Cara kuno atau tradisional ini dapat digunakan manusia untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan yang sistematik dan logis. Cara mencapai kebenaran non-ilmiah yang selama ini digunakan manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah melalui trial and error atau lebih dikenal dengan kata “trial and error”. Pepatah ini mempunyai arti bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan, atau pengalaman adalah cara memperoleh kebenaran pengetahuan.
Namun jika ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara tersebut, dan berusaha mencari cara lain, sehingga ia berhasil menyelesaikannya. e) Metode akal sehat. Pemberian hadiah atau hukuman merupakan salah satu cara yang masih dilakukan banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f) Kebenaran melalui Wahyu. Karena kebenaran ini diterima oleh para Nabi sebagai wahyu dan bukan hasil penalaran atau penyelidikan manusia. g) Kebenaran Intuitif.
Oleh . Di sini masyarakat telah mampu menggunakan akal budinya untuk memperoleh kebenaran ilmu. Manusia telah menggunakan cara berpikirnya baik dengan cara induksi maupun deduksi. Cara memperoleh pengetahuan yang baru atau modern saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Adat istiadat dan tradisi yang dilakukan masyarakat tanpa mempertimbangkan apakah yang dilakukannya baik atau buruk.
Pengalaman sebagai sumber ilmu adalah satu cara untuk mendapatkan kebenaran ilmu dengan mengulangi ilmu yang diperoleh dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi pada masa lampau.
Masa Nifas
Ibu yang melahirkan melalui vagina dalam 6 jam pertama setelah fase IV tanpa komplikasi disarankan untuk segera melakukan mobilisasi. Menurut Maritalia (2015), banyak hal yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada masa nifas yang berlangsung kurang dari enam minggu. Ibu yang baru pertama kali melahirkan (primipara) tentunya memiliki persiapan dan mekanisme koping yang berbeda ketika menghadapi persalinan dan masa nifas dibandingkan ibu yang sudah pernah melahirkan (multipara).
Ibu yang melahirkan di rumah sakit akan lebih mengenal sarana dan prasarana yang tersedia di rumah sakit tersebut, serta tenaga kesehatan yang bekerja di sana. Seluruh sarana prasarana dan tenaga kesehatan di rumah sakit berupaya memulihkan kesehatan ibu agar dapat melewati masa nifas dan menyusui dengan baik. Ibu yang melahirkan di rumah akan lebih nyaman berada di rumah yang sangat mereka kenal dan dikelilingi oleh orang-orang yang juga sangat mereka kenal.
Kemampuan ibu dalam merawat dirinya dan bayinya pada masa nifas sangat bergantung pada pengalaman dan pengetahuan keluarga dalam melewati masa tersebut. Kemampuan menjaga kesehatan dan melakukan perawatan diri pada masa nifas dan menyusui akan berbeda-beda pada setiap individu. Ibu yang berusia 18 tahun akan berbeda dalam menjalani masa persalinan dan menyusui dibandingkan dengan ibu yang berusia 40 tahun.
Selain itu, ibu yang berlatar belakang medis atau paramedis tentunya mempersiapkan dan merawat dirinya pada masa nifas dan menyusui secara berbeda dibandingkan dengan ibu yang berlatar belakang non medis/paramedis. Wanita yang melahirkan secara caesar dengan komplikasi akan lebih banyak mengalami permasalahan pada masa nifas dan menyusui serta memerlukan perawatan khusus dibandingkan wanita yang melahirkan secara spontan. e) Lingkungan tempat ibu dilahirkan dan dibesarkan. Lingkungan tempat ibu dilahirkan dan dibesarkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu dalam merawat dirinya dan bayinya pada masa nifas dan menyusui. f) Sosial budaya.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, terdapat juga beberapa faktor yang bersifat unik pada individu dan mempengaruhi perawatan diri pada masa nifas dan menyusui; seperti selera dalam pilihan, gaya hidup dan lain-lain (Meritalia, 2012). Tenaga kesehatan khususnya bidan mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi perilaku perawatan diri ibu pada masa nifas dan menyusui. Pendidikan kesehatan adalah pendidikan kesehatan ibu bersalin dan ibu menyusui dari bidan atau tenaga kesehatan lainnya tentang kesehatan, dalam hal ini khususnya tentang perawatan diri pada masa setelah melahirkan dan menyusui.
BBLR
Ini mungkin disebabkan ibu yang mempunyai berat badan rendah mempunyai usia kandungan yang lebih rendah berbanding ibu yang mempunyai berat badan normal. Ibu yang kurang berat badan sebelum hamil didapati mempunyai peluang lebih tinggi untuk melahirkan bayi yang berat berbanding ibu yang kurang berat badan sebelum hamil. Ibu yang kurang berat badan (< 45 kg/atau turun kepada 10 kg atau lebih semasa hamil) berisiko mengalami BBLR (Sari, 2013).
Jarak yang terlalu dekat atau kurang dari dua tahun berarti kondisi ibu belum pulih sepenuhnya dari gangguan makan, kehilangan darah dan kerusakan sistem reproduksi akibat kelahiran sebelumnya, sehingga calon bayi tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya dan berat badan lahirnya akan rendah dan sistem tubuhnya akan sangat lemah. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menyebabkan stres dan nilai gizi yang relatif rendah dapat menyebabkan beberapa masalah obstetri sehingga memudahkan terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR) (Manuaba, 2010). g) Alasan lain. Selain itu juga pentingnya ASI bagi kecerdasan dan kesehatan bayi, tradisi masyarakat di negara berkembang yang cenderung memberikan MP-ASI sejak dini, maraknya promosi pemberian susu botol dan MP-ASI di berbagai media dan institusi pelayanan kesehatan, serta faktor genetik atau bawaan misalnya jenis kelamin dan suku dapat mempengaruhi pertumbuhan berat badan (Salmarini, 2013).
Pertumbuhan janin kembar lebih sering terganggu dibandingkan janin tunggal, terlihat pada ukuran sonografi dan berat lahir. Dampak kehamilan ganda pada janin dapat menyebabkan berat badan bayi kurang dari rata-rata dan malpresentasi. Bayi yang lahir dengan kelainan bawaan umumnya akan lahir sebagai bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau kecil untuk usia kehamilannya.
Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital memiliki berat badan kurang lebih 20%. meninggal pada minggu pertama kehidupannya 3) Faktor lingkungan. Sindu (2015) mengatakan salah satu faktor kritis yang terjadi pada bayi BBLR adalah masalah pengaturan suhu tubuh dan pencegahan terjadinya hipotermia sebagai komplikasi utama pada masa awal persalinan. Hasil penelitian yang dilakukan Miller (2015) menunjukkan bahwa hipotermia sering terjadi pada bayi BBLR dan berhubungan dengan perdarahan interventrikular dan kematian.
Hipotermia adalah proses hilangnya panas tubuh akibat paparan dingin terus menerus dan menyebabkan tubuh memproduksi panas. Proses kehilangan panas pada bayi BBLR dapat terjadi melalui konduksi, evaporasi, radiasi dan konveksi. Misalnya, ketika bayi dibaringkan di atas meja, tempat tidur, atau timbangan yang dingin, tubuh bayi akan dengan cepat kehilangan panas tubuhnya melalui konduksi.
Kehilangan panas terjadi karena adanya penguapan cairan ketuban pada permukaan bayi setelah lahir, karena bayi tidak cepat kering atau terjadi setelah bayi dimandikan. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi ketika bayi diletakkan di dekat benda yang suhunya lebih rendah dari tubuh bayi.
Metode Kanguru
Misalnya bayi diletakkan di dekat pintu atau jendela yang terbuka, bayi diletakkan di ruangan ber-AC. Menurut Proverawati (2012), metode perawatan kanguru adalah perawatan bayi baru lahir dengan cara menempelkan bayi pada dada ibu (kontak kulit bayi dengan kulit ibu) agar suhu tubuh bayi tetap hangat. Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan Martinez di Bogota, Columbia pada tahun 1978 sebagai salah satu metode alternatif perawatan bayi BBLR di tengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada (Sindu, 2015).
Istilah Metode Perawatan Kanguru (PMK) digunakan karena cara perawatan ini mirip dengan perawatan bayi oleh kanguru, dimana bayi yang dilahirkan oleh kanguru selalu dalam keadaan prematur. Jadi kanguru merawat anaknya dengan menaruhnya di dalam kantong agar bayinya tetap hangat (Rita, 2012). Namun tidak semua BBLR mendapat perawatan di inkubator karena keterbatasan biaya dan fasilitas di rumah sakit.
Selain keterbatasan fasilitas, bayi BBLR biasanya memerlukan perawatan jangka panjang di rumah sakit hingga kondisi bayi stabil. Efektif (tidak memerlukan peralatan, terjangkau, tetap bisa beraktivitas), mempermudah pemberian ASI, mengurangi stres pada ibu, ibu lebih percaya diri, hubungan bonding lebih baik, ibu lebih penuh kasih sayang, berpengaruh secara psikologis terhadap ketenangan & ibu. Bagi tenaga kesehatan akan bermanfaat dari segi efektivitas dan efisiensi energi, karena ibu sendiri lebih peduli terhadap bayinya.
Petugas bahkan dapat melakukan tugas lain yang memerlukan perhatian petugas, misalnya pemeriksaan lain atau keadaan darurat pada bayi atau memberikan dukungan kepada ibu dalam pelaksanaan perawatan metode kanguru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017). Perawatan kanguru intermiten adalah perawatan jangka pendek (lebih dari satu jam pelekatan per hari) yang dilakukan saat induknya berkunjung. Perawatan ini diperuntukkan bagi bayi dalam proses penyembuhan yang masih memerlukan perawatan medis (infus, oksigen), tujuan perawatan ini adalah untuk melindungi bayi dari infeksi. 2) Perawatan Kanguru Berkelanjutan.
Perawatan Kanguru berkelanjutan adalah perawatan dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan perawatan intermiten. Baringkan bayi dengan siku dan kaki ditekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala sedikit terangkat atau diluruskan. Setelah bayi berpakaian, ikatlah selendang pada sekeliling atau sekeliling ibu dan bayi.
Kerangka Konsep
Pendidikan 3. Pekerjaan