• Tidak ada hasil yang ditemukan

Topik penelitian: ANTIBIOTIK

N/A
N/A
Eka Wahyuni

Academic year: 2023

Membagikan "Topik penelitian: ANTIBIOTIK"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MK ; Farmakologi Kebidanan Dosen :

ANTIBIOTIKA

DI SUSUN OLEH EKA WAHYUNI

A1A222191

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023/2024

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, pencipta alam semesta, Wahai Dia yang karenan-Nya terlepas simpul kesulitan, wahai Dia yang dari-Nya diperoleh jalan keluar menuju jalan keselamatan, yang telah menganugerahkan Rahmat serta Inayah-Nya kepada kami sehingga makalah kami dengan judul pembahasan ” ANTIBIOTIKA” dalam Mata Kuliah FARMAKOLOGI KEBIDANAN, ini dapat terselesaikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan.

Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada hambah-Nya yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam, sang revolusioner sejati yang telah mengantarkan kita dari pengetahuan klasik sampai kepada pengetahuan modern yaitu Baginda Nabi besar Muhammad SAW.

Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah “FARMAKOLOGIKEBIDANAN” Makalah ini tidak akan pernah terwujud tanpa dari dalam diri saya agar menyelesaikan maklah ini dengan tepat waktu.

Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini, masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat didalamnya.Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.

Makassar, 20 Juni 2023

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan Masalah...2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Antibiotika...3 B. Penggologan Antibiotika...9 C. Mekanisme kerja Antibiotika...10 D. Jenis Antibiotika Yang Aman dan Tidak Aman Untuk Ibu hamil dan

menyusui...

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...13 B. Saran...13 DAFTAR PUSTAKA...14

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Antibiotik merupakan obat yang berfungsi untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sebagai salah satu jenis obat umum, antibiotik banyak beredar di masyarakat. Hanya saja, penggunaan antibiotik yang tidak tepat menimbulkan beragam masalah. Hal ini merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama dalam hal resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi karena penggunaan yang meluas dan tidak rasional, beberapa faktor yang mendukung terjadinya resistensi adalah penggunaannya yang terlalu singkat, dosis yang terlalu rendah, diagnosis awal yang salah, indikasi yang kurang tepat, misalnya infeksi virus, dan penggunaan antibiotik tanpa resep.2,3

Menurut World Health Organization (WHO) pembelian antibiotik tanpa resep 64% terjadi di negara yang berada di Asia Tenggara. Penggunaan antibiotik tanpa resep terjadi di beberapa negara, seperti di Korea Selatan perilaku penggunaan antibiotik tanpa resep dipengaruhi oleh umur dan pengetahuan konsumen tentang antibiotik. Pada responden berumur 18-39 tahun pengetahuan tentang penggunaan antibiotik lebih rendah dari responden berumur 40-59 tahun, dan responden yang telah lulus perguruan tinggi 2,39 kali lebih mengerti tentang penggunaan antibiotik. Survei di Palestina menunjukkan penggunaan antibiotik tanpa serep dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Dimana masyarakat yang memiliki tingkat perekonomian menengah keatas sikap dan perilaku penggunaan antibiotik juga lebih baik.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Theodorus Garry Putra Gan, tahun 2017, pada mahasiswa Universitas Respati Yogyakarta didapati hasil semakin tinggi pengetahuan seseorang terkait antibiotik maka semakin baik sikap dan tindakan untuk tidak menggunakan antibiotik tanpa resep. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasnal Laily Yarzadkk,tahun 2015,

(5)

dimana didapati hasil tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan antibiotik tanpa resep

B. Rumusan Masalah

1. Apakah mekanisme antibiotik?

2. Apa saja penggolongan antiiotik?

3. Bagaimana mekanisme kerja antibiotik?

4. Apa saja jenis antibiotik yang aman dan tidak aman bagi wanita hamil dan menyusui?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui mekanisme antibiotik?

