• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN TANAMAN PELINDUNG UNTUK PERKEBUNAN KOPI

N/A
N/A
Zulfa Kayla Zahra

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN TANAMAN PELINDUNG UNTUK PERKEBUNAN KOPI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN TANAMAN PELINDUNG UNTUK PERKEBUNAN KOPI

Disusun oleh:

Raninda Difayasti Khairunnisa (20200210003) Yunia Fajriani Khoerunnisa (20200210007)

Zulfa Kayla Zahra (20200210032)

Muhammad Fatih Alam (20200210042)

Dwi Apriadi (20200210043)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2022

(2)

I. KASUS

Hujan belum juga turun. Akibat teriknya sengatan sinar matahari menyebabkan daun kopi menjadi layu dan tak jarang banyak di antaranya yang mulai rontok. Keberadaan tanaman-tanaman pelindung juga ikut layu. Keberadaan rumput di bawah pohon kopi juga nampak kering sehingga tanah terlihat sangat gersang. Kondisi perkembangan dan pertumbuhan bakal buah kopi juga mengalami gangguan. Bagaimana cara mengembalikan kesegaran tanaman dan mengatasi masalah demikian?

II. IDENTIFIKASI MASALAH

Perkebunan kopi tersebut salah dalam memilih jenis tanaman pelindung. Apabila tanaman pelindung ikut layu dan tanah gersang, maka kemungkinan tanaman pelindung tersebut tidak memiliki tajuk yang lebat.

III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kopi (Coffea canephora)

Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang biasa dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tanaman kopi dapat tumbuh dengan optimal apabila tanaman tersebut dalam keadaan ternaungi. Budidaya tanaman kopi biasa dilakukan dengan cara pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan.

Dalam melakukan produksi tanaman kopi, perlu dilakukan pemeliharaan secara tepat.

Pemeliharaan tanaman kopi dilakukan agar mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Pemeliharaan tanaman kopi dapat dilakukan dengan cara melakukan pemangkasan, pemupukan, rehabilitasi tanaman kopi, pengendalian hama dan penyakit, serta penyiangan gulma (Aak, 1988).

Kopi biasanya dikenal memiliki dua jenis yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta.

Kadar kafein pada kopi robusta sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kopi arabika.

Di Indonesia, kopi robusta merupakan kopi yang paling banyak diproduksi yaitu mencapai 87,1% dari total produksi kopi di Indonesia. Di Indonesia kopi diperdagangkan dalam bentuk kopi biji, kopi sangrai, kopi bubuk, kopi instan, dan bahan makanan lainnya yang mengandung kopi (Aak, 2002). Perdagangan biji kopi dunia didominasi oleh dua jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta. Arabika memiliki

(3)

pangsa pasar 70% sedangkan Robusta 30%. Produksi kopi Indonesia hingga saat ini masih didominasi jenis Robusta sebesar 540.280 ton dengan luas areal 958.782 ha atau 79,21% dari total luas areal tanaman kopi di Indonesia dan sisanya adalah jenis kopi Arabika dengan luas areal 251.583 ha.

Syarat tumbuh kopi biasanya secara optimal berada pada ketinggian 400-800 m dpl.

Sedangkan untuk temperatur rata-rata antara 21ºC – 24ºC. Kopi memerlukan masa kering kurang lebih 3 bulan, masa kering tersebut sangat diperlukan karena kopi melakukan penyerbukan silang. Curah hujan yang paling baik untuk tanaman kopi adalah daerah yang mempunyai curah hujan optimal antara 2000 sampai 3000 mm per tahun (Mulyana, W. 1982).

B. GAP Tanaman Pelindung untuk Perkebunan Kopi

Pada budidaya tanaman kopi, Tanaman kopi akan tumbuh baik bila suplai air cukup tersedia, walaupun kelembapan nisbi yang rendah. Udara yang sangat kering selama periode pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi akan menyebabkan penurunan hasil. Sebaliknya kelembapan nisbi yang berlebihan akan merangsang pertumbuhan jamur yang serius bagi tanaman kopi. Untuk itu upaya pengaturan kelembapan nisbi perlu dilakukan dengan mengatur naungan (Syamsulbahri, 1996).

Tanaman kopi merupakan tanaman C3 dengan ciri khas efisiensi fotosintesis rendah karena terjadi fotorespirasi, sehingga sepanjang hidupnya memerlukan naungan. Tingkat naungan berhubungan erat dengan intensitas cahaya, sedangkan intensitas cahaya berhubungan erat dengan proses fotosintesis dan aktivitas stomata tanaman (Nasarudin et al., 2006). Menurut Wacjhar et al. (2002), adanya naungan akan mempengaruhi jumlah intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman. Setiap jenis tanaman membutuhkan intensitas cahaya tertentu untuk memperoleh fotosintesis yang maksimal. Kopi robusta memerlukan naungan antara 40%-70% untuk pertumbuhannya (Sakiroh et al., 2012).

Pohon pelindung berkontribusi untuk membentuk karakter rasa dari kopi itu sendiri. Maksud dari pohon pelindung yang ditanam dan tumbuh di kebun kopi guna menetralkan sinar matahari agar tidak langsung menyinari pohon kopi. Karena jika tidak ada pohon pelindung, sinar matahari yang mengenai pohon kopi secara langsung, berdampak pohon kopi kelihatan dipaksa tumbuh. Manfaat pohon pelindung bagi

(4)

tanaman kopi antara lain untuk mengurangi intensitas cahaya matahari agar tidak terlalu panas, mengurangi perbedaan temperatur antara siang dan malam, menjaga iklim mikro agar lebih stabil, sumber bahan organik, penahan angin dan erosi, memperpanjang umur tanaman/masa produksi kopi (di atas 20 tahun), mengurangi kelebihan produksi (over bearing) dan mati cabang, serta meningkatkan kualitas kopi.

Sedangkan syarat-syarat yang bisa memenuhi menjadi tanaman pelindung, yaitu:

1. Perakarannya dalam agar memperkecil kompetisi air dan unsur hara antara tanaman pokok dengan pohon pelindung itu sendiri

2. Mudah diatur secara periodik agar tidak menghambat waktu pembungaan 3. Tidak menjadi sumber hama dan penyakit pada tanaman pokok

4. Termasuk golongan leguminosa 5. Sebagai sumber bahan pupuk organik

6. Menghasilkan kayu bakar yang baik (nilai bakar tinggi).

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis

Dari kasus ini, kita dapat melihat bahwa tanaman pelindung tidak menjalankan perannya dengan tepat atau pemilihan tanaman pelindungnya tidak tepat. Tanaman pelindung menjalankan peran besar dalam kesuburan tanah, kelembaban, pertumbuhan kopi dan hasil kopi. Akar tanaman pelindung dapat menyimpan air, sehingga menjaga kelembaban tanah. Selain itu, ketersediaan air dalam tanah meningkatkan nitrogen tanah, sehingga tidak menjadi inang hama dan penyakit utama (Erwiyono dan Prawoto, 2008). Daun tanaman pelindung dapat melindungi kebun kopi dari sinar matahari langsung. Ketika tanaman pelindung menjadi langka, tanah akan menjadi panas dan kering, sehingga daun kopi layu dan mulai banyak yang rontok, tanaman pelindung yang ada menjadi layu, serta gulma terlihat kering. Lagi pula, dengan tingkat probabilitas yang tinggi, tanaman pelindung yang tidak memiliki tajuk yang lebat atau penempatan tanaman pelindung yang tidak tepat dapat mempengaruhi kekeringan tanah dan kurangnya kelembaban di tanah. Perbaikan tanaman pelindung kopi perlu diperhatikan agar kelembaban tanaman kopi cukup terjaga. Dengan pemilihan tanaman pelindung yang tepat, tanaman pelindung dapat menambahkan nutrisi ke tanah melalui

(5)

daunnya. Ada dua jenis tanaman pelindung kopi, yaitu tanaman pelindung sementara dan tanaman pelindung permanen.

B. Pembahasan

Budidaya kopi dengan tanaman pelindung, menurut GAP, merupakan komponen penting dari sistem perkebunan kopi yang berkelanjutan. Sistem ini menekankan keberlanjutan jangka panjang dari produksi yang menguntungkan dan ramah lingkungan. Perkebunan kopi monokultur tanpa tanaman peneduh tidak dianjurkan karena mendorong penggunaan input tinggi untuk meningkatkan output, yang dapat merusak lingkungan (Haryanto et al., 2019).

1. Pemberian Sprinkler sebagai Solusi Jangka Pendek

Pada perkebunan kopi jarang ditemukan sistem irigasi. Biasanya yang digunakan adalah sprinkler. Menurut Venancio et al. (2019), metode irigasi utama untuk kopi adalah sprinkler (conventional fixed dan center pivots) dan irigasi mikro (drip, microjet, dan micro-sprinklers). Sistem sprinkler biasanya digunakan di banyak lahan pertanian untuk menerapkan irigasi di atas, dekat, atau di dalam kanopi tanaman. Akibatnya, pemahaman yang tepat tentang jumlah curah hujan atau irigasi sprinkler kembali ke atmosfer melalui intersepsi atau mencapai tanah lahan pertanian, serta jalur mereka di permukaan dan melalui bawah permukaan, bisa dibilang berharga untuk pertanian berkelanjutan (Lin et al., 2020).

Jika dibandingkan dengan sistem irigasi sprinkler, irigasi mikro menggunakan lebih sedikit air per unit hasil dan mengurangi kehilangan air melalui penguapan dan perkolasi dalam (Lena et al., 2011; Venancio et al., 2019). Dengan demikian, irigasi mikro menghasilkan penghematan air yang signifikan, dengan air yang disimpan dikembalikan ke lingkungan atau digunakan untuk tujuan lain (Perry

& Steduto, 2017; Venancio et al., 2019).

2. Tanaman Pelindung Sementara sebagai Solusi Jangka Panjang

Tanaman pelindung sementara ditanam 6 bulan sebelum melakukan penanaman kopi. Panduan GAP perkebunan kopi yang ditulis oleh Haryanto et al.

(2019) menyebutkan ada beberapa jenis pohon yang baik sebagai tanaman pelindung sementara untuk kopi:

a. Moghania macrophylla

(6)

b. Crotalaria anaggyroides c. Theprosia candida d. Theprosia vogeli e. Crotalaria sp.

Tanaman pelindung sementara harus ditebang setelah dua sampai tiga tahun, ketika tanaman pelindung tetap telah tumbuh cukup untuk menaungi kebun kopi. Pertumbuhan tanaman pelindung sementara harus dikendalikan dengan memotong atau memangkas cabang samping untuk menghindari saling mengunci dengan cabang tanaman kopi (Tadesse et al., 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Meylan et al. (2017) membuktikan bahwa bahkan ketika hanya ada satu atau dua jenis tanaman pelindung, sistem agroforestri kopi dan pohon peneduh berfungsi secara kompleks. Terdapat bukti kuat bahwa peningkatan penyediaan jasa ekosistem melalui penggunaan pohon pelindung dapat memberikan manfaat yang signifikan, seperti peningkatan konservasi tanah, kualitas air, dan keanekaragaman hayati, tanpa harus mengurangi hasil kopi.

3. Tanaman Pelindung Tetap untuk Perkebunan Kopi

Tanaman pelindung tetap dapat diprioritaskan pada areal yang peka terhadap kekeringan. Beberapa jenis tanaman penaung tetap diantaranya lamtoro (Leucaena glauca), gamal (Gliricidia sepium), dadap (Erythrina subumbrans), dan sengon (Albizia falcata dan Albizia sumatrana). Penaung tetap jenisnya banyak, tetapi yang paling baik di Indonesia adalah Leucaena sp. (Rachmiati et al., 2014)

Tanaman penaung ditanam paling cepat 1 tahun sebelum penanaman kopi, baik naungan sementara maupun naungan tetapnya. Apabila tanahnya kurang subur dapat dilakukan penanaman 2-3 tahun sebelumnya, supaya faktor vegetasi dalam perkembangan tajuk tanaman telah mampu berperan menghambat erosi, aliran permukaan, dan sumber bahan organik. Tanaman penaung di tanam tergantung dengan sistem jarak tanam kopi, yatu sistem segiempat, sistem pagar dan sistem pagar ganda. Pada jarak tanam pagar dan pagar ganda arah barisannya utara-selatan.

Jarak tanam segiempat kopi robusta 2,5m x 2,5m atau 2,75m x 2,75m, kopi arabika 2m x 2m atau 2,5m x 2,5m. Jarak tanam sistem pagar kopi robusta 1,75m x 3,5m, kopi arabika 1,5m x 3m. Jarak tanam pagar ganda kopi robusta 2m x 2m x 3,50m

(7)

atau 2m x 2m x 4m, kopi arabika 1,5m x 1,5m x 3m atau 1,5m x 1,5m x 4m. (Suteja, 2018).

Beberapa hal yang perlu diperhitungkan diantaranya pohon naungan tidak boleh dibiarkan terlalu rimbun karena menimbulkan lingkungan yang terlalu gelap dan lembab yang tidak baik untuk perkembangan penyakit. Pemangkasan tanaman penaung diperlukan untuk mengatur pohon naungan sehingga akan memberikan hasil yang optimal bagi produktivitas tanaman kopi. Pemangkasan tanaman penaung bertujuan untuk memberi cahaya matahari, mempermudah peredaran udara dalam area pertanaman, dan mengurangi kelembaban udara di musim penghujan atau pengendalian mekanis penyakit-penyakit tanaman kopi seperti karat daun dan bercak daun cercospora.

