• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas 3 Perilaku Organisasi pdf

N/A
N/A
ZELIKA ZASALZENA

Academic year: 2024

Membagikan "Tugas 3 Perilaku Organisasi pdf"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Zelika Zasalzena NIM : 21120132

Prodi : Manajemen (malam) Tugas 3 Perilaku Organisasi

a. Menurut pendapat saya, Nelson Mandela tidak secara langsung menerapkan Model Kontijensi Fiedler terhadap pengikutnya untuk meningkatkan tingkat kepercayaan.

Model Kontijensi Fiedler merupakan kerangka kerja kepemimpinan yang berfokus pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan dan situasi yang dihadapi. Namun, Nelson Mandela memiliki kualitas kepemimpinan yang kuat yang secara alami memengaruhi tingkat kepercayaan yang tinggi dari pengikutnya.

b. Nelson Mandela menerapkan gaya kepemimpinan yang inklusif, inspirasional, dan transformasional terhadap pengikutnya. Beberapa karakteristik gaya kepemimpinan yang dapat dikaitkan dengan Mandela meliputi:

 Kepemimpinan inklusif : Mandela melibatkan pengikutnya secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. Ia mendorong partisipasi dan pendapat dari semua pihak yang terlibat, membangun ikatan dan rasa memiliki bersama dalam upaya mencapai tujuan bersama.

 Kepemimpinan inspirasional : Mandela merupakan seorang pemimpin yang mampu menginspirasi dan memotivasi pengikutnya melalui visi yang jelas dan nilai-nilai yang kuat. Ia menggunakan kata-kata yang mempengaruhi, mengkomunikasikan tujuan yang mulia, dan mengajak orang lain untuk berjuang bersamanya.

 Kepemimpinan transformasional : Mandela berusaha untuk mentransformasi orang-orang di sekitarnya. Ia mendorong pengikutnya untuk tumbuh dan berkembang, memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengekspresikan potensi terbaik mereka, dan menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan positif.

 Empati dan keadilan : Mandela memahami pentingnya mendengarkan dan memahami pengalaman dan kebutuhan orang lain. Ia menunjukkan empati

(2)

terhadap penderitaan orang-orang dan berkomitmen untuk menciptakan keadilan dan kesetaraan bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang ras, suku, atau agama.

 Keteladanan : Mandela adalah seorang pemimpin yang hidup sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia ajarkan. Ia adalah contoh nyata dari keberanian, kejujuran, ketekunan, dan pengampunan. Keteladanan ini mempengaruhi pengikutnya untuk mengikuti jejaknya dan membangun kepercayaan yang kuat terhadapnya.

Gaya kepemimpinan Mandela yang inklusif, inspirasional, dan transformasional ini membantu menciptakan lingkungan yang memungkinkan pengikutnya untuk tumbuh, berkontribusi secara maksimal, dan merasa termotivasi untuk mencapai tujuan Bersama.

c. Teori kepemimpinan berdasarkan pendekatan sifat (trait) berfokus pada penelitian terhadap sifat-sifat pribadi atau karakteristik yang melekat pada seorang pemimpin.

Dalam konteks teori ini, sifat-sifat tertentu dianggap memiliki keterkaitan dengan kepemimpinan yang efektif.

Ketika diterapkan pada kepemimpinan Nelson Mandela, teori ini dapat menjelaskan beberapa sifat atau karakteristik yang memengaruhi kepemimpinannya.

Meskipun tidak semua sifat yang terkait dengan kepemimpinan Mandela dapat dijelaskan secara eksklusif melalui teori ini, ada beberapa sifat yang dapat menjadi relevan :

 Kepribadian yang kuat : Mandela memiliki kepribadian yang karismatik, tegas, dan bersemangat. Ia menunjukkan keberanian dan ketekunan dalam menghadapi tantangan yang dihadapinya. Kepribadian yang kuat ini dapat memengaruhi pengikutnya dan memberikan inspirasi bagi mereka.

