• Tidak ada hasil yang ditemukan

UAS Mata Kuliah Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Semester Genap TA 2022/2023

N/A
N/A
Dini Arianti

Academic year: 2023

Membagikan "UAS Mata Kuliah Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Semester Genap TA 2022/2023 "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UAS Mata Kuliah Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Semester Genap TA 2022/2023

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Kalimantan

Dosen : Dwinsani Pratiwi Astha, S.T., M.T.

Dr. Eng. Arief Hidayat, ST., MT.

Waktu : paling lambat di upload hari Rabu, 21 Juni 2023, jam 10.00 WITA

Sifat : Open book Dikumpul dalam bentuk pdf. Jawaban disertai oleh gambar, tabel, grafik bila perlu.

Nama : Dini Arianti NIM : 08201024 Kelas : A

Soal

1. CPMK ke 5 dan 6

Dalam Permen ATR/BPN No 9 Tahun 2017 tentang Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang, telah diatur ketentuan serta tata cara pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang. Menurut pendapat anda, bagaimana penerapan teknik evaluasi tersebut dalam produk tata ruang yang ada? Apakah telah sesuai atau belum?

Bobot : 15 Jawab:

Menurut pendapat saya, penerapan teknik evaluasi pada permen ATR/BPN Nomor 9 Tahun 2017 sudah sesuai seperti evaluasi dengan menggunakan matriks persandingan.

Matriks persandingan program merupakan penyandingan indikasi program dalam RTR yang telah ditetapkan dengan kondisi aktual yang diindikasikan dalam program pembangunan dan/atau dokumen informasi pertanahan. Indikasi program dalam dokumen RTR yang telah ditetapkan meliputi semua jenis program dan lokasi program yang direncanakan dalam periode 5 (lima) tahun pada saat pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang dilakukan. Penilaian kesesuaian program pemanfaatan ruang dilakukan dengan

mengidentifikasi program pembangunan yang sesuai dengan indikasi program dalam RTR dan menilai kesesuaian program pembangunan dengan menegaskan keberadaan program pembangunan sektor yang sesuai dengan indikasi program dalam RTR, dengan nilai 100%

(2)

(seratus persen) jika sesuai atau 0% (nol persen) jika tidak sesuai. Disamping itu, terdapat penilaian teknik evaluasi dengan menggunakan teknik evaluasi finansial (cost benefit analysis) yang dapat ditambahkan dimana teknik evaluasi ini dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya yang terkait. CBA dapat membantu dalam mengoptimalkan penggunaan anggaran proyek, mengidentifikasi dampak ekonomi dari sisi keuntungan atau kerugian dari program yang dipertimbangkan. Prinsip dari CBA sendiri kebijakan yang diambil tidak merugikan bagian masyarakat manapun dan manfaat yang dihasilkan diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam hal ini kebijakan memiliki keuntungan yang tinggi. Kelebihan metode ini dapat diukur secara akurat dalam efisiensi ekonoi. Dengan metode ini akan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan dan regulasi untuk mendapakatkan alternatif kebijakan yang terbaik.

2. CPMK ke 6

Carilah studi kasus yang telah terjadi mengenai KKPR. Tentukan klasifikasi KKPRnya dan jelaskan pemanfaatan ruang untuk KKPR tersebut!

Bobot : 30 Jawab:

Studi kasus mengenai KKPR yakni pada KKPR Strategis Nasional untuk Pembangunan Tol Gilimanuk-Negara-Mengwi. KKPR ini termasuk klasifikasi KKPR Strategis Nasional dengan pemanfaatan ruang sebagai Proyek Kawasan Strategis Nasional dengan pembangunan jalan tol sepanjang 96,84 km. Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi terbagi menjadi 3 Seksi. Dengan Seksi 1 Gilimanuk-Pekutatan sepanjang 53,6 km, Seksi 2 Pekutatan-Soka sepanjang 24,3 km dan Seksi 3 Soka-Mengwi sepanjang 18,9

km. Pembangunan jalan tol ini untuk meningkatkan konektivitas antar Kabupaten di Bali serta memperpendek jarak tempuh menuju kawasan Denpasar. Jalan tol ini juga memiliki dampak positif dalam peningkatan investasi pembangunan, peningkatan lapangan kerja, efisiensi jarak dan waktu tempuh logistik bahkan akan mampu memicu timbulnya destinasi wisata baru serta pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru dan menyeimbangkan

pembangunan antar wilayah di provinsi Bali. Adapun mekanisme perolehan KKPR untuk proyek strategis nasional dimana pemohon mengajukan permohonan KKPR secara manual ke Menteri ATR/BPN lebih spesifik lagi kepada Dirjen Tata Ruang. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan kelengkapan permohonan oleh ditjen tata ruang selama 20 hari kerja. Dalam hal ini studi kasus lokasi yang ada tidak termuat di RTR sehingga permohonan KKPR diproses secara manual berdasarkan asas penataan ruang di ditjen tata ruang dalam waktu 20 hari kerja dan akan menerbitkan rekomendasi KKPR sebagai berikut.

(3)

3. CPMK ke 6

Pelajari bahan ajar tentang instrument pengendalian. Instrumen pengendalian tata ruang adalah perizinan, insentif, disinsentif, sanksi, serta Peraturan Zonasi. Setelah disahkannya UU Cipta kerja dan PP 21 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, instrumen pengendalian untuk tata ruang mengalami perubahan.

a. Jelaskan masing-masing instrument pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan yang baru!

Bobot : 30

b. Cari dan bahas mengenai penerapan salah satu instrument pengendalian pemanfaatan ruang!

Bobot : 25 Jawab:

a. Instrumen pengendalian pemanfaatan ruang menurut PP 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang terbagi menjadi 5, yakni:

1. Penilaian Pelaksanaan KKPR

Penilaian pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dilaksanakan untuk memastikan kepatuhan pelaksanaan ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pernanfaatan Ruang dan pemenuhan prosedur perolehan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang mana

dilakukan dalam hal hasil penilaian kepatuhan ketentuan KKPR jika terdapat ketidakpatuhan.

Dalam hal ini KKPR tidak akan diterbitkan apabila tidak melalui prosedur yang benar dan KKPR akan dibatakan jika tidak sesuai akibat perubahan RTR. KKPR yang dibatalkan dapat dimintakan ganti kerugian yang layak. Penilaian kepatuhan pelasanaan ketentuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang doumen yang diperlukan untuk dinilai adalah; 1) KKKPR dengan instrumen penilaian yakni lokasi kegiatan, jenis kegiatan, KDB dan KLB, ketentuan

(4)

tata bangunan, persyaratan pelaksanaan kegiatan, 2) PKKPR dengan instrument penilaian yakni lokasi usaha, luas tanah yang disetujui, jenis peruntukan pemanfaatan ruang, KDB &

KLB maks, persyaratan pelaksanaan kegiatan, GSB, jarak bebas bangunan, KDH, KTB maks, jaringan utilitas, ketinggian bangunan Gedung maks. Dan 3) RKKPR dengan instrument penilaian yakni lokasi kegiatan, jenis peruntukan pemanfaatan ruang, KDB dan KLB, serta persyaratan pelaksanaan kegiatan. Periode pelaksanaan KKPR selama

pembangunan dilakukan untuk memastikan kepatuhan pelaksanaan dalam memenuhi ketentuan KKPR, dan dilakukan paling lambat 2 tahun sejak diterbitkannya KKPR dimana dengan catatan ditemukan inkosistensi/tidak dilaksanakan dilakukan penyesuaian. Apabila hasil penilaian diketahui penetapan hasil dengan kategori patuh maka pembangunan akan dilanjutkan. Apabila terindikasi tidak patuh maka diberikan waktu untuk melengkapi kajian dampak, resiko dan nilai tambah serta pembangunan akan disesuaiakan. Apabila menerima penilaian keberatan dan menolak pembangunan dilanjutkan dengan catatan, apabila diterima sebagian maka pembangunan dilanjutkan dengan catatan, dan apabila diterima maka akan disesuaikan kkpr. Sedangkan pasca pembangunan dilakukan untuk memastikan kepatuhan hasil pembangunan dengan ketentuan dalam KKPR dimana catatan apabila ditemukan inkonsisteni maka akan dilakukan pengenaan sanksi. Dalam hal ini penilaian dampak berdasarkan laporan atau pengaduan masyrakat, temuan petugas yang membidangi penataan ruang atau hasil pertimbangan forum penataan ruang. Dari penetapan hasil jika dikategorikan tidak berdampak negatif maka penetapan hasil akan menghasilkan pemanfaatan ruang

dilanjutkan. Dalam pemenuhan prosedur perolehan KKPR apabila terindikasi patuh dari segi pelaksanaan dan pemenuhan prosedur maka penyesuaian pemnafaatan ruang sesuai dengan rekomendasi kajian dampak dan dilakukan pengawasan pada pembatalan KKPR saat apabila terindikasi berdampak negatif. Sedangkan dalam pelaksanaan tidak patuh akan

