tliberalisme: John Lockej, modai d~n ,pasar bebas [kapitalisme: Adam Smith], pemilikan dan pengelolaan

, , \

bersama slat dan hasil produksi [sosialisme: K.Marx],

Kendati men~alami perkembangan nuansa makna~ namun tetaplah terdapat, kesinambungan makna

di

antara ekonomi a'la Ari~toteles dan ekorio~i modern. Kesinarnbungan makna itu terletak dalam fakta dasar ,yang "membakar" segala kegiatan dan t?emikiran Gkonomis manusia. tkonomi itu berurusan dengan f~kt~ hidup manusia y~n~

~aling keras dan "kekal"~ yakni fakta bahwa manusia itll '~ada hakekatnya adalah "a-needy, and even) a greedy being": manusia adalah makhluk yang sara~ dihuni oleh aneka ragam kebutuhan dan keingfnan yang tak-terbatas hingga hidupnya senarltiasa terancam oleh perasaan berkekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memuaskan keingiriannya, ia itu h~ruslah melakukan -aktivitas ekono~i, yakni: produksi, "distribusi dan konsumsi barang serta jasa yang langka karena diminati banyak orang Teknologi broduksi, sistem distribusi, 'dan pala konsumsi manusia itu bisa bertibah~u6ah. Namun di sepan~ang jaman, aktivitas ekonomi itu

beru~aha untuk mengatasi kelangkaan (scarcity) dan mehyajikan aneka barkng dan jasa sesuai dengan kebutuhan rnanusia yan' dinamik (~). Ciri khas pola kegiatan ekonomi modorn ~un~kin terletak dalam pera1ihan yang berangsur dari ekonomi yan~

melayani kebutuban pokok hidu~ [economics of needsl menuju

~ko~oml yang meiayani berbb~ai kein~ihan dan cita rasa subyek~if tecionomics

of wknisj.

, ' i

Da1am makal~h ini kita sepintas akan meninjau hubungan d1 antara ekonomi dan etika. Secara singkat, etika itu

bis&

d irumuskan se6agai" a systematic ref lee t ion upon human ac l:t Oll, institution and character." (7). Ettka berusaha memberl. petunjuk bagi tiga jenls pertanyaan yang senantiasa kita ajukan: tl]

Apa

yang h&rtis ~ku/kita

lakukan

dalam si~uasi konkret yang tengah
(6)

kita hadapi? [2J Sagaimanakah kite itu ~kan mengatur pola ko- ek~i~tensi kita dengan orang yang lain? Dari [3] akan menjadi

mantisi~ ~acam apakah kita ini? Ketiga pertanyaan ini akhirnya

'bermu~ra

dalam satu pertanyaan basal ini: Bagairnanakah aaranya

kita

ltu

bisa mengelola kehidupan agar janga~ sampat ber~ifat tragis?- Etika berusaha mencegah tersebarnya "rraf::ricida'" yang

,~ecara legeh~aris dan historis nampaknya ~enandai sejarah manu~i~: Kain_ membantai Abil, Ro~ulus memb~nuh Remus, din~stl Bhar~fi

--Pandawa

dan Kura~a-- saling memusnahkan!

Ihtuis:1 etis bahwa "all humanity is one" dan sesame manusia

~dalah "socius" [sahabatJ terus-menerus bertentangan dengan' fakta' historls bahwa "humanity is divided" dan sesama adalah tt1'uPtl~"

tsriga1aJ.

Dalam konteks ini: keprihatinan

etis

terhadap' keada~n dan ke~iatah ekonomi modern dengan ringkas telah dirumuskan oleh E.F.Schumacher, seo~ang ekonom I~ggri~, dalam

sUb-juJui

bukunya 'S~al1 1S Beautiful, yakni: ··A Study of Econoinics as

if

People

, .. :~ .. '

Mattered.

I t Faktor~faktor apakah yang herus diperhatikan agar keadaan dan kediatan ekonorni .manusia itu ruakin ~enjadi mBnusia~i?

tnterdependensi ekonnmis di antara negara-negara ~er1ulah

diimbangi clengan interdependensi moral, agar tercapailah keadilan giobal di mu~a bumi!

2_Etika dalam Kerangkn Proses Emansi~asi.

Etfk~ itu berurusan dengan horthopraxis, yakni tindakan yan~

ben~r_ [ri~ht action] _ Kapan suatu tindakan itu dipandang'

benar

dttafsi~k~n secara berbeda oleh berbagai aliran etika yang secara alohal

bisa

dibagi menjadi dua , yakni aliran deontologis tetika kewajibanj den a1ir~h teleologts [etika tujuanatau akibah yang

b~tmanfa~bl. "~htirut

etika deontologis,

~ang

berasai

dari

kata Yltnan i II d~on" ytlhg berart i kewaj ib~n, sua tu

t indakan i-tu

dipandang ben~r bila tindakan itu t~rjadi sesuai dengan nor~a sosial yang ber1aku. ~tika deontologis sangatlah menekankan

~eriunya "law

And

order" dalam 'kancah kehidupan bermsyarakat yang

h~n~a ~~~n t~tjad! bila manusia itu me~atuh{ aturan: aturan Al1~hj alatn,

negara,' ·etc.

Kestilitan yang

metnbeilt etika

deontolo~is ~er1etak dalam pengandaiartnya tasums!J 6ah~a ~akta·

itu

sUclahlah selal'as dengan

cita-"-cita,

.bahYia "das Sein" itu t.elah

4

(7)

identik dengan "das So11en'·. Akiuatnya, etika deontologis itu sering memberi kesan kaku, legalistik dan konaervat.if:

melestarikan "status guo"! Hisalnya, adalah benar bahwa manusia itu pada umumnya wajib taat kepada orang tUBnya alau patuh pada huku~ negaranya. Hamun bagaimana bila kebeiulan~ora~~ tu~ itu adalah orang tua yang tiranik atRu negara itu adalah negara yang

Zionistik

serta rasialis?

