• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uang Beredar (000 milyar)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Uang Beredar (000 milyar)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Geografis Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Negara ini juga memiliki kondisi geografis yang unik sekaligus menjadikannya strategis, hal ini dapat dilihat dari letak indonesia yang berada diantara dua samudra dan dua benua yairu samudra hindia dan samudra pasifik serta benua asia dan Australia.

Indonesia juga terletak antara 6008’ lintang utara dan 11015’ bujur timur negara kesatuan yang berbentuk republik ini sejak tahun 2012 dibagi menjadi 34 provinsi dimana provinsi-provinsi tersebutterdiridari416 kabupaten/kota, 6.793 kecamatan dan 79.075 kelurahan/desa di Indonesia.

Wilayah negara republik indonesia berbentuk kepulauan (archipelago) dengan jumlah seluruh pulaunya 17.504 buah.luas wilayah indonesia secara geografis 5.193.252 km2 dibagi atas wilayah daratan seluas 1.904.569 km2 dan wiayah lautan seluas 3.288.683 km2, sehingga perbandingan luas antara wilayah lautan dan wilayah daratan adalah 2:3 dan mempunyai garis pantai nomor dua terpanjang didunia setelah kanada. Daratan indonesia yang mempunyai puluhan dan mungkin ratusan gunung api dan sungai sehubung dengan letak yang dikelilingi beberapa samudra serta banyak terdapat gunung berapi yang masih aktif, menyebabkan indonesia sering dilanda gempa.

Di Indonesia hanya dikenal dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin bertiup dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudra Pasifik sehingga terjadi musim penghujan keadaan seperti itu berganti setiap tahunnya.

(2)

4.2 Deskriptif Variabel Penelitian 4.2.1 Perkembangan Inflasi

Gambar 4.1: Inflasi di Indonesia Periode 2013-2018

Sumber: Data Olahan, 2019

Pada gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwasannya inflasi yang terjadi di Indonesia fluktuatif dari tahun 2013-2017. Inflasi tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2013 triwulan III yaitu sebesar 8,40 persen dan nilai terendah terjadi pada tahun 2016 yaitu pada triwulan ke IV sebesar 3,02 persen.

4.2.2 Perkembangan Harga Minyak Dunia

Gambar 4.2. Harga Minyak Dunia di Indonesia Periode 2013 - 2018

Sumber: Data Olahan, 2019 1.00 -

2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Inflasi (%)

Inflasi (%)

- 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00

triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Harga Minyak Dunia (Rp 000)

Harga Minyak Dunia (Rp 000)

(3)

Pada gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwasannya harga minyak dunia yang terjadi di Indonesia fluktuatif dari tahun 2013-2018. Harga minyak dunia tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2014 triwulan II yaitu sebesar 1,288,389 dan nilai terendah terjadi pada tahun 2016 yaitu pada triwulan ke I sebesar 492,477.

4.2.3 Perkembangan Suku Bunga

Gambar 4.3 Suku Bunga di Indonesia Periode 2013 - 2018

Sumber: Data Olahan, 2019

Pada gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwasannya suku bunga yang terjadi di Indonesia fluktuatif dari tahun 2013-2018. Harga suku bunga tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2015 triwulan I yaitu sebesar 7,50 persen dan nilai terendah terjadi pada tahun 2017 yaitu pada triwulan ke III sebesar 4,25 persen.

4.2.4 Perkembangan Jumlah Uang Beredar

Gambar 4.4 Jumlah Uang Beredar di Indonesia periode 2013-2018

Sumber: Data Olahan, 2019 1.00 -

2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Suku Bunga (%)

Suku Bunga (%)

1,000.00 - 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00

triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3 triwulan 1 triwulan 3

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Uang Beredar (000 milyar)

Uang Beredar (000 milyar)

(4)

Pada gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwasannya Jumlah Uang Beredar yang terjadi di Indonesia meningkat dari tahun 2013-2018. Jumlah Uang Beredar tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2017 triwulan IV yaitu sebesar 5,419,165 dan nilai terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu pada triwulan ke I sebesar 3,268,759.

4.3 HASIL PENELITIAN 4.3.1 Analisis Regresi Berganda

Tabel 4.1: Hasil Olahan Persamaan Regresi Berganda

Dependent Variable: INFLASI Method: Least Squares Date: 03/20/19 Time: 15:57 Sample: 2013Q1 2018Q4 Included observations: 24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.861139 4.235121 1.383937 0.1816

HMD 0.000942 0.001181 0.797593 0.4345

SB 0.624003 0.260947 2.391304 0.0267

JUB -0.001212 0.000562 -2.157905 0.0433

R-squared 0.686998 Mean dependent var 5.047500

Adjusted R-squared 0.640048 S.D. dependent var 1.953281 S.E. of regression 1.171891 Akaike info criterion 3.306125 Sum squared resid 27.46655 Schwarz criterion 3.502468 Log likelihood -35.67351 Hannan-Quinn criter. 3.358215

F-statistic 14.63246 Durbin-Watson stat 1.723935

Prob(F-statistic) 0.000028

Sumber: Data Olahan, 2018

Persamaan regresi linear berganda

Inflasi = 5.861139 + 0.000942 HMD + 0.624003 SB - 0.001212 JUB

Nilai konstanta sebesar 5.861139 berarti jika harga minyak dunia, suku bunga dan jumlah uang beredar nilainya 0 atau konstan maka jumlah inflasi nilainya sebesar 5.861139.

Nilai koefisien regresi harga minyak dunia 0.000942 menyatakan bahwa apabila koefesien harga minyak dunia mengalami peningkatan sebesar 1 miliar

(5)

rupiah maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada tingkat inflasi sebesar 0,94 persen. Pada hasil penelitian ini arah hubungan harga minyak dunia dan inflasi adalah positif dan tidak signifikan.

Nilai koefisien regresi suku bunga0.624003menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 persenpada suku bunga maka akan menyebabkan peningkataninflasi di Indonesia sebesar 62,40 persen. Pada hasil penelitian ini arah hubungan suku bunga dan inflasi adalah positif dan signifikan.

Nilai koefisien regresi jumlah uang beredar0.001212menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 miliar rupiah pada jumlah uang beredar maka akan menyebabkan penurunaninflasi di Indonesia sebesar 1,21 persen. Pada hasil penelitian ini arah hubungan jumlah uang beredar dan inflasi adalah negatif dan signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu (Venny Kurnia, 2017) menyatakan hasil regresi jumlah beredar, dengan nilai probabilitas 0,001 < 0,05 yang berarti jumlah uang beredar berpengaruh negative dan signifikan terhadap inflasi di Indonesia.Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar diantaranya: Harga barang, Permintaan Barang, Tingkat suku bunga, Struktur perekonomian Negara, Lingkungan atau kawasan, Pendapatan. Dari fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa ketika harga minyak dunia naik pemerintah langsung merespon dengan mengeluarkan kebijakan fiscal seperti harga, pendapatan dan perpajakan guna menjaga inflasi di Indonesia.

4.3.2 Uji Asumsi Klasik 4.3.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi dalam penelitian nilai residualnya berdistribusi normal atau tidak.

Dalam pengambilan keputusan dalam mendeteksi normalitas yaitu dengan membandingkan nilai probabilitasnya < 0,05 (dengan α=5%) maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan tidak berdistribusi normal dan sebaliknya, jika nilai probabilitasnya > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal.

(6)

Gambar 4.5: Hasil Uji Normalitas

0 1 2 3 4 5 6 7

-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Series: Residuals Sample 2013Q1 2018Q4 Observations 24 Mean -1.15e-15 Median -0.137169 Maximum 2.008239 Minimum -2.225049 Std. Dev. 1.092794 Skewness -0.206821 Kurtosis 2.486629 Jarque-Bera 0.434650 Probability 0.804669

Sumber: Data Olahan, 2018

Pada hasil uji normalitas diatas dapat dilihat bahwasannya nilai probabilitasnya 0,80> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal.

4.3.2.2 Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas merupakan masalah regresi yang tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan. Hal ini akan memunculkan berbagai permasalahan yaitu penaksir OLS yang bias, varian dari koefesien OLS akan salah. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode dengan uji Breusch-Pagan Godfrey untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dalam model regresi.

Tabel 4.2: Hasil Olahan Heterokedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 2.274120 Prob. F(3,20) 0.1111

Obs*R-squared 6.104484 Prob. Chi-Square(3) 0.1066 Scaled explained SS 3.151077 Prob. Chi-Square(3) 0.3689

Sumber: Data Olahan, 2019

Berdasarkan hasil olahan heterokedastisitas diatas dengan uji Breusch-Pagan Godfrey, diperoleh bahwa nilai Obs*R-Square hitung 6.104484 dengan nilai prob. Chi-Square 0,1066> 0,05 atau α=5% maka dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat masalah heterokedastisitas dalam model regresi berganda.

4.3.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1).Secara sederhana adalah analisis

(7)

regresi adalah untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya.

Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner dimana pengukur semua variabel dilakukan secara serentak pada saat yang bersamaan. Beberapa uji statistik yang dipergunakan adalah uji Breush-Godfrey LM Test untuk melihat atau mendeteksi autokorelasi. Metode ini merupakan pengembangan dari metode Durbin-Watson.

Tabel 4.3: Hasil Olahan Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.202499 Prob. F(2,18) 0.8185

Obs*R-squared 0.528114 Prob. Chi-Square(2) 0.7679

Sumber: Data Olahan, 2019

Berdasarkan hasil perhitungan uji LM dalam hasil olahan diatas diketahui p-value Obs*R-Square 0.528114 dengan nilai prob. Chi-Square 0,7679> 0,05 sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.

4.3.2.4 Uji Multikoleniaritas

Uji multikoloniaritas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda.Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.

Kriteria untuk mendeteksi multikoloniaritas pada suatu model adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10 dan Nilai Tolerance

> 0,10, maka model dapat dikatakan tidak terjadi multikoloniaritas. Semakin tinggi VIF, maka semakin rendah Tolerance.

(8)

Tabel 4.4: Hasil Olahan Uji Multikoleniaritas

Variance Inflation Factors Date: 03/20/19 Time: 15:59 Sample: 2013Q1 2018Q4 Included observations: 24

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 17.93625 313.4503 NA

HMD 1.40E-06 19.22363 1.407284

SB 0.068093 47.32973 1.924297

JUB 3.15E-07 114.8411 2.406407

Sumber: Data Olahan, 2019

Berdasarkan tabel diatas, memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan variabel bebas dengan VIF pada nilai koefesien masing-masing variabel yang dilihat dari nilai centered VIF seluruh variabel kecil dari 10, dapat disimpulkan bahwa data dalam variabel ini tidak terjadi multikolenieritas.

1.3.3. Uji Hipotesis

Pada persamaan regresi berganda dilakukan uji hipotesis dengan prosedur pengujiannya sebagai berikut:

1.3.3.1. Uji Parsial (Uji t)

Secara parsial, harga minyak dunia pada nilai t-statistik yaitu0.797593<

1.725 dan nilai probabilitas 0,4345> 0,05 memberikan arti bahwa harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi secara statistik. Ini berarti pada level signifikan sebesar95% menyatakan H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor harga minyak dunia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia.

Secara parsial, suku bunga pada nilai t-statistik yaitu 2.391304> 1.725 dan nilai probabilitas 0,0267< 0,05 memberikan arti bahwa suku bunga berpengaruh signifikan terhadap inflasi secara statistik. Ini berarti pada level signifikan sebesar 95% menyatakan H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di indonesia.

(9)

Secara parsial, jumlah uang beredar pada nilai t-statistik yaitu -- 2.157905<1.725 dan nilai probabilitas 0,0433< 0,05 memberikan arti bahwa jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap inflasi secara statistik. Ini berarti pada level signifikan sebesar 95% menyatakan H0 diterima dan Haditolak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor jumlah uang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia.

1.3.3.2. Uji Simultan (Uji F)

Pada nilai f-statistik yaitu14.63246>3.10 dan nilai probabilitas sebesar 0,000028< 0,05 memberikan arti bahwa harga minyak dunia, suku bunga dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia secara statistik.

1.3.3.3. Koefesien Determinasi (R2)

Hasil regresi linear berganda pada nilai R2 yaitu 0.686998ini menunjukan bahwa 68,69 % harga minyak dunia, suku bunga dan jumlah uang beredar mempengaruhi inflasi di Indonesia, sementara sisanya 31,31 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.

1.4. Hasil Pembahasan

1.4.1. Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Inflasi

Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang ataubarang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Minyak mentah (crude oil) merupakan komoditas dan sumber energi yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan suatu negara. Minyak mentah dapat diolah menjadi sumber energi, seperti Liquified Petroleum Gas (LPG), bensin, solar, minyak pelumas, minyak bakar dan lain-lain.