2. Untuk mengetahui penggolongan antiiotik?

3. Untuk mengetahui Bagaimana mekanisme kerja antibiotik?

4. Untuk mengetahui Apa saja jenis antibiotik yang aman dan tidak aman bagi wanita hamil dan menyusui?

(6)

BAB II

Tinjauan Pustaka A. Definisi

Antibiotik secara etimologi berasal dari kata aantibiosis yang memiliki makna “melawan kehidupan”. Dimasa lalu, sebagai senyawa organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang berefek toksik terhadap mikroorganisme lainnya dikenal sebagai antibiotik. Dari konsep tersebut, pada awalnya, antibiotik secara luas didefinisikan sebagai senyawa atau zat yang diproduksi oleh mikroorganisme atau makhluk biologis lainnya yang dapatmenghambat atau membunuh suatu mikrorganisme walaupun pada konsentrasi yang rendah

Dirayah Rauf Husain & Riuh Wardani.2021. Bakteri Endosimbion Cacing Tanah: Kajian Potensi Antibakteri secara In-Vitro dan In- silico.Rajawali Sleman.CV Budi Utama

Antibiotika adalah segolongan senyawa alami atau sintesis yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses biokimiawi didalam suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri.

dr. Prapti Utami.2012. Antiobiotik Alami Untuk Mengatasi Aneka Penyakit.Ciganjur, jagakarsa.katalog Dalam Terbitan)

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh jasad renik dan dalam kadar yang sangat kecil mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan jasad renik lain (virus, riketsia, bacteria, protozoa, cendawan)

(Dyah wuri handayani. 2015. Farmakognisi jilid III. Sleman. CV budi utama)

Antibiotika adalah komponen alamai atau sintetik yang dapat membunuh bakteru, terdapat banyak jenis antibiotik yang dapat bekerja secara berbeda

(7)

terhadap bakteri, biasanya antibitik tidak dapat bekerja langsung terhadap antibitik.

Dr. Apt. Mustasir.S.Si.,Msi DKK. 2017. Antibiotika dan resistensi antibiotik.Rizmedia

Antibiotika ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme terbuat secara sintetik ata dari senyawa non organik.

Antibiotik merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan patogen, dapat menghilangkan infeksi mikroba.

Apt. Supomo,S.Si,M.Si DKK.2021. Khasiat Tumbuhan Akar Kuning Berbasis Bukti.Jl. Batua Raya No.3, Makassar. Mas Media Pustaka

B. Penggolongan Antibiotika

Antibiotik digolongkan dalam enam kelopok, yaitu:

1. Panisilin

Antibiotika golongan penisilin ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penisilin dan sefalosporin. Penisilin dan sefalosporin merupakan kelompok antibiotik betalaktam yang sudah lama di kenal sejak abad ke19. Penisilin diperoleh dari biakan penicilliumnotatum untuk

perkembangbiakan sistemik, kemudian menggunakan

peniciliumchrysogenum. Sefalosporin diperoleh dari biakan cephaloriumacremonium oleh Brotzu pada abad yang sama (Istiantoro, 2009).

Kedua kelompok antibiotika tersebut memiliki bentuk bangun yang serupa, keduanya memiliki cincin beta-laktam. Cincin ini merupakan syarat mutlak untuk menguji keampuhannya. Ketika cincin ini dibuka misalnya oleh enzim betalaktamase (penisilinase atau sefalosporinase), maka antibiotik tersebut menjadi inaktif. Pada umumnya penisilinase

(8)

hanya dapat menginaktifkan penisilin dan tidak pada sefalosporin, begitu sebaliknya berlaku untuk sefalosporinase (Hoan, 2015).

Penisilin dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut aktivitas dan resistensinya terhadap laktamase:

a. Zat–zat dengan spektrum-sempit: benzilpenisilin, penisilin V dan fenetisilin.

b. Zat-zat tahan-laktamase: metisilin, kloksasilin, dan flukloksasilin.

c. Zat-zat dengan spektrum-luas: ampisilin dan amoksisilin.

d. Zat-zat anti-pseudomonas: tikarsilin dan piperasilin.

Sefalosporin diperoleh secara semisintesis dari sefalosporin-C yang dihasilkan jamur cephalorium acremonium. Berdasarkan keampuhan antimikoba dan resistensinya terhadap betalaktamase, sefalosporin umumnya digolongkan sebagai berikut:

a. Generasi 1 : sefalotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin, dan sefadroksil.

b. Generasi 2 : sefaklor, sefamandol, sefmetazol dan sefuroksim.

c. Generasi 3 : sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim, seftriakson, sefotiam, sefiksim, sefpodoksim, dan sefprozil.

