PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS KESEHATAN
UPTD BLUD PUSKESMAS SENARU
Jln. Pariwisata Senaru, Dusun Magling-Desa Senaru Kode Pos : 83354 Telp. 081529278697, Fax: --
Email: [email protected]
KERANGKA ACUAN KEGIATAN/ TERM OF REFERENCE (TOR) DETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR TAHUN 2025
A. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
b. Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
c. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 77 Tahun 2020 tentang tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah;
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/MENKES/SK/VIII/2004 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 Tahun 2020 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Manajemen Puskesmas;
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas;
j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2024 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan.
2. Gambaran Umum
Pertumbuhan penduduk, peningkatan rerata umur harapan hidup penduduk dunia, dan sebagian penurunan umur harapan hidup kelompok usia tertentu dan jenis kelamin tertentu, menyebabkan terjadinya pergeseran penyebab kematian dari kasus penyakit menular, maternal, neonatal, serta masalah gizi ke penyakit tidak menular. Pada tahun 2010 terjadi kematian 52,8 juta jiwa di dunia, sebanyak 65,3% disebabkan PTM dengan penyebab utama penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), infeksi
saluran pernapasan bawah, dan kangker paru. Kematian akibat PTM terus meningkat selama tiga dekade, pada tahun 1990 jumlah kematian di dunia akibat PTM kurang dari 8 juta jiwa, di tahun 2010 mencapai 34,5 juta jiwa. Peningkatan terbanyak disebabkan kasus jantung iskemik dan stroke yaitu 17% di tahun 1990 meningkat sampai 28% dari total kematian ditahun 2010. Gabungan penyakit menular, maternal, neonatal dan masalah nutrisi menjadi penyebab 24,9 % (13,1juta) kematian dunia di tahun 2010, menurun 18% dari tahun 1990.
Penyakit tidak menular, juga dikenal sebagai penyakit kronis dengan durasi yang panjang dan progres penyembuhan yang umumnya lambat. Semua kelompok usia dan semua wilayah di dunia berisko terkena PTM. Sebanyak 80% kasus penyebab kematian PTM berada di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Adanya peningkatan pesat kasus PTM, diprediksi akan menghambat upaya penanggulangan kemiskinan di negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah, karena memaksa pemerintah memprioritaskan biaya pelayanan kesehatan untuk penderita PTM. Beban yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular antara lain meningkatnya kematian prematur dan disabilitas, yang akan berpengaruh terhadap produktivitas dan kependudukan serta berperan pada pertumbuhan ekonomi negara
Berdasarkan penelitian World Economic Forum (WEF) disebutkan bahwa, kerugian ekonomi secara global akibat lima penyakit tidak menular, yaitu kanker, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit kronis dan gangguan kejiwaan mencapai $ 47 triliun pada dua puluh tahun mendatang, apabila tidak ada langkah pencegahan yang dilakukan.
Kerugian tersebut, setara dengan 4% GDP tahunan selama dua puluh tahun kedepan.
Sebagai perbandingan gambaran rerata pertumbuhan GDP Indonesia pertahun (2004 - 2012) hanya 5,62 % (World Bank 2013). Untuk mengatasi masalah besar PTM di dunia WHO mengalokasikan 5% dari total budget, sedangkan dukungan dari organisasi pembangunan kesehatan resmi duniahanya 0,9 persen (MDGs &NCD 2010). Sehingga aliansi para pemerhati PTM dunia menyatakan penyakit tidak menular sebagai sebagai‚The next Health Tsunami ‛ bagi negara berkembang (NCD Alliance,2010).
Untuk mengurangi dampak PTM pada individu dan masyarakat dilakukan dengan pendekatan komprehensif yang mengharuskan keterkaitan semua sektor termasuk kesehatan, pembiayaan, pendidikan, pertanian , perencanaan, termasuk dukungan dari luar negeri dan penguatan system kesehatan nasional. Upaya efektif dan efisien dibutuhkan sehingga dampak PTM dapat diatasi. Upaya tersebut mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dan atau paliatif.
Upaya tersebut diharapkan dapat dilakukan secara proporsional, untuk upaya promotif dan preventif difokuskan pada pengendalian faktor risiko melalui deteksi dini faktor risiko PTM diikuti dengan tindak lanjut dini bila didapatkan kondisi PTM yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut. Pada kondisi PTM yang memerlukan upaya kuratif,
rehabilitative dan paliatif diperlukan sistem kesehatan yang siap baik sarana, prasarana maupun tenaga kesehatan.
