• Tidak ada hasil yang ditemukan

TM 10 FKp Respirasi

N/A
N/A
putri diahh

Academic year: 2024

Membagikan "TM 10 FKp Respirasi"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

OBAT-OBAT SISTEM RESPIRASI

OBAT-OBAT BATUK

(2)

oblongata pentoxyverine

Antitusif kerja perifier Menghambat saraf aferen atau eferen untuk mengurangi refleks batuk

benzonatate

Ekspektoran dan Mukolitik Merangsang sekresi kelenjar bronkus Amonium klorida, guaifenesin Menurunkan kekentalan sputum Asetilsistein, dornase-α

Menghambat sel goblet untuk memproduksi mukopolisakarida

Bromheksin, ambroksol

Antitusif

Untuk menekan batuk kering

Kurang memberi manfaat klinis, kecuali untuk batuk yang sangat mengganggu Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk di medulla.

Dapat menyebabkan retensi sputum bahaya pada bronkitis kronis dan bronkiektasis contoh obat :

1. kodein

(3)

3

antitussives

Antitussives Adverse effects

Noscapine nausea

Dextrometorphan (NMDA antagonist) Sedation, nausea, vomit, psychosis, potentially abused

Dyphenhydramine (anti histamine-1) Sedation, dry mouth

Codeine (opiate) Sedation; contipation

May cause sputum retention contraindication in asthma

Ekspektoran

Dimaksudkan untuk memudahkan ekspektorasi (batuk) Digunakan sebagai ekspektoran pada batuk berdahak,

Mekanisme kerjanya dg cara meningkatkan volume dan menurunkan viskositas dahak di trakea dan bronki, kemudian merangsang pengeluaran dahak menuju faring.

Efek samping: mual, muntah, batu ginjal.

Contoh :

1. Gliseril guaiakolat / guafenesin 2. Succus Liquiriteae

3. Ammonium chloride

(4)

Mukolitik

Mempercepat ekspektorasi dan mengurangi viskositas sputum Contoh obatnya:

1. Asetilsistein 2. Karbosistein 3. Ambroksol 4. Bromheksin

Secretion Management

Increase the depth of the sol layer

◦Water

◦Saline

◦Expectorants

Alter the consistency of the gel layer

◦Mucolytics

Improve ciliary activity

◦Sympathomimetic bronchodilators

(5)

5

Mukolitik (Ambroxol)

Digunakan sebagai mukolitik pada batuk berdahak.

Merupakan metabolit dari bromheksin

Efek samping: efek samping ringan pada saluran pencernaan, reaksi alergi.

Selain utk obat batuk, ambroxol juga memiliki sifat pereda nyeri pada sakit tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap ambroxol.

Mukolitik (Erdosteine)

Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.

(6)

Mukolitik (Asetilsistein)

Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan parasetamol Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna

Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak

Mucolytic by aerosol or direct instillation into the ET tube; also available oral Anti oxidant

Given orally to reduce liver injury with acetaminophen (Tylenol) overdose.

Acetylcysteine

◦Mucolytic by aerosol or direct instillation into the ET tube; also available oral

◦Anti oxidant

◦Given orally to reduce liver injury with

acetaminophen (Tylenol) overdose.

(7)

7

Mukolitik (Bromheksin)

Ialah derivat sikloheksil yang berkhasia mukolitik pada dosis yang cukup tinggi. Obat ini digunakan di bronkus secara lokal untuk mempermudahpengeluaran dahak dengan mengurai viskopsitas dengan jalan depolimerisasi serat mukopolisakaridanya. Bila digunakan inhalasi efeknya setelah 20 menit. Sedangkan oral efeknya setelah beberapa hari dengan berkurangnya rangsangan batuk. Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit aktif ambroksol dan juga digunakan sebagai mukolitik.

Efek samping : gangguan saluran cerna,pusing,berkeringat. Pada inhalasi dapat terjadi bronchokontriksi ringan.

Hazard of Mucolytics

The problem with all three mucolytics is that they destroy the elasticity of mucus while reducing the viscosity.

Elasticity is crucial for mucociliary transport.

The patient must be able to cough adequately to remove the mucus.

(8)

OBAT-OBAT ASMA

(9)

9

Bronchodilators

relax constricted airway smooth muscle in vitroand cause immediate reversal of airway obstruction in asthma in vivo

prevent bronchoconstriction

(10)

Bronchodilators

Sympathomimetics: β

2

Adrenergic agonists; Epinephrine; Ephedrine;

isoproterenol (isoprenaline) Theophylline (a methylxanthine)

Anticholinergic agents (muscarinic receptor antagonists)

Bronchodilators-mode of action

(11)

11

AGONIS  ADRENERGIK

MK: stimulasi reseptor beta mengaktivasi jalur adenyl siklase cAMP sehingga menyebabkan reduksi tonus otot halus. Stimulasi ini juga meningkatkan konduktansi gerbang besar Ca2+ yang sensitif K+ pada otot polos saluran pernafasan, mengarah pada hiperpolarisasi membran dan relaksasi Indikasi: asma akut parah, profilaksis asma, mengurangi gejala Efek samping: tremor, takikardia, palpitasi, sakit kepala, gugup

