• Tidak ada hasil yang ditemukan

uji cemaran bakteriologis pada jamu tradisional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "uji cemaran bakteriologis pada jamu tradisional"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Jenis dan Bahan Jamu Tradisional

Jenis-jenis jamu tradisional yaitu jenis jamu bawa atau menjajakan yang biasa dijual oleh para penjual jamu sangat bervariasi. Hal ini tergantung dari kebiasaan yang mereka pelajari dari pengalaman mengenai jamu yang mereka minati dan pesanan yang diminta konsumen. Beberapa jenis jamu yang dimaksud antara lain gulai ken, cabai puyang, laos kudu, kunci siruh, uyup-uyup atau gepyokan, kunyit asam, sambiloto dan sinom (Suharmiati, 2003).

Pembuatan jamu tradisional secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu merebus seluruh bahan atau mengekstraksi (memperas) sari buah yang mengandung bahan baku, kemudian mencampurkannya dengan air matang. Rasa pahit dapat dikurangi dengan menambahkan madu, gula merah, gula batu, gula pasir (Suharmiati dkk, 2009). Bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam ramuan jamu beras kencur adalah asam kawak, biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulaga, buah asam jawa, kunci, kayu manis, kunyit, jeruk nipis dan pala.

Cara pengolahannya secara umum tidak jauh berbeda, yaitu air bersama gula merah dan asam kawak dipanaskan hingga mendidih dan dibiarkan dingin. Bahan-bahan lain sesuai komposisi campuran ditumbuk dengan lesung dan alu besi atau batu.

Mikroba Pencemar Jamu

  • Salmonella
  • Shigella
  • Vibrio cholerae
  • Escherichia coli
  • Staphylococcus aureus

Kelompok bakteri ini merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tipus, paratifoid, dan penyakit bawaan makanan yang menyerang saluran cerna yang meliputi lambung, usus halus, dan usus besar. Bakteri ini satu famili dengan Escherichia coli dan beberapa bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan lainnya yaitu Enterobacteriaceae. Habitat alami bakteri disentri adalah usus besar manusia, dimana bakteri tersebut dapat menyebabkan disentri basiler.

Bakteri ini tampak berbentuk seperti koma pada awal isolasi, oleh karena itu Robert Koch menamakan bakteri ini dengan nama Komabacillus. Pada kultur lama, bakteri ini akan muncul dalam bentuk batang lurus mirip dengan bakteri enterik gram negatif. Genus Vibrio terdiri atas non-halofil yang tidak memerlukan garam untuk pertumbuhannya, antara lain Vibrio cholerae, dan halofil yang memerlukan garam untuk pertumbuhannya, antara lain Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio vulnificus (Brooks et al., 2007).

Escherichia coli adalah genus enterobakteri non-motil berbentuk batang, gram negatif, tidak berkapsul. Makanan yang sering terkontaminasi bakteri ini adalah susu, air minum, daging dan keju (Theresa et.al, 2011). Bakteri Escherichia coli menghasilkan fimbriae atau filamen yang merupakan benang hidrofobik dan mempunyai efek panas spesifik atau adhesi organ yang merupakan faktor virulensi.

Dari jumlah feses yang dihasilkan manusia setiap hari (100-150) gram mengandung 3x10-11 (300 miliar) sel bakteri Escherichia coli, sehingga keberadaan bakteri ini di badan air sejajar dengan pencemaran feses. Selain feses, kontaminasi bakteri ini juga berasal dari urin hewan yang dapat mencemari air yang digunakan dalam pengolahan makanan (Kusnadi, 2003). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat (coccus) yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerobik fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, biasanya tumbuh berpasangan atau berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm.

Bakteri Staphylococcus aureus merupakan keracunan makanan yang biasanya terjadi akibat konsumsi racun yang dihasilkan oleh strain toksigenik. Bakteri Staphylococcus aureus umumnya hidup pada permukaan kulit manusia dan hewan sebagai mikrobiota normal, saluran pernafasan (hidung dan tenggorokan), keberadaan bakteri ini pada saluran pernafasan bagian atas dan pada kulit individu jarang menimbulkan penyakit, individu yang sehat hanya berperan sebagai sebuah pembawa. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang dimakan, tangan, kontaminasi dan keracunan makanan dari Staphylococcus aureus juga dapat disebabkan oleh kontaminasi silang.

Aspek Sanitasi Makanan

Selain kontaminasi makanan seperti unggas, daging merah, ikan, susu, organisme yang juga disebabkan oleh orang yang mengