• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Perencanaan Pelabuhan (Sulis Setya Utami - 20231333021)

N/A
N/A
Sulis Setya Utami

Academic year: 2025

Membagikan "Tugas Perencanaan Pelabuhan (Sulis Setya Utami - 20231333021)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

SEJARAH TRANSPORTASI LAUT DAN PELABUHAN DI NUSANTARA/INDONESIA

PERENCANAAN PELABUHAN

DISUSUN OLEH :

Sulis Setya Utami (20231333021)

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2024

(2)

SEJARAH TRANSPORTASI LAUT DAN PELABUHAN DI NUSANTARA / INDONESIA

ABSTRAK

Perkembangan transportasi di Indonesia, mencakup transportasi darat, laut, dan udara, telah memberikan dampak signifikan terhadap masyarakat dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejarah perkembangan alat transportasi di Indonesia dan

dampaknya. Metode yang digunakan adalah studi literatur untuk mengkaji evolusi transportasi dari masa kolonial hingga era modern, serta dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkannya. Transportasi laut, meskipun lebih ramah lingkungan, berkontribusi pada polusi laut dan degradasi habitat pesisir. Namun, terdapat peluang melalui perkembangan teknologi transportasi berkelanjutan, revolusi digital, investasi infrastruktur, dan kolaborasi antar sektor. Untuk mencapai sistem transportasi yang berkelanjutan, diperlukan kebijakan yang mendukung teknologi bersih, regulasi yang ketat, inovasi industri, dan partisipasi aktif masyarakat. Dengan upaya terpadu dari pemerintah, industri, dan masyarakat, Indonesia dapat mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang untuk membangun sistem transportasi yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

PENDAHULUAN

Sejarah perkembangan alat transportasi di Indonesia mencerminkan perjalanan panjang dari era tradisional hingga modern. Dari moda transportasi darat, laut, hingga udara, setiap jenis transportasi mengalami evolusi seiring berjalannya waktu. Perubahan ini tidak hanya mengubah cara orang bepergian, tetapi juga membawa dampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat (Zahir, 2023).

Sejarah transportasi laut dan Pelabuhan terdapat 3 fase setelah kemerdekaan Indonesia.

Masa-masa tersebut adalah Era Orde Lama (1945 – 1965), Era Orde Baru (1966-1998), Era Reformasi (1998 – sekarang).

PEMBAHASAN

Era Orde Lama merupakan awal pemerintahan Indonesia setelah dijajah oleh bangsa asing selama 3,5 abad lamanya. Pada masa ini, landasan bidang hukum kelautan masih menggunakan peraturan hukum yang ditinggalkan Pemeritahan Hindia Belanda, yakni “Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonnatie 1939’(TZMKO). Namun penggunaan undang-undang ini dapat mengancam keutuhan NKRI karena adanya perairan bebas (high seas) diantara kelima pulau

(3)

besar Indonesia. Atas dasar ini, Presiden Soekarno mengeluarkan suatu deklarasi keutuhan wilayah Indonesia, pada tanggal 13 Desember 1957, yang dikenal dengan Deklarasi Djoeanda.

Pada dasarnya konsep deklarasi ini memandang bahwa kepulauan Indonesia merupakan wilayah pulau-pulau, wilayah perairan, dan dasar laut di dalamnya sebagai suatu kesatuan historis, geografis, ekonomis, dan politis. Pada masa Orde Lama ini, stabilitas keamanan dan keadaan politik masih sangat terganggu.

Selanjutnya era orde baru (1966 – 1998) yaitu pada tahun 1982, Indonesia termasuk salah satu negara dari 119 negara di dunia ikut menanda tangai Konvensi PBB tentang hukum laut atau United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982). Saat itu menteri Luar Negeri yang menandatangani adalah Mochtar Kusumaatmaja. Dalam konvensi ini terdapat 9 pasal mengenai perihal ketentuan tentang prinsip “Negara Kepulauan”. Salah satu prinsip dalam Negara Kepulauan tersebut menyatakan bahwa laut bukanlah sebagai alat pemisah, melainkan sebagai alat yang menyatukan pulau-pulau yang satu dengan yang lainya, yang kemudian diimplementasikan oleh Indonesia dengan istilah Wawasan Nusantara.

Pengakuan dunia internasional ini, ditindaklanjuti dengan diterbitkannya UU no 17 tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982. Sejak itu, Indonesia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melaksanakan Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982, dan UU No.17 tahun 1985 ini, selanjutnya dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana pembangunan nasional, khususnya pembangunan di bidang kelautan, dan pada REPELITA ke 5 (1993 – 1998) konsep pembangunan kelautan akhirnya masuk ke dalam Garisgaris Besar Haluan Negara (GBHN)

Yang terakhir adalah era reformasi (1998 – sekarang) yaitu Prof.Dr.B.J Habibie menggantikan Presiden Soekarno mendeklarasikan dua hal pokok yaitu kesadaran bangsa Indonesia akan geografik wilayahnya dan kemauan yang besar dari bangsa Indonesia untuk membangun kelautan. Melalui Deklarasi Bunaken, babak baru pembangunan nasional mulai yang berorientasi ke laut mulai terbuka, dikarenakan dalam Deklarasi Bunaken ini mengandung; Pertama, visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus berorientasi ke laut, Kedua, semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia.