Etika t,eleologis, yang berasal dari \stilah Yunani .. tel~s"

yang be~arti hasil atau tujuan, menyamakan tindakan yang benar dengan tindakan yang berhasil meilcapai tujuan tertentu. Jadi dari

I ' . ,

bua-hnya, kita itu harus menilai benar/salahnya suatu tlndakan.

Kesulitan yang mernbelit et~ka teleologis adalah kecenderung~nny~, yang

kuat

untuk menempuh jalan pintas: tujuan menghalaikan segala cara! Itulah misalnya yang diperagakan Diego Haradona dengan

"tangan Tuhannya" yang terttlashurJ Tambahan pula, konrlik antar

~anu~ia justru sering terjadi olah karena adanya persepsi yang berbeda mengenai tujuan. Apakah suatu lahan akan tetap d ipertahankan sebagai lahan pertan ian rakya t a tall d iubah menj ad i bendungan? Tujuan siapa yang harus diung~ull{nn? Kecenderunganny~:

tuJuan pihak yang berkuasa! Hakekat kekuasaan bahkan pernah

dirumuskan

sebagai kemampuan untuk merealisasikan tujuan kendati berpapasan ~en~an resistensi 80sia1. ~amun siapakah yang mengawasf dan meluruskan tindakan para penguasa? Jauh hari John Locke dan Montesquieu telah mengingatkan bahwa

mengandalkan sifat baik manusia atau kebijakan adalah suatu kebodohan." (a)

Itulah

sebabnya

"semata-mata para penguasa

~eriLi untuk membentuk ber6a~ai jaminan strukturai dan prosedu~al gUha

melindungi

hak sipil dan

politik

para wa~ga negara, misainya.

Rita ,hatus berusaha untuk mengatasi dikotomi di antara etika deontoiogis serta teleologis itu dengan menggali kembali

"situasi primordial" yang telah menggodok

iahirnya

kepekaan

dan

kepr :lha t inan et is . Kepr iha

t

ltHih U tama et i ka bu kan 1 ali meiestarikan hotma-norma sosial at~u pun metealisasikan aneka ragam tujuan subyektif, melainkan melindun~i kehidupan dan

menang~api penderitaan manusi::t! bengan kata lain" tit1k,,--tolak

korlkret etika bukanlah "tertib umum" yang tak boleh diganggu-

(8)

gugat ~tau pun tujuan subyektif yan~ terasa mendesak, melainkan

protes

terhadap kesengsaraan dan pertinda"san"

~"~nusia

yang ber"laku selalu

dan

dimana-mana. Ancaman

dan

~emerkosaan terhadap

"huRl8.nnm",

--yakni kemanusiaan yang layak dirinduks..n--, membakar

kepekaan etis manusia (9). Dengan demikian, 'dua prlnsip ut.ama etika adal~h

prinsip

"beneficence" [berbuatlah

baik

terhadap sesamaj dan prinsip "non-maleficense'" tjanga~lah ber-buat jahat

terhada~ sesamaj. Jadi ukuran benar/salahnya, baik/buruknya suaiu tindakan ~daiah pender i taan sesama ki ta manusia J ,sebab et ika pada akhirnya hendak membina watak manusia agar ia itu ... bisa menjadi penjaga, dan

bukannya

penJagal~ dari sesamanya manusia.

Manusia yang etis adalah

manusia

yang bisa bertangglln~jawab

atas nasib sesimanya.

E.Levinas

menanda~kanJ "~espondeo e~go sum~·· [akll bertanggung jawab, jadi aku itu sungguh berada] {lO).

Dihaclapkan pada konteks penderitaan manusia, rasa

tanggung

jawab untuk berbuat bal.k dan mencegah kejahatan itu jadi berbunyi:

"Free

the poor and the oppressed . . . . This is an absolute criterion, at once the most critical and the most gene~ous .... On the

other

hand, FOominate the other; achieve your ends by means

"of h:i.tn~, t-?ould seem to be an absolute criterion of "evil." (11).

Dilihat da.ri SErgi usaha

manusia

untuk berbuat

baik

dan mencegah kejahatan ini, maka "orthopraxis" atau tindakan yang benar itu menjadi t~rdiri dar! dna praxis [tindakan]

berikut,

yakni praxis

"

..

liberasl

dan praxis rekonsiliasi:

Liberasi: tindakan nyata guna membebaskan manusiri dar~

situasi hidup yang gawat dan rewan, Agar tlndakan

pembeb~san in1 te~at, maka tindakan itu perlu didukurig oleh anaiisis ilmiah yang cermat mengenai sebab serta cara guna.menanggulanginya.

- Rekonsiii~si: tindakan nyata guna m€lt1ciptakan perdamaian

di

antara,pihak yang bertentangan.

Puiihnya

perdamaian' ini kemudian dirawat dengan menegakkan

hukum

aerta membuk~

komun

i

kas i ~

Joh~nn G.Fichte [+i814] pernah mengatakan bahwa perjalanan sejarah

mantisia

berkesinamhungan:

adalah suatu proses emansipasi usaha kolektif manusia untuk membebaskan

6

yan~

d

iri
(9)

dari berbagai bentuk penderitaan yang merajuti kehidupannya.

Tugas

dari

il~u, baik ilmu alam maupun

i1mu

sosial, ialah

men~analisis bentuk-bentuk penderitaan yang menghadang kehidupan J

dan menytlsun sErategi guna menangg~langinya. Tugas

etlka

lalah

i."'

memelihara inspirasi emansipatit y~ng'terkand~ng dalam pelbagai

ilmu.

Ilm6 ~olitikJ misalnya,

dikembangkan

~iato sebagai suatu kritik dan prates terhadap kepi6ikan dan kesewenangan para penguasa Athena yang telah memberangus kebebasan dan kebenaran [tragedi pembunuhan SokratesJ. Emansipaii ~t bidan~ ~olitik 18n~as diartikan sebagai penataan kekuasaan secara demokratis

dimana

para warga negara berhak untuk mengambil bagian d~Iam

pembentukan

"public

opinion

and public policy". Hasrat untuk memelihara kebebasan ini misalnya terungkap dalam slogan ~ang

te lah menyu lut Revolusi. Amer ika, "No taxat ion wi thou t representation." Pada abad ke>-18, kaum sosialis menandaskan bahwa emansipasi politik semata tidaklah memadai. "Jika kita miskin, kita tidak bisa menikmati hak dan kebebasan kita!" Emansipasi politik haruslah dilehgkapi dengan emansipasi ekonomi. Itu sebabnya dengan sengit mereka. memperjuangkan keadilan bukan sa"Ja di bidang distribusi barang, jasa, dan laba, melainkan juga dalam proses produksi. "The pursuit of justice goes beyond distribution and involve~ particip~tion in decisions about what, how, for whom and

by

whom to produce." (12).

S. Freud pada abad ke-20 tnemba.yangkan pslkoanal isis sebagai' sua tu terap i ~unit trte,mbebaskan . manusia d a.r i be lenggu "der dun kle Wille" 1 yakn i kt3kuatan ps i k is yang ge lap dart liar yang rnelumpuhkan motivasi hidu~ dan menebarkan ba~~ng~n 6~£±n

yang

menekan setta menaktl t.kan ;'hingga

ia

mengalami bahwa ..

t

myse l"f am Hell" . Ekologi d ikettlbangka.n seba"gai sua tu upaya un tuk

~embebaskan lingkun~~n

hidup

dari ke~1p&an teknoiogis dan ketamakan ekonomis. itu sebnbnya semenjak

tahun

i972,

--yakni

tahun teibitnya buku Limits to'droRth oleh

ciub bt

kbme--,

banyak pihak mulai mencan'angkan bahwa pola kegia.tan ekono!Uik itu harusiah beralih. dari "a growth-oriented way of thinking to a.

limits-oriented one." ( i j ) . Deretan contoh di a.tas hanyalah

"7

(10)

hendak menunjukkan adanya muatan dan komitmen dalam ~eibagai disiplin iimu, bila etika itu

usaha nyata gUna mencegah dan menanggulangi pender1taan yang membalut kehidupan man~sia.

3.Peta

Hasalah

Dunia.

etis terkandung diartikan sebagai berb.agai bentuk

Dal~m .beberapa dasawarsa terakhir ini, pe~enuhan aneka ragam kebutuhan dah keinginan manusia makin l~ma makih ~enjadi tujuan uta~a kehidupan ekonomi dan politik. Ukuran 6~~i, keiliaJu~~

suatu m~syi~akat dan keberhasilan suatu pemerintah ~d~iah tingkat kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan mat~rial dan sosial manusia.

Itu

sebabnya da~am

era pasca-PD II,

timbulah sebuah paradigma [model] kenegaraan yang baru ~ yakni "Welfare State"

[Negara Kem~kmuran] (14). Tepat pada akhit PD II, misalnY~l rn as y a r a kat I n g g r i s · "m en yin g k irk an" p a hI alia n ' n as ion a 1 mer

e

It a J

~.Churchili,· dan memilih seorang sosialis, Clement Atie~, ~ang

telah ~enjan~ikan pera~atan medis gratis, pendidikan umum yang bermlltu, dan perllmahan rakyat yang mllrah bagi semua warga negara.

Langkah

ihi.ris

itu segera diikuti oleh 6an~ak negara Erepa Barat lainny~J

bahkan'

oieh' sang musuh bebuyutan, Jerman ~an

Jepan~--~ dan menghasilkan keajaiban ekon'omi yang sun~~uh

"wunderbar".

Era pasca~PO II didominasi o1eh sebuah rancangan pembang~nan

dunt~ ~~na-dik~rtal sebagai' k~rshal1 Plan, yanM menjadi batu sendi bagi interdependensi ·global yang kini memintal dunia.' Rancangan pemban~urian giob&~ itu mempunyai dua sa~aran utamaJ ' yakni sasaran polit!k dan ekonomi (15). Tujuan politiknya ia1ah menciptakan

"sistem

sekur1.ti",

yakni politik detente dan paktu pett.Ei.hanan, ,~an~ bisa ~elindungi k~bebasan personai dan

poiitik

biok Barat

serta ~ence~ah konflik ~uklir dengan

biok

Timur, Tujuan ekonom!knya t~lah Me~bangun kembali pere~onomtan E~opa Barat dan Jepang yan~ ~m6ruk akibat perang. Tujua~ ekonomi ini lantas diperluas hingga menjangkau puluhan ne~gra baru yang berhasil mengenyahkan belenggu ·kolonialisme. Panggung internasional

dis

ibukkan 0 ieh real isas·i kedua tu,J uan tersebu t, h ing~a dasawarsa 50-an lantas dinobatkan sebagai "the First Development Decade".

kendati

d~~tkiah~ kini -

terasa

adan~a

pergeseran

d~lam

minat
(11)

internasional, ditandai dengan berakhirnya parang Vietnam dan dibllk~nya konperensi sedunia mengenai lingkungan hidup pada tahun 1972 di kota. Stockholm, Swedia. Pergeseran itu menjadi "tunt.as"

bersama den~an runtuhnya komunisme di Hropa TLmur di akhir, tahun 90. Kin! agen,da internasional digiatkan dengan persoalan krisis

ekolo~is, pelari~garan hak asasi, hutand dunia ke-III, dan konflik ekonomt~ di antara Utara~Selatan.

Pada awal tahun gO-an ini,

kita

sekaligus menyaksikan kilatan optimisme dan bercak hitafu pesimisme.

Tertib

Dunia yan~

dikemb~ngkan segera setelah PD II nampaknya telah be~hasil

memban~un kembali perekonomian Eropa B~ra~ dan Jepang· dan menghindari "nuclear holocaust" hingga :l.tnaginasi kaum Inudat --~erui~~a k~u~ muda Eropa--, tidak lagi dihantui oleh selubung kuning radioaktif, yang berpijar saat"the bay Arter tthe end of the Rorld]" yang banyak membuat panik di tahun 80-an! Bercak pesimisme' terjadi oleh karena adanya kegagalan

et1s

untuk menanggapi lautan penderitaan rnayoritas manusia yang hidup di

negara-h~~a~a berksmbang.

Daiam data yang dikutnpulkan oleh 8ank Dunia pada akhlr tahun 90 masih tercatat Bdanya satu milyar manusia umat manusia yang h idup dengan pendapatan d i" bawah $375 per tahun, 'suatu kond is i ya.ng, oleh Robert .HcNaroara dahulu pernah dikatakan 'sebagai "di bawah se~ala batas rumusan me~genai kehiduban manusia yang layak,." ( i f ) . J'ames Grant" direktur sksekutif dana PBB untuk anak-~n~~~ dalam laporannya pads akhir tahun 91 menandaskan bah~a

ak:t6a.t

dari situasi kemanusiaan

yang

..nemperih-hatikan itu ialnh

"sekitar 250 Juta anak dibiarkan mati setiap rninggu [SicJ 'dan jutaan ~nak sekarat akibat kekurangan makanan dan kondisi kesehatan Y$ng ri1ehgenaskan, ke laparan da.n buta hurn f ." (17) I a pun menolak anggapan bahwa bantuan negara-ncgara industri maju langsung bermanfaat bagi kaum miskin,

sebab

"hanya 88kitar 10%

bantuan intetnasional digunakan untuk meningkatkan pendidikan, kesehata'n dan program keluarga berencana yang membawa manfaat

langsung bagi kaL1m miskin." (i8)

Mahbub u1

Hag, seorang ekonom Pakistan yang menjadi

. . 1

penasehat senior b~gian ekonomi Bank Dun1a, mengatak~n bahwa

(12)

"~ewi Keramat Pembangunan" telahmenjadi layu dan renta, sebab ia mensinyalir adanya semacam "'kebosanan pembangunan" d'i banyak

negar~

sedani

berkembang dan "kebosanan membanlu" di negara- nogara maju hingga "partne'rship for Progress" telah menjadi retak

(19). Andre Gunder Frank, ~eorang teoritis:l- a;liran depend~ncia, meluki~kan ~pa yang terjadi di Amerika

Lahin

bBsca-PDII selam~

in! btik~nlah 'seb~gai seatu ~roses pembangunan, melainkan suatu

,"Development of underdevelopment. II (20).

Alasan utama bagi terbersitnya petnyataan sinis semacam itu adalah fakta ketergantungan [dependencla] negera-negara

berke~bang

atas negara maju, dan takia

~e~bengkaknya

j?mlah hutang lear negri negara-neg,ara tergantung itu. Hutang negara- negara tergantung itu pada ~ahlln 1991 telah mencapai jumlah 1.~OO

JIlilyar doliar'{21}. Sejak tahun 1845, dengan diawalinya "Marshall Aid", pembangunan itu berarti petalihan dana dati Dunia Pertama

menu.j u Dun ia Ket iga. N s.mun pada' tahun 1982, ter

3 ad

(iah . kej u tan

yang d i t imbul kan oleh ' .. debt cr is is". Sej ak i tu, arus dana dan modal mu lai berbalik a1'"ah. Dalam dasawarsa gO-an, arus dana"

sebenarnya ~idak me~galir dari negara maju ke negara rniskin, melainkan sebaliknya, karena pengembalian melalui cicilan utang dan bunga besarnya empat kali

1ipat dart

jumlah bantuan yang dip inj amkan." '(22) Menuru·t Dr. Sj ahr ir, gej ala tersebu t te 1 ah dirasa indonesi~ seJak

APBN

1986/1987.

Bahkan

menurut hematnya, RAPBN i992/1993 mengandung kemungkinan untuk berkontraksi,_

pene :l.u

i:

an pertumbuhan. II Ha 1 i tu ter j ad i karena sebagian besar pengelu~ran rotin ditujukan untuk membayar

utang

luar negeri."

(23). Kendati nama Indonesia sebagai pennie!l utnng masih tetap

"harum", jelaslah bahwa situasi yang pelik dan perih . itu menimbulkan beban sosial

yang

besal".

Usaha

raksasa untuk meningkatkan export guna mendapatkan devisa

teiah

mehyebabkan terjadinya serangkaian gejala negatif seperti: penekanan upih buruh, peningkatan pajak, peflggunaan tenaga kerja1 --terutama wanita--, sebagai komoditi export, pengurangan angga~an helanja untuk sektor kesejahteraan 80sia1 seperti pendid~kan dan kesehatan, t?ehgelolaan "bisnis impian" guna menyambung har~pan

rakyat kecil herupa SDSB, etcetern .

