• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MAKALAH PANCASILA “PERBANDINGAN MODUS OPERASI KEJAHATAN KORUPSI ERA ORDE LAMA,ORDE BARU DAN ERA FERORMASI”

N/A
N/A
Windy Yustia

Academic year: 2024

Membagikan "TUGAS MAKALAH PANCASILA “PERBANDINGAN MODUS OPERASI KEJAHATAN KORUPSI ERA ORDE LAMA,ORDE BARU DAN ERA FERORMASI”"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH PANCASILA

“PERBANDINGAN MODUS OPERASI KEJAHATAN KORUPSI ERA ORDE LAMA,ORDE BARU DAN ERA FERORMASI”

Disusun oleh:

Della Friska Santosa 41151010230136

FALKUTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat atas berkat rahmat dan hidayah-nya, tugas makalah mata kuliah pancasila yang membahas tentang c dapat di selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dalam penyusunan makalah ini tertulis beradasarkan buku dan jurnal lainnya yang bersangkutan dengan Perbandingan Modus Oparandi kejahatan korupsi di era orde lama,orde baru,dan era reformasi serta informasi lainnya.

Penulis menyadari bahwa selesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,terutama bapak …… maka dari itu diharapkan masukan yang bersifat membangun demi makalah mendekati kata sempurna.

Bandung,24 Desember 2023

Penulis.

(3)

Abstrak

Analisis korupsi di Indonesia sudah ada sejak era Orde Lama, penyebab dari tindakan korupsi yang ada di Indonesia diantaranya adalah adanya monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan maupun wewenang. Selain itu, korupsi di Indonesia juga terjadi karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah. Pada era Orde Baru, pemberantasan korupsi lebih dimulai dengan pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) sebagai titik balik dari pidato kenegaraan pertama Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus Tahun 1967 yang mengkritik habis kebijakan-kebijakan orde lama karena dianggap tidak mampu memberantas korupsi. Sedangkan pada era Reformasi, upaya pemberantasan korupsi menjadi salah satu agenda prioritas dan upaya paling agresif dalam reformasi pasca runtuhnya rezim Orde Baru adalah reformasi hukum dalam bidang pemberantasan korupsi.

Korupsi bukanlah kejahatan baru, tapi kejahatan yang cukup lama. Korupsi tidak hanya terjadi di Indonesia, juga terjadi di negara-negara lain . Bahkan merupakan masalah internasional. Pemberantasan korupsi selalu mendapatkan perhatian lebih dari kejahatan lainnya.

Secara umum tindak pidana ini tidak hanya mengakibatkan kerugian negara (keuangan negara), tetapi dapat mengakibatkan dampak yang sangat luas, baik di bidang sosial, ekonomi, keamanan, politik, dan budaya.

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

Abstrak...3

DAFTAR ISI...4

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

1.1 LATAR BELAKANG...4

1.2 Identifikasi maslah...6

BAB II...7

PEMBAHASAN...7

2.1 korupsi orde lama...7

2.2 korupsi orde baru...9

2.3 Korupsi era reformasi...12

BAB III...14

3.1 KESIMPULAN...14

3.2 SARAN...15

DAFTAR PUSTAKA...16

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perbedaan modus korupsi antara era Orde Lama, Orde Baru, dan era Reformasi dapat dikelilingi dari perubahan politik, ekonomi, dan sosial yang terjadi selama setiap era Orde Lama, Orde Baru, dan era Reformasi.Korupsi di Indonesia ada sejak era Orde Lama, yang disebabkan oleh adanya monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan maupun wewenang,Selain itu, korupsi terjadi karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah. Korupsi dalam orde baru Tidak ada informasi spesifik mengenai perubahan modus korupsi saat era Orde Baru dalam hasil pencarian yang diberikan. Namun, dapat disimpulkan bahwa era Orde Baru merupakan tonggak transisi antara era Orde Lama dan era Reformasi, yang mungkin telah mempengaruhi cara korupsi di Indonesia.Pada era Reformasi, lembaga

(6)

independen seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berdiri untuk memberantas korupsi secara professional, intensif, dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah korupsi selama era Reformasi.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perbedaan modus korupsi di setiap era mungkin mempengaruhi cara korupsi di Indonesia, namun korupsi tetap menjadi masalah yang kronis dan sulit dihilangkan.

