• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan tentang Demonstrasi Menolak RUU Omnibus Law Berdasarkan Sila ke-3 Pancasila

N/A
N/A
Gilbert Christian

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan tentang Demonstrasi Menolak RUU Omnibus Law Berdasarkan Sila ke-3 Pancasila"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Psikologi Diserahkan kepada : Universitas Kristen Maranatha Bali Widodo, S.H., M.Si.

Bandung

PANCASILA

LAPORAN TENTANG DEMO PENOLAKAN RUU OMNIBUS LAW Disusun oleh :

Kelompok 8

Early Rose Benaya Marbun - 2030021 Melinda Pranata Hanjoko - 2030024

Eugenia Graciela – 2030091 Natasya Kristiany Patty - 2030094

Gilbert Christian – 2030123 Kelas B

Diserahkan pada tanggal : 8 Oktober 2020

(2)

Latar Belakang

Pancasila adalah pelajaran yang mendalami tentang dasar negara Indonesia. Dalam pelajaran ini kita diajak untuk lebih menghayati makna dari pancasila yang sesungguhnya.

Dalam makalah kali ini kami akan membahas pelaksanaan dan pelanggaraan yang ada dalam sila ke-3, yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, dan kelompok kami mengambil masalah yang sedang ramai saat ini yaitu “Demo Ombinus Law”. Kelompok kami mengambil contoh ini karena masalah yang terkait sangat berpengaruh pada sila yang akan dibahas yaitu sila ke- 3. Mengapa demo ini bisa terjadi? Karena adanya kelompok yang menginginkan Indonesia terpecah belah dan salah satunya karena adanya provokator yang tujuannya adalah menghasut rakyat agar rakyat ikut turun dan yang terjadi adalah banyak fasilitas negara yang hancur, yang sudah dibangun susah payah oleh pemerintah. Demo ini terjadi karena adanya ketidak setujuan pihak masyarakat yang menganggap bahwa undang-undang yang akan disahkan akan menurunkan harga diri masyarakat. Karena menurut masyarakat undang-undang yang akan disahkan itu akan membuat pejabat tinggi dan DPR semakin mudah untuk mengambil hak rakyat. Masyarakat juga merasa bahwa DPR tidak menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat, menurut masyarakat DPR malah mengkhianati rakyatnya. Dengan adanya kasus seperti ini sangat mudah untuk penghancur bangsa ini menghasut rakyat Indonesia agar bangsa Indonesia terpecah belah dan tidak percaya lagi pada pemerintah. Padahal seharusnya jangan terlalu cepat mengambil keputusan lalu melakukan tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri, bagi orang lain, apalagi sampai merusak fasilitas umum. Itu sangat tidak beretika dan sangat diluar kendali, sehingga pihak polisi dan TNI kewalahan dalam menghadang rakyat yang ingin memberontak.

(3)

Pembahasan Pelaksanaan Demo Tolak Omnibus Law

RUU Ciptaker dalam bentuk omnibus law ini adalah merupakan hak inisiatif dari pemerintah. RUU ini dikirim oleh pemerintah ke DPR RI pada tanggal 12 Februari 2020.

Sesuai mekanisme yang berlaku, maka Bamus (Badan Musyawarah) DPR menugaskan Badan Legislasi (Baleg) untuk melakukan pembahasan terhadap RUU tersebut. Pada tanggal 20 April 2020 terbentuk lah Panitia Kerja (Panja) RUU Cipta Kerja dalam bentuk Omnibus law. Pada saat itu resmi lah Panja melakukan pembahasan. Undang-Undang Cipta Kerja atau disingkat UU Ciptaker adalah rancangan undang-undang (RUU) di Indonesia yang telah disahkan pada tanggal 5 Oktober 2020 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan investasi asing dan dalam negeri dengan mengurangi persyaratan peraturan untuk izin usaha dan pembebasan tanah. Karena memiliki panjang 905 halaman dan mencakup banyak sektor, UU ini juga disebut sebagai undang-undang sapu jagat atau omnibus law. Undang-Undang Cipta Kerja menuai kritik karena dikhawatirkan akan merugikan hak-hak pekerja serta meningkatkan deforestasi di Indonesia dengan mengurangi perlindungan lingkungan.

