• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Epidemiologi cross sec, case control dan cohort penyakit Toxoplasmosis PDF

20@Mohammad abel

Academic year: 2023

Membagikan "Tugas Epidemiologi cross sec, case control dan cohort penyakit Toxoplasmosis PDF"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

CROSS SEC:

Penyakit Toxoplasmosis ditemukan muncul di Sepatan, Kab. tangerang. Diduga sedikitnya 46 ekor hewan kucing mati akibat penyakit Toxoplasmosis. Sementara 26 warga menunjukan gejala mirip Toxoplasmosis. Penyakit ini diduga telah menular ke manusia karena ada warga yang mengalami gejala Toxoplasmosis seperti kelahiran prematur dan lahir normal tetapi akan menimbulkan gangguan penglihatan, pendengaran.

Kasus berada di kelurahan pondok jaya dan mekar jaya. Sehingga membuat pemerintah daerah dengan kebijakannya melakukan penyelidikan Epidemiologi, namun sebelumnya pada akhir tahun 2021, penyakit Toxoplasmosis pertama kali mencuat.

Namun adanya temuan baru ini dilaporkan belum lama sehingga penyelidikan Epidimiologi baru bisa dilakukan. Sebelumnya pada tahun 2018 pernah terjadi laporan adanya penyakit Toxoplasmosis dengan gejala yang sama namun di duga penyakit ini berasal dari luar karena tidak ditemukannya kucing mati di kandang. Dan pada tahun 2022 adanya temuan kucing yang mendadak mati yang sebelum di diagnosa oleh dokter hewan mengalami pneumonia, encephalitis.

Pemerintah daerah melaporkan untuk kasus munculnya Toxoplasmosis tahun ini adanya 46 ekor kucing yang mati dan terkonfirmasi positif bakteri penyebab penyakit Toxoplasmosis. Menurut laporan dari pemerintah daerah populasi kucing di sepatan ada sekitar 600 kucing.

Faktor yang mempengaruhi kembalinya penyakit Toxoplasmosis di Sepatan adalah, karena banyak dari kucing memakan sembarangan atau makan hewan pengerat seperti tikus, dan juga kurangnya Sanitasi kandang, tempat makan, lingkungan yang terkontaminasi spora dari Toxoplasmosis. Kucing penderita juga dapat menulari kucing yang lain melalui bulu. Makan atau minum yang tercemar.

Dari data tersebut bisa dirumuskan sebagai berikut, yaitu kucing dengan makan tidak baik (F+) 112 ekor kucing terpapar (D+), dari kucing yang makan tidak baik tersebut sejumla102 ekor. Dari sudut pandang tersebut akan diketahui kucing yang tidak terpapar (D-) walaupun makan tidak baik sejumlah 48 ekor. Kucing yang dengan makan baik (F-) sejumlah 120 ekor dan yang tetap terpapar Toxoplasmosis (D+) sejumlah 110 ekor. Dari sudut pandang tersebut diketahui data kucing yang tidak terpapar/ sehat (D-) sejumlah 108 ekor. Kesimpulan dari observasi ini yaitu kucing makan dengan baik memiliki kekebalan yang lebih baik terhadap Toxoplasmosis dibanding kucing yang makan tidak baik.

Kasus Toxoplasmosis pada kucing sendiri diketahui dengan gejala yang Kadang- kadang infeksi pada kucing menunjukkan gejala dan perubahan patologi berupa demam yang persisten, ada eksudat dari mata, diare, dan ada bercak bercak pendarahan di feses, mukosa kekuningan, enteritis pembesaran limfoglandula, pneumonia (sesak napas, batuk, bersin), pembesaran limfonodus mesenterika, perubahan degenaratif pada sistem saraf pusat dan encepalitis dilaporkan pada infeksi secara eksperimental. Penularan secara kongenital dapat terjadi meskipun jarang, karena aktifasi kista bradizoit selama kehamilan. Toxoplasmosis dapat bersifat akut pada kucing muda maupun usia tua.

(2)

CASE CONTROL

Case control study bertujuan untuk mengetahui perjalanan penyakit terhadap faktor- faktor resiko pada kucing dengan makan baik dan kucing dengan makan tidak baik.

Perbandingan ini ditujukan untuk mengetahui apakah faktor faktor resiko tersebut mempengaruhi atau tidak terhadap penyakit Toxoplasmosis pada kucing di kabupaten tangerang Ambulator pada tahun 2021 saat terjadinya Toxoplasmosis di kabupaten Sepatan dan pencatatan petugas terkait sangat bermanfaat untuk melakukan case control study terhadap penyakit Toxoplasmosis pada kucing di kabupaten Sepatan.

Surveilans hanya mengambil sampel dari kucing yang sudah makan dengan baik sebagai kasus dan kucing yang makan dengan tidak baik sebagai kontrol namun tidak mewakili dari populasi yang ada saat itu. Catatan tersebut diambil datanya antara bulan april 2022 hingga desember 2022 Atas kebijakan pemerintah untuk mencegah penyakit yang semakin tinggi akibat paparan Toxoplasmosis maka dicanangkan pengobatan massal terhadap semua hewan yang peka akan paparan Toxoplasmosis. Dari 220 hewan kucing yang terpapar Toxoplasmosis (kasus), 180 ekor diantaranya sembuh (F+) dan 40 ekor sisanya mengalami kematian (F-). Sebagai kontrol adalah kucing sehat sejumlah 50 ekor (kontrol), 35 ekor dilakukan dengan pemberian makan yang baik (F-) dan 15 ekor sisanya makan yang tidak baik (F+).

kucing yang meninggal dicurigai menderita Toxoplasmosis. Pemeriksaan lanjutan dilaksanakan dengan tujuan untuk menegakkan diagnosa dari hasil pemeriksaan klinis.

Pada kasus Toxoplasmosis, ada beberapa pemeriksan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu

Pemeriksaan mikroskopis, dengan ulas darah dengan pewarnaan giemsa adalah cara yang sederhana untuk mengidentifikasi Toxoplasma gondii. Hasil ulas darah kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop.

Pemeriksaan molekuler, Sejumlah besar tes diagnostik molekuler misalnya Polymerase Chains Reaction (PCR). Pemeriksaan ini lebih sensitif dibanding pemeriksaan ulas darah dan memungkinkan mengidentifikasi spesies, subspesies atau genotipe pada Toxoplasmosis.

Pemeriksaan Serologi, Pemeriksaan serologis meliputi teknik Rapid Diagnostic Test (RDT) yaitu dengan menggunakan toxo kit.

Pengobatan yang diberikan untuk peyakit toxoplasmosis umumnya berupa kombinasi antara pyrimethamine dan sulfonamide (khususnya sulfadiazine, sulfamethazine, dan sulfapyrazine) dimana obat ini merupakan obat anti protozoa. Pengobatan dilakukan selama 3 hingga 4 minggu karena pada rentang waktu ini toxoplasmosisi berada pada fase trofozoit, yang mana pengobatan hanya efektif pada fase ini. Untuk mencegah efek samping (seperti anoreksia, depresi, dan depresi sumsum tulang) dari pengobatan dapat ditambahkan asam folinik dimana obat ini digunakan untuk mencegah toksisitas dengan dosis 2-4 mg/hari atau dapat pula diberikan ragi roti 5-10 gr/hari, dua kali seminggu.

(3)

Pengobatan pada kucing dapat dilakukan dengan pemberian antibiotic clindamycin golongan makrolida. Obat ini telah dilaporkan efektif terhadap toxoplasmosis, yang mana akan mengurangi pelepasan ookista oleh kucing tetapi tidak untuk megeliminasi ookista.

Cohort :

Studi kohort/ prospektif study adalah rancangan penelitian epidemiologi untuk mengetahui apakah pemberian makan yang baik dapat mempengarui kondisi kucing saat terjadi paparan Toxoplasmosis Kabupaten Sepatan menggiatkan makan gizi baik massal di semua kecamatan yang ada. Terutama kecamatan yang belum terpapar Toxoplasmosis.

Kucing adalah hewan paling utama yang difokus karena merupakan populasi terbanyak di kabupaten tangerang.

Makan gizi baik dilakukan di kecamatan yang belum terpapar dan mengerucut ke kecamatan yang telah terpapar. Kucing yang makan gizi baik adalah kucing yang sehat.

Kemudian observasi dilakukan terhadap kucing yang berhasil makan gizi baik sejumlah 400 ekor (observasi/ F+), dari hasil test kit yang dilakukan setelah 3 bulan pasca makan dengan gizi baik terdapat 150 ekor yang positif Toxoplasmosis (D+) dengan gejala ringan dan 100 ekor diantaranya asimptomatis, sedangkan 50 ekor sisanya tidak terpapar (D-).

Sebagai kontrol adalah kucing yang makan tidak baik sejumlah 200 ekor (kontrol/ F-), dari hasil test kit yang dilakukan terdapat 160 ekor kucing yang terpapar Toxoplasmosis (D+) dengan gejala yang cukup signifikan, bahkan 35 ekor diantaranya mengalami pneumonia atau encephalitis dan 50 ekor dilaporkan mati, sehingga tidak ada kucing yang tidak terpapar Toxoplasmosis dari kucing yang makan tidak baik tersebut (D-).

Penyelidikan lebih lanjut dilakukan terhadap kucing kucing tersebut apakah keparahan penyakit memang murni karena Toxoplasmosis atau ada penyakit penyerta lain yang memperparah, ataukah kematian memang murni karena Toxoplasmosis atau ada penyakit penyerta lain yang menjadi penyebab kematian.

Referensi

Dokumen terkait