• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN: CONTOH KASUS ABORTUS KEPERAWATAN

N/A
N/A
Risky Offc

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN: CONTOH KASUS ABORTUS KEPERAWATAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

CONTOH KASUS ABORTUS KEPERAWATAN

Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Falsafah Keperawatan

Disusun Oleh : Riskiyanto NIM : 4002220047

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES BINA PUTERA BANJAR

TAHUN 2022/2023

(2)

BAB I

PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia, tampa mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan” (Manuaba, 2011).

Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4%.

Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka kematian ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per 100.000 kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011). Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di tunjang oleh fasilitas yang memadai.

Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).

(3)

AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup, AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44 kematian per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan di singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011). Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat 1 dari bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang dan yang mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan pada tahun 2009 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 6 orang(Susanto, C.E, 2011).

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).

Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2011). Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga dengan immature.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010). Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupak suatu keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia kurang dari 20 minggu (Kelompok, 2019).

B. ETIOLOGI

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.

Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

(5)

1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X 6 Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

b. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

c. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.

(6)

Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel.

d. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi). Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

e. Trauma. Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.

f. Faktor-faktor hormonal. Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

g. Sebab-sebab psikosomatik. Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-hipofise.

Referensi

Dokumen terkait

4.1087 Ilmy Amiqoh Ilmu Administrasi Publik 4.1088 Dikhla Rif`A Ilmu Administrasi Publik 2.39 4.1089 Elfananda Istiqlalia Ilmu Administrasi Publik 4.1090 Hamida Condrowati Jayadi

32 Gambar 3.14 Kurikulum & Program ruang prodi etnomusikologi semster ganjil 33 Gambar 3.15 Kurikulum & Program ruang prodi etnomusikologi semster genap 33 Gambar 3.16 Jadwal kuliah