(7)

1.2 Identifikasi maslah

1. Bagaimana korupsi telah menjadi budaya di Indonesia sejak era Orde Lama, dan bagaimana hal ini memengaruhi perkembangan kejahatan korupsi hingga era Reformasi?

2. Bagaimana modus korupsi berkembang selama era Orde Baru, dan apakah ada perubahan signifikan dalam cara korupsi dilakukan dibandingkan dengan era sebelumnya?

3. Bagaimana lembaga independen seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berperan dalam memberantas korupsi di Indonesia selama era Reformasi, dan apakah ada perbedaan signifikan dalam modus korupsi yang dilakukan dibandingkan dengan era sebelumnya?

(8)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 korupsi orde lama

Sejarah modus korupsi di era Orde Lama di Indonesia dapat dikelilingi dari beberapa aspek penting dengan adanya monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan maupun wewenang, yang menjadi penyebab utama korupsi di Indonesia selama era Orde Lama,Kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah,yang mengakibatkan terjadinya korupsi di berbagai bidang pemerintahan,Berbagai upaya pembentukan lembaga antikorupsi untuk memberantas kejahatan korupsi, termasuk pembentukan Lembaga Ektra (Extra Ordinary Bodies) sebagaimana Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),Pembentukan Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers memberi angin segar bagi kalangan pers karena sistem bredel berakhir, yang mengarah pada kebebasan berpendapat dan berekspresi sejak era reformasi.

Meski Indonesia baru merdeka namun masalah korupsi sudah ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia di era Orde Lama, beberapa kasus korupsi diantaranya: Pada 11 April 1960, dalam Koran Pantjawarta terdapat berita tentang 14 pegawai negeri yang terbukti melakukan tindakan korupsi, pada tahun 1961 juga terungkap sebuah kasus korupsi yang

melibatkan Yayasan Masjid Istiqlal, Pada 25 Januari 1964 terdapat berita mengenai kasus korupsi di RSUP Semarang, pada 24 Maret 1964, terdapat sebuah berita korupsi dalam sebuah perusahaan semen, pada tahun 1962, terungkap sebuah kasus korupsi dalam pembangunan

“Press House”. Berdasarkan kasus-kasus korupsi yang terjadi di era Orde Lama, dalam hal ini

(9)

penulis hanya menemukan beberapa kasus korupsi yang berhasil diuangkap dalam media massa.

Sedikitnya kasus-kasus korupsi yang dimuat dalam media massa bukan karena tindakan

korupsi yang terjadi pada masa Orde Lama masih sedikit namun menurut Jendral A.H, Nasution bahwa pengumuman hasil-hasil korupsi yang terungkap sebagian besar hanya diserahkan dan dilaporkan pada pihak yang berwenang yaitu pihak kejaksaan. Hal tersebut dilakukan karena menurut Jendral A.H. Nasution, kasus-kasus korupsi yang terjadi merupakan hal yang memperlihatkan adanya sesuatu yang busuk dalam Perusahaan Negara atau dalam Pemerintahan.16Kasus-kasus korupsi yang terjadi di era Orde Lama kebanyakan terjadi karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya sehingga banyak orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan di era Orde Lama, kondisi Indonesia yang masih baru merdeka menyebabkan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia masih kurang slabil.Salah satu upaya Pemerintah era Orde Lama dalam menangani korupsi adalah dengan membentuk badan anti korupsi. Badan anti korupsi yang pertama bernama Panitya Retooling 17 Aparatur Negara yang disingkat PARAN. Definisi dari PARAN sendiri adalah suatu badan yang bertugas mengadakan perombakan dalam susunan dan tata kerja secara perorangan maupun kelompok dari semua badan-badan Pemerintahan dalam bidang legislatif, eksekutif dan lain-lain yang ada di daerah maupun pusat untuk disesuaikan dengan Manifesto Politik dan USDEK untuk mewujudkan tujuan negara dalam jangka panjang maupun jangka pendek