Ketidaktahuan dan ketidak pedulian masyarakat terhadap PTM, menjadi permasalahan yang utama dengan mengakibatkan keterlambatan dalam penanganan sehingga komplikasi dan kematian terjadi lebih dini. Permasalahan tersebut dapat
dikurangi bila masyarakat berprilaku hidup sehat dan hidup dalam lingkungan yang sehat melalui upaya pelayanan kesehatan yang berbasis promotif dan preventif. Oleh karena itu agar upaya tersebut dapat berjalan secara optimal diperlukan partisipasi masyarakat sehingga dikembangkanlah suatu model pengendalian PTM yang berbasis masyarakat dikenal dengan nama Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.
Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini masyarakat dalam mengendalikan faktor risiko PTM karena pada umumnya faktor risiko PTM tidak bergejala dan seringkali masyarakat datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dalam keadaan komplikasi. Melalui kegiatan ini diharapkan jangka waktu kedepan masyarakat sadar akan pentingnya deteksi dini FR PTM sehingga:
3. Pendanaan disediakan di masyarakat dengan menggunakan dana desa/swadaya masyarakat.
4. Kesadaran dan pola prilaku masyarakat akan berubah, menyadari pentingnya deteksi dini FR PTM dalam memelihara kesehatan.
B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular,skrining dini perilaku merokok, deteksi dini penyakit Gigi dan Mulut
b. Tujuan khusus
Tujuan pelaksanaan Program Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular antara lain:
1. Meningkatkan cakupan dan terjaringnya masyarakat yang memiliki faktor resiko penyakit tidak menular
2. Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat mengenai penyakit tidak menular
3. Skrining prilaku merokok pada anak usia sekolah umur 10-18 tahun 4. Deteksi dini penyakit gigi dan mulut pada masyarakat
5. Melakukan rujukan jika dibutuhkan
C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN a. Kegiatan Pokok :
Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular,skrining dini perilaku merokok, deteksi dini penyakit Gigi dan Mulut, kunjungan rumah /follow up klien UBM
b. Rincian Kegiatan :
1) Melaksanakan kegiatan 5 langkah 2) Edukasi tentang penyakit tidak menular 3) Tindak lanjut jika dibutuhkan rujukan D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
a. Melapor ke RT dan RW setempat dan melampirkan jadwal posyandu b. Pemberitahuan kepada masyarakat melalui pengeras suara di masjid c. Melaksanakan kegiatan 5 langkah
d. Registrasi peserta dengan mencatat nomor identitas peserta dan data lainnya sesuai format yang sudah disiapkan
e. Melakukan wawancara dilangkah 2
f. Pengukuran TB, BB, IMT, lingkar perut dilangkah 3 g. Pengukuran tekanan darah dilangkah 4
h. Konseling, edukasi dan tindak lanjut dilangkah 5 i. Dilakukan pandu PTM bagi masyarakat yang dirujuk j. Skrining perilaku merokok di sekolah
k. Deteksi dini kesehatan gigi dan mulut di masyarakat E. ANGGARAN KEGIATAN
Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari DAK NON FISIK (BOK Puskesmas) sejumlah Rp. 25.000.000 dengan rincian kegiatan ada pada RAB terlampir.
F. SASARAN
Sasaran pelaksanaan deteksi dini factor resiko PTM pada usia 15-59 Tahun, anak sekolah umur 10-18 tahun.
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan ini di laksanakan pada bulan januari s/d Desember tahun 2025 H. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dilakukan setiap selesai melaksanakan kegiatan. Pelaporan dilakukan setiap bulan sekali maksimal tanggal 10. Laporan berupa laporan internal puskesmas dan laporan yang ditujukan ke Dinas Kesehatan.
Lampiran 1:
RAB KEGIATAN DETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) DARI ANGGARAN DAK NON FISIK BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) UPTD BLUD PUSKESMAS SENARU TAHUN 2025
Mengetahui Senaru, Agustus 2024 Kepala UPTD
BLUD Puskesmas Senaru
Subardi, S.Kep.Ners
NIP. 19681231 198803 1 090 196812311985111045
NIP.H. Suhardi, SKM Kab. Lombok Utara Plt. Kepala Dinas Kesehatan