Selain tingkat penaungan, dinamika penaungan oleh pohon pelindung dapat berpengaruh terhadap produktivitas buah kopi (Evizal et al., 2009b). Pohon gamal dan dadap memberikan penaungan yang dinamis, yaitu pada musim hujan tajuk pohon pelindung tumbuh lebat sehingga memberi naungan sedang sampai berat, dan pada musim kemarau pohon pelindung merontokkan daun sehingga memberi penungan yang ringan dan mendorong inisiasi bunga kopi. Pohon kopi tumbuh dengan baik di bawah naungan, namun untuk pembungaan yang lebat dibutuhkan cekaman air baik akibat kemarau maupun terbukanya naungan (Wintgens, 2004).

V. KESIMPULAN

Dari identifikasi masalah hingga pembahasan yang sudah didiskusikan, dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman pelindung berperan besar terhadap pertumbuhan dan produktivitas perkebunan kopi. Sesuai namanya, tanaman pelindung berperan melindungi pohon-pohon kopi supaya tidak terlalu terkena dampak dari teriknya sinar matahari.

Namun, untuk perkebunan kopi yang sudah ‘telanjur’ menanam dan salah dalam pemilihan tanaman pelindungnya, dapat diatasi dengan penambahan sprinkler atau irigasi mikro supaya perkebunan tidak terlalu gersang. Namun, akan lebih baik jika tanaman pelindung dibenahi sedikit demi sedikit.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Aak. (1988). Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI) Aak, (2002). Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Yogyakarta.

Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, J. Widada, and D. Widianto. (2009b). Biomass production of shade-grown coffee agroecosystems. Proc. International Seminar on Biomass Production and Utilization: Challenges and Opportunities. The University of Lampung, August 3-4.

p 294-303.

Evizal, Rusdi. Tohari. Prijambada, Irfan. Widada, J. (2012). Peranan Pohon Pelindung dalam Menentukan Produktivitas Kopi. Jurnal Agrotopika, 17(2), 19–23.

Haryanto, B., Basri, H., Thohar, A., Widodo, D., Wibowo, N.S., & Juniawan. (2019). Kurikulum Nasional dan Modul Pelatihan Budidaya Berkelanjutan (Good Agricultural Practices- GAP) dan Pascapanen (Post-Harvest) Kopi Arabika. Jakarta: Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Lin, M., Sadeghi, S.M.M., & Stan, J.T.V. (2020). Partitioning of Rainfall and Sprinkler-Irrigation by Crop Canopies: A Global Review and Evaluation of Available Research. Hydrology, 7(76), 1-13.

Mulyana & Wahyu. (1982). Segi Praktis Cocok Tanam Kopi. Semarang: CV. Aneka

Meylan, L., Gary, C., Allinne, C., Ortiz, J., Jackson, L., & Rapidel, B. (2017). Evaluating the effect of shade trees on provision of ecosystem services in intensively managed coffee plantations. Agriculture, Ecosystems and Environment, 245, 32–42. DOI:

http://dx.doi.org/10.1016/j.agee.2017.05.005.

Rachmiati, Y., Sriyadi, B., Dalimoenthe, S. L., & Rahardjo, P. (2014). Teknologi Pemupukan dan Kultur Teknis yang Adaptif terhadap Anomali Iklim pada Tanaman Teh. Seminar Nasional Upaya Peningkatan Produktivitas Di Perkebunan Dengan Teknologi Pemupukan Dan Antisipasi Anomali Iklim, (March), 25–26.

Suteja, N. (2018). PERKEBUNAN KOPI DI KECAMATAN PUPUAN. 1–32.

Tadesse, A., Taye, E., & Mesfin, T. (2015). Effect of Temporary Shade Tree Species on Growth Performance of Newly Transplanted Arabica Coffee Seedlings at Jimma. Journal of Biology, Agriculture and Healthcare, 5(19), 112-119.

Venancio, L.P., Felgueiras, R., Gonçalves, I.Z., do Santos, R.A., & Santos, J.E.O. (2019).

SPATIAL DYNAMICS OF REMOTE SENSING VARIABLES IN IRRIGATE ROBUSTA COFFEE. V INOVAGRI International Meeting,

Winaryo, A. M., Nur, Soenaryo. (1991). Pengaruh kerapatan pohon penaung terhadap daya hasil kopi robusta berbatang ganda. Pelita Perkebunan. 7(3): 68-73.

Wintgens, J.N (ed). (2004). Coffee: Growing, Processing, Sustainable Production. Wiley-VCH.

Weinheim.

Referensi

Dokumen terkait