Pemerintahan yang berorientasi kelautan pada masa reformasi ini berlanjut pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang mengusung tumbuhnya kesadaran bahwa potensi dan kekayaan yang ada di laut merupakan sumber ekonomi utama Negara. Laut adalah kehidupan masa depan bangsa. Atas pemikiran ini, Presiden Abdurrahman Wahid kemudian

(4)

membentuk kementerian baru dalam Kabinetnya, yakni Departemen Eksplorasi Laut yang sekarang menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Presiden reformasi Republik Indonesia selanjutnya yaitu Megawati Sukarnoputri, di Pelabuhan Rakyat Sunda Kelapa mencanangkan “Seruan Sunda Kelapa” sebagai berikut :

1. Membangun kembali wawasan bahari

2. Menegakkan kedaulatan secara nyata di laut, 57 BAB IV : Fase Sejarah Kemaritiman Setelah Masa Kemerdekaan

3. Mengembangkan industri dan jasa maritim secara optimal dan lestari bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

4. Mengelola kawasan pesisir, laut dan pulau kecil, dan 5. Mengembangkan hukum nasional di bidang maritim.

Pada era kepemimpinannya, Susilo Bambang Yudhoyono menyelenggarakan konferensi kelautan dunia yang dikenal dengan World Ocean Conference (WOC) yang ditujukan untuk pemimpin dunia dan pengambil keputusan dalam mengembangkan kolaborasi internasional dan membuat komitmen bersama dalam menghadapi isu kelautan dunia sekaligus masalah perubahan iklim global

Puncaknya pada tanggal 13 November 2014 di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Timur di Naypyidaw, Myanmar, Presiden Joko Widodo mengumumkan hasrat Indonesia untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Untuk itu, Indonesia akan membangun kembali budaya maritim, menjaga dan mengelola sumber daya laut, memprioritaskan pembangunan infrastruktur maritim, membangun pertahanan maritim untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim, serta melalui diplomasi maritim mengajak mitra-mitra Indonesia untuk bekerja sama dalam bidang kelautan dan meniadakan sumber konflik di laut seperti pencurian ikan, penyelundupan, perompakan laut, dan sengketa wilayah

Indonesia, negara yang sedang dalam perjalanan menjadi poros maritim dunia, telah berhasil memasuki dunia maritim setelah 25 tahun perjuangan internasional, klaim perbatasan maritim Indonesia telah disetujui oleh PBB. mengadopsi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).

Pada awalnya Pelabuhan hanya suatu terpian dimana kapal dan perahu dapat merapat dan bertambat untuk melakukan bongkar muat, menaik turunkan penumpang dan kegiatan lainnya. Dengan berkembangnya kehidupan sosial, ekonomi penduduk maka kebutuhan sandang pangan dan failitas hidup lainnya meningkat, maka diperlukan sarana dan prasarana pengangkutan yang lebih memadai, sehingga berkembang kapal barang umum, kapal barang curah , kapal tengker, kapal peti kemas, kapal pengangkut gas alam cair, kapal penumpang,

(5)

kapal ferry dll. Sehingga Pelabuhan tidak harus berada di area terlindung secara alami, tetapi bisa berada di laut terbuka untuk mendapatkan perairan yang luas dan dalam, dengan membuat pemecah gelombang untuk melindungi daerah perairan.

Perkembangan transportasi laut membawa dampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Dari sisi ekonomi, peningkatan kapasitas dan efisiensi pelabuhan membantu memperlancar arus barang dan jasa, sehingga mendorong pertumbuhan sektor perdagangan dan industri. Pelabuhan-pelabuhan besar menjadi pusat aktivitas ekonomi yang menggerakkan perekonomian lokal dan nasional. Selain itu, peningkatan konektivitas antar pulau juga memperkuat integrasi ekonomi domestik dan memperkecil disparitas ekonomi antar wilayah. Dari sisi sosial, perkembangan transportasi laut memperkuat ikatan antar pulau dan memperkaya pertukaran budaya di Indonesia. Mobilitas penduduk meningkat, memungkinkan orang untuk bepergian, bekerja, dan belajar di berbagai wilayah di Indonesia.

Namun, perkembangan ini juga membawa tantangan seperti degradasi lingkungan laut akibat polusi dari kapal dan aktivitas pelabuhan, serta masalah keselamatan pelayaran. Oleh karena itu, pengelolaan transportasi laut yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan menjadi penting untuk memastikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan.

KESIMPULAN

Perkembangan transportasi laut dan Pelabuhan di Indonesia telah memberikan dampak besar terhadap lingkungan dan masyarakat. Transportasi laut berkontribusi pada perubahan iklim. Tantangan yang dihadapi meliputi pertumbuhan populasi dan urbanisasi, perubahan iklim, serta ketimpangan akses infrastruktur. Namun, perkembangan teknologi berkelanjutan, revolusi digital, investasi infrastruktur, dan kolaborasi antar sektor memberikan peluang untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan terjangkau. Untuk mencapai keberlanjutan dalam sektor transportasi, diperlukan upaya komprehensif dari berbagai pihak. Pemerintah harus mengadopsi kebijakan yang mendukung teknologi transportasi bersih dan meningkatkan regulasi serta pengawasan terhadap dampak lingkungan.

Industri perlu berinovasi dalam pengembangan kendaraan dan infrastruktur yang ramah lingkungan. Selain itu, masyarakat juga harus didorong untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam menggunakan transportasi berkelanjutan. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, industri, dan masyarakat, Indonesia dapat mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang untuk membangun sistem transportasi yang lebih baik dan berkelanjutan.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dillenia, Ira, Nia Naelul Hasanah, Zaki Mubarok, Rusmana. 2019. Sejarah dan Politik Maritim Indonesia. Jakarta : Amafrad Press.

Triatmojo, Bambang,. 2010. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta : Beta Offset.

Trianah, Maira, Dendi Wijaya Saputra, Sri Irnaninsih. 2024. Pengaruh Sejarah Perkembangan Alat Transportasi Darat, Laut dan Udara di Indonesia serta Dampaknya terhadap Masyarakat. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait