• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas KIMIA PENGAWETAN KAYU_Teknik SIpil Semester 1

N/A
N/A
LAURA ELVIRANDRA

Academic year: 2024

Membagikan " Tugas KIMIA PENGAWETAN KAYU_Teknik SIpil Semester 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME METODE PENGAWETAN KAYU

1. KEAWETAN KAYU BERHUBUNGAN ERAT DENGAN PEMAKAIANNYA Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama.

Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu.

Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang diperhatikan.

Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah.

2. ALASAN MANUSIA MELAKUKAN PENGAWETAN KAYU:

a. Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan sulit didapat dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup mahal.

b. Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan mudah didapat dalam jumlah banyak dan cara pengerjaannya pun lebih mudah. Selain itu segi keindahannya cukup tinggi, hanya faktor keawetannya saja yang

kurang. Sehingga lebih efisien bila diawetkan terlebih dahulu.

3. TUJUAN PENGAWETAN KAYU:

a. Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu, yang mulanya memiliki umur pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam pemakaian.

b. Memanfaatkan pemakaian jenis- jenis kayu yang berkelas keawetan rendah dan sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian, mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup luas dan banyak dengan aneka jenis kayunya.

c. Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan

pekerjaan, sehingga

pengangguran dapat diatasi.

4. PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU

a. Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.

b. Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak mungkin di dalam kayu.

c. Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan (faktor bahan pengawetnya).

d. Faktor waktu yang digunakan.

e. Metode pengawetan yang digunakan.

f. Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.

g. Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.

5. ADA 2 MACAM METODE PENGAWETAN:

NAMA : LAURA ELVIRANDRA NIM : 320200404014

PRODI : TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN MILITER

(2)

a. PENGAWETAN METODE SEDERHANA:

- METODE RENDAMAN Pelaksanaan Pengawetan

1) Menyiapkan sampel Sebelum dilakukan pengawetan, masing- masing sampel harus dalam keadaan bersih dengan permukaan yang rapi. Pada setiap ujung- ujung batang diberi cat untuk menghindari masuknya bahan pengawet dalam arah longitudinal, lalu diukur dimensi, kadar air dan beratnya masing-masing sampel.

2) Membuat Larutan Bahan Pengawet Dalam

membuat larutan dianjurkan untuk melarutkan seluruh isi kemasan bahan pengawet, untuk menghindari terjadinya perbedaan komposisi formulasi.

3) Perendaman Kayu yang akan diawetkan disusun dalam bak pengawet dengan deberi penyekat, sehingga terdapat rongga antara setiap batang kayu.

Pengawetan dengan metoda rendaman dingin dilakukan dengan waktu rendaman 7 hari.

Kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan

(rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung.

Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain

rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam. Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung).

Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau rendaman dingin saja.

Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu.

Larutan bahan pengawet berupa garam akan

memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi.

Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.

(3)

 Keuntungan : 1) Penetrasi dan

retensi bahan pengawet lebih banyak.

2) Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama.

3) Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila berkurang)

 Kerugian :

1) Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin.

2) Peralatan mudah terkena karat.

3) Pada proses panas, bila tidak hati – hati kayu bisa terbakar 4) Kayu basah agak

sulit diawetkan

- METODE PENCELUPAN Kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik.

 Kelemahan cara ini:

1) penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan.

2) Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan

cara

penyemprotan dan pelaburan (pemolesan).

Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri

penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain.

Bahan pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol.

Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.Metode

 Keuntungan : 1) Proses sangat

cepat

2) Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)

3) Peralatan cukup sederhana

 Kerugian :

1) Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah.

2) Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi

permukaan kayu sangat tipis

- METODE PEMULASAN DAN PENYEMPROTAN

Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak,

(4)

penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam.

Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu :

1) Pengawetan sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah.

2) Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif).

3) Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang.

Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).

Keuntungan :

1) Alat sederhana, mudah penggunaannya

2) Biaya relatif murah Kerugian :

1) Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil 2) Mudah luntur

- METODE PEMBALUTAN Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk

mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang

dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.

Keuntungan :

1) Peralatan sederhana 2) Penetrasi lebih baik,

hanya waktu agak lama 3) Digunakan untuk tiang-

tiang kering ataupun basah

Kerugian :

1) Pemakaian bahan pengawet boros 2) Jumlah kayu yang

diawetkan terbatas, waktu membalut lama 3) Membahayakan mahluk

hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

b. PENGAWETAN METODE KHUSUS:

- METODE PROSES SEL PENUH Pada proses sel penuh, dilakukan dengan memasukkan bahan

pengawet sebanyak munkin ke dalam kayu dengan proses penekanan. Bahan pengawet ini berusaha disisikan penuh- penuh ke dalam kayu dan dipertahankan untuk tetap tinggal di dalamnya, sehingga di bagian kayu yang

diawetkan terdapat bahan dalam jumlah maksimum.