Menurut Nizar (2012) dalam Mokhamad (2016) Fluktuasi harga minyak dunia akan berdampak pada saldo riil (Real Balance Effect) yaitu kenaikan harga minyak akan mendorong kenaikan permintaan uang. Menurut Ghalayini (2011) ketika harga minyak mengalami kenaikan maka konsumen akan mengurangi konsumsinya terhadap pemakaian minyak. Akibatnya, harga barang dan jasa mengalami kenaikan sehingga konsumen mengurangi konsumsinya. Berdasarkan hasil regresi, variabel harga minyak dunia berpengaruh positif dan tidak signifikan

(10)

terhadap inflasi di Indonesia. Nilai koefesien regresi untuk variabel harga minyak dunia menunjukkan tanda positif, yaitu sebesar 0,000942. Hal ini berarti bahwa jika harga minyak dunia naik sebesar 1 persen maka inflasi di Indonesia akan meningkat sebesar 0,0942. Dari fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa ketika harga minyak dunia naik pemerintah langsung merespons dengan mengeluarkan kebijakan fiskal seperti harga, pendapatan, dan perpajakan guna menjaga inflasi di Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan Harjunata Y.T Kalalo, dkk (2016), harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap Inflasi di Indonesia

4.4.2. Pengaruh Suku Bunga terhadap Inflasi

Kebijakan bunga rendah akan mendorong masyarakat untuk memilih investasi dan konsumsinya dari pada menabung, sebaliknya kebijakan meningkatkan suku bunga simpanan akan menyebabkan masyarakat akan lebih senang menabung atau melakukan investasi atau konsumsi. Sehingga mengartikan bahwa tingkat bunga rendah masyarakat melakukan kegiatan pada pasar uang/pasar modal dan sektor-sektor produktif dari pada menabung. Berdasarkan hasil regresi, variabel suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Nilai koefesien regresi suku bunga 0.624003 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 persenpada suku bunga maka akan menyebabkan peningkataninflasi di Indinesia sebesar 62,4003. Pada hasil penelitian ini arah hubungan suku bunga dan inflasi adalah positif dan signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan Venny Kurnia Putri (2017), sertifikat Bank Indonesia di peroleh t-statistik sebesar 5.633 dengan nilai probalitas 0,000 yang berarti SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap Inflasi di Indonesia. Penulis menduga hal tersebut disebabkan karena pada saat suku bunga tinggi masyarakat lebih suka menabung di bank umumdapat dialokasikan berupa investasi dan pembelian SBI . Implikasinya tidak sesuai dengan teori. Salah satu alasan mungkin orang yang menambah tabungan adalah produsen yang mengalihkan anggaran produksinya untuk ditabung di bank sehingga anggaran yang tersedia untuk memproduksi barang akan berkurang. Sehingga jumlah produksi turun stok dipasar (penawaran) turun akan menyebabkan kenaikan harga.

(11)

4.4.3. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi

Tekanan inflasi diindonesiadisebabkan meningkatnya jumlah uang beredar. Inflasi adalah kenaikan harga secara menerus dari barang-barang dan secara umum (bukan satu macam barang saja) jumlah uang beredar didasarkan pada teori kuantitas bahwa inflasi hanya terjadi jika ada penambahan jumlah uang yang beredar. Kebijakan dari hubungan tersebut adalah bahwa inflasi perlu dikendalikan untuk menekan laju inflasi. Berdasarkan hasil regresi, variabel jumlah uang beredar berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap inflasi di indonesia. Nilai koefisien regresi untuk variabel jumlah uang beredar menunjukan tanda negatif, yaitu sebesar -0.001212. Hal ini berarti bahwa jika jumlah uang beredar naik sebesar 1 persen maka inflasi di indonesia akan menyebabkan penurunan sebesar-0.1212 persen. Beberapa peneliti terdahulu seperti Goohon Know, Lavern McFarlance and Wayne Robinson (2006). Dengan demikian, perubahan jumlah uang beredar akan selalu menyebabkan terjadinya perubahan tingkat harga, bahkan secara proporsional. Jika pemerintah menambah jumlah uang beredar secara terus menerus, maka tingkat harga pun akan naik terus, yang berarti timbul inflasi.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, variabel Inflasi, Nilai Tukar, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dan Suku Bunga Dasar Kredit baik secara parsial maupun