Di era Orde Lama, modus korupsi di Indonesia mencakup berbagai jenis kejahatan yang canggih, terstruktur, dan masif, yang melibatkan penyalahgunaan wewenang kekuasaan/jabatan, penyalah gunaan korupsi, mark up, tindakan suap, pungutan liar, penggelapan, dan laporan fiktif

(10)

Untuk mengatasi masalah korupsi, pemerintah mencoba mengembangkan lembaga antikorupsi, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang didirikan untuk memberantas korupsi secara professional, intensif, dan efisien Namun, meskipun ada berbagai upaya pembentukan lembaga antikorupsi, korupsi tetap menjadi masalah yang kronis dan sulit dihilangkan.Secara keseluruhan, korupsi menjadi budaya di Indonesia sejak era Orde Lama hingga Reformasi, dan mempengaruhi perkembangan kejahatan korupsi selama setiap era. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk terus berupaya dalam mengatasi masalah korupsi dan membangun lembaga antikorupsi yang efektif dan berkelanjutan

2.2 korupsi orde baru

Modus korupsi pada era Orde Baru di Indonesia melibatkan berbagai praktik korupsi yang meluas dan terstruktur. Beberapa contoh modus korupsi yang lazim terjadi selama era Orde Baru termasuk praktik suap, mark up proyek, pungutan liar, penggelapan, dan laporan fiktif. Selain itu, korupsi juga terjadi melalui adanya monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan maupun wewenang, serta kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah,Praktik korupsi semakin canggih dan terstruktur, yang melibatkan penyalahgunaan wewenang kekuasaan/jabatan, penyalah gunaan korupsi, mark up, tindakan suap, pungutan liar, penggelapan, dan laporan fiktif. Upaya pemberantasan korupsi selama era Orde Baru juga dilakukan.

Berbagai lembaga antikorupsi yang dibentuk justru berakhir dengan dilematis, dilumpuhkan, dikriminalisasi, dan bahkan dibubarkan, dengan memanfaatkan situasi dan celah- celah norma hukum yang dianggap lemah Oleh karena itu, modus korupsi selama era Orde Baru mencakup berbagai jenis kejahatan yang canggih, terstruktur, dan masif, yang melibatkan penyalahgunaan wewenang kekuasaan/jabatan, penyalah gunaan korupsi, mark up, tindakan

(11)

suap, pungutan liar, penggelapan, dan laporan fiktif. Meskipun ada upaya pemberantasan korupsi, korupsi tetap menjadi masalah yang kronis dan sulit dihilangkan.

Modus korupsi selama era Orde Baru di Indonesia melibatkan berbagai praktik korupsi yang meluas dan terstruktur. Beberapa contoh modus korupsi yang lazim terjadi selama era Orde Baru termasuk praktik suap, mark up proyek, pungutan liar, penggelapan, dan laporan fiktif.

Selain itu, korupsi juga terjadi melalui adanya monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan maupun wewenang, serta kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah,Praktik korupsi semakin canggih dan terstruktur, yang melibatkan penyalahgunaan wewenang kekuasaan/jabatan, penyalah gunaan korupsi, mark up, tindakan suap, pungutan liar, penggelapan, dan laporan fiktif,Upaya pemberantasan korupsi selama era Orde Baru juga dilakukan, namun berbagai lembaga antikorupsi yang dibentuk justru berakhir dengan dilematis, dilumpuhkan, dikriminalisasi, dan bahkan dibubarkan, dengan memanfaatkan situasi dan celah- celah norma hukum yang dianggap lemah, Oleh karena itu, modus korupsi selama era Orde Baru mencakup berbagai jenis kejahatan yang canggih, terstruktur, dan masif, yang melibatkan penyalahgunaan wewenang kekuasaan/jabatan, penyalah gunaan korupsi, mark up, tindakan suap, pungutan liar, penggelapan, dan laporan fiktif. Meskipun ada upaya pemberantasan korupsi, korupsi tetap menjadi masalah yang kronis dan sulit dihilangkan,Modus korupsi yang umum terjadi di era Orde Baru ada beberapa point :

