• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi Manuruk-nuruk Dalam Upaya Rekonsiliasi Berdasarkan Surat Filemon

N/A
N/A
Nicolas Sinaga

Academic year: 2024

Membagikan "Tradisi Manuruk-nuruk Dalam Upaya Rekonsiliasi Berdasarkan Surat Filemon "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Tradisi Manuruk-nuruk Dalam Upaya Rekonsiliasi Berdasarkan Surat Filemon

Nicolas Sinaga, Firman Silitonga, Adelin Pasaribu

Fakultas Ilmu Teologi

Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Abstrak

Manuruk-nuruk suatu adat batak yang dimana meminta maaf kepada orang tua perempuan yang telah membawa anak perempuan nya kawin lari atau nikah tanpa adat yang benar. Hal ini disebut dengan Mangalua (Kawin Lari) sebagai salah satu peristiwa Adat pada Masyarakat Adat Batak Toba yang dilaksanakan dalam membentuk sebuah rumah tangga bahagia dan kekal demi meneruskan garis keturunan kebapakan yang pada umumnya belum dianggap sah sepenuhnya menurut hukum Dalihan Natolu (tungku yang tiga) latar belakang terjadinya perkawinan adalah untuk membentuk sebuah rumah tangga dengan ikatan suami istri dan pada masyarakat adat Batak toba perkawinan ini dilaksanakan demi meneruskan garis keturunan kebapakan (patrilineal) latarbelakang terjadinya Mangalua ini dikarenakan beberapa faktor seperti

menghindari Sinamot yang besar. Dan ketika amarah dari orang tua perempuan telah reda, maka pihak laki-laki pergi untuk membujuk supaya datang untuk manuruk-nuruk ke pihak orang tua perempuan untuk membayar utang nya di paradatan. Hal lain nya ketika melakukan mangalua tanpa adat pasti ada sanksi, yaitu berupa pengucilan di masyarakat dan ada membayar denda adat ataupun tidak dapat mengikuti kegiatan peradatan.

Kata Kunci : Manuruk-nuruk, Mangalua, Hukum adat

Pendahuluan

Sebelum adat manuruk-manuruk dilakukan, terlebih dahulu kita melihat hal yang terjadi sebelumnya yaitu melakukan pernikahan di luar adat yang disebut mangalua. Mangalua ada 2 konsep nya : yaitu Mangalua yang diadati dan Mangalua yang tanpa diadati. Adapun faktor terjadi nya hal ini dikarenakan faktor ekonomi dari pihak laki-laki dan faktor sinamot dari pihak perempuan, maupun faktor restu orang tua ataupun faktor suku dan agama.

(2)

\

Pembahasan

Masyarakat batak, menggangap bahwa adat istiadat batak merupakan bagian dari jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan, karena adat batak memiliki nilai nilai moril. Salah satu adat yang tidak pernah ditinggalkan dalam masyarakat adat batak adalah adat pernikahan. Yang dimana pernikahan ini persetujuan dari pribadi baik dari laki-laki dan perempuan yang sudah memiliki rasa cinta dan komitmen yang baru untuk mendirikan rumah tangga tanpa ada paksaan.

Adat pernikahan biasanya dimana orang tua masing-masing kedua belah pihak akan bertemua untuk membahas pernikahan dari anaknya. Beda hal nya dengan ini, kadangkala ada

ketidaksetujuan antara kedua orang tua calon, maka dapat dilakukan kawin lari atau mangalua.

A. Mangalua

Mangalua atau kawin lari merupakan bentuk perkawinan secara adat batak, yaitu suatu perbuatan atau tindakan sepasang anak pria dan wanita untuk melangsungkan perkawinan mereka tanpa persetujuan orang tua, terutama sekali orang tua pengantin wanita

(parboru). Dalam mangalua secara harafiah diartikan sebagai sikap “ pajolo gogo papudi uhum “ yang artinya unjuk kekuatan, mengabaikan norma dari setiap pihak menganggap ini sebagai pelecehan harjat dan martabat, penghinaan dan bisa berlarut-larut.

Bentuk tindakan Mangalua (Kawin lari)

a. Kedua calon pengantin yang mangalua atau ditemani oleh satu atau dua orang yang bertindak sebagai pihak ketiga demi menjaga kehormatan kedua calon mempelai.

b. Perempuan itu langsung dibawa oleh si pria ke rumah orang tua tanpa lebih dahulu diberkati atau direstui. Pernikahan ini disebut marbagas roha-roha.

Maka kedua bentuk pernikahan ini dalam adat batak diperbolehkan tetapi tetap menurut aturan adat batak, perkawinan tersebut tidak sah, karena harus segera disahkan dengan melakukan upacara adat unutk mendapat restu atau ijin orang tua serta unsur dalihan natolu.

Dalam acara mangalua, pihak keluarga pria memegang peranan penting dalam

melaksanakan adat perkawinan secara mangalua. Dan biasanya sebagai simbol mereka dalam melarikan diri adalah daun sirih yang dibuat dalam lumbung beras.

B. Manuruk-nuruk

Setelah acara mangalua, maka pihak keluarga pria sudah mempersiapkan daging pertanda adat, yang disebut Tomu-tomu Ni parumaen yang diantar ke pihak hula-hula, yaitu saudara dari marga perempuan.maka perbuatan ini salah satu pemberitahuan sekaligus merupakan bukti bahwa calon pengantin wanita sudah dirumah pria yang disebut manaruhon boa boa na tinangko

Setelah itu maka pihak pengantin agaar mengunjungi keluarga wanita, harus melakukan bangunan adat berupa upacara sepasang suami isteri yang telah mangalua mengunjungi

(3)

orang tua perempuan, ini yang pertama kali dissebut manuruk-nuruk, yang artinya menyuruk, menyusup, mencoba menyusupkan diri, supaya tidak dilihat orang, karena takut atau merasa malu. Kedatangan mereka ini harus melibatkan unsur masyarakat adat yaitu pihak perempuan mengundang teman marganya ataupun dongan satu kampung, terutama penatua. Yang harus di disediakan saat ingin melakukan adat manuruk-nuruk yaitu :

1. Si Ungkap Bahal (Penjaga Gerbang Kampung)

Yang dimana si ungkap bahal disuruh untuk menjaga si pengantin tersebut sebelum acara adat manuruk-nuruk dilaksanakan. Dan mereka harus memberikan upah kepada mereka karena telah menjaga nya.

2. Sangke Hujur

Sangke Hujur ini diberikan setelah ada kesepakatan terlebih dahulu. Sangke hujur ini diberikan sebagai untuk menyenangkan hati berapa pun itu yang diberikan sesuai dengan kesepakatannya.

3. Pangihut-ihut (mata0-mata)

Mata-mata juga dalam acara manuruk-nuruk ini sangat penting yang dimana ini adalah sebagai saksi didepan orang orang bahwa orang yang kawin lari telah kembali lagi dengan berdamai sesuai dengan adat. Dan orang mata-mata ini juga diberikan upah nya.

4. Raja Huta ( Komando )

Raja huta adalah seorang komando yang memimpin acara adat tersebut sampai selesai.

Dan acara manuruk-nuruk ini juga supaya sesuai adat maka mereka harus mangadati (manggarar utang). Hal nya dengan ini, terlebih dahulu harus berbicara (marhusip) untuk menanyakan berapa utang yang harus dibayar oleh pihak laki-laki kepada perempuan.

Setelah sudah marhusip, maka keberikutnya akan di adakan kembali pesta mangadati yang dimana ini ketika belum memiliki anak. Dan ketika sudah memiliki anak disebut sulang-sulang pahompu.

C. Rekonsiliasi Adat Manuruk-nuruk dalam Surat Filemon

Paulus sebagai Paulus, dapat meminta dari Filemon apa yang ia inginkan, tetapi ia hanya ingin memohon dengan rendah hati. Pemberian harus diberikan tanpa paksaan dan dengan niat baik; apabila terpaksa, itu sama sekali bukan pemberian.

Dalam ayat 9 Paulus menceritakan keadaan diri- nya. LAI menerjemahkan: "Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus."

Sejumlah ahli ingin mengganti terjemahan sudah menjadi tua dengan kata yang lain.

Mereka meragukan bahwa Paulus tidak mungkin benar-be- nar seperti yang digambarkan sebagai orang yang sudah tua. Ia pasti belum berumur 60 tahun; mungkin sekitar 55-an.

(4)

Namun, dengan dasar ini mereka yang menolak terjemahan sudah menjadi tua tersebut salah. Kata yang digunakan oleh Paulus untuk dirinya adalah pres- butes, dan

Hippocrates, penulis besar Yunani tentang kesehatan, berkata bahwa seseorang yang presbutes berumur antara 49-56 tahun. Orang yang usianya di antara itu dapat disebut senior, hanya setelah usia itu ia men- jadi gerōn, kata Yunani untuk orang yang sudah tua.

Namun, adakah terjemahan lain yang disarankan? Ada dua kata yang mirip satu sama lain; ejaannya ha- nya berbeda satu huruf, sedangkan ucapannya sama persis. Kata itu adalah presbutés, yang berarti 'tua', dan presbeutes yang berarti 'utusan'. Kata kerja dari kata inilah yang digunakan Paulus dalam Efesus 6:20 ketika la mengatakan, "Aku sebagai utusan yang dipenjarakan." Jika kita beranggapan bahwa kata itu

tentulahpresbeutes, maka Paulus akan berkata, "Aku adalah utusan, meskipun aku utusan yang dipenjarakan." Namun, tampaknya dalam hal ini kita harus lebih mem- pertahankan terjemahan tua karena di dalam surat ini terus-menerus Paulus mengimbau, bukan demi jabatan yang ia pegang atau demi wewenang yang ia nikmati. melainkan hanya demi kasih. Di sini bukan seorang utusan yang berbicara, melainkan seorang yang telah mengalami kehidupan yang sulit dan sekarang dalam keadaan kesepian dan kelelahan.

Paulus menyampaikan permintaannya dalam ayat 10 dan itu adalah demi Onesimus. Kita tahu bagaimana ia menunda menyebut nama Onesimus seolah-olah ia ragu-ragu melakukannya. Ia tidak mencari-cari alasan untuk membenarkan Onesimus;

dengan terus terang ia mengakui bahwa Onesimus berwatak tidak berguna; tetapi Paulus memberi satu pernyataan ia sangat berguna sekarang. Seperti yang biasa dikatakan James Denney, kekristenan adalah kekuatan yang mampu mengubah orang jahat menjadi baik.

Perlu dicatat, Paulus mengakui bahwa di dalam Kristus orang yang tak berguna telah diubah menjadi berguna. Kekristenan tidak ingin menghasilkan orang- orang yang tidak jelas dan tidak berguna. Kekristenan ingin menghasilkan orang-orang yang berguna dan dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik daripada sebelum mengenal Kristus.

Ada orang yang dikatakan "begitu rohani sehingga tidak berguna di bumi." Namun, kekristenan yang sejati membuat orang menjadi rohani dan, sekaligus pada saat yang sama, berguna di bumi.

Paulus menyebut Onesimus sebagai anaknya yang telah didapat di dalam penjara.

Pepatah rabinik mengatakan, "Jika seseorang mengajarkan Hukum Torah ke- pada anak tetangganya, Kitab Suci menganggap hal ini sama seakan-akan ia telah

memperanakkannya." Memimpin orang kepada Yesus Kristus sama berharganya dengan melahirkannya ke dalam dunia. Berbahagialah orangtua yang membawa anaknya ke dalam kehidupan dan yang kemudian memimpinnya menuju kehidupan kekal karena dengan demikian anak itu menjadi anak- nya dua kali.

Seperti telah kita catat dalam pengantar ke dalam surat ini, ada makna ganda dalam ayat 12. Paulus menulis: "Dia kusuruh kembali kepadamu." Namun, kata kerja anapempein bukan hanya berarti 'mengirim kembali, kata ini juga berarti menyerahkan suatu kasus kepada', dan Paulus berkata kepada Filemon, "Aku menyerahkan kasus

(5)

Onesimus ini kepadamu, kiranya eng. kau dapat memberi keputusan atasnya sesuai dengan kasih yang semestinya engkau miliki." Onesimus pasti telah menjadi kesayangan Paulus dalam beberapa bulan saat ia dipenjarakan; oleh karena itu, ia memberikan penghargaan dengan mengatakan bahwa mengirimkan Onesimus kepada Filemon seperti mengirimkan buah hatinya sendiri.

Kemudian ada permintaan. Paulus amat ingin menahan Onesimus bersamanya, tetapi ia mengirimkan dia kembali kepada Filemon karena ia tidak akan berbuat sesuatu tanpa persetujuannya. Lagi-lagi di sini ada hal yang penting. Kekristenan tidak membantu seseorang keluar dari masa lalunya dan melarikan diri dan hal itu, tetapi memampukan seseorang menghadapi masa lalunya dan bangkit mengatasinya. Onesimus telah

melarikan diri, oleh sebab itu ia harus kembali danmenghadapi konsekuensi dari apa yang telah dilakukan- nya, menerimanya dan mengatasinya. Kekristenan tak pernah melarikan diri; ia selalu menjadi pemenang.

Namun Onesimus kembali dengan suatu perbedaan. Ia melarikan diri sebagai seorang budak kafir, ia kembali sebagai seorang saudara dalam Kristus. Sulit bagi Filemon untuk menganggap budak pelarian itu sebagai saudara, tetapi itulah permintaan Paulus. "Apabila kamu menganggap aku teman sekerjamu dalam Kristus dan karena Onesimus adalah anakku di dalam iman, maka terimalah ia seperti aku sendiri."

Ada lagi hal yang sangat penting di sini. Orang Kristen harus selalu menerima kembali orang yang telah berbuat kesalahan. Terlalu sering kita menilai sese- orang yang telah melakukan kesalahan dengan kecurigaan dan menunjukkan bahwa kita tidak pernah siap untuk mempercayainya lagi. Kita percaya Allah dapat mengampuni, namun kita sendiri sulit untuk melaku- kannya. Telah dikatakan bahwa hal yang paling meng.

gembirakan tentang Yesus Kristus adalah bahwa la mempercayai kita dengan segala kelemahan kita. Keti- ka seseorang telah melakukan suatu kesalahan, jalan untuk kembali dapat menjadi sangat sulit dan Allah tak bersedia mengampuni orang yang membuatnya menjadi lebih sulit dengan menuruti kebenarannya sendiri atau kurang menaruh simpati.

Sama hal nya dengan adat manuruk-nuruk yang dimana orang yang sudah kawin lari seharusnya diberikan hukuman. Yang dimana adat manuruk-nuruk ini seperti

gambaran surat filemon ini, yang sudah melakukan perbuatan salah kemudian diterima kembali dengan mengembalikan rasa kepercayaan yang dulu pernah hilang. Hal ini lah yang membuat orang kristen harus selalu menerima kembali orang yang bersalah.

Gambaran yang serupa surat filemon dengan adat manuruk-nuruk ini yang

dimana orang yang bersalah ialah onesimus dan menjadi orang tua didalam surat filemon ini adalah Filemon. Penatua lah yang menjadi paulus didalam surat filemon ini, ketika kita merekonsiliasi cerita tentang adat manuruk-nuruk ini dengan surat filemon.

Kesimpulan

Surat filemon adalah surat yang dibuat oleh paulus. Yang dimana surat tersebut berisikan tentang onesimus yang telah lari menjadi budak kafir yang meminta maaf kepada filemon lalu ia kembali menjadi anak kristus. Dan filemon pun menerimanya karena paulus mengatakan anggaplah ia

(6)

sama seperti aku sebagai pekerja kristus. Hal yang sama dengan manuruk-nuruk. Dimana orang telah membawa kabur anak orang lalu memperistrikannya. Kemudia mereka kembali kerumah orang tua nya untuk meminta maaf kepihak perempuan untuk mengakui kesalahannya. Dan pihak perempuan kembali menerima nya.

Referensi

HB Situmorang, Ruhut-ruhut Ni adat Batak (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1983)

SD Simamora. Hakekat dan Manifestasi Dalihan Natolu Dalam Masyarakat Adat Batak Toba (Romeo Grafika, Pontiaak, 2000) Hal.20&197

J.C.T Simorangkir. Suatu Proses dan Beberapa catatn mengenal : Adat Batak Perkawinan ( Yayasan Komunikasi, Jakarta, 1979) Hal.5

J.P Sarumpaet, Kamus Batak Indonesia (Erlangga, Jakarta, 1995) Hal. 192 http://Simanjuntak.or.id/2007/01/16/perkawinan-dalam-adat-Batak

https://www.facebook.com/176600715704437/posts/acara-adat-manuruk-nuruk-mengenal-rupa- rupa-adat-batakacara-adat-manuruk-nuruk-a/684368791594291/

https://purbatondangmargana.blogspot.com/2008/09/namangalua-ulaon-adat-namanuruk- nuruk.html

Jambar Hata, T.M Sihombing, CV Tulus Jaya

Referensi

Dokumen terkait