direkomendasikan dengan melengkapi kajian dampak, resiko dan nilai tambah. Apabila menerima hasil penilaian dengan keberatan dengan catatan ditolak maka akan diberikan sanksi, diterima sebagian maka pemanfaat ruang dilanjtkan dengan catatan dan apabila menerima sepenuhnya makan akan dilanjutkan dengan penyesuaian KKPR. Selain itu, dalam pemenuhin prosedur perolehan KKPR apabila langsung terindikasi tidak patuh maka KKPR akan langsung dibatalkan demi hukum. Selain itu, untuk menilai dampak kegiatan

pemanfaatan ruang dengan situasi adanya kerawanan sosial, gangguan keamanan, kerusakan lingkungan hidup, gangguan terhadap fungsi objek vital nasional. Penilai dari pelaksanaan KKPR dari pemerintah pusat dapat didelegasikan kepada pemerintah daerah sesuai

kewenangannya. Hasil penilaian dari penilaian pelaksanaan KKPRakan menghasilkan hasil penilaian pernyataan mandiri UMK yang akan dituangkan dalam bentuk tekstual dan spasial.

Penetapan hasil penilaian pelaksanaan KKPR akan dituangkan kedalam berita acara dan disahkan melalui surat keputusan dalam waktu 3 bulan yang dikeluarkan berdasarkan hasil berita acara penilaian pelaksanaan ketentuan KKPR, dan berita acara penilaian pemenuhan prosedur perolehan.

Pada penilaian pernyataan mandiri pelaku UMK dilaksanakan untuk memastikan kebenaran pernyataan mandiri yang dibuat oleh pelaku UMK dalam hal ini penilaian dilakukan apabila ditemukan ketidaksesuaian dan selanjutnya akan dilakukan pembinaan.

Waktu penilaian pernyataan mandiri UMK paling lambat satu tahun setelah dokumen

(5)

pernyataan dibuat. Penilaian PMP-UMK untuk memastikan kebenaran pernyataan mandiri yang dibuat oleh pelaku UMK dan paling lambat 1 (satu) tahun setelah dokumen PMP-UMK dibuat sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan dimana memeriksa kesesuaian pernyataan kegiatan usaha dan lokasi kegiatan dengan ketentuan dalam rencana tata ruang. Dalam pemeriksaan apabila ditemukan ketidakbenaran maka akan dilakukan pembinaan berupa penyuluhan oleh kementerian atau Lembaga atau perangkat daerah atau pembinaan lainnya.

Apabila sudah sesuai maka akan dapat dilaksanakan dengan menggunakan APBN/APBD, biaya dari pelaku UMK dan sumber lain yang sah sesuai hukum berlaku.

2. Penilaian Perwujudan RTR

Penilaian perwujudan RTR terbagi menjadi penilaian rencana struktur ruang dan rencana pola ruang dengan melakukan tahapan penilaian dengan pengumpulan data dan informasi, penyusunan matriks persandingan program, dan penilaian perwujudan rencana struktur ruang dan pola ruang. Penilaian dilakukan dengan penyandingan pelaksanaan program sistem jaringan prasarana dan penyandingan terhadap pelaksanaan yang meliputi program pengelolaan lingkungan, pembangunan berdasarkan perizinan berusaha dan hak atas tanah. Dalam penilaian ini akan dituangkan secara tekstual berupa narasi/tabular dan spasial.

Hasil penilaian pelaksanaan KKPR dan penilaian perwujudan RTR dilakukan dengan pengendalian implikasi kewilayahan meliputi konsentrasi pemanfaatan ruang tertentu pada wilayah tertentu yang tidak sesuai dengan scenario perwujudan RTR serta dominasi kegiatan pemanfaatan ruang tertentu yang dilakukan pada zona kendali dan zona yang didorong. Pada pelaksanaan penilaian akan dilakukan secara periodic dan menerus 1x dalam 5 tahun dan lebih dari 1x dalam 5 tahun tergantung pada perubahan kebijakan yang bersifat strategis nasional. Pada penilaian perwujudan rencana struktur ruang dan polar uang dengan melakukan 1) Sinkronisasi IPU. Dalam hal ini penyelarasan muatan program, lokasi, dan waktu indikasi program utama struktur ruang dengan muatan rencana struktur ruang maupun pola ruang. Apabila diperoleh tidak selaras akan dilakukan penyelarasan dan

direkomendasikan untuk PK dan revisi RTR. Hasil yang didapat akan berbentuk peta

perwujudan rencana struktur ruang atau pola ruang dan matriks sinkronisasi IPU dan rencana struktur ruang dan pola ruang, dan persandingan dengan hasil perwujudan struktur ruang dan pola ruang. 2) Penilaian perwujudan rencana struktur ruang dan pola ruang ini dilakukan dengan penyandingan kondisi aktual atau realisasi pembangunan sistem jaringan prasarana dan kawasan peruntukan lindung dan budidaya. Pada penilaian implikasi kewilayahan bagian konsentrasi pemanfaatan ruang yang ditentukan dengan cara delineasi densitas pemanfaatan ruang terhadap sebaran KKPR dan perwujudan struktur dan pola ruang berdasarkan

pengamatan visual dan pertimbangan jumlah dan kedekatan jarak, serta menggunakan GIS serta mengidentifikasi konsentrasi pemanfaatan ruang berdasarkan skala penilaian tinggi, sedang, rendah, dan tidak terjadi konsentrasi. Selain itu, dilakukan penyandingan hasil analisis daya dukung dan daya tampung. Dominasi pemanfaatan ruang tertentu ditentukan dengan cara penentuan jenis-jenis kegiatan pemanfaatan ruang dalam setiap deliniase konsentrasi pemanfaatan ruang, perhitungan persentase luasana jenis-jenis kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dan tidak sesuai dengan peruntukan ruang. Penentuan satu jenis kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dan memiliki persentase luasan terbesar dibanding persentas luasan jenis kegiatan pemanfaaatan ruang yang sesuai dengan

(6)

peruntukan. Pada penilaian dampak negatif merupakan hasil penilaian dampak negatif kegiatan pemanfaatan ruang pada penilaian pelaksanaan KKPR. Perangkat pengendalian pemanfaatan ruang disusun atas delineasi wilayah pengendalian, ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, ketentuan pengenaan sanksi dan/atau pengawasan pembangunan, pembinaan, koordinasi dan Kerjasama serta peran masyarakat. Hasil yang ada akan dituangkan ke dalam bentuk berita acara dan akan menjadi dasar penerapan perangkat pengendalian pemanfaaatan ruang, masukan untuk PK atau revisi RTR, dan masukan terhadap kegiatan penerbitan pemanfaatan ruang

3. Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pemberian insentif dan disinsentif diselenggarakan untuk meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan tata ruang yang sesuai dengan rencana, memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang, dan meningkatkan kemitraan pada semua pemangku kepentingan. Pemberian insentif dan disinsentif dilaksanakan untuk tindak lanjut pengendalian implikasi kewilayahan, tindak lanjut implikasi kebijakan atau rencana strategis nasional, tindak lanjut hasil kesepakatan sengketa penataan ruang, dan mendukung penerapan sanksi administrasi terhadap

pelanggaran pemanfaatan ruang. Insentif sendiri didefinisikan sebagai perangkat untuk memotivasi, mendorong, memberikan daya tarik atau memberikan percepatan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki nilai tambah pada zona yang perlu didorong pengembangannya. Sedangkan disinsentif yakni perangkat untuk mencegah atau memberikan Batasan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan RTR dalam hal ini berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. Insentif dapat berupa fiskal dan non fiskal. Kewenangan pemberian sendiri meliputi pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat. Pemberian insentif dapat melalui skema 1) Pemberian kompensasi dengan tujuan mendorong peran masyarakat dalam penyediaan prasarana, fasilitas publik tertentu dan ruang terbuka public yang melebihi ketentuan minimal yang dipersyaratkan, dan meningkatkan kemitraan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat dalam percepatan perwujudan RTR. Ketentuan pemberian kompensasi meliputi lokasi, jenis kegiatan

pemanfaatan ruang, bentuk kompensasi, dan besaran dan mekanisme kompensasi. 2) Subsidi dengan tujuan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang prioritas yang mendukung

perwujudan RTR, Upaya perwujudan pemerataan pembangunan, dan perwujudan

pemanfaatan ruang pasca bencana alam. 3) Imbalan bertujuan memberikan daya tarik bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung perwujudan fungsi lindung kawasan di lokasi tertentu, dan mendorong serta meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam perwujudan dan pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di kawasan kritis lingkungan. 4) Sewa Ruang bertujuan mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara dan barang miliki daerah dalam mendorong perwujudan RTR dan memberikan kemudahan dan daya tarik bagi pengembangan kawasan baru yang sulit berkembang dimana asetnya banyak dikuasai oleh pemerintah. 5) Urun Saham bertujuan untuk memperkuat atau meningkatkan modal kegiatan pemanfaatan ruang yang perlu didorong perwujudannya, meningkatkan peran masyrakat serta menciptakan rasa memiliki masyarakat terhadap guna lahan tertentu dan mencegah alih fungsi lahan pada kawasan tertentu yang disebabkan oleh keterbatasan sumber daya. 6) Penyediaan Prasarana dan Sarana bertujuan memberikan daya

(7)

tarik berupa kelengkapan prasarana dan sarana untuk mempercepat perwujudan kawasan, penguatan struktur ruang dalam mendorong perwujudan kawasan sesuai dengan RTR, dan memberikan efek berganda pada percepatan pembangunan daerah. 7) Pemberian penghargaan bertujuan untuk memotivasi pemerintah daerah agar memiliki kinerja penyelenggaraan penataan ruang yang baik dan berkualitas, memberikan bantuan finansial dan nonfinansial dalam mempertahankan atau meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan ruang, dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perwujudan RTR. 8) Publikasi atau Promosi yang bertujuan memperkenalkan atau mempromosikan suatu kawasan dan mendorong perwujudan kawasan dan kegiatan prioritas nasional dan daerah. Sedangkan dalam bentuk disinsentif dengan skema 1) Kewajiban memberi kompensasi atau imlana yang bertujuan untuk mengatisipasi kerusakan dan degradasi lingkungan serta dampak negatif lainnya dari

pemanfaatan ruang, dan mencegah kerugian yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang. 2) Pembatasan Penyediaan Prasarana dan Sarana bertujuan untuk mengurangi daya tarik dan daya saing kawasan tertentu, mencegah, membatasi, dan mengurangi pembangunan pada kawasan yang dibatasi pengembangannya sesuai dengan RTR dan mengarahkan

pembangunan. 3) Pemberian Status Tertentu yang bertujuan untuk mengurangi daya tarik kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana, mencegah, membatasi,

mengurangi kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana, dan meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan ruang. Hasil pemantauan dan evaluasi akan dilaporkan secara berjenjang paling sedikit 1 kali dalam 1 tahun.

4. Pengenaan Sanksi

Pengenaan sanksi berupa sanksi administratif yang dikenakan kepada setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang dengan catatan tidak memiliki kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dan tidak mematuhi ketentuan dalam muatan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang serta Setiap orang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan dinyatakan sebagai miliki umum. Dasar pengenaan sanksi administratif meliputi hasil temuan atau pengamatan langsung di lapangan, hasil penilaian pelaksanaan KKPR, hasil pengawasan penataan ruang, hasil audit tata ruang, dan pengaduan atau pelaporan

masyarakat. Adapun kriteria pengenaan sanksi administrative berupa dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran pemanfaaatan ruang, nilai manfaat pemberian sanksi administratif yang diberikan terhadap pemanfaatan ruang, dan kerugian publik yang

ditimbulkan akibat pelanggaran pemanfaatan ruang. Selain itu, klasifikasi pengenaan sanksi administratif ditentukan dari penilaian besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran pemanfaat ruang, nilai manfaat pengenaan sanksi administratif yang diberikan terhadap pemanfaatan ruang dan kerugian public yang ditimbulkan akibat pelanggaran pemanfaatan ruang, menentukan jenis sanksi administrative yang akan dikenakan terhadap pelanggaraan pemanfaatan ruang dan menentukan tenggat waktu yang diberikan pada setiap jenis sanksi administrative yang diberikan dalam hal hasil penilaian. Klasifikasi akan

dituangkan dalam bentuk tabel. Dalam tahapan pengenaan sanksi administratif meliputi tahapan pelaksanaan inventarisasi kasus, pengumpulan dan pendalaman materi data dan informasi, penyusunan kajian teknis dan kajian hukum, penetapan Tindakan sanksi, penyelenggaraan forum sosialisasi, dan pengenaan sanksi administratif. Adapun dasar

(8)

pengenaan sanksi administratif dibagi menjadi langsung, bertahap, dan kumulatif. Sanksi yang dilakukan seperti peringatan tertulis, denda administrative, pengehntian sementara kegiatan dan penghentian sementara pelayanan umum, penutupan lokasi, pembatalan KKPR, pencabutan KKPR, pembongkaran bangunan, dan pemulihan fungsi ruang.

