• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas 1 Kritik Arsitektur Muh. Wildan Faras Toriq 220211501004 01

N/A
N/A
Muh Wildan Faras Thoriq

Academic year: 2023

Membagikan "Tugas 1 Kritik Arsitektur Muh. Wildan Faras Toriq 220211501004 01"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS ESSAY

KRITIK ARSITEKTUR, KRITIKUS, KRITIK DESKRIPTIF

Dosen Pengampuh;

1. Raeny Tenriola Idrus, S.T., M.Si 2. Rahmansah, S.T., M.T.

Disusun Oleh ; Muh. Wildan Faras toriq

220211501004 Kelas A(01)

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2023

(2)

1 DAFTAR ISI

Contents

DAFTAR ISI ... 1

BAB I ... 2

PENDAHULUAN ... 2

A. Latar Belakang ... 2

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

BAB II ... 5

PEMBAHASAN ... 5

A. Pengertian Kritik... 5

B. Pengertian Kritik Deskriptif ... 6

C. Fungsi Kritik Dalam Dunia Arsitektural Dan Kaitannya Dengan Suatu Profesi 9 BAB III... 12

KESIMPULAN ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(3)

2 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Arsitektur telah diyakini sebagai salah satu cabang ilmu (pengetahuan ilmiah) atau bidang studi yang memiliki wilayah jelajahnya sendiri. Sebagai ilmu, arsitektur perlu didukung oleh suatu gugus pengetahuan yang mampu menjelaskan hakekat arsitektur dalam segenap dimensinya. Barangkali segenap pengetahuan dalam teori arsitektur dapatlah diklaim sebagai gugus pengetahuan yang dimaksud. Persoalan sebenarnya adalah bagaimana kehandalan teori arsitektur dan substansinya sebagai suatu gugus pengetahuan ilmiah. Hal ini paling tidak akan ditentukan oleh kejelasan struktur kajinya. Selain itu perlu dipertanyakan pula apakah hanya teori arsitektur yang dapat dipandang sebagai gugus pengetahuan utama dalam ilmu arsitektur.

Jika kita cermati, pengetahuan tentang arsitektur saat ini cenderung berada dalam suatu pola yang chaos, dimana struktur tata hubung antar bagiannya saling tumpang tindih dengan orientasi peran yang seringkali tidak terbaca. Beberapa tokoh bahkan mengatakan kondisi ini ibaratnya suatu mozaik yang pengertiannya secara bulat hanya akan dapat diketahui setelah setiap bagian yang cerai berai tersebut dapat terangkaikan kembali menjadi suatu “gambar” yang lengkap. Satu hal yang cukup menjengkelkan adalah kenyataan yang justru menunjukkan bahwa gambar yang tercipta sebagai hasil rangkaian potongan-potongan mozaik pengetahuan arsitektur tersebut ternyata cenderung berbeda-beda, dan tergantung pada siapa yang merangkainya.

Dengan demikian, timbullah pertanyaan, “Tidak adakah suatu pola sistematis tentang

“tata rangkai” potongan-potongan pengetahuan arsitektural tersebut, yang dapat menjamin bahwa gambar yang tercipta akan tetap sama, tak perduli siapapun perangkai mozaik teori atau pengetahuan arsitektur tersebut ?”. Dengan kata lain semestinya ada semacam cara pandang terhadap bagaimana sebaiknya segenap substansi pengetahuan arsitektural tersebut menempati kedudukan yang selayaknya dalam suatu bingkai yang sistematis. Bingkai sistematis ini diharapkan dapat mengarahkan kita untuk mendapatkan kejelasan tentang sosok arsitektur yang

(4)

3 sebenarnya, tanpa mengalami kebingungan dalam mencocok-hubungkan berbagai pengetahuan yang kita miliki mengenai arsitektur sebagaimana pendekatan permainan mozaik yang sering mengantar kita pada gambar-gambar retak. Di sisi yang lain perlu juga ada semacam kejelasan tentang keberadaan gugus pengetahuan primer lainnya dalam bidang studi arsitektur selain teori arsitektur sendiri.

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.

Secara etimologis berasal dari Bahasa Yunani kata ini sendiri diturunkan dari Bahasa Yunani krites, artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”,

“pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”

Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan. Sehingga dalam kritik Arsitektur adalahtanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Kritik Arsitektur dilakukan dengan cara mengamati dan memahami suatu karya arsitektur untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan, ungkapan dan penggambaran dari suatu karya arsitektur tersebut.

Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan berbagai indrakelimanya kemudian mengamati,memahami dengan penuh kesadaran danmenyimpannya dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya.Di dalam arsitektur terdapat 6 macam kritik arsitektur yaitu kritikdeskriptif, kritik normatif, kritik tipikal, kritik impresionis, kritik interpretif, dankritik terukur.

(5)

4 B. Rumusan Masalah

• Pengertian mendalam tentang apa itu Kritik dan Kritik Deskriptif

• Penjelasan lengkap tentang apa itu Kritik, Kritik Deskriptif, dan fungsi Kritik dalam dunia Arsitektural serta kaitannya dengan suatu profesi.

C. Tujuan

• Untuk mengetahui pengertian mendalam tentang apa itu Kritik dan Kritik Deskriptif

• Untuk mengetahui fungsi Kritik dalam dunia Arsitektural serta kaitannya dengan suatu Profesi

(6)

5 BAB II

PEMBAHASAN A. Pengertian Kritik

Definisi kritik secara etimologis adalah pemisahan, penyaringan dan atau penghakiman antara baik dan buruk—baik berbentuk tanggapan atau kecaman.104 Tetapi untuk membedakanya dengan gurauan, ejekan ataupun ungkapan spontan yang kerap kita temukan dalam keseharian seperti: “bangunan itu norak sekali, lebih baik dihancurkan saja”, “bangunan medioker pasti didesain oleh arsitek medioker pula, melihatnya saja membuatku frustasi” dan seterusnya, kritik dan kritik arsitektur perlu didudukkan dalam posisinya yang jelas, demikian halnya dengan rupa-rupa perangkat metodologisnya, sehingga kritik arsitektur dapat menjadi sarana bagi produksi dan reproduksi pengetahuan—atau dalam tingkatan kritik yang lain dia mendekonstruksi basis pengetahuan mapan.

Oleh karenanya kritik semestinya didudukkan sebagai seni pengamatan (the art of viewing) yang melampui objek, yaitu suatu jenis pengamatan yang fokus pada perumusan dan penilaian ( prescribing and judging), interpretasi (interpreting) dan menjelaskan sesuatu (describing).105 Tanpa ketiga hal itu, sebuah pengamatan atas suatu objek tidak dapat dikategorikan sebagai kritik.

Kritik adalah respon berupa penilaian objektif dan seimbang mengenai suatu hal.

Kritik kerap disampaikan dalam menanggapi suatu pernyataan, opini, kebijakan, dan sebagainya. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani yakni "Clitikos" yang memiliki arti ciri pembeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik memiliki definisi kecaman atau tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.

Dalam arti lain, kritik adalah ciri pembeda dari suatu pendapat terhadap pendapat lain yang berdasarkan dengan pengamatan dan penganalisisan terlebih dahulu, kemudian menginterpretasikannya terhadap suatu posisi pendukung atau tidak mendukung, bertentangan atau tidak bertentangan dengan objek yang dikritik tersebut.

Demikian halnya dengan kritik arsitektur, jika merunut pada definisi kritik, maka kritik arsitektur adalah serangkaian kegiatan pengamatan yang rinci dan teliti atas

(7)

6 suatu objek bangunan yang bertujuan untuk membedah, menginterpretasikan, mendeskripsikan dan menilai suatu karya rancang bangun arsitektur, tetapi melampaui arsitektur itu sendiri. Jika karya arsitektur ditujukan untuk penyelesaian masalah, itu artinya karya arsitektur selalu memiliki hipotesis penyelesaian sebagai motif desain, salah satu tugas kritik arsitektur adalah membedah hipotesis tersebut beserta motif dan asumsi-asumsinya. Meskipun seorang kritikus dapat bertanya langsung kepada arsitek, namun hipotesis desain kerapkali tidak berada disana, melainkan berada dalam hamparan semantiksemantik desain yang bertebaran dan menyelinap dalam karya arsitektur

Oleh karenanya selain kritik atas estetika dan fungsionalitas karya, kritik arsitektur juga dapat melihat konteks politik, kultural, sosial dan ekonomi untuk mendudukkan hipotesis itu dalam kerangka yang lebih luas, sehingga hipotesis desain itu dapat dipahami dan diuji—apakah hipotesis itu mampu menyelesaikan persoalan desain arsitektur dan lingkungan binaan, ataukah memberikan masalah baru? Ataukah justru pertanyaan-pertanyaan mula-mula sebagai prakondisi hipotesis itu justru adalah titik rapuhnya? Artinya kritik arsitektur tidak hanya terbatas pada unsur-unsur internal karya seperti estetika dan fungsi, melainkan juga konteks eksternal karya—untuk mengungkap motif, asumsi-asumsi dan hipotesis desain, internalitas karya mesti didudukkan vis a vis dengan eksternalitas karya arsitektur. Lebih-lebih jika karya arsitektur tersebut berada di ruang publik: arsitektur dalam diskursus mengenai masyarakat adalah noktah kecil dalam jaringan noktah yang luas, dan karenanya motif-motif desain tidak dapat dilepaskan dari motif-motif masyarakat.

Kritik juga adalah suatu bentuk penilaian atau evaluasi yang dilakukan terhadap suatu karya atau perbuatan yang telah dilakukan oleh individu atau kelompok. Kritik juga dapat diartikan sebagai pendapat atau pandangan yang diberikan berdasarkan pertimbangan tertentu terhadap suatu hal yang menjadi objek kritik.

B. Pengertian Kritik Deskriptif

Kritik Deskriptif merupakan salah satu jenis kritik yang bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, atau semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada.

Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu lingkungan

(8)

7 tertentu. Dibanding metode kritik lain kritik deskriptif tampak lebih nyata. Pada dunia arsiektur, kritik ini digunakan untuk mendapatkan dan menyampaikan kembali sebuah fakta-fakta yang ada dan bersinggungan dengan karya arsitektur. Terdapat kriteria yang harus ada pada kritik deskriptif ini, diantaranya :

• Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota.

• Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.

• Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya.

• Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau menghakimi. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.

Selain itu, kritik deskriptif memiliki beberapa metode dalam penerapannya, yaitu : 1. Gambaran Bangunan (Depictive Criticsm)

Metode ini cenderung tidak dipandang sebagai sebuah bentuk kritik karena ia tidak didasarkan pada pernyataan baik atau buruk sebuah bangunan. Sebagaimana tradisi dalam kritik kesenian yang lain, metode ini menyatakan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi disana. Masyarakat cenderung memandang dunia sesuai dengan keterbatasan pengalaman masa lalunya, maka melalui perhatian yang jeli terhadap aspek tertentu bangunan dan menceritakan kepada kita apa yang telah dilihat, kritik depiktif telah menjadi satu metode penting untuk membangkitkan satu catatan pengalaman baru seseorang. Kritik depiktif tidak butuh pernyataan betul atau salah karena penilaian dapat menjadi bias akibat pengalaman seseorang di masa lalunya.

Kritik depiktif lebih mengesankan sebagai seorang editor atau reporter, yang menghindari penyempitan atau perluasan perhatian terhadap satu aspek bangunan agar terhindar dari pengertian kritikus sebagai interpreter atau advocate.

(9)

8 2. Metode Grafis (static)

Pada metode grafis lebih memperhatikan pada elemen-elemen, bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture). Penelusuran metode grafis seringkali digunakan oleh para kritikus untuk memberi pandangan kepada pembaca agar memahami apa yang telah dilihatnya sebelum menentukan penafsiran terhadap apa yang dilihatnya kemudian. Penggunaan media grafis dalam metode ini dapat dengan baik merekam dan mengalihkan informasi bangunan secara non verbal tanpa kekhawatiran terhadap bias. Metode ini dapat dilakukan melalui beberapa cara survey antara lain : fotografi, diagram, pengukuran dan deskripsi verbal (kata-kata).

3. Metode Verbal (Dynamic)

Tidak seperti metode grafis, metode verbal mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di buat. Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui Bagaimana manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik? Bagaimana bangunan dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang ada didalamnya dan disekitarnya?

4. Metode Prosedural (Process)

Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu. Bila kritik yang lain dibentuk melalui pengkarakteristikan informasi yang datang ketika bangunan itu telah ada, maka kritik depiktif (aspek proses) lebih melihat pada langkah-langkah keputusan dalam proses desain yang meliputi :

1. Kapan bangunan itu mulai direncanakan, 2. Bagaimana perubahannya,

3. Bagaimana ia diperbaiki,

4. Bagaimana proses pembentukannya.

5. Metode Riwayat Hidup (Biographical Criticism)

(10)

9 Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada karya-karyanya secara spesifik.

Sejak Renaisance telah ada sebagian perhatian pada kehidupan pribadi sang artis atau arsitek dan perhatian yang terkait dengan kejadian-kejadian dalam kehidupannya dalam memproduksi karya atau bangunan.

6. Metode Peristiwa Contextual Criticsm)

Untuk memberikan lebih ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam informasi dekriptif, informasi seperti aspek-aspek tentang sosial, politikal, dan ekonomi konteks bangunan yang telah didesain. Kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia informasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi terlibat. Dalam kasus lain, ketika kritikus memiliki beberapa akses ke informasi, mereka tidak mampu untuk menerbitkannya karena takut tindakan hukum terhadap mereka. Tetapi informasi yang tidak kontroversial tentang konteks suatu desain suatu bangunan terkadang tersedia.

C. Fungsi Kritik Dalam Dunia Arsitektural Dan Kaitannya Dengan Suatu Profesi

Kegunaan dan manfaat kegiatan kritik karya dalam arsitektur ialah memberi masukan bagi perkembangan ilmu-pengetahuan bidang arsitektur (aspek teoritik) di lingkungan akademik dan sekaligus masukan bagi perkembangan keprofesian bidang arsitektur (aspek praktis) di lingkungan profesi.

Kegiatan ‘Kritik Karya’ dalam Arsitektur pada dasarnya juga merupakan salah satu tahap/phase dalam seluruh siklus kegiatan perancangan arsitektur. Kegiatan kritik karya dalam arsitektur ini adalah kegiatan tahap akhir yang berisikan: pemberian masukan (input) dan pemberian penilaian (evaluasi) berupa catatan, komentar dan saran dari kalangan profesional (khalayak profesi arsitek dan profesi terkait bidang

(11)

10 arsitektur). Maksud dan tujuan utama dari kegiatan ‘Kritik Karya’ dalam arsitektur adalah untuk mendapatkan masukan, penilaian dan saran yang berguna atau bermanfaat bagi perkembangan ilmu-pengetahuan (aspek teoritik) bidang arsitektur dan bagi perkembangan bidang keprofesian (aspek praktis) bidang arsitektur.

Kegiatan ‘kritik karya’ dalam arsitektur pada dasarnya hanya dapat dilakukan oleh kalangan profesional terkait bidang arsitektur (para sesama arsitek, para peneliti/pemerhati bidang arsitektur, para perencana kota, dsb.). Dengan demikian kegiatan ‘kritik karya arsitektur’ ini dapat dipertanggung-jawabkan secara profesional dalam bidang arsitektur dan bidang lain terkait dengan arsitektur. Dasar-dasar pengetahuan bidang arsitektur, wawasan-wawasan lain, pemahaman terhadap kegiatan perancangan arsitektur dan pengalaman praktek perancangan arsitektur – merupakan kemampuan yang perlu dimiliki oleh ‘Kritisi Karya Arsitektur’ yaitu orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ‘kritik karya’ dalam arsitektur, terutama dalam hal: memberi masukan, penilaian serta saran terhadap suatu karya arsitektur. Kegiatan ‘kritik karya’

dalam arsitektur pada dasarnya juga merupakan kegiatan tahap akhir dari seluruh siklus kegiatan perancangan arsitektur.

Kegiatan kritik karya dalam arsitektur ini adalah kegiatan yang berisikan: pemberian masukan (input) dan pemberian penilaian (evaluation) berupa catatan-catatan, komentar dan saran dari kalangan profesional (khalayak profesi arsitek dan profesi terkait bidang arsitektur lainnya). Tujuan utama kegiatan ‘kritik karya’ arsitektur ini adalah untuk mendapatkan masukan, penilaian dan saran – yang berguna atau bermanfaat bagi perkembangan dunia ilmu-pengetahuan (aspek teoritik) bidang arsitektur dan bagi perkembangan dunia keprofesian (aspek praktis) dalam bidang arsitektur.

Kegiatan ‘kritik karya’ dalam arsitektur pada dasarnya hanya dapat dilakukan oleh kalangan profesional arsitek dan profesional terkait bidang arsitektur lain, yang didalam melakukan kegiatannya, dibekali oleh seperangkat pengetahuan dasar dan lanjut tentang: Teori Arsitektur, Metoda Perancangan (Arsitektur) serta pengetahuan lain yang memadai. Dengan demikian kegiatan ‘kritik karya arsitektur’ ini dapat dipertanggung-jawabkan secara profesional dan hanya dapat dijalankan/dilakukan

(12)

11 oleh orang-orang tertentu yang memiliki dasar-dasar pengetahuan memadai dalam bidang arsitektur.

(13)

12 BAB III

KESIMPULAN

Kritik adalah respon berupa penilaian objektif dan seimbang mengenai suatu hal.

Kritik kerap disampaikan dalam menanggapi suatu pernyataan, opini, kebijakan, dan sebagainya. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani yakni "Clitikos" yang memiliki arti ciri pembeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik memiliki definisi kecaman atau tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.

Kritik juga adalah suatu bentuk penilaian atau evaluasi yang dilakukan terhadap suatu karya atau perbuatan yang telah dilakukan oleh individu atau kelompok. Kritik juga dapat diartikan sebagai pendapat atau pandangan yang diberikan berdasarkan pertimbangan tertentu terhadap suatu hal yang menjadi objek kritik.

Kritik Deskriptif merupakan salah satu jenis kritik yang bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, atau semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada.

Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu lingkungan tertentu. Dibanding metode kritik lain kritik deskriptif tampak lebih nyata. Pada dunia arsiektur, kritik ini digunakan untuk mendapatkan dan menyampaikan kembali sebuah fakta-fakta yang ada dan bersinggungan dengan karya arsitektur.

Kegiatan kritik karya dalam arsitektur ini adalah kegiatan tahap akhir yang berisikan:

pemberian masukan (input) dan pemberian penilaian (evaluasi) berupa catatan, komentar dan saran dari kalangan profesional (khalayak profesi arsitek dan profesi terkait bidang arsitektur). Maksud dan tujuan utama dari kegiatan ‘Kritik Karya’

dalam arsitektur adalah untuk mendapatkan masukan, penilaian dan saran yang berguna atau bermanfaat bagi perkembangan ilmu-pengetahuan (aspek teoritik) bidang arsitektur dan bagi perkembangan bidang keprofesian (aspek praktis) bidang arsitektur.

(14)

13 DAFTAR PUSTAKA

coursehero. Makalah Kritik Arsitektur. Coursehero. Diakses pada 30 Agustus 2023 melalui:

https://www.coursehero.com/file/41567293/MAKALAH-KRITIK- ARSITEKTURdocx/

repository. Metode Kritik. Repository. Diakses pada 30 Agustus 2023 melalui:

http://repository.ub.ac.id/id/eprint/9214/6/BAB%20III.pdf

hisyamfajar. Kritik Deskriptif. Hisyamfajar. Diakses pada 30 Agustus 2023 melalui:

https://hisyamfajar.wordpress.com/2018/12/20/kritik-deskriptif/

fatek.unsrat.ac.id. Kritik Arsitektur. fatek.unsrat.ac.id. Diakses pada 30 Agustus 2023 melalui:

https://fatek.unsrat.ac.id/s1arsitektur/wp-content/uploads/2022/06/Bahan-Ajar- Kritik-Arsitektur-K-2020-ALL.pdf

Referensi

Dokumen terkait