. to

(13)

Deret "dosa dan duh:a" dunia ini ntasih bisa ditambah. Tanpa menyebut ~ngka dan a1asan, baiklah se~intas kita catat berbagai berituk ancaman ekologis karena bumi masihlah tetap "ibu" bagi.

umat manusia: bum! rnakin rnenjadi panas, l~pisan Ozone. kian menipis, hutan tropis menciut sementara gurun meluas, poitis!

bertamb~h lUi:fS; sumber daya alam tambah menipis (24), Hanusia

Makin

~enyadatt bahMa

burni

~dalah

entitas

yang r~buh dan

beriu

dipe1ihara.

Itulah

sebabnya, keprihatinan etis rnanu~ia ~ang hidup •

dal~ln konteks interdependensi

global

ini adalah "kedamai~n, Keadilan

dan

Keutuhan Alam Ciptaan" tpeace, justice and the

integrit~

or

creation]. Paus Pius

Xlt

pernah mencanacgkan semboyan yang berbunyi "Opus Justitiae l2ax": kedamaian antar bangs~

dan

keutuhan alam ciptaan adalah

buah dari

keadilan sosial, internasiona1 dan ekologis (25).

4_bebera~a KriterinRtis guna Henilai Kebijakan Ekonomi.

Tul~ng punggun~ perekonomian modern terletak dalam keuh~~ulan s~~b~r

daya

manusianya.

Di

masa yang lampau, sumber utama kesejahteraan ~dalah kesuburan tanah serta kekayaan slam, kemudian moda1, dalaro arti keseluruhan upaya dan sarana produksi.

Namnn di masa kiwari , ~anusia sendiri yang semakin berp~ran

sebagai faktor yang menentukan, yakni: {a} kemampuannya ... unt.uk

~emahbmi ybng sec~ra khusus tampil sebagai pen~uasaan informasi,

~eknologi dan ~eluruh bidang ilmti~ {b} kemampuannya untuk- b~~o~~anisasi se~ara te~padu; dirt (e1 kemampuannya unLuk mernbaca kebutuhan dankeinginan sesama serta ine,thenuhinya clengan segera (29), D,eng&tI dldukung 01 e h setangkai anfaktor te rsebu t, manu s i a kernud i~n berusa.ha un tu k mewuj ud Itan sua

tu

"we 1fare sta te". Kin i kita akan ·melthat beberapa pedoman etis yan~ mun~kin bisa d igunakan untuk rnenllai. keadaan dan kegiatan ekonoini.

{a} Pertama': t;Jemenuhan kebutuhan pokok.

Ekohothi

jelas

berurusan

s~cata langsung dengan usaha manusia untuk

mempettahankan keiangsungan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan jasmanl yang menj~di syarat hidup: panganJ papan, sandang dan

keseh~lan. Pemenuhan kebu~uhan pokok iNi adalah dasar bagi perkembaniart hidup mafiusia selanjutnya, h!n~ga kekurangannya

..I .. .1.

(14)

merupak~n sebuah masalah etis yang gawat. Namun di tingkat paling element~r ini~un ratusan juta manusia

dikutuk untuk

hidup . dengan tidak laya,k. jadi kemampuan suatu sistem atau kebijaltan ekonoInl.

untuk memenuhi kebutuhan pokok ini adalah kriteria paling dasariah guna menil~i validitas etisnya.

{bl

Kedua: penciptaan lapangan kerja. K~rja bukanlah kutukan; sebaliknYQJ ketiadaan kemampuan dan kesempatan ker~a itulah yang me~Upakan kutukan, baik

bagi

orang miskin yang mengganggur maupun bagi orang kaya yang malas! Kehidupan pribadi dan kolektif manusia hanya bisa berkembang bila manusia bersikap aktif dat1 kreatlf. Dengan kaLa lain, kerja itll i::ldaklah bertalian dengan

natkah

semata, melainkan juga dengan reaiisasi bakat

serta

kemampuan seorang individu dan pengabdiannya kepada masyarakat.

Dewasa ini, penciutan lapangan kerja

terjadi

bukan saja karena kekurangan ketrampilan serta modal usaha, melainkan juga karena laju perkembangan tekIiologi. ,"There are 'the vict:i.ms of automatioh, mcde~ni~ation and of industrial closu~es . . . . Ofte~

menta1 b1"eakdown begins, with rumours of a faotory oiosing down."

- .

(27) Jadi kemampuan suatu sistem atau keputusan ekonomi untuk

~enoiptakgn berb~~ai bentuk keserupatan kerja meru~akan,

saiah

sa~u kriteria dari v~liditas etisnya.

{e} Ketiga: pengu~angan kesenjangan sosia1. Struktur ekonomi b isa memba'n tu a ta.u ba.'hkan menghambat rasa persa tuan dan persaudaraan di antara manusia, Baik ilmu psikologi maupun- sosioiogi" menutijukkan bah~g solidaritas antar manusia itu 'terancam,bila terdapat kontras sosial yang terlampau tajam.

Jadi

andaik~n saja kebutuhan pokok mayoritas manusia telah terpenuhi dengan memadai~ kita itu tidak hisa mengabaikan dampak morai dan

sasial dari kesenjangan sasial: kecenderunEtan

untuk

menjadi sarn6on~ dan s~wena~g-wenang di lapisan atas, d~n kecenderun~an ,untuk

kehilankiri

kepercayian serta har~a

diri di

i~pisan b~w~h, dibarengi den~an ketegangan sebagai akibat dari" kecemburuan

sosial.

bengan

kata lain, kesenjangan rnencip~akan

iklim

sosi~l

yang buruk

bagi ka-eksistcnsi

damai di

antara

manusia. tid

sebabnya kern~mpuan

Buatu

sistem

ntau

kebijttkan ekonomi untuk melakukan pemerataan sasial adalah salah satu kriteria "validitas
(15)

et !snya (28).

{d] Keempat:pengawasan kritis atas kekuasaan dan hormat atas hak asasi-, Ekonomi ikut menentukan huhungan dan bentuk pelaksanaan kekuasaan yang terjadi d~lam masyarakat. Kontrol, --pemilikan dan penguasaan--, atas sarana produksi dan distribusi

bar~ng 'serta jasa sering kali merupaknn kunei untuk memperoleh ber6ag~!

bentuk

kekuasaan sosial lainnya, termasuk kekuasaan·

politik dan sainstifik.

Itu

sebabnya

kita sering

menyaksikan alian~i

di

ant~ra penguasa ekonomi

deng'n

politik yang oieh

John

Kenneth Galbraith disebut dengan istilah "bureaucratic symbiosis"

yang didukung oleh perangk8.t "technostructurell kaum profesional (ZU; .

Galbraith bahkan menyatakan bah~a hakekat dati -suatu korporasi bisnis adalah perluasan kontrol gune menjamin

kel~ngsungan dan ~ertumbuhan dirinya

di

tengah dunia usaha yang kom~etitif. Korporas~ berusaha memperoleh kontrol poli~ik dengan menj~lin relasl dengan para penguasa bolitik guna mence~ah

timbulnya berbagai ancaman: ahcaman tet~u~usnya arus bahan baku'

yang dJd~pat dar:l ne"gara lain, anoaman timbulnya, pembatasan- pembatasah ,legal bagi ~roduksi

dan

pemasar~n barang-barang yang d ihas

ilkanya,

atlca!mah datangnya "seorang" pe'saing baru

d:1.

pasar

...

yang selama in! telah dikuasai. Anoaman-ancawan semacam i~u bisa

ditangani bila

Sd~~ti korpprasi

hisnis

ditunjang oieh penguasa po1it.ik. (30).

lorporasi ju~a berus~hi

unttik

m~nlhgkatkan

kontrol

ata~

selera dan'piiihan

bara

konsd~ert, hingga pembeli kini buk~n

lagl

rajj, melainkan hamba! Konsumen dikenJaiikan den~an inengembangkan

st.ratetti

ber:lkiani=tn

yang

canggih hlngga timbulah

keinginan

yang kuat untuk memiliki \barang atau jasa yang ditawarkan dan

lklim

mental yang sangat berorientasi pad~

konsumsi. "Higher levels of production m.erely brl.ng higher

1,evels

of w~nts creation: wants depend

upon the

process by ~hich they are sat i-sf ied . .. (31) Se lain, iklan J inovas-i tekn is dan

"pengusangan terencana'" [planned obsolence] juga digunakan untuk meningkatkan konsumsi.

Korporasi ju~a berusaha untuk mengendalikan lapisan

13

(16)

karyawan. Ancaman PHK~ ancaman untuk mengalihkan dana dan lokasl

usaha

ke negara lain dengan pasar buruh yang lebih murah, mekanisasi proses produksi adaiah beberapa cara ~una mengendalikan lapisan karyawan. Hekanisasi proses produksl serta pelayanan jasa dimaksud bukan hanya untuk meningkatkan efisiensi, melaink'an Juga. guns. meningkatkan kontrol, "since -machines are more controllable than people." (32).

Kor~orasi blsnis senantiasa berusaha untuk memperlebar keku8saannya. It.u sebabnya perlu diciptakan suatu sis-tem "checks and ba1ancesl l guna menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Sistem pengawasan

l eksternal bisa berupa lembaga-lembaga sos!al ~ritis gune

m91indungi

kepentingan konsumenj katyawan, dan lingkunga~,

misa1nya. -Pengawasan internalnya berupa komitmeri~ terhadap hak

asasi.

{e j Kelima: laba dan mil ik pr ibad i . Dalam ens ik 1 i k

Centessimus 'Annus yang diterbitkan tahun 1981, Paus Yohanes- Paulus II men~akui pentingnya paranan keuntungan dan kepentingan pribadi tself-interestJ sebagai pemicu kegiatan ekonomi. Hal it~

d irumuskannya sebaga i ber iku t: "Gerej a mengaku i peranan keuntungan yang wajar sebagai indikator bahwa bisnis berfungsi deng-an baik. Sebab'bila bisnis mendatangkan keuntungan, jelas!ah bahwa faktor-faktor produktif telah didaya-gunakan dengan tepat, d~n bi~wa kebutuhan-kebutuhan manuslawi yang berk~itan den~annya tetah dipenuhi sebagaimana layaknya." (3~) Namun seren~~k ~aus juga ~eniingatkan b~hwa keuntungan bukanlah faktor ~un~ial, sebab suatu korporasi bisnis [badan usahaj bukanlah semata-mata

merupakan suatu persekutuh ~odal, melainkan terutama merupakan suatu bersekutuan pribadi, atau lebih tepat la~i suatu rukun kekerabatan, "yang para warganya dengan'pelbagai cara bekerja sama guna memenuhi kebutuhan mereka, dan kesem~anya membentuk

ke1ompok

khas yang mengabdi seluruh ma~yarakat." (34) Dengan demikian, keuntungan itu haruslah terserap bukan saja oleh para

pemiiikl

ruelainkan juga oleh para peketj~. Paus Juga menolak konfilk semu

di

antara kapitallsme dan sosialisme mengenai pemil!kan ~rtbadi atau

pemilikan

bersama snrana-saran~ produksi, sebab persoalan

utamanya

terletak bukanlah dalam pemilikanJ

"J ,.. .~~ ., -< ..•

r

?~ ~: -~" "',C:_ ,:"', t 2, lr. 3 a .fi

" , " ' "f,,';F:

j'm:8uyangan

.14

(17)

melainknn dalam penggunaannya demi kesejahteraan umum.