Penggunaan oral agonis  reseptor tidak memperoleh penerimaan yang luas Non spesifiki: Epinefrin, Efedrin

Β 2 adrenergic agonists

Short acting

Albuterol (salbutamol)

Metaproterenol (orsiprenalin)

Levalbuterol Terbutaline Pirbuterol Fenoterol

Long acting Formoterol Salmeterol Procaterol

Indacaterol (ultra long acting)

(12)

AGONIS  ADRENERGIK

Terdapat 2 kondisi penggunaan oralnya:

a. Terapi oral singkat pada anak < 5 tahun yang tak dapat menggunakan inhaler namun memiliki sesekali nafas berbunyi dengan infeksi virus pada bagian atas saluran pernafasan.

b. Pasien dengan asma parah yang lebih berat

Untuk penanganan asma  agonis selektif reseptor 2 (kerja cepat & kerja lambat)

a. Agonis kerja cepat untuk mengurangi gejala simptomatik asma

 albuterol, terbutalin

AGONIS  ADRENERGIK

b. Agonis kerja lama untuk penanganan profilaktik

 salmeterol xinofoat, formoterol

Penggunaan kronik sering mengarah ke desensitisasi reseptor dan pengurangan efek

Desensitisasi pada reseptor yang terdapat pada sel mast dan limfosit

Penggunaan agonis 2 adrenergik kerja lama dan inhalasi steroid lebih efektif

(13)

13

Salbutamol (albuterol)

Oral ; inhalation; parenteral (SC, IM, IV) Onset of action 15 minutes

Duration of action 3-4 hour

AE : skeletal muscle tremor, nervousness, occasional weakness, palpitation, tachycardia, delay preterm labor (oral)

Dosage form : Oral tablet 2 mg, 4 mg, sirup 2 mg/5mL cairan ih 1 mg/mL, MDI 100 µg/puff

Serbuk ih 200 µg/kaps rotahaler

Terbutaline

Oral; subcutaneous; inhalation route

for the long-term treatment of obstructive airway diseases; acute bronchospasm, available for parenteral use for the emergency treatment of status asthmaticus Oral : tab 2,5 mg; syr 1,5 mg/ 5 mL

Inj (SC; IV) : 0,5 mg/mL Inh solution 2,5 mg/mL Inh powder : 0,5 mg/dose

(14)

prolonged duration of action (>12 hours)

50-fold greater selectivity for 2receptors than albuterol highly lipophilic

onset of action of inhaled salmeterol is relatively slow

not suitable monotherapy for acute breakthrough attacks of bronchospasm

Formoterol

long-acting DOA > 12 hour highly lipophilic

high affinity for 2receptors

FDA-approved for treatment of asthma, bronchospasm, prophylaxis of exercise-induced bronchospasm, and chronic obstructive pulmonary disease (COPD).

can be used concomitantly with short-acting 2agonists, glucocorticoids (inhaled or systemic), and theophylline (Goldsmith and Keating, 2004)

(15)

15

METILXANTIN

MK: Inhibisi fosfodiesterase sehingga menghambat pengubahan cAMP menjadi AMP yang selanjutnya meningkatkan bronkodilasi

Efek samping: Vasokonstriksi serebral

Penggunaan menurun karena resiko toksisitas parah yang mengancam nyawa dan beragam interaksi obat

kafein, teobromin, teofilin

Theophylline - MOA

(16)

Muscarinic Cholinergic Antagonists

atropine methylnitrate, ipratropium bromide, Tiotropium

competitive antagonists of ACh binding to muscarinic cholinergic receptors

Block direct constrictor effect on bronchial smooth muscle mediated via the M3-Gq-PLC-IP3-Ca2+

pathway

asthmatic patients- less effective as bronchodilators than β2agonists In COPD, may be as effective as or even superior to β 2agonists reduce air trapping and improve exercise tolerance in COPD patients.

Adverse Effects

generally well tolerated

Nebulized ipratropium bromide may precipitate glaucomain elderly patients due to a direct effect of the nebulized drug on the eye

bronchoconstriction may occur with ipratropium bromide given by MDI dryness of the mouth

Urinary retention

(17)

17

GLUKOKORTIKOID

MK: menginhibisi respon inflamasi secara menyeluruh Indikasi: inflamasi, mengurangi gejala asma

Efek samping: penurunan sistem imun, moonface, osteoporosis a.Inhalasi kortikosteroid

Obat langsung menarget pada tempat inflamasi yang relevan memperbaiki indeks terapeutik obat dan secara berarti mengurangi efek samping

Digunakan untuk terapi profilaktik asma

beklometason dipropionat, triamnisolon asetonid, budesonid b. Glukokortikoid sistemik

Digunakan pada asma akut yang lebih berat dan asma kronik yang parah

Terapi selama periode singkat (5-10 hari) menyebabkan toksisitas yang berhubungan dengan dosis relatif kecil.