1. Mengambil uang dari proyek publik untuk keuntungan pribadi.

2. Mengadaptasi harga barang/jasa sehingga mendapat keuntungan lebih besar.

3. Mengabarkan pengawasan kepadaan untuk mendapatkan kesempatan dalam proyek atau perusahaan.

4. Mengangkutan sumber daya dari perusahaan atau proyek untuk keuntungan pribadi.

(12)

5. Mengembalangkan laporan yang tidak akurat atau tidak adil untuk menunjukkan kesalahan atau ketidakpastian dalam proyek atau perusahaan.

Korupsi juga terjadi melalui adanya monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan maupun wewenang, serta kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah.

(13)

2.3 Korupsi era reformasi

Era reformasi memiliki pengaruh terhadap gagasan pemberantasan korupsi di Indonesia.

Sejak reformasi menggelinding 1998, yang diikuti dengan agenda perubahan atas UUD 1945, kemauan politik (political will) pemerintah untuk melakukan pemberantasan terhadap kejahatan korupsi telah menjadi program prioritas nyata. Era reformasi ini hadir sebagai akibat terjadinya berbagai permasalahan di era orde baru, antara lain tingkat korupsi yang tinggi, krisis ekonomi, krisis kepercayaan serta kondisi stabilitas politik yang buruk.

Agenda reformasi hukum itu sendiri setidaknya menyangkut tiga hal, yaitu Pertama, penataan kembali institusi pemerintah dan kenegaraan serta menyeluruh mulai dari Lembaga Tinggi Negara MPR sampai lembaga pemerintahan desa, maupun penataan kembali semua institusi sosial politik dan ekonomi; Kedua, pembaharuan sistem hukum nasional, meliputi: (a) peraturan perundang-undangan mulai naskah konstitusi hingga peraturan desa; (b) struktur kelembagaan hukum; dan (c) peningkatan kualitas aparat dan profesional hukum; Ketiga, pembinaan kesadaran hukum dan budaya hukum, sehingga sikap hormat dan patuh hukum menjadi kehidupan sehari-hari masyarakat maupun penyelenggara negara (Sumali, 2003). UUD 1945.Menurut Edward Omar Sharif Hiariej, sejak bergulirnya reformasi, isu pemberantasan korupsi selalu menjadi tema sentral dalam penegakan hukum di Indonesia. Korupsi dalam sudut pandang hukum pidana merupakan kejahatan internasional yang memiliki sifat dan karakter sebagai extra ordinary crime (Marwan Effendi, 2013).

tidak ada empat sifat dan karakteristik kejahatan korupsi sebagai extra ordinary crime.

Pertama, korupsi merupakan kejahatan terorganisasi yang dilakukan secara sistematis. Secara singkat Francis Ianni mendefinisikan Kejahatan terorganisasi seperti Mafia di Italia, Yakuza di

(14)

Jepang, Triad di Cina dan Cartel di Colombia sebagai kejahatan yang dilakukan oleh organisasi non-formal dengan struktur yang tidak rasional.KPK dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan misi utama melakukan penegakan hukum, yakni dalam hal pemberantasan korupsi. Dibentuknya lembaga ini dikarenakan adanya pemikiran bahwa lembaga penegak hukum konvensional, seperti Kejaksaan dan Kepolisian, dianggap belum mampu memberantas korupsi. Oleh karena itu perlu dibentuk lembaga khusus yang mempunyai kewenangan luas dan independen serta bebas dari kekuasaan mana pun. Selain itu, dengan semakin canggihnya cara orang melakukan korupsi, badan penegak hukum konvensional semakin tidak mampu mengungkapkan dan membawa kasus korupsi besar ke pengadilan.