5. Penyelesaian Sengketa

Dalam hal ini kriteria sengketa meliputi perselisihan yang terjadi akibat adanya perubahan kebijakan, perselisihan yang terjadi akibat pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang seperti eksternalitas atau dampak kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTR.

Tahapan pertama meliputi musyawarah mufakat, dan negosiasi. Tahapan diluar pengadilan berupa mediasi dan konsiliasi. Subjek sengketa diantaranya orang perseorang, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Perselisihan yang terjadi akibat pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang merupakan eksternalitas dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTR yang mana terjadi akibat adanya perubahan kebijakan seperti perubahan RTR, perubahan kebijakan sektoral, dan perubahan kebijakan pembangunan. Dalam upaya penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap pertaman diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat kemudian apabila tidak memperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya melalui pengadilan atau di luar pengadilan (negosiasi, mediasi, dan/atau konsiliasi).

b. Penerapan salah satu instrument pengendalian pemanfaatan ruang berupa pemberian insentif dan disinsentif pada kawasan pariwisata pesisir di pantai amahami dan niu di Kota Bima. Kota Bima perlu mengeluarkan regulasi yang khusus mengatur pemberian insentif dan disinsentif pada suatu kawasan pemanfaatan ruang secara lengkap.

Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan pariwisata pesisir pantai Amahami dan Ni’u perlu dilakukan mengingat daerah tersebut merupakan salah satu kawasan

strategis pariwisata dan kawasan strategis perekonomian yang ada di Kota Bima, dengan dilakukannya suatu pengendalian diharapkan pemanfaatan ruang yang ada pada kawasan tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana pola ruang Rasanae Barat, salah satu instrumen yang tepat untuk digunakan yakni instrumen insentif dan disinsentif, dimana instrumen insentif diberikan kepada pemerintah ataupun masyarakat yang taat dan tertib terhadap tata ruang, sedangkan disinsentif diberikan kepada pemerintah ataupun masyarakat yang tidak tertib atau melanggar tata ruang. Tujuan pemberian insentif dan disinsentif pada suatu kawasan diataranya pada kawasan pariwisata dengan pemberian insentif non fiskal berupa pengadaan sarana dan prasarana penunjang aktivitas pariwisata agar dapat menonjolkan kawasan Amahami Ni’u sebagai kawasan pariwisata seperti penamaan nama-nama pantai yang dibangun tepat berada pada kawasan pantai tersebut seperti pada kota-kota besar. Pada kawasan permukiman pemberian insentif non fiskal berpa pengadaan sarana dan prasarana yang dimaksud untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat kawasan permukiman seperti pembuatan wc umum dan lampu jalan karena pada kawasan permukiman tersebut masih ada warga yang tidak punya wc pribadi dan penerangan di kawasan tersebut masih kurang. Selain itu, pada lingkungan sekolah diberikan pembangunan sanitasi

(9)

sekolah dan juga ditekankan berupa penghargaan kepada siswa berupa beasiswa dan penghargaan kepada guru sehingga meningkatkan minat siswa dan guru dalam belajar dan mengajar. Pada kawasan RTH pemberian insentif non fiskal berupa pengadaan sarana dan prasarana guna meningkatkan kualitas RTH seperti penanaman bakau. Pada kawasan Industri Pergudangan diberikan insentif non fiskal berupa kemudahan dalam perizinan karena keberadaannya yang sudah sangat lama serta berfungsi bagi kebutuhan energi masyarakat Kota Bima. Pada kawasan perekonomian diberikan pemberian insentif berupa keringanan pajak. Sedangkan pada pemberian disinsentif pada kawasan industri depo minyak dan gas pada lokasi Amahami Ni’u berupa pengenaan pajak yang tinggi dikarenakan kawasan tersebt masih dalam kawasan sempadan pantai dan

pemberian pengenaan kompensasi serta pengenaan pajak yang tinggi pada PLTD Ni’u dikarenakan kawasan masih dalam kawasan sempadan pantai.

Referensi

Dokumen terkait

Parliamentary Joint Committee on Intelligence and Security Inquiry into the Surveillance Legislation Amendment Identify and Disrupt Bill 2020 ANSWERS TO QUESTIONS ON NOTICE Office

4.1087 Ilmy Amiqoh Ilmu Administrasi Publik 4.1088 Dikhla Rif`A Ilmu Administrasi Publik 2.39 4.1089 Elfananda Istiqlalia Ilmu Administrasi Publik 4.1090 Hamida Condrowati Jayadi