MAKALAH
METODE KAJIAN USHUL FIKIH DAN FIKIH
Tugas Mata Kuliah: Metodologi Studi Islam Dosen Pengampu: Aat Hidayat, M.Pd.I
Disusun oleh:
Kelompok 6
Bagas Banu Saputro (2310110078) Fitri Ayu Amelia (2310110076) Khalimatus Sakdiyah (2310110061) Asrina Citra Hidayah (2310110060)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAM AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN AKADEDMIK 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan diberikanya berkah dan rahmat-NYA sehingga kelompok 6 mampu menyelesaikan tugas makalah yang bertema “METODE KAJIAN STUDI USHUL FIKIH DAN FIKIH” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan guna mememnuhi salah satu tugas mata kuliah “Metodologi Studi Islam” yang dibimbing oleh bapak Aat Hidayat, M.Pd.I.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen mata kuliah metodologi studi islam, karena dengan diberikanya tugas ini dapat berpotensi untuk memperdalam pemahaman kami mengenai materi tersebut.
Kami dari kelompok 6 menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, serta memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan maupun penyebutan makna makna yang tertera pada makalah ini. Untuk itu kelompok kami memerlukan koreksi, masukan dan saranya dari para pembaca untuk tahapan penyempurnaan dan untuk menjadikan makalah kami kedepanya lebih baik lagi.
Kudus, 19 September 2023 Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fikih dan Ushul Fikih
B. Latar Belakang Studi Fikih dan Ushul Fikih C. Ruang Lingkup Studi Fikih dan Ushul Fikih D. Model-model Studi Fikih dan Ushul Fikih BAB III
PENUTUP Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar fiqih merupakan hal yang sangat penting yang mana fiqih adalah syariat Islam yang harus dikerjakan oleh umat muslim. Fiqih mengatur segala hukum Allah yang berhubungan dengan segala pekerjaan mukalaf yang mana hukum ini diambil dari alqur'an dan as-sunnah dengan jalan Ijtihad. Maka dari itu penting sekali bagi manusia untuk mempelajari Ilmu fiqih karena tanpa mempelajari itu maka manusia tidak mengerti suatu hukum, bisa dikatakan manusia tidak ada bedanya dengan hewan.
Seorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang dinamakan motivasi.
Fikih atau hukum islam merupakan salah satu bidang studi islam yang paling dikenal oleh masyarakat. Dari sejak lahir sampai dengan meninggal dunia manusia selalu berhubungan dengan fikih.. Ilmu fikih di kategorikan sebagai ilmu al-hal, yaitu ilmu yang wajib di pelajari, karena dengan ilmu itu pula seseorang baru dapat melaksanakan kewajibanya mengabdi kepada Allah melalui ibadah seperti salat, puasa, haji dan sebagainya. limu fikih menyangkut banyak kehidupan manusia. Tidak hanya pada masalah ibadah saja namun juga mencakup fikih muamalah, tindak pidana, peperangan dan pemerintahan dan, sebagainya.
Demikian besar fungsi fikih maka nampak menyatu dengan misi agama Islam yang kehadiranya untuk mengatur kehidupan manusia agar tercapai ketertiban dan keteraturanya. Karena itu sifat yang kemudian menjadi ciri hukum islam dalam artian hukum yang mengatur kehidupan umat islam adalah pembedaan antara ajaran ideal dan praktek faktual, antara syari'ah seperti yang diajarkan ahli-ahli
hukum klasik di satu pihak dan hukum positif yang berlaku di pengadilan di pihak lain.
B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Fikih dan Ushul Fikih
B. Apa Latar Belakang Studi Fikih dan Ushul Fikih C. Apa Ruang Lingkup Studi Fikih dan Ushul Fikih D. Bagaimana Model-model Studi Fikih dan Ushul Fikih C. Tujuan Penulisan
A. Untuk Mengetahui Pengertian Fikih dan Ushul Fikih
B. Untuk Mengetahui Latar Belakang Studi Fikih dan Ushul Fikih C. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Studi Fikih dan Ushul Fikih D. Untuk Mengetahui Model-model Studi Fikih dan Ushul Fikih
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fikih dan Ushul Fikih a. Pengertian Fiqih
Menurut bahasa "fiqih" berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqihan yang berarti mengerti atau paham berarti juga paham yang mendalam. Dari sini di tariklah perkataan fiqih, yang memberi pengertian kepaham dalam hukum syari'at yang sangat di anjurkan oleh Allah dan Rasulnya.
Jadi, fiqih adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah yang berhubungan dengan segala amaliah mukallaf baik yang wajib, sunnah, mubah, makruh dan haramyang di gali dari dalil dalil yang jelas (tafshili).
Definisi fiqih secara umum, ialah suatu ilmu yang mempelajari bermacam-macam syariat atau hukum islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia, baik yang bersifat indifidu maupun yamg berbentuk masyarakat sosial.
b. Pengertian Ushul Fiqih
ilmu fiqih adalah "fiqih". Sedangkan kaidah-kaidah istinbath (mengeluarkan) hukum dari sumbernya di pelajari dalam ilmu "ushul fiqih". Jika fiqih adalah paham mengenai sesuatu sebagai hasil dari kesimpulan pikiran manusia. Maka ushul fiqih adalah dasar yang di pakai oleh pikiran manusia untuk membentuk hukum yang memgatur kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Prof.Dr.TM. Hasbi Ash Shiddieqy, definisi ushul fiqih adalah kaidah kaidah yang di pergunakan untuk mengeluarkan hukum dari dalil- dalilnya, dan dalil- dalil hukum (kaidah-kaidah yang menetapkan dalil- dalil hukum).
Sedangkan definisi ushul fiqih menurut Abdul Wahab Khalaf, adalah ilmu tentang kaidah- kaidah dan pembahasan-pembahasan yang merupakan cara untuk menemukan hukum-hukum syara' yang amaliyah dari dalil- dalilnya secara rinci.1
B. Latar Belakang Studi Fikih dan Ushul Fikih a. Latar Belakang Studi Fikih
Latar belakang studi fiqih adalah sejarah perkembangan ilmu hukum Islam yang bersifat praktis dan terkait dengan kehidupan masyarakat. Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum syara yang bersifat amaliyah yang diperoleh dari dalildalil terperinci. Fiqih juga merupakan cabang ilmu yang bersifat ilmiyah, logis, dan memiliki obyek dan kaidah tertentu.
Fiqih adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum islam yang berdasarkan sumber-sumbernya, yaitu seperti Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas. Fiqih berkaitan dengan ketaatan ritual, moral, dan norma- norma sosial dalam islam serta sistem politik.
Ada beberapa mazhab dalam fikih, seperti Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali, Ja'fari, Zaidi, dan lainnya. Masing-masing mazhab memiliki metode interpretasi dan analisis sumber hukum fikih yang berbeda-beda.
Orang yang menguasai ilmu fikih disebut faqih. Faqih harus melihat dan memahami secara mendalam segala permasalahan dan tidak berpuas diri dengan makna tersurat saja. Faqih juga harus mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.
Fiqih memiliki sejarah yang panjang dalam yurisprudensi Islam.
Menurut Dr Abdul Wahab Khallaf, sejarah fiqih dapat dibagi menjadi
1 Arif Saifudin, “Fiqih dalam perspektif filsafat ilmu”, Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol.1 No.2 (Juli, 2019), 200.
tiga periode:
Periode pertama saat Nabi Muhammad SAW masih hidup. Pada periode ini, fiqih bersumber dari Al-Quran dan Sunnah yang merupakan wahyu langsung dari Allah SWT.
Periode kedua pada masa sahabat saat Nabi sudah tiada. Pada periode ini, fiqih berkembang melalui ijtihad, ijma, dan qiyas yang merupakan usaha rasional para sahabat untuk menetapkan hukum syara' berdasarkan dalil-dalil yang ada.
Periode ketiga pada masa tabi'in, tabi' tabi'in, dan para imam mujtahid. Pada periode ini, fiqih mencapai puncaknya dengan munculnya empat mazhab utama yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali yang memiliki metode dan pendekatan berbeda dalam menafsirkan sumber-sumber hukum.2
b. Latar Belakang Ushul Fikih
Latar belakang studi ushul fiqih adalah sejarah perkembangan ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah dan metode yang digunakan untuk menetapkan hukum syara' dari sumber-sumbernya, yaitu Al-Quran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas. Ushul fiqih berbeda dengan fiqih, yan merupakan ilmu yang membahas tentang hukum-hukum syara' yang bersifat praktis dan terkait dengan kehidupan masyarakat.
Ushul fiqih memiliki objek yang luas dan mendalam, antara lain:
Dalil-dalil hukum syara', yaitu Al-Quran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas, serta sifat-sifat, macam-macam, dan kriteria-kriteria dalil tersebut.
Hukum-hukum taklifi, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan perintah dan larangan Allah SWT, serta macam-macam, sifat- sifat, dan syarat-syarat hukum tersebut.
Bayan, yaitu penjelasan tentang makna dan hukum dari dalil-dalil syara', serta macam-macam, sifat-sifat, dan kaidah-kaidah bayan tersebut.
2Ishak Abdulhak, Fiqih Ibadah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010), hal.64.
Ijtihad, yaitu usaha maksimal untuk menetapkan hukum syara' dari dalil-dalilnya dengan menggunakan kaidah-kaidah ushul fiqih, serta macam-macam, syarat-syarat, dan kriteria-kriteria ijtihad tersebut.3
C. Ruang Lingkup Fikih Dan Usul Fikih a. Ruang Lingkup Fikih
Ruang lingkup ilmu Fikih, meliputi berbagai bidang di dalam hukum- hukum syara’, antara lain :
Ruang lingkup Ibadat, ialah cara-cara menjalankan tata cara peribadatan kepada Allah SWT.
Ruang lingkup Mu’amalat, ialah tata tertib hukum dan peraturan hubungan antar manusia sesamanya.
Ruang lingkup Munakahat, ialah hukum-hukum kekeluargaan dalam hukum nikah dan akibat-akibat hukumnya.
Ruang lingkup Jinayat, ialah tindak pelanggaran atau penyimpangan dari aturan hukum Islam sebagai tindak pidana kejahatan yang dapat menimbulkan bahaya bagi pribadi, keluarga, masyarakat, dan Negara.
b. Ruang Lingkup Usul Fikih
Berdasarkan kepada beberapa definisi di atas, terutama definisi yang dikemukakan oleh al Baidhawi dalam kitab Nihayah al-Sul, yang menjadi ruang lingkup kajian (maudhu’). Ushul fikih, secara global adalah sebagai berikut:
Sumber dan dalil hukum dengan berbagai permasalahannya.
Bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut.
Metode atau cara penggalian hukum dari sumber dan dalilnya.
3 Syafi’I Ahmad, “Ilmu Ushul Fiqih”, Pustaka Setia, Vol. 2 No. 1 (April,2007), 7-8.
Syarat – syarat orang yang berwenang melakukan istinbat (mujtahid ) dengan berbagai permasalahannyaMenurut Al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa. 4
D. Model-model Studi Fikih dan Ushul Fikih a. Model Penelitian Studi Fikih
Ada beberapa model dalam penelitian Studi Fikih yang dilakukan oleh Harun Nasution, Noel J. Coulson dan Muhammad Atha Muzhar.
1. Harun Nasution
Melalui pendekatan kesejarahan Harun Nasution membagi perkembangan hukum islam ke dalam 4 periode, yaitu:
Pada periode Nabi
Bahwa segala persoalan dikembalikan kepada Nabi untuk menyelesaikannya, maka Nabi lah yang menjadi satu-satunya sumber hukum. Secara langsung pembuat hukum adalah Nabi, tetapi secara tidak langsung Tuhan lah pembuat hukum. Karena hukum yang dikeluarkan oleh Nabi berdasarkan wahyu dari Allah. Sumber hukum yang ditinggalkan Nabi di masa-masa setelahnya adalah Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.
Pada masa Sahabat Nabi
Pada masa ini wilayah-wilayah yang dikuasai Islam semakin meluas dan mencakup wilayah-wilayah di luar Jazirah Arab yang pada masa itu telah mempunyai budaya dan struktur masyarakat Arab yang tinggi, sehingga berbagai permasalahan hukum sering dijumpai. Untuk itu para sahabat selain berpegang pada Al-Qur'an dan Sunnah juga berpegang pada Sunnah para sahabat.
Pada periode ijtihad serta kemajuan
Pada periode ijtihad yang disamakan oleh Harun Nasution dengan periode kemajuan Islam I (700-1000 M), permasalahan
4 Rwpelita, “Ruang Lingkup Kajian Fikih dan Ushul Fikih”, Jurnal Al-Qistbu, Vol. 06 No. 02 (Januari- Juli,2011) 37.
hukum yang dihadapi semakin beragam, akibat semakin banyaknya wilayah Islam dengan berbagai bangsa yang masuk Islam dengan membawa berbagai adat, tradisi, dan sistem sosial.
Berkaitan dengan hal tersebut muncullah ahli-ahli hukum mujtahid yang disebut dengan imam atau ahli hukum (fuqaha) dalam Islam, dan para pemimpin hukum ini mempunyai murid.
Masa taklid dan kemunduran
Setelah periode ijtihad dan perkembangan hukum pada periode ijtihad, datanglah periode taklid dan penutupan pintu ijtihad. Di abad ke empat Hijrah (abad kesebelas Masehi) bersamaan dengan mulainya masa kemunduran dalam sejarah kebudayaan islam, berhentilah perkembangan hukum islam.
2. Noel J. Coulson
Noel J. Coulson menyajikan hasil penelitiannya di bidang hukum islam dalam karyanya berjudul Hukum Islam Dalam Perspektif Sejarah.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang menggunakan pendekatan sejarah. Hasil penelitian ini dituangkan dalam tiga bagian, yaitu:
Bagian pertama, menjelaskan tentang terbentuknya hukum syan'at, yang didalamnya dibahas tentang legalisasi al-Qur'an, praktek hukum di abad pertama islam, akar yurisprudensi sebagai mazhab pertama, imam al-syafi'i.
Bagian kedua, menjelaskan tentang pemikiran dan praktek hukum islam di abad pertengahan.
Bagian ketiga, menjelaskan tentang hukum islam di masa modern.
Berdasar pada hasil penelitian tersebut, nampak bahwa dengan menggunakan pendekatan histons, Coulson lebih berhasil menggambarkan perjalanan hukum islam dari sejak berdirinya hingga sekarang secara utuh. Melalui penelitiannya itu, Coulson telah berhasil menempatkan hukum islam sebagai perangkat norma dari perilaku teratur dan merupakan suatu
lembaga sosial. Di dalam prosesnya, hukum sebagai lembaga sosial memenuhi kebutuhan pokok manusia akan kedamaian dalam masyarakat. Warga masyarakat tak akan mungkin hidup teratur tanpa hukum, oleh karena norma-norma lainnya tak akan mungkin memenuhi kebutuhan manusia akan keteraturan dan ketentraman secara tuntas. Dalam hukum islam sebagaimana diketahui misalnya memperhatikan sekali masalah keluarga, karena dari keluarga-keluarga yang baik, makmur dan bahagialah tersusun masyarakat yang baik, makmur dan bahagia. Oleh karena itu keteguhan ikatan kekeluargaan perlu dipelihara, dan disinilah terletak salah satu sebabnya ayat-ayat ahkam mementingkan soal hidup kekeluargaan. Dengan melihat fungsi hukum demikian, maka pengamatan.
3. Mohammad Atho Mudzhar
Dalam rangka penyelesaian program doktornya di Universitas California, Amerika Serikat. tahun 1990, Mohammad Atho Mudzhar menulis disertasi yang isinya berupa penelitian terhadap produk fatwa Majelis Ulama Indonesia tahun 1975-1988. Penelitian disertasinya itu berjudul Fatwas of the counsil of Indonesia Ulama A Study of Islamic Legal Thought in Indonesia 1975-1988.
Tujuan dari penelitian yang dilakukannya adalah untuk mengetahui materi fatwa yang dikemukakan Majelis Ulama Indonesia serta latar belakang sosial politik yang melatarbelakangi timbulnya fatwa tersebut.
Penelitian ini bertolak dari suatu asumsi bahwa produk fatwa yang dikeluarkan MUI selalu dipengaruhi oleh setting sosio kultural dan sosio politik, serta fungsi dan status yang harus dimainkan oleh lembaga tersebut. Produk-produk fatwa Majelis Ulama yang ditelitinya adalah terjadi di sekitar tahun 1975 sampai dengan 1988 pada saat mana Menteri Agama dijabat masing-masing oleh A. Mukti Ali (1972- 1978), Alamsyah Ratu Perwiranegara (1978-1983), dan Munawir
Sjadzali (1983-1988). Sementara itu Ketua Majelis Ulama Indonesia dijabat oleh K.H Hasan Basri.5
BAB III
5 Syamsul Arifin, “Model Ushul Fikih dan Fikih”, Jurnal Taqif, Vol. 17 No. 2 (Desember,2019) 21.
PENUTUP Kesimpulan
Materi kajian fikih dan usul fikih adalah dua bidang penting dalam ilmu agama Islam. Kesimpulan dari materi-materi ini dapat berbeda-beda tergantung pada metode pengajaran dan pembelajaran yang digunakan serta tujuan akademis yang ingin dicapai. Namun secara umum kesimpulan kajian fikih dan usul fikih dapat mencakup beberapa poin kunci:
Fikih adalah kajian hukum Islam yang berkaitan dengan tindakan individu dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulannya adalah pemahaman terhadap peraturan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, dan akhlak.
Ushul fikih adalah kajian tentang prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam menentukan hukum Islam. Kesimpulannya adalah pemahaman tentang metode ijtihad, dalil-dalil hukum, dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam merumuskan hukum Islam.
Fikih dan usul fikih memiliki peran penting dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim. Mereka membantu individu memahami bagaimana menerapkan prinsip-prinsip agama dalam tindakan sehari-hari.
Kajian fikih dan usul fikih juga mempromosikan pemahaman tentang keragaman pandangan dalam Islam dan pentingnya toleransi terhadap perbedaan pendapat.
Kesimpulan ini adalah ringkasan umum, dan ada banyak aspek yang lebih mendalam dalam kedua bidang ini. Kesimpulan yang lebih spesifik dapat ditemukan dalam buku teks dan literatur ilmiah yang lebih mendalam mengenai fikih dan usul fikih.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Saifudin, “Fiqih dalam perspektif filsafat ilmu”, Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol.1 No.2 (Juli, 2019).
Ishak Abdulhak, Fiqih Ibadah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010).
Rwpelita, “Ruang Lingkup Kajian Fikih dan Ushul Fikih”, Jurnal Al-Qistbu, Vol.
06 No. 02 (Januari-Juli,2011).
Syafi’I Ahmad, “Ilmu Ushul Fiqih”, Pustaka Setia, Vol. 2 No. 1 (April,2007).
Syamsul Arifin, “Model Ushul Fikih dan Fikih”, Jurnal Taqif, Vol. 17 No. 2 (Desember,2019).