d. Generasi 4 : sefepim dan sefpirom 2. Aminoglikosida

Aminoglikosida adalah antibiotika yang dihasilkan dari jenis-jenis fungi streptomyces dan fungus lainnya (mikromonospora). Semua senyawa dan turunan semi-sintesisnya mengandung dua atau tiga gula-amino di dalam molekulnya yang saling terikat secara glukosidis

3. Tetrasiklin

(9)

Tetrasiklin adalalah antibiotik yang di hasilkan oleh streptomycesaureo faciens, Streptomycesrimosus. Tetrasiklin di buat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat di peroleh oleh dari streptomyces yang lain (Istiantoro, 2009). Setelah tahun 1960 zat-induk tetrasiklin, mulai dibuat seluruhnya secara sintesis, yang kemudian disusul oleh derivat – oksi dan –klor serta senyawa long-actingdoksisiklin dan minosiklin.

4. Polipeptida

Antibiotika golongan ini meliputi polimiksin A, B, C, D dan E.

Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri dari rangkaian polipeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman gram negatif, misalnya psedudomonas maupun kuman kuman koliform yang lain. Antibiotika ini berlainan dengan antibiotika lainnya yang diperoleh dari jamur, obat-obat ini dihasilkan oleh sejenis bakteri.

5. Antibiotika lainnya a. Kloramfenikol

Kloramfenikol adalah antimikroba bakteriostatik dan memiliki spektrum yang luas. Awalnya diperoleh dari sejenis streptomyces (Nonomura,1974 dalam Buchbauer, 2015), yang kemudian dibuat secara sintesis.

b. Spektinomisin

Spektinomisin adalah antibiotik yang memiliki broad-spectrum ampuh membasmi sejumlah kuman gram-positif dan gram-negatif yang di peroleh dari biakan Streptomycess pectabilis (Nonomura,1974 dalam Buchbauer, 2015).

c. Linezolid

Linezolid adalah senyawa antimicrobial. Antibiotika ini termasuk kelas antibiotika terbaru yaitu oxazolidindion, antibiotik tersbut

(10)

ditemukan di tahun 1980. Linezolid bekerja dengan cara mengganggu produksi protein yang diperlukan bakteri untuk tumbuh.

d. Asam fusidat

Asam fusidat adalah antibiotikum dengan rumus steroida yang mirip dengan struktur asam empedu ini dihasilkan oleh jamur Fusidum coccineum (Denmark, 1961 dalam Hoan, 2015).

e. Mupirosin Mupirosin merupakan senyawa yang dihasilkan oleh kuman Pseudomonas fluorescens (Nonomura,1974 dalam Buchbauer, 2015), maka semula dinamakan pseudomonicacid. 11 6. Fluorokuinolon

Fluorokuinolon merupakan golongan kuinolon baru dengan atom fluor pada cincin kuinolon. Antibiotik ini adalah antibiotik satu-satunya kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri Karena sifatnya yang mudah diserap sangat baik oleh tubuh. Kuinolon yang penting adalah analog terfluorinasi sintetik asam nalidiksat.

Kuinolon menyekat sintesis DNA bakteri dengan menghambat topoisomerase II (DNA girase) dan topoisomerase IV bakteri. Turunan terfluorinasinya yaitu ciprofloxacin, gatifloxacin, gemifloxacin, levofloxacin, lomefloxacin, moxifloxacin, norfloxacin, ofloxacin (Katzung, 2007).

Arika Indah Setyarini DKK.2022.Farmakologi dasar. Padang Sumatera Utara. PT Global Eksekutif Teknologi

C. Mekanisme Kerja Antibiotik

1. Mampu menghambat dan merusak dinding sel bakteri

(11)

a. Antibitik beta-laktam

Umumnya bersifat bakterisid dan sebagian besar efektif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Antibiotik ini dari golongan obat uyang mempunyai struktus cincin beta laktam seperti panisilin, Sefalosporin, Monobaktam, carbapeem dan inhibitor beta-laktam.

Antibiotik beta laktam b. Vankomisin

Antibiotik yang aktif terhadap bakteru gram positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA).

c. Basitrasin

Mempunyai sifat nefrotoksik bila memasuki sirkulasi sistemik yang terdiri dari antibiotik polipeptida. Bebrapa bakteri kokus dan basil gram-positif seperti (Neisseria, H. influenza dan Treponema Pallidum) sangat sensitif terhadap antibiotik ini.

2. Mampu memodifikasi atau memperlambat sintesis protein

Golongan antiobotik yang mampu memdifikasi atau menghambat sintesis protein antara lain, golongan:

a. Aminoglikosida yang bersifat bakterisid ( Streptomisin, Kanamisin, Neomisin, Gentamicin, Amikasin, dan Tobramisin)

b. Tetrasiklin yang bersifat bakteriostatik.

c. Kloramfenikol yang mampu spectrum luas dan mempunyai sifat bacterisid dengan mekanisme kerja menghambat bakteri gram positif dan gram-negatif, bakteri aerob da anaerob, klamidia dan mycoplasma.

d. Makrolida

(12)

e. Klindamisin

Mampu menghambat sebagian besar kokus gram-positif dan sebagan besar bakteri anaerob tetapi tiak bisa menghambat bakteri gram- negatif aerob seperti haemophilus, Mycoplasma dan Clamydia.

f. Mupirosin.

Mupirosin merupakan antibiotik topikal yang menghambat bakteru gram-positif dan gram-negatif. Antibiotik ini dalam bentuk sediaan salem dan krim 2% untuk penggunaan kulit.

g. Spektinomisin

Antibiotik spektinomisin dapat dgunakan sebagai obat alternatif untuk infeksi gonokokus bida obat ini pertama tidak dapat digunakan. Spektinomisin diberikan secara IM.

3. Antibiotik antimetabolit yang mampu menghambat enzim-enzimesensial dalam metaboliseme folat.

Antibiotik t=yang dapat masuk kedalam golongan ini yaitu : Sulfonamid fan Trimetoprim. Sulfonamid bersifat bakteriostatik. Trimethoprim dikombinasikan dengan sulfametoksazol mampu menghambat sebgian besar patogen saluran kemih kecuali P. aeruginosa dan Neisseria sp.

Antibiotik yang mempengaruhi sintesis dan metabolisme asam nukleat.

Arika Indah Setyarini DKK.2022.Farmakologi dasar. Padang Sumatera Utara. PT Global Eksekutif Teknologi

https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_Klinis_Perawatan_Gigi_pad a_Ibu/e7RTEAAAQBAJ?

hl=id&gbpv=1&dq=antibiotik+yang+aman+dan+tidak+aman+bagi+wanita+hamil +dan+menyusui%3F&pg=PA84&printsec=frontcover

BAB III

(13)

PENUTUP A. Kesimpulan

B. Saran .

DAFTAR PUSTAKA

Jayanti Ira. (2021). EVIDANCE BASED DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. In J. Ira, Evidance Based Dalam Praktik Kebidanan (p. 2). Yogyakarta:

Deepublish.

Chenery Morris, S. (2019). Evidence Based Midwifery. Royal College of Midwifes, 8(4), 1–36.

Indrawan, B. A. B., Teori, A. L., & Pranikah, L. B. (2019). Indrawan WS, Ibid . Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam , (Jakarta : Amzah, 2013), hlm. 286. 10. 10–28.

Irmayanti, R., Malini, H., & Murni, D. (2019). Persepsi Perawat Tentang

(14)

Evidence Based Nursing Practice (EBNP) di Rumah Sakit. Jurnal Endurance, 4(3), 516. https://doi.org/10.22216/jen.v4i3.4638

Kostania, G., Ahmad, A. L., & Yunita, S. (2020). Pengembangan Booklet Pranikah Sebagai Media Informasi Dalam Pelayanan Kesehatan Untuk Calon Pengantin. Jurnal Kebidanan Indonesia, 11(2), 01.

https://doi.org/10.36419/jkebin.v11i2.367

a. Penisilin Merupakan senyawa bakterisida yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri (Katzung, 2004). Kelompok penisilin antara lain benzilpenisilin (penisilin G), fenoksimetilpenisilin (penisilin V), flukloksasilin, kloksasilin, ampisilin, amoksisilin, amoksisilin/klavulanat, piperasilin, dan tikarsilin.

Penggunaan penisilin pada kehamilan relatif aman. Tidak ada bukti yang menyatakan penisilin bersifat teratogenik sehingga dapat diberikan selama kehamilan, kecuali pada piperasilin dan tikarsilin hanya digunakan bila manfaat pemberian melebihi risikonya (BPOM RI, 2008;

Martin, 2009).