Pada Senin, 5 Oktober 2020 Rapat Paripurna DPR RI yang mengagendakan pengambilan keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja (RUU Ciptaker) dihadiri oleh 318 dari 575 anggota dewan atau lebih dari 55 persen legislator. Saat Rapat Paripurna DPR RI berlangsung terjadi adu mulut pengesahan RUU Cipta Kerja, Wakil Ketua DPR Matikan Mikrofon Fraksi Demokrat di tengah berjalannya rapat paripurna RUU Cipta Kerja, ketegangan pun terjadi saat anggota Fraksi Partai Demokrat Benny K. Harman mengajukan interupsi kepada pimpinan rapat sekaligus Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin. Benny beberapa kali menginterupsi Azis yang sedang memimpin jalannya rapat. Bukan hanya Benny, ada beberapa anggota Fraksi Demokrat juga yang mengajukan interupsi. Hal ini membuat Azis tampak kesal. Anggota Partai Demokrat yang mengajukan interupsi diawali oleh Marwan Cik Hasan. Namun di tengah interupsi, Azis mematikan mikrofon Marwan. Lalu Irwan Fecho menyusul mengajukan interupsi. Meski diberi waktu berbicara, tetapi pendapatnya tidak didengarkan oleh Azis. Anggota Fraksi Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin ikut mengajukan interupsi dengan substansi yang tak jauh berbeda dengan anggota sebelumnya. Melihat kondisi tersebut, Benny pun kembali menginterupsi pimpinan rapat hingga terjadi adu mulut antara Benny dan Azis. Karena hal ini terus dilakukan Fraksi Demokrat menyatakan Walk Out dan tidak bertanggung jawab atas

(4)

RUU Cipta Kerja. Peristiwa tersebut membuat ramai dibincangkan oleh masyarakat di sosial media dan membuat banyak masyarakat kesal dengan tindakan itu, sampai akhirnya ramai dibincangkan dan terjadilah demo besar-besaran di beberapa kota di Indonesia tetapi demo tersebut disebabkan karena beredar hoax yang dibuat oleh oknum yang bertanggung jawab.

Di sosial media beredar narasi tulisan tanpa nama penulis yang mendelegitimasi kritik publik terhadap UU Omnibus Law Cipta Kerja yang baru saja di undangkan. Tulisan itu berjudul 'MELURUSKAN 12 HOAX OMNIBUS LAW RUU CIPTA KERJA'.

Tulisan itu, seolah menuding para pengkritik UU Omnibus Law sebagai Penyebar Hoax.

Sebab, tulisan tersebut seolah-olah memberikan dasar tentang adanya hoax yang beredar ditengah masyarakat. Ini adalah contoh beberapa hoax yang beredar sebagai berikut :

1. Uang pesangon tidak dihapus, namun komponennya dikurangi. Selain itu penerapan sistem kontrak seumur hidup, menjadikan pekerja tak mendapat pesangon. Karena pesangon hanya diperoleh bagi karyawan tetap (PKWTT) dan tak berlaku bagi karyawan kontrak (PKWT). Jadi ini semua jelas merugikan pekerja, dan UU Omnibus Law Cipta Kerja sama saja menghilangkan 'hak pesangon' bagi pekerja.

2. Upah minimum provinsi memang tidak dihilangkan, namun upah minimum kota dan kabupaten dihapuskan. Dengan ketentuan ini, upah akan mengecil karena ditetapkan hanya berdasarkan standar UMP, dan menghilangkan standar UMK baik kota maupun kabupaten.

3. Adanya klausul berdasarkan satuan hasil dan waktu. Upah satuan hasil adalah upah yang ditetapkan berdasarkan satu waktu seperti harian, mingguan atau bulanan.

4. Hak cuti memang masih ada, tetapi dikurangi dan dengan syarat ketat. Misalnya, cuti haid hari pertama dan kedua bagi pekerja wanita dihilangkan, sebelumnya diatur dalam pasal 81 UU ketenagakerjaan.

5. Syarat outsourcing dipermudah. UU Cipta Kerja memungkinkan lembaga outsourcing untuk mempekerjakan pekerja untuk berbagai tugas, termasuk pekerja lepas dan pekerja penuh waktu. Hal ini akan membuat penggunaan tenaga alih daya semakin bebas.

(5)

6. Status karyawan tetap masih ada namun UU omnibus law membuka opsi PKWT seumur hidup dengan menghapus ketentuan pasal 59 UU ketenagakerjaan. Akibatnya, dipastikan perusahaan akan mengambil opsi PKWT (karyawan kontrak) hingga seumur hidup, dan enggan mengambil karyawan dengan status tetap (PKWTT).

7. Jaminan sosial dan kesejahteraan lainnya hilang kekuatan mengikatnya, diantaranya dengan menghapus sanksi pidana bagi perusahaan yang tidak mengikutsertakan pekerja/buruh dalam program jaminan pensiun.

Aksi demonstrasi yang diikuti berbagai aliansi buruh serta serikat pekerja hingga mahasiswa dan aktivis terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Ribuan massa yang turun ke jalan tersebut menyuarakan tuntutan menolak UU Cipta Kerja yang telah disahkan DPR RI pada Senin, 5 Oktober 2020. Demo dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia, dimana aksi demonstrasi tersebut berujung ricuh. Massa demonstran terlibat kontak fisik hingga saling lempar dengan aparat kepolisian yang berjaga. Di Bandung, demo menolak UU Cipta Kerja terjadi di depan Gedung DPRD Jawa Barat di Jalan Diponegoro, Bandung, Selasa, 6 Oktober 2020 . Kerusuhan mulai terjadi menjelang petang. Berawal saat demonstran berupaya menjebol pagar masuk Gedung DPRD Jabar. Aparat kepolisian pun kemudian menghadang. Aksi saling dorong tak terhindarkan. Terjadi pula aksi pelemparan yang dilakukan massa ke arah petugas. Bahkan, video perusakan mobil polisi oleh massa tersebut menjadi viral di media sosial. Kapolrestabes Bandung, Kombes Ulung Sampurna Jaya, mengatakan pelemparan kepada aparat kepolisian dan upaya massa memaksa masuk ke Gedung DPRD Jabar menjadi pemicu kerusuhan. Demo dilakukan selama 3 hari karena hal itu membuat fasilitas-fasilitas kota rusak dan banyak merugikan rakyat dan negara. Demo ini juga dilakukan pada saat pandemik sehingga dapat menjadi klaster baru penyebaran covid-19.

(6)

Pelanggaran

Kasus unjuk rasa yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 kemarin dapat menjadi salah satu kasus pelanggaran sila ke-3 dari Pancasila yang berbunyi ‘Persatuan Indonesia’.

Arti dan Makna yang dimiliki sila ke-3 yaitu ‘Persatuan Indonesia’ antara lain : a. Nasionalisme;

b. Cinta bangsa dan tanah air;

c. Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa;

d. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit; dan

e. Menumbuhkan rasa nasib sepenanggungan.

Kasus demo ini menjadi salah satu perusak hubungan baik yang telah ada antara pemerintah dengan rakyatnya. Rakyat yang tadinya sudah percaya dengan pemerintah menjadi ragu dengan keputusan pemerintah yang katanya akan menyejahterakan hidup rakyat. Rancangan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja ini dianggap sangat merugikan buruh-buruh Indonesia. Ada orang-orang yang mungkin tidak membaca seluruh RUU yang telah dibuat lalu langsung menyimpulkan dan menyebarkan berita-berita hoax yang beredar di masyarakat. Berita-berita hoax tersebut yang membuat masyarakat geram dan melakukan unjuk rasa. Jika dilihat berdasarkan Pasal 3 RUU Cipta Lapangan Kerja dikatakan bahwa tujuan dibuatnya RUU Cipta Lapangan Kerja adalah untuk menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat Indonesia secara merata. RUU Cipta Lapangan Kerja yang telah dibuat ini tidak sepenuhnya menyengsarakan hidup buruh dan merugikan rakyat Indonesia. Demo ini dapat dibilang didasari oleh berita hoax yang disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain merusak hubungan antara pemerintah dan rakyat, demo ini juga merusak hubungan antar masyarakat. Banyak masyarakat yang dirugikan dan tidak setuju dengan adanya unjuk rasa ini, terlebih lagi unjuk rasa ini juga dilaksanakan pada saat pandemi covid-19 dimana seharusnya masyarakat diam di rumah, meminimalisir segala kegiatan yang melibatkan banyak orang dan berkerumun dengan banyak orang, dan menaati

(7)

protokol kesehatan yang telah ada seperti social distancing atau penggunaan masker.

Masyarakat lain seperti pedagang kaki lima dan toko-toko yang berada disekitar wilayah unjuk rasa tidak dapat berjualan dan mencari nafkah, mereka bahkan ada yang terkena imbas dari unjuk rasa tersebut. Pengunjuk rasa juga malah merusak fasilitas-fasilitas umum yang ada seperti membakar halte atau mencoret-coret tembok dengan pilox, hal ini seharusnya tidak dilakukan oleh pengunjuk rasa karena hal seperti ini justru semakin memperkeruh suasana yang ada. Hubungan antara masyarakat dan pihak kepolisian juga turut rusak akibat unjuk rasa ini masyarakat menganggap para polisi melakukan kekerasan yang seharusnya tidak boleh dilakukan, namun polisi hanya melaksanakan tugasnya untuk menjaga keamanan dan ketentraman saat kondisi sudah tidak kondusif. Namun, tindakan unjuk rasa ini juga menyatukan para masyarakat yang mengikuti unjuk rasa. Mereka menjalin solidaritas yang sangat kuat satu sama lain, mereka tidak membeda-bedakan orang yang ada disitu. Mereka menolong dan membantu siapa saja yang sedang membutuhkan pertolongan pada saat unjuk rasa.

(8)

Kesimpulan

Hal yang dapat kami simpulkan dari peristiwa “Demo Tolak Omnibus Law Cipta Kerja” yaitu beberapa saat yang lalu sempat viral tentang adanya pengesahan RUU omnibus law yang terkesan terburu-buru dan adanya beberapa perwakilan partai dari partai demokrat mic perwakilan tersebut dimatikan ketika mengemukakan pendapat dan banyak alasan terkait mematikan mic tersebut, dikatakan bahwa mic akan mati secara otomatis selama lima menit berbicara dan banyak alasan lainnya yang tidak masuk akal. Selain itu yang dikeluhkan oleh buruh yaitu terdapat beberapa RUU omnibus law yang membuat pihak buruh merasa kesal karena kebijakan yang diberikan merugikan buruh dan mengguntungkan para pengusaha.

Tujuannya disahkan RUU ini yaitu agar memudahkan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang ada di Indonesia cepat berkembang dan tidak disulitkan dengan adanya berbagai regulasi yang ada sehingga mereka bisa dengan mudah membuka usahanya sendiri.

Banyak sekali buruh yang sangat kesal akan RUU omnibus law ini karena beberapa RUU yang tersebar sangat merugikan buruh dan dikarenakan ada beberapa oknum yang menyebarkan hoax atau berita palsu untuk membuat pemerintah dengan masyarakat jauh dan membuat masyarakat tidak percaya lagi dengan pemerintah. Hal ini membuat citra pemerintah buruk dan membuat pandangan dari masyarakat semakin buruk serta mereka tidak akan percaya lagi terhadap pemerintah, mungkin ini digunakan oleh beberapa pihak untuk menjatuhkan pemerintahan yang ada. Dengan adanya peristiwa demonstrasi yang dilakukan oleh buruh dan mahasiswa, aparat keamanan diharuskan untuk turun ke jalanan untuk dapat mengamankan dan menertibkan masyarakat yang ada, tetapi timbul pandangan bahwa aparat malah melakukan kekerasan kepada para pendemo karena adanya aksi beberapa pendemo yang melakukan hal yang anarkis dan masyarakat semakin kesal dengan hal ini.

Sangat disayangkan ada beberapa oknum yang malah merusak fasilitas umum yang ada, padahal tujuan dari demo ini dilakukan adalah untuk menjadikan Indonesia negara yang lebih baik lagi dan juga aksi protes terhadap isi dari UU omnibus law yang membuat para buruh merasa dirugikan. Kejadian ini harus kita perbaiki sehingga tidak akan terjadi aksi kericuhan seperti ini dengan melakukan edukasi dan jangkauan yang tepat kepada organisasi, perusahaan, dan berbagai usaha-usaha yang ada sehingga buruh tidak akan termakan dengan hoax yang disebarkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

(9)

Saran

Seperti yang kita ketahui, banyak oknum-oknum yang menyebarkan berita hoax yang membuat pihak satu dengan pihak yang lainnya hubungannya menjadi kacau. Bukan hanya dalam kasus ini yaitu peristiwa “Demo Tolak Omnibus Law Cipta Kerja”, hoax juga banyak terjadi bahkan mungkin dalam hal sepele dalam kehidupan kita. Seperti yang biasa terjadi adalah dalam pemerintah dan rakyat, karena adanya oknum yang menyebarkan hoax, masyarakat terbawa pengaruh berita hoax tersebut dan menjadi tidak percaya dengan pemerintah lagi. Padahal kita sebagai rakyat Indonesia harusnya bersatu untuk memajukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita seharusnya tidak mudah percaya oleh berita atau kabar hoax yang ada di sekitar kita. Jika kita mendapat suatu kabar atau berita, untuk dapat percaya kita harus memastikan berita tersebut berasal dari sumber yang jelas dan sudah valid. Hal tersebut harus kita lakukan agar kita tidak mudah di adu domba, dan kita sebagai rakyat Indonesia bisa bersatu. Yang kedua cara agar pemerintah dan rakyat untuk dapat bersatu, keduanya harus mempunyai sikap saling menghargai satu sama lain. Tidak bisa hanya dari satu pihak saja, karena jika hanya satu pihak yang menghargai pihak lain, pasti pihak lain akan meremehkan atau bersikap merendahkan pihak lain. Contohnya pemerintah yang menghargai pendapat rakyat, bukan pemerintah yang bungkam terhadap pendapat rakyat.

Begitu juga rakyat yang mendukung kerja pemerintah atau rencana pemerintah dan mau bekerja sama dengan pemerintah untuk memajukan Bangsa Indonesia. Dalam kasus ini pemerintah seharusnya terbuka kepada masyarakat dan bisa menjelaskan apa dampak Rancangan Undang-Undang omnibus law ini untuk masyarakat. Pemerintah dan masyarakat seharusnya mempunyai sikap saling terbuka, dan tidak memaksakan kehendak satu pihak demi kepentingan satu orang atau satu kelompok, tetapi harus memerhatikan bahwa sebuah keputusan diambil untuk kepentingan bersama.

Referensi

Dokumen terkait