• Tidak ada hasil yang ditemukan

UAS KD PENMAS NADYA PUTRI 222103104 PENMAS C

N/A
N/A
Pulu Pulu

Academic year: 2024

Membagikan "UAS KD PENMAS NADYA PUTRI 222103104 PENMAS C"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : NADYA PUTRI RAYASWALA

NPM : 222103104

MATA KULIAH : KONSEP DASAR PENDIDIKAN MASYARAKAT

DOSEN PENGAMPU : AHMAD HAMDAN., S.PD., M.PD

JURUSAN : PENDIDIKAN MASYARAKAT

JAWABAN

1.Program-program pendidikan luar sekolah disusun dengan menggunakan komponen, proses dan tujuan. Komponen proses mencakup masukan lingkungan (environment input), masukan sarana (instrumental input), masukan mentah (raw input) dan masukan lain (other input). Proses sebagai interaksi edukasi antara masukan sarana terutama pendidikan dan warga belajar. Tujuan program pendidikan mencakup tujuan antara yaitu keluaran (output) dan tujuan akhir adalah pengaruh atau dampak (outcome).

Komponen, proses, dan tujuan pendidikan Non Formal menurut Sudjana (1991) :

1) Masukan sarana (instrumental input) adalah keseluruhan perangkat pembelajaran yang disusun oleh pengelola, khususnya perencana Pendidikan NonFormal, sehingga dapat menjamin terwujudnya interaksi edukatif antara pelatih dengan peserta Pendidikan Non-Formal.

Perangkat ini meliputi kurikulum, tenaga kePendidikan Non-Formal, sarana dan prasarana, serta biaya. Kurikulum mencakup tujuan pembelajaran dalam Pendidikan Non-Formal, susunan materi/ bahan pembelajaran, metode dan teknik serta media pembelajaran, dan teknik penilaian hasil pembelajaran.

2) Masukan mentah (raw input) adalah calon peserta Pendidikan Non-Formal. Calon warga belajar Pendidikan Non-Formal dapat dikaji dari segi karakteristik internal dan karakteristik eksternalnya.

3) Masukan lingkungan (environmental input) yaitu faktor lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan/ pembelajaran, meliputi lingkungan sosial, budaya, alam, kewilayahan, dan kelembagaan. Lingkungan sosial yaitu manusia dan kehidupannya. Lingkungan ini mencakup manusia secara perorangan, kelompok, komunitas, dan masyarakat dengan berbagai aspek kehidupannya. Lingkungan budaya meliputi hasil kegiatan atau ciptaan akal budi dan daya manusia yang diyakini baik dan bermanfaat.

4) Proses (process) Pendidikan Non-Formal berkaitan dengan interaksi edukasi antara masukan sarana, terutama pelatih, dengan masukan mentah yaitu pesaerta didik Pendidikan Non- Formal. Interaksi yang dilakukan pendidik adalah untuk membantu warga belajar melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan latihan sehingga warga belajar nonformal melakukan

(2)

kegiatan belajar selama pendidikan. Kegiatan belajar ini diharapkan dapat dilakukan secara berlanjut setelah warga belajar selesai mengikuti kegiatan Pendidikan Non-Formal.

5) Keluaran (output) sebagai tujuan antara (intermediate goals) Pendidikan Non- Formal, adalah hasil belajar yang diperoleh warga belajar setelah mereka menempuh kegiatan Pendidikan Non-Formal. Hasil belajar ini mencakup kuantitas lulusan Pendidikan Non-Formal dan kualitas perubahan tingkah laku lulusan. Kuantitas lulusan adalah jumlah orang yang telah mengikuti Pendidikan NonFormal sesuai dengan syarat-syarat kelulusan yang telah ditetapkan penyelenggara Pendidikan Non-Formal.

6) Masukan lain (other input) adalah daya dukung atau sumber-sumber lainnya yang memungkinkan peserta atau lulusan Pendidikan Non-Formal dapat menggunakan kemampuan yang diperoleh dalam pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dan kemajuan hidupnya. Dalam Pendidikan Non-Formal masukan lain berkaitan dengan dunia usaha, lapangan kerja, pengembangan sumber daya mausia, atau pengembangan masyarakat.

7) Pengaruh (outcome) atau dampak yang merupakan “tujuan utama” (ultimate goals) Pendidikan Non-Formal. Pengaruh ini meliputi perubahan sikap dan perilaku lulusan untuk pengembangan dirinya, pembelajaran orang lain, dan pemberdayaan masyarakatnya

REFERENSI:

 Entoh Tohani, M. (n.d.). MATERI PERKULIAHAN PENGEMBANGAN PROGRAM PNF.

 Prof. DR. H. Mustofa Kamil. 2011. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta

 : https://agnis126.blogspot.com

2. - Lifelong learning (belajar sepanjang hayat) adalah konsep tentang belajar terus menerus berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fase- fase perkembangan pada manusia.Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, nonformal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Lifelong learning is a broad concept where education that is flexible, diverse and available at different times and places is pursued

throughout life. Four 'pillars' of education for the future were identified by the Delors report in 1996: learning to know, learning to do, learning to live together (and with others),and learning to be (Evaluate IT, 2004). Artinya bahwa pembelajaran sepanjang hayat adalah sebuah konsep pendidikan yang bersifat fleksibel, dengan waktu dan tempat beragam. Hasil identifikasi yang dilakukan Delors pada tahun 1996 diketahui bahwa terdapat empat pilar masa depan pendidikan:

belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup bersama (dengan orang lain), dan belajar untuk menjadi (Evaluate IT, 2004).

(3)

- Community involvement adalah kekuatan untuk membawa perubahan positif dan terukur baik bagi komunitas tempat Anda beroperasi maupun bisnis Anda. Contoh keterlibatan masyarakat termasuk sumbangan dalam bentuk barang dan keuangan, hari kerja sukarela karyawan, kemitraan nirlaba yang bertahan lama, dan banyak lagi

- Efficient use of resources, Jadi, dalam konteks pendidikan, Efficient use of resources (baik itu keuangan atau kemampuan bawaan siswa) terjadi ketika keluaran yang diamati dari pendidikan (seperti hasil ujian atau nilai tambah) dihasilkan pada tingkat sumber daya yang paling rendah;

penggunaan sumber daya yang efektif memastikan bahwa campuran hasil dari .

REFERENSI :

 Hoerniasih, N. (2019). LIFELONG LEARNING DALAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT UNTUK KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA. Indonesian Journal Of Adult and Community Aducation, 31-39.

 Suharto, T. (2005). KONSEP DASAR PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT.

Jurnal Ilmiah Pendidikan, 323-346.

 Werdiningsih, R. (2020). Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Pendekatan Community Based Education. public service and governance journal, 1-17.

 https://ccc.bc.edu , https://link.springer.com

3. Asas- asas pendidikan

 ASAS KEBUTUHAN

Banyak para ahli mengemukakan pengertian kebutuhan diantaranya Sudjana (1991) kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi. Pendapat yang lain mengemukakan kebutuhan adalah jarak antara hal yang diinginkan dengan kenyataan yang ada.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tersebut dapatlah diambil semacam kesimpulan bahwa kebutuhan itu dalam kehidupan manusia adalah sesuatu yang pokok yang sangat perlu untuk dipenuhi, jika tidak kehidupan seseorang akan terancam dan orang tersebut tidak merasa puas dan bahagia. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari pemenuhan kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang sangat pokok sekali, makanya kebutuhan akan makan merupakan kebutuhan yang pertama sekali dipenuhi seseorang sebelum orang itu memenuhi kebutuhan lainnya. Kemudian kebutuhan yang juga merupakan kebutuhan yang paling penting pula dalam kehidupan manusia adalah kebutuhan akan pekerjaan,

(4)

karena pekerjaan ini adalah sebagai kunci untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya.

 ASAS RELEVANSI dan PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Pendidikan luar sekolah sebagai bagian penting dari program pengembangan masyarakat mengandung makna bahwa setiap kebijakan dan kegiatan pengembangan masyarakat memuat pula kebijakan dari program pendidikan luar sekolah. Dengan demikian pendidikan luar sekolah merupakan upaya yang disengaja untuk membantu masyarakat agar mereka dapat merubah sikap dan prilaku membangun dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya.

Asas relevansi dengan pengembangan masyarakat mengandung 2 makna. Pertama, bahwa kehadiran pendidikan luar sekolah di dasarkan atas tuntutan dengan

pengembangan masyrakat. Sebagaimana telah dikemukakan pada bahagian terdahulu bahwa pendidikan luar sekolah merupakan subsistem dari sistem pendidikan nasional.

Pendidikan luar sekolah juga sngat penting keberadaannya dalam masyarakat. Kedua, program-program pendidikan luar sekolah berfungsi untuk menggarap sumber daya manusia dan dalam laju pengembangan masyarakat. Banyak kegiatan-kegiatan pendidikan luar sekolah di dalam masyarakat secara keseluruhan mengembangkan sumber daya manusia. Misalnya adanya kelompok-kelompok belajar dalam masyarakat, pendidikan kesetaraan(paket A,B,C), pendidikan ke agamaan dimesjid-mesjid dan banyak lagi yang lain, kegiatan pendidikan luar sekolah baik terprogram maupun yang tidak terprogram.

 ASAS WAWASAN KE MASA DEPAN

Asas ini memberi arah bahwa pendidikan luar sekolah berorientasi pada perubahan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Walaupun keadaan masa depan itu baru merupakan alternatif kemungkinan,. Namun keadaan tersebut dapat dipelajari dari berbagai kecenderungan perubahan dalam berbagai aspekkehidupan yang terjadi dalam lingkungan alam pada saat ini.