(18)

Corticosteroids

Glucocortioids mineralocorticoids Short to medium

acting

Intermediate acting

Long acting

(19)

19

KROMOLIN DAN NEDOKROMIL

MK: memblok saluran kalsium dalam sel mast Indikasi: profilaktik asma kronik, asma alergi Efek samping: iritasi, batuk, mual

Hanya efektif pada inhalasi

Tidak lebih dari atau kurang efektif dibanding teofilin, atau antagonis leukotrien pada asma persisten

LEUKOTRIEN RESEPTOR ANTAGONIS & INHIBITOR SINTESIS LEUKOTRIEN

MK: Antagonis reseptor yang berpengaruh terhadap bronkokonstriksi, inhibisi pembentukan leukotrien

Indikasi: Pengobatan jangka panjang simptomatik asma ringan hingga sedang Efek samping: Efek pada hati dan kulit, infeksi, efek GI

zafirlukast, montelukast, zileuton

(20)

ANTIBODI MONOKLONAL ANTI IgE

MK: mengikat IgE pada Fc sehingga tak dapat berikatan dengan reseptor IgE pada sel mast dan basofil sehingga mencegah reaksi alergi

Indikasi: untuk dewasa dan remaja lebih dari 12 tahun dengan alergi dan asma persisten sedang hingga parah

Efek samping: anafilaktik

Efektif dalam mengurangi ketergantungan pada kortikosteroid dan mengurangi frekuensi asa yang lebih berat.

Diberikan secara subkutan

 Omalizumab

Nasal-Vasoconstrictor

Decongestant

alpha-adrenergic receptors

phenylephrine, oxymetazoline, and xylometazoline 1-2 sprays/days

Use must be limited to 3 to 5 days to avoid rebound nasal congestion

(21)

21

Nasal-Anti inflammatory

not known whether INCS penetrate the nasal mucosa or act on target cells (CD1a+ Langerhans cells) reduce the influx of inflammatory cells into the nasal mucosa in response to allergic stimuli

One spray in each nostril two to four times a day

Obat Histamin dan

Antihistamin

(22)

Autakoid

 substansi (kimia) selain transmitor yang secara normal ada di dalam tubuh dan punya peran atau fungsi fisiologik penting baik dalam keadaan normal (sehat) maupun patologik (sakit)

Histamin

Histamin dan serotonin (5-hydroxytryptamine) : amin biologik yang terdapat dalam berbagai macam jaringan yang penting dalam fungsi fisiologik.

Efek histamin timbul melalui aktivasi reseptor histaminergik H1, H2dan H3. Reseptor-H1: sel otot polos, endotel dan otak.

Reseptor-H2: mukosa lambung (pada sel parietal),otot

(23)

23

Efek pada sistem kardiovaskuler

Histamin eksogen menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik melalui vasodilatasi dan diikuti dengan mekanisme homeostasis berupa peningkatan denyut jantung.

Efek pada saluran cerna

Pada dosis besar histamin eksogen dapat memacu sekresi asam lambung melalui aktivasi reseptor- H2.

Efek pada bronkus dan otot polos organ lain Histamin menyebabkan timbulnya bronkokontriksi.

Efek lain histamin: kontstriksi otot polos mata, sal. Kemih, organ genital.

Efek pada reseptor H1 dan pada ujung sarafkomponen penting dalam patofisiologi urtikaria Pada jaringan sekretorik, memacu sekresi asam lambung, pepsin & faktor intrinsik melalui aktivasi reseptor H2 peningkatan cAMP intraseluler.

(24)

 Obat yang mempunyai efek melawan efek histamin dengan cara memblok reseptor H1.

Efek histamin endogen dapat dihambat melalui 3 cara:

1. Penghambatan secara fisiologis, misal oleh adrenalin

2. Penghambatan pelepasan/degranulasi histamin yg timbul. Hambatan pelepasan histamin pada proses degranulasi histamin dapat terjadi pada pemberian kromolin & stimulan adrenoseptor β2

3. Blokade reseptor histamin H1 dengan obat antihistamin. Blokade reseptor histamin H1 secara kompetitif dapat menghambat efek histamin.

1) Antagonis reseptor H1

Umumnya disebut obat antihistamin / antihistaminika ialah antagonis H1 yg beraksi melalui blokade reseptor histamin H1, sedangkan efeknya pada reseptor-H2 dan H3 dapat diabaikan.

Gen 1: CTM, dimenhidrinat, diphenhydramine GEN 2: loratadin, cetirizine, terfenadin dan astemizol,

(25)

25

Efek obat antihistamin dapat bermanifestasi : Sedasi

Efek antimual & antimuntah.

Doksilamin dan dimenhidirnat mempunyai efek mencegah mabuk gerak (motion sickness) tetapi tidak menghilangkan mabuk yang sudah ada

Efek antiparkinsonisme dan antimuskarinik

Obat antihistamin memiliki efek antimuskarinik, sering menimbulkan retensio urine & penglihatan kabur, dapat untuk mengurangi rhinorrhoea, juga mulut kering.

Referensi

Dokumen terkait