Ampisilin dan amoksisilin merupakan antibiotika yang paling sering digunakan. Dilihat dari segi keamanannya, ampisilin dan amoksisilin relatif paling aman digunakan selama kehamilan. Amoksisilin merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih bila diperlukan pemberian oral pada ibu hamil. Absorpsi amoksisilin setelah pemberian per oral jauh lebih baik dibanding ampisilin, karena tidak terganggu dengan adanya makanan dalam lambung (Spicer dkk., 2003; BPOM RI, 2008). b. Sefalosporin Secara kimiawi, sefalosporin memiliki mekanisme kerja dan toksisitas yang serupa dengan penisilin. Sefalosporin lebih stabil daripada penisilin terhadap bakteri β-Laktamase sehingga

(15)

umumnya mempunyai spektrum aktivitas yang 14 lebih luas.

Sefalosporin dapat digolongkan menjadi empat generasi berdasarkan pada spektrum aktivitas antimikrobanya. Senyawa generasi pertama memiliki aktivitas yang lebih baik terhadap bakteri gram positif.

Kelompok ini antara lain sefadroksil, sefaleksin, sefradin, sefazolin, dan sefalotin. Walaupun sefalosporin generasi pertama memiliki aktivitas yang luas dan relatif non toksik, namun senyawa ini jarang menjadi obat pilihan bagi infeksi. Dibandingkan dengan generasi pertama, sefalosporin generasi kedua kurang aktif terhadap bakteri gram positif tetapi lebih aktif terhadap bakteri gram negatif. Kelompok ini antara lain sefaklor, sefotetan, sefoksitin, sefprozil, dan sefuroksim. Penggunaannya terutama untuk mengobati sinusitis, otitis atau infeksi saluran nafas bagian bawah.

Sefalosporin generasi ketiga antara lain sefdinir, sefiksim, sefotaksim, sefpodoksim, seftazidim, seftibuten, seftisoksim, dan seftriakson.

Kelompok ini umumnya kurang aktif terhadap bakteri gram positif dibandingkan generasi pertama, tetapi aktif terhadap bakteri gram negatif yang telah resisten. Sefalosporin generasi ketiga biasanya diindikasikan untuk infeksi berat. Sefepim merupakan contoh dari sefalosporin generasi keempat. Peranan klinisnya sama dengan sefalosporin generasi ketiga.

Dalam banyak hal, sefepim menyerupai generasi ketiga namun lebih tahan terhadap hidrolisis oleh β-Laktamase dengan spektrum antibakteri lebih luas dibanding generasi sebelumnya. Sama halnya dengan penisilin, tidak ada bukti yang menyatakan sefalosporin bersifat teratogenik sehingga relatif aman bila diberikan pada kehamilan (WHO, 2001;

Katzung, 2004). 15 c. β-Laktam lainnya Kelompok β-Laktam lainnya adalah monobaktam dan karbapenem. Monobaktam (aztreonam) merupakan kelompok obat dengan cincin β-Laktam monosiklis. Obat ini tahan terhadap β-Laktamase dan aktif terhadap bakteri gram negatif tetapi tidak memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif atau anaerob.

Pasien yang alergi penisilin dapat menggunakan aztreonam tanpa menimbulkan reaksi. Kadang-kadang menimbulkan ruam kulit namun

(16)

toksisitasnya tidak pernah dibuktikan. Obat ini sebaiknya dihindari mengingat belum adanya informasi yang tersedia mengenai penggunaannya selama kehamilan (Katzung, 2004; BPOM RI, 2008).

Karbapenem secara struktural terkait dengan antibiotika β-Laktam, terdiri dari imipenem, meropenem, dan ertapenem. Obat ini hanya diberikan pada kehamilan apabila manfaat pemberian melebihi risikonya.