Itulah beberapa kriteria etis guna 10eni1ai keadaan dan kebijakan . ekonomi. Pengalaman pahit sering menunjukkan bahwa pemikiran di atas kert.as tidaklah selaras deng.an kenyntaa.n hidup yang; l"timit. Dalam konteks hidup yang tak sempurna~ - kita sering mengala~i bahwa apa yang s~harusnya dilakukan terkadan~ tidaklah mungkin dtlakukan. Dengan kata la{n, kita sering menjumpai dilema dan kompromi etis. Dilema yang muncul sering kali ierjadi karena adanya kesulitan dalam menyusun prioritas ataupUn kondisi awal yang kurang memadai.

Apa

yang harus

didahulukan,

pertum6uhan usah~ ~tau pemerataan kesejahteraan? Mungkinkah demokr~si itu untuk sementara perlu dikorbankan clemi stabilitas politik dan teritorial? Untuk merangsang dunia usaha swasta, mungkinka6 kit~

itu terlebih dahulu harus mengobarkan rasa tamak, nafsu untuk memil1ki- dan bukannya solidaritas dengan orang miskin? etcetera.

Tanpa mengabaikan adanya kecenderungan ke arah egoisme dan- ketumpulan

hatl

nurani, dilema-dilema etis semacam itu mungkiri bisa sedikit "dlt;:>ecahkan" dengan ltlemperha.tikah sebuah pl:'insip

etls

yang clisebui: prinsip "prima facie" ton the face of it.j (35).

~ara ahii

etika

sering mengatakan bah~a nilai dan norma etis hanyalah berlaku prima ~acie, artinya hanyalah berlaku sqjauh

tidak

ada

taktor

~ tambahun yang menuntut

per1akuan

dan

pertimban~an khusus. Misalnya, larangan untuk me~bunuh atau bercerai adalah nor~a-norma yang beriaku prima

racie.

Namun bila

kita

membunuh un~uk menihentikan k~biadab~h seseorartg atau

)

bercerai untuk mengakhiri siksaan fislk dan Psikologis, maka tindakan-tindakan ters~but adalah tindakan' yan~ mem~unyai ~i~san yang ~~h, dan karena itu hiss

dimaklumi

dan dimaafkan.

Kendati

demikian~ tindakan-tindakan tersebut teta~lah hukan merupakin tindakan yan~ baik karena terdapat konsekuens! tragi~ yari~

~engi~utinya: ada orang yang harus mati, ada anak yang jadi terlantar, etc.

Jadi prinsip prima facia itu menuntut bahwa setiap penyimpangan dan pelanggaran etis itu perlu dipertanggungjawabkan dengan ~engajukan bukti serta alasan yang berat [serius).

Tarnbahan pula~

oleh

k~rena setiap pelanggatan

ebis ttu

diikuti

.1.5

(18)

oleh ko~ban ab~u konsek~ensi yan~ tragis, maka dituntut pula usaha

yang

optimal untuk mer~wat pihak yang dirugikan.

Dengan menuntu£ adanya penjeiasan dan pertanggungjawaban yang masuk aka! atas segala pelanggaran dan kompromi etis, kita memaks~ diri

kita

dan oran~ lain untuk berpikir lebih kreatif lagi gu'na meneari pemecahan yang mEimungkinkan 'masyarakat llntuk

berkembang 'balk secara etis fuaupun ekonomis.

,

..

Bandun~; 10 Januari 1992.

CatatanAkbir (Endnotes):

(l).Lessli~ New Begiri, The Other Side of 1984: Queslions tor th~

Churches, (Geneve: World douncil of Chur6h~s, 1983») p.i3.

(2).Ulrich Duchrow, Global Economy, (Geneve:

wee

Publioati,ons"

1987),p.57. ' ( 3 ) . I bid .. IP . 94 .

(4) .Nathan Rosenberg dan L.E.Birdzell ,

Jr.

~ "Asal Mula Kekayaan Barat .... Titian (3/1987),p.44;

(5).D~ni~1 R.Fusfeld, Tbe Age of the Ecorlo~fst, (Glenview, lilinois: Scott, Fo~esman and Company, 1977),~.1.

(6).John Philip W-ogaman, "Towards a Hethod for Dealing with Economic Problems as E'thical Problems," Co'nsilitlm 140

(lo/1980),p.77. .

(7)_Charles L.Kram.rtter, Ethics' and

tiherat.ion,

(New York: Orbl.s

Books, 1988),~.12. 4

(8) _ P'au la J. Dobr ian'€:-ky j "Hak Asas i Manus ia dan Trad is i Amer i ka, -,

Titi~n(4/1E90),p.44.

(g-).n.Schil1~he~ckx, ,Je~us

in Our

~estern'Cuiture,

(iondon:

~ck

Pt'esst .. 198,7) 1 p. 49 . . , " . -', ,

(iO)Dlkutip dar! K.Bertens, "E_Lavinas_~1I Filsafat BarB-f: AbBd XX,

.01.2 (Jakarta: Gramedia,

1985»)p.4~9. _ , . "

( 11 )E:nriqu9 Dusse

11. -"

Ana iY5 is

or

theF inal l)Qcumen

t _

of'

Pueb

la:

Th, Relatioriship Between Economics-and

Christian

Ethics,"

Consiilum 140

(10/1980'~p.l02.

(12)U.Duchrow, op.cit.;p.7S.

(13)D.R.Fusfeld~ op.cit.}p.3.

~14)Joseph Gremillion, The Gospel of Peace ~nd Justice: Catholic Social Teaching Since. Pope John, (N ew York: Orb is" Books,

, 1975).p.5., 1

{i5)J.Bryan

Hehir,

"The

World Bank

and Poverty aileviation .. "

Sedos 23 (5/1991),p.126.

(lB)Ibidem.

( 17 ) KOllpas , 'II

Utang

Negara

It 15k

in 1 . ,300 Hi lyar Do lIar J .. (20 Desembet 19Si),p.9. Catatan: Nampaknya pernyataan yang betbunyi, ,"250 juta anak dib:iarkan mati s~tiap' minggu,"

merupakan suatu kekelitua.n 'dalalll mengutip.

13tyah

Heir,

da'Iam

artikel yan~ diktiti~

di alas,

mencatat labdran UNICEF tahun 1988

yant

menyatakan

bahwa selama tahun

tersebut saja diperkiran

sod

ribu anak telah meninggal

dunia.

i6

(19)

(i8)Ibidem.

(19)Hahbub ul Haq, "krisis: dale.m Strategi Pembangunan," Titian 8 (tanpa tahun)~p.87.

(20)Georges, Enderle and Ambros Luthi, "Economic Dependence and Dissoc ia t ion, ," Consilium 140 ( 10/1980) ~ p, 49, Band iniikan tentang hal ya.ng gams. yang ditulis Peter. Berger, Revolusi

Kapitalis~ (Jakarta: LP3ES,1990),p.179.

(21)Lihat nomer (17) di atas.

(22)Ibidem. ,

(23 )KolJpas; I I Wawancara clengan Dr. Sj ahr ir: Secara Ruan

t

i tat if RAPBN 1992/1993 Kelihatan

Herniliki

Keseimbangan," (10 Januari 1992),p.l.

(24)Uraian selanjutnya Iihatlah R~ymond 'Toruanj "Globallsasi:

Bumi Makin Panas," dalam Henbju Hasyarakat Barn Indonesia, disunting oleh Tim Kompas, (Jakarta: Gramedia, 1990),pp.11-39 (25)Lihatlah Franco Biffi, Ajaran Sosial Pans Yohanes Paulus II,

• (Jakarta: Aptik,1991),p.80.

(26)Centesimus~lnus, norner 32.

(21)Eugene Heimler, "The Emotional Significance of Work, "

Cons11ium 160 (lO/1982),p.19. ,

(28)John Philip Wagaman, op.cit.)pp.80-81.

(29)Gagasan J.K.Galbraith, 2nl diuraikan olsh Paul Diesing, Science

&

Ideology in the Policy Sciences. (New York:

Aldine,1982),p,243. Bdk. D.R.Fusfeld, op.cit.,p.152.

(30)Ibid.,p.219. '

(31)Dikutip dari D.R.Fusfeld, op.cit.,p.152.

(32)P~ul Diesind, op.cit'.,p.219.

(33)Centesimus Annus, nomer 35.

(34)Ibidem.

(35)Lihatlah juga Franz Magnis-Sbseno, Etika Oasar, (Yogyakarta:

Kanis ius, 198''1) ,p. 136 . Bd k. Bernard T . Adeney, "Teor i . Et ika Barat dan Penerapan Etika di Indonesia," Kritis 3 .(Januari 1990)iP.26. Renungkan juga contoh-contoh yang diajukan

Adenay.

(20)

OAFTAR ORASIO DIES

22

5. 23 Juni '78

6. 24 Maret '79 7. 28 21 Apr'll '83

i

'1 I

8. 30 Apr; 1 '85 9. 31 Apt" il '86

10. 33 Ap t" i 1 '88

11- 34· Mei '89

Simone de Beauvoir tentang Ideolgi dan Etika

fJe 1 edakan Penrluduk ,dan Per- kembangannya

Fung:-i Akuntctn dalam Masyar'akat

Menrenai beber-apa aspek teori S'is em

Ilmu pengetahuall Alam dan Agama Pelestar-ian Lingkungan

, 0 i 3ntara S,ekam dan Debu

Peranan Hukum Vidana dalam Pern-

bangunan I\' a S 'i 0 ;-] a 1

Menuju Indonesia Incorporated

Trasnpormasi Sosial menjelang lepas landas

I i

Drs. MAW. Brouwer FM

Mgr.Drs,Ign.Harsono PR

Drs. H. Sudirman Ak.

Or. Wi nardi 7 SE

Dr. Th. Huybers, OSC

I

Prof. MR. St. Munajat -

'I

I Qarlusaput ro 1 Ie EL, CEPLA I Ya'n

Rama Drs. Sunyata, OSC

0' d'

,.!

, Dr. Soedjono

i, wor'o \ SH 1 r JOS1SI

! Dr. Pande Radja

Silalahi

Dr. W. Hofsteede, OFM

12, 35 Jan. 'gO Pengelolaaan Perubahan Dr. A8M. Witono, MSBA

~

, II

13.! 36 Jan. '91

I

Arsitektur Indonesia Dalam Pem- iDr.lr . . Sandi A Siregari

Ii

I '.":'

J M.Atct1.Eng I'

.1 j

Ii 1

~.

i 37 Jan. '92' Tit i k Sentuh Eko'1omi & Et i ka jDrs

wi~~lrl£i2:1~~r~

Il,.=-oo=-_~_Lc_ ..

--===,=,= __

,,-c~.,c.-

.... _., ...

":_~.o.:.:.;·o=;-;·-:;.-;:c·,;;:"'::-··.-:::,-:=.-.~"c'"_:::::==::::::::::c:c=_·.-.=,00.-.-:-.,.;.-:·:-:"

.. ::,...,...,._=';-::::.-.

~.

______ =,..,.,-=-:;-0;;." ... -.-_ ... _ .... _- ._-- .'. _ ... _, . __ . _._ .. - .-

C.4TATAN :

Da fta r in i mungk"j n be 1 urn 1 engkap

Informa~i ynn9 dapat. melen9~'·0pi . mahan dlsampalkan pada Panltla

Bandung, Januari'· 199

Referensi

Dokumen terkait