Setiap sel penyusun kayu akan diisi penuh dengan bahan pengawet sedalam-dalamnya ke dalam kayu serta retensi bahan pengawet sebanyak- banyaknya.

Bahan pengawet yang lazim digunakan dalam proses sel penuh adalah bahan pengawet yang dilarutkan dalam air.

Meskipun demikian, bahan pengawet berupa minyak atau

(5)

bahan pengawet yang dilarutkan dapat digunakan, jumlah bahan pengawet yang diharapkan semakin banyak yang tertinggal di dalam kayu dapat diusahakan dengan membuat bahan pengawet ini lebih pekat.Oleh karena itu, konsentrasi bahan pengawet di buat lebih tinggi.

1) Proses Bethel.

Proses pengawetan ini menggunakan bahan pengawet kreosot dengan urutan proses sebagai berikut :

a) Kayu dimasukkan ke dalam tangki silinder kemudian dilakukan pemvakumar, 15-60 menit

b) Selanjutnya bahan pengawet panas (suhu 85 – 100 derajat celcius) dimasukkan ke dalam silinder sambil di berikan tekana 125 – 200 psi.

Tekanan dipertahankan beberapa saat agar absorbsi bahan pengawet ke dalam kayu tercapai.

c) Setelah itu tekanan dalam tangki silinder secara perlahan-lahan dikurangi hingga mencapau tekanan dengan udara luar (atmosfir)

d) Selanjutnya sisa minyak dikeluarkan dari tangki silinder sambil diadakan pemvakuman lagi beberapa saat.

Pemvakuman

dimaksudkan untuk mengeringkan kayu e) Setelah itu

pemvakuman tangki silinder pengawet dilepas ( diakhiri), sehingga udara bisa masuk dan tekanan dalam tangki silinder kembali menjadi normal sama dengan udara sekitarnya.

2) Proses Burnet.

Proses pengawetan ini menggunakan bahan pengawet larut dalam aur beruapa Zn Cl2 (seng klorida). Secara umum urutan prosesnya sama dengan proses Bethel, hanya seng khlorida panas suhunya 55 – 65 C dan konsentrasinya 2 -4 %.

- METODE PROSES SEL KOSONG Pada proses sel kosong, meskipun pengawetan yang dilakukan juga dengan menekan bahan pengawet agar masuk ke dalam kayu, penekanan ini tidak bertujuan untuk mengisi setiap sel kayu secara penuh dengan bahan peengawetan, melainkan hanya melapisi sel-sel

penyusun kayu dengan bahan pengawet tersebut.

Karena sel kayu hanya di lapisi bahan pengawet, bagian dalam sel kayu (rongga sel kayu) ini masih tetap kosong.Dengan demikian, proses sel kosong berusaha untuk meresapkan bahan pengawet sedalam-dalamnya di dalam kayu, namun retensi

(6)

bahan pengawet tersebut tidak begitu banyak.

Bahan pengawet yang digunakan dalam proses sel kosong adalah bahan

pengawet berupa minyak atau bahan pengawet yang

dilarutkan dalam minyak.

Mekipun demikian, proses sel kosong dapat juga

menggunakan bahan pengawetan yang dilarutkan dalam air.

Bila bahan pengawet larut air yang digunakan, pengawetan harus segera diikuti dengan pemasukan bahan pengawet minyak atau bahan pengawet yang larut minyak ke dalam kayu.Penggunaan bahan pengawet larut air di sini terutama bertujuan untuk mengurangi tambahan berat kayu setelah setelah

diawetkan.

1) Proses Rueping

Proses ini diawali dengan pemberian tekanan udara pada tangki silinder pada awal proses. Kayu yang diawetkan dapat berupa kayu yang telah kering, masih basah atau telah dilakukan pengukusan.

2) Proses Lowry

Proses ini prinsipnya sama dengan proses Rueping, hanya bedanya tidak diawali dengan

pemberian tekanan udara ke dalam tangki pengawet Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :

 Pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel

 Sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.

- METODE PROSES TEKANAN RINGAN

Proses pengawetan ini tidak dilakukan dalam tangki tertutup tapi ditempat terbuka. Biasanya proses Boucherie digunakan untuk mengawetkan kayu bulat (dengan kulit). Tekanan ringan proses pengawetan terjadi karena selisih tinggi antara bak penyimpanan bahan pengawet dan kayu yang akan diawetkan.

(7)

Referensi

Dokumen terkait