Karbapenem diindikasikan untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh organisme yang resisten terhadap obat-obat lain yang tersedia (Katzung, 2004; BPOM RI, 2008). 2. Aminoglikosida Merupakan senyawa bakteriostatik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif serta efektif terhadap mikobakteri. Aminoglikosida menghambat sintesis protein bakteri dengan cara menghambat fungsi ribosom. Golongan aminoglikosida antara lain amikasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, streptomisin, dan tobramisin. Semua aminoglikosida bersifat ototoksik dan nefrotoksik, terutama ditemukan pada penggunaan dosis tinggi dan pada orang lanjut usia. Ototoksisitas yang 16 ditimbulkan dapat berupa kerusakan pendengaran atau kerusakan vestibular. Pada pengobatan infeksi tertentu, aminoglikosida sering dikombinasi dengan antibiotika β-Laktam dalam upaya memperluas spektrum antibakteri dan memperoleh keuntungan sinergis dari keduanya. Pemilihan aminoglikosida dan dosisnya tergantung pada infeksi yang sedang dihadapi dan kerentanan dari isolat tersebut (Katzung, 2004; Tjay dan Rahardja, 2007). Penggunaan aminoglikosida pada kehamilan harus dihindari, terutama pada trimester kedua dan ketiga karena dapat menyebabkan kerusakan pendengaran atau saraf vestibular pada janin. Risiko terbesar terjadi pada penggunaan streptomisin, tetapi pada penggunaan gentamisin dan tobramisin sangat kecil pengaruhnya. Walaupun demikian penggunaan gentamisin dan tobramisin selama kehamilan tetap harus dihindari, kecuali bila memang sangat diperlukan (BPOM RI, 2008; Martin, 2009). 3. Tetrasiklin Merupakan antibiotika berspektrum luas dan bersifat bakteriostatik

(17)

terhadap bakteri gram positif, gram negatif, Rickettsiae, Mycoplasma, Chlamydia, dan amoeba. Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat sintesis protein bakteri. Golongan tetrasiklin antara lain tetrasiklin, oksitetrasiklin, demeklosiklin, doksisiklin, dan minosiklin (Katzung, 2004; Tjay dan Rahardja, 2007). Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada ibu hamil karena bersifat teratogenik. Apabila diberikan pada trimester pertama kehamilan, maka obat akan tersimpan dalam tulang janin dan mengakibatkan keabnormalan tulang rangka atau hambatan pertumbuhan tulang. Bila diberikan pada trimester kedua dan ketiga 17 kehamilan, maka obat akan tersimpan dalam gigi janin dan mengakibatkan pemudaran warna atau perubahan warna gigi menjadi kekuningan yang bersifat tetap (Shehata dan Piercy, 2000; Martin, 2009). 4. Makrolida Merupakan senyawa bakteriostatik berspektrum sempit dengan mekanisme kerja menghambat sintesis protein bakteri. Golongan makrolida antara lain azitromisin, diritromisin, eritromisin, roksitromisin, dan klaritromisin. Di antara semua makrolida, hanya eritromisin yang relatif aman digunakan selama kehamilan. Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang mirip dengan penisilin sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien yang alergi terhadap penisilin.

Sampai saat ini, belum terbukti eritromisin bersifat teratogenik pada kehamilan. Untuk makrolida lain seperti azitromisin, diritromisin, roksitromisin, dan klaritromisin dihindari penggunaannya selama kehamilan dan hanya digunakan bila manfaat pemberian melebihi risikonya (WHO, 2001; Katzung, 2004). 5. Kuinolon Merupakan senyawa bakterisida yang bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA bakteri. Golongan kuinolon antara lain asam nalidiksat, asam pipemidat, norfloksasin, siprofloksasin, levofloksasin, lomefloksasin, ofloksasin, pefloksasin, gatifloksasin, sparfloksasin, moksifloksasin, dan trovafloksasin. Penggunaan kuinolon disarankan untuk dihindari selama kehamilan. Sebaiknya dipilih alternatif obat lain yang lebih aman dibanding menggunakan kuinolon, 18 kecuali bila pasien resisten

(18)

terhadap obat-obat lain yang tersedia (WHO, 2001; BPOM RI, 2008). 6.