(15)

BAB III

3.1 KESIMPULAN

Korupsi di Indonesia telah lama menjadi perhatian dan berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Korupsi dapat mengakibatkan kerugian negara yang besar yang sebanding dengan penurunan kesejahteraan masyarakat. Korupsi merusak nilai-nilai, integritas, dan identitas suatu bangsa dalam komponen sosial dan perilaku masyarakat. Dalam hal ini, korupsi dapat dilihat sebagai penyakit menular yang jika tidak ditaklukkan akan menyebabkan penurunan kualitas perilaku manusia secara sistemik, yang mengakibatkan kehancuran suatu bangsa. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah ekstensif untuk memberantas korupsi secara menyeluruh. Menurut teori penegakan hukum, pemberantasan korupsi dapat dilakukan melalui penguatan substansi hukum, reformasi struktur hukum, dan rekonstruksi budaya hukum, yang memerlukan kerjasama semua pihak yaitu; pemerintah, penegak hukum, dan masyarakat luas. Dalam hal menciptakan perubahan sosial dan budaya, masyarakat sebagai komponen utama dari sistem negara berfungsi sebagai pencipta dan penegak. Keterlibatan masyarakat harus didukung oleh landasan hukum yang kuat, penegak hukum yang handal, jaminan perlindungan, dan penghargaan dari pemerintah.

(16)

3.2 SARAN

Menurut saya agar indonesia terhindar dari masalah korupsi agar ada nya kesadaran bagi setiap masyarakat maupun pemerintah agar Hidup Sesuai untuk mendorong kita agat tidak melakukan korupsi karena seringnya kita tidak merasa cukup dan bergaya hidup yang tidak wajar, atau melebihi dari kemampuan kita maka celah untuk terjadi nya korupsi semakin kuat.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Deni Setiawan. 2008. KPK, Pemburu Koruptor; Kiprah Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Memberangus Korupsi. Yogyakarta: Pustaka Timur.

Jimly Asshiddiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jilid II, cet. 1.

Jakarta: Konstitusi Press.

Marwan Effendi. 2013. Korupsi dan Strategi Nasional Pencegahan Serta Pemberantasannya, Jakarta

Marwan Effendy. 2010. Korupsi dan Pencegahan.

Jakarta: Timpani Publishing.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2012. Laporan Tahunan (LAPTAH) KPK, Jakarta: KPK.

Edward Omar Sharif Hiariej. 2012. Pembuktian Terbalik Dalam Pengembalian Aset Kejahatan Korupsi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. tanggal 30 Januari 2012. Yogyakarta.

Romli Atamasasmita. Landasan Filosofi Pemberantasan Korupsi di Indonesia. makalah disampaikan dalam seminar korupsi. yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Jakarta. 05 Agustus 1999.

Saldi Isra. Makalah, Peran Perguruan Tinggi dalam Pemberantasan Korupsi, disampaikan dalam Seminar Sehari “Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi Melalui Pendidikan Tinggi Hukum,dan Launching Pembukaan Program Kekhususan Anti-korupsi”, diadakan oleh

(18)

Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa-Padang, di Hotel Inna Muara, Padang, 14 Maret 2009

Andi Hamzah. 2012. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional. Jakarta: Rajawali Pers.

Deni Setiawan. 2008. KPK, Pemburu Koruptor; Kiprah Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Memberangus Korupsi. Yogyakarta: Pustaka Timur

Budijarto, A. (2018). Pengaruh perubahan sosial terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Jurnal Kajian Lemhannas RI, 6(2), 5–21.

Referensi

Dokumen terkait