Masa depan sebagai kurun waktu yang akan dialami oleh umat manusia, merupakan saat yang sarat dengan harapan dan pertanyaan. Di satu pihak bahwa suatu individu,

masyarakat dan bangsa mengharapakan kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Segala upaya yang dilakukan saat ini pada dasarnya ia lah untukmencapai kehidupan masa yang akan datang yang keadaannya diharapkan lebih baik dari yang dialami pada masa

sekarang. Dilain pihak keadaan lebih baik di masa depan itu sulit untuk dipastikan karena kurun waktu tersebut berada diluar pengalaman manusia. Walupun demikian masa depan itu masih sangat belum pasti, tapi kita harus sudah dapat memprediksi dari

kecendrungan-kecendrungaqn yang terjadi saat sekarang. Masad depan itu ditandai dengan adanya ciri-ciri antara lain: kecendrungan globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, arus komunikasi yang semakin cepat dan padat, serta penigkatan pelayanan yang professional.

 AZAS PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

(5)

Asas Pendidikan Sepanjang Hayat artinya pendidikan ini hanya berakhir tatkala manusia meninggalkan dunia ini. Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar

perubahan melainkan untuk tercapainya kepuasan bagi setiap orang yang melakukannya.

Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah sebagai kekuatan motivasi bagi peserta didik agar ia dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dan arahan oleh dirinya sendiri (self directed learning) dengan cara berpikir dan berbuat dalam kehidupannya.

Pendidikan sepanjang hayat (life long education) yang dimunculkan dalam dunia pendidikan pada tahun enam puluhan oleh para perencana pendidikan, sebenarnya telah merupakan fenomena yang alamiah dalam kehidupan manusia. Kenyataan ini memberi petunjuk mengenai pentingnya belajar sepanjang hayat (life long learning) di dalam kehidupan manusia di dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar (educational needs).

Dapat dikemukakan secara singkat bahwa kehadiran pendidikan sepanjang hayat disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang selama alur kehidupan manusia.Implikasi dalam kaitan

penerapan asas belajar sepanjang hayat, belajar sepanjang hayat menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang berkesinambungan, sedangkan

“sekolah” hanya merupakan sebagian dari keseluruhan proses belajar yang dialami oleh seseorang selama hidupnya.

REFERENSI:

 Sumber Jawaban : Sahroni, Hiristiani. 2016. Pengertian dan Asas Pendidikan Luar Sekolah.

 Ativa, Titik. 2012. AZAS-AZAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH.

 Sudjana, D. (2004). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung : PT. Falah Production.

4. Empat pilar yang dicetuskan oleh UNESCO yang dirumuskan secara berjenjang, yaitu:

 Belajar melakukan sesuatu (learning to do)

Akan mampu berjalan jika pihak lembaga pendidikan memfasilitasi para peserta didik untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya.

Semua anak unik dan memiliki kelebihannya masing-masing. Kerampilan ini dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih

(6)

dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan individu kedepannya.

 Belajar mengetahu (learning to know)

Dalam definisi ini memiliki arti belajar itu harus mampu memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian yang dalam. Hal ini dapat diartikan bahwa peserta didik harus memiliki pemahaman (midnset) yang bermakna terhadap proses pendidikan mereka.

 Belajar menjadi sesuatu (learning to be)

Dalam pembelajaran ini memiliki hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi

lingkungannya. Bagi anak yang aktif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran tenaga pendidik sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri peserta didik secara maksimal.

 Belajar hidup bersama (learning to live together)

Belajar hidup bersama berarti peserta didik sudah harus dibiasakan untuk hidup bersama, saling bekerja sama, saling menghargai, memberi dan menerima, perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses belajar untuk menjalani kehidupan bersama sehingga mampu mecapai tujuan pembelajaran.

Penerapan keempat pilar ini dirasakan perlu dan sangat penting dalam menghadapi era globalisasi dan era industri 4.0. Perlu adanya pemupukkan sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang bersumber pada hal-hal tersebut. Pendidikan yang diterapkan juga harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kebutuhan dari daerah tempat dilangsungkan pendidikan. Sehingga unsur muatan lokal yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan daerah setempat.

(7)

REFERENSI:

 LAKSANA, Sigit Dwi. Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) Dan Tiga Pilar Pendidikan Islam. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 2016, 6.1.

 Aqshadigrama. M. (2018).Integrasi Empat Pilar Unesco dalam Sistem Pendidikan Indonesia. radarjogja. jawapos. Com

 Juliani, Wikanti Iffah, and Hendro Widodo. "Integrasi empat pilar pendidikan (unesco) melalui pendidikan holistik berbasis karakter di smp muhammadiyah 1 prambanan." Jurnal Pendidikan Islam 10.2 (2019).

 https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/upload/download-

Referensi

Dokumen terkait