Sulfonamid dan Trimetoprim Merupakan antibiotika bakteriostatik dengan mekanisme kerja menghambat sintesis asam folat. Obat ini menghambat bakteri gram positif, gram negatif, nocardia, Chlamydia trachomatis, protozoa, dan bakteri enterik. Golongan sulfonamid antara lain sulfasetamid, sulfadiazin, sulfisoksazol, dan kotrimoksazol (trimetoprim+sulfametoksazol). Sulfonamid jarang digunakan sebagai agen tunggal. Sebagian besar sulfonamid telah digantikan dengan suatu kombinasi obat trimetoprim+sulfametoksazol (kotrimoksazol) (Katzung, 2004; BPOM RI, 2008). Penggunaan sulfonamid selama kehamilan harus dihindari, terutama pada trimester akhir kehamilan. Hal ini dikarenakan sulfonamid berkompetisi dengan bilirubin pada tempat ikatan di albumin sehingga meningkatkan bilirubin bebas dalam serum yang menyebabkan terjadinya kern-ikterus pada bayi yang baru dilahirkan. Sulfonamid juga dapat menyebabkan hemolisis dan methemoglobinemia pada neonatus (WHO, 2001; Martin, 2009). Trimetoprim merupakan antibiotika yang menghambat metabolisme asam folat. Obat ini aktif pada bakteri gram positif dan gram negatif. Trimetoprim digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih. Keamanan penggunaannya dalam kehamilan belum diketahui. Sebaiknya dihindari pemberian trimetoprim pada trimester pertama kehamilan karena adanya risiko teratogenik (Katzung, 2004; WHO, 2001). 19 7. Antibiotik golongan lain a. Kloramfenikol Merupakan senyawa bakteriostatik berspektrum luas yang aktif terhadap bakteri aerob, anaerob gram positif, gram negatif dan Rickettsiae, namun tidak aktif terhadap Chlamydia. Kloramfenikol bekerja dengan cara menghambat sintesis protein yang dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel bakteri (Katzung, 2004). Pemberian kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari, terutama pada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran. Penggunaan kloramfenikol pada trimester ketiga kehamilan dapat menyebabkan grey baby syndrome yang ditandai dengan muntah-muntah, hipotermi, dan perubahan warna kulit menjadi

(19)

kelabu (Spicer dkk., 2003; Martin, 2009). b. Klindamisin Merupakan antibiotika yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri. Keamanan klindamisin pada kehamilan belum diketahui sehingga disarankan hanya digunakan bila manfaat pemberian melebihi risikonya (Katzung, 2004; Martin, 2009). c. Metronidazol Merupakan senyawa bakterisida yang bekerja dengan menghambat sintesis DNA bakteri. Penggunaan metronidazol pada kehamilan terutama untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri Trichomonas vaginalis (trikomoniasis). Sebaiknya hindari penggunaan metronidazol pada dosis tinggi (Katzung, 2004; Martin, 2009). 20 d. Nitrofurantoin Merupakan antibiotika yang bekerja dengan cara menghambat sintesis asam nukleat pada bakteri. Penggunaan nitrofurantoin pada trimester ketiga kehamilan dapat menyebabkan hemolisis pada neonatus bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Selain potensi tersebut tidak ada efek teratogenik lain yang dilaporkan. Nitrofurantoin mempunyai efikasi yang baik untuk infeksi saluran kemih, namun saat ini tidak ada perusahaan yang memasarkannya lagi di Indonesia (Martin, 2009; Setiabudy, 2010).

e. Vankomisin Merupakan senyawa bakterisida yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Obat ini hanya digunakan pada kehamilan bila manfaat pemberian melebihi risikonya. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan selama penggunaan untuk mengurangi risiko toksisitas pada janin (Katzung, 2004; Martin, 2009). f. Linezolid Merupakan antibiotika yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri. Tidak ada informasi yang tersedia mengenai keamanan penggunaan linezolid selama kehamilan sehingga disarankan hanya digunakan bila manfaat pemberian melebihi risikonya (Katzung, 2004;

Martin, 2009). g. Spektinomisin Merupakan senyawa bakterisida yang aktif terhadap Neisseria gonorrhoeae dan bakteri gram negatif lain.

Spektinomisin hanya digunakan pada kehamilan bila manfaat pemberian melebihi risikonya (Katzung, 2004; Martin, 2009). 21 h. Polimiksin B Merupakan senyawa bakterisida yang bekerja dengan cara menghambat

(20)

sintesis dinding sel bakteri. Keamanan dan penggunaannya selama kehamilan belum diketahui. Sebaiknya dihindari penggunaan polimiksin B pada kehamilan (Katzung, 2004; Martin, 2009). Untuk lebih jelasnya, keamanan penggunaan dari masing-masing antibiotika pada kehamilan dapat dilihat pada lampiran 3.

Referensi

Dokumen terkait

TABLE.1 DISTRIBUTION OF THE CONCEPT OF NEWTON'S LAWS OF MOTION Items Concept 1 The force acting on a stationary object corresponding Newton's first law 2 The magnitude of the

Probiotic Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 Improves Pancreatic Histopathology in Streptozotocin-induced Type-1 Diabetes Mellitus Rats Mardhatillah Sariyanti1, Tiara Ayoe Andita2,