 Integritas dan moralitas yang tinggi : Mandela dikenal karena integritasnya yang luar biasa dan moralitas yang kuat. Ia memegang teguh nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan pengampunan. Integritas dan moralitas yang tinggi ini membantu membangun kepercayaan dan menginspirasi pengikutnya.

 Kepemimpinan visioner : Mandela memiliki visi yang jelas untuk Afrika Selatan yang bersatu dan bebas dari diskriminasi. Ia mampu mengkomunikasikan visi

(3)

tersebut dengan jelas dan menginspirasi orang lain untuk bergabung dalam perjuangannya. Kemampuan kepemimpinan visioner ini merupakan sifat penting dalam teori kepemimpinan berdasarkan pendekatan sifat.

 Empati dan kepekaan social : Mandela memiliki kemampuan empati yang kuat dan kepekaan sosial terhadap penderitaan orang lain. Ia mampu memahami dan menghargai perasaan, kebutuhan, dan pengalaman orang lain. Kemampuan ini membantu dia menjalin hubungan yang kuat dengan pengikutnya.

Meskipun teori kepemimpinan berdasarkan pendekatan sifat dapat memberikan wawasan tentang beberapa sifat kepemimpinan Mandela, penting untuk diingat bahwa kepemimpinan yang efektif tidak hanya bergantung pada sifat-sifat individu saja. Konteks, situasi, dan keterampilan kepemimpinan yang dikembangkan juga memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan seorang pemimpin.

d. Teori Path-Goal merupakan teori kepemimpinan yang menghubungkan tugas- tugas kepemimpinan dengan pencapaian tujuan pengikut melalui penghapusan hambatan dan penyediaan dukungan. Salah satu perilaku kepemimpinan yang tercakup dalam teori ini adalah orientasi pada pencapaian (achievement-oriented).

Dalam konteks kepemimpinan Nelson Mandela, teori ini dapat menjelaskan bagaimana orientasi pada pencapaian berperan dalam kepemimpinannya. Melalui orientasi pada pencapaian, Mandela memotivasi dan membimbing pengikutnya untuk mencapai tujuan yang tinggi dan mencapai perubahan yang diinginkan.

Dengan menetapkan tujuan yang menantang, memberikan harapan tinggi, memberikan umpan balik konstruktif, dan menghilangkan hambatan, Mandela memperlihatkan ciri-ciri kepemimpinan yang sesuai dengan orientasi pada pencapaian dalam teori Path-Goal.

e. Menurut Teori Kontijensi Fiedler, faktor yang lebih kontributif terhadap kesesuaian kepemimpinan adalah kekuatan posisi atau kekuasaan posisi. Faktor- faktor seperti hubungan pemimpin-pengikut dan struktur tugas juga penting, tetapi kekuatan posisi memiliki dampak yang lebih besar.

Dalam konteks Nelson Mandela, kekuatan posisi atau kekuasaan posisi yang

(4)

dimaksud adalah posisinya sebagai seorang pemimpin ikonik dalam perjuangan melawan apartheid di Afrika Selatan. Mandela memiliki pengaruh dan otoritas yang kuat karena peran dan posisinya sebagai pemimpin gerakan anti-apartheid.

Meskipun hubungan pemimpin-pengikut dan struktur tugas juga memiliki peran penting, kekuatan posisi Mandela sebagai pemimpin adalah faktor utama yang mempengaruhi keefektifan kepemimpinannya. Mandela berhasil memobilisasi dan mempersatukan orang-orang dengan mengandalkan kekuasaan posisinya sebagai pemimpin yang dihormati dan diakui oleh masyarakat. Ia mampu menggunakan kekuatan posisinya untuk menginspirasi, memimpin perubahan, dan mempengaruhi pengikutnya.

Namun, penting untuk dicatat bahwa Teori Kontijensi Fiedler menekankan kesesuaian antara gaya kepemimpinan dan situasi yang dihadapi. Ini berarti bahwa dalam situasi tertentu, seperti ketika hubungan pemimpin-pengikut sangat baik atau tugas-tugas memiliki struktur yang jelas, faktor-faktor tersebut juga dapat menjadi kontributor penting dalam kesesuaian kepemimpina.

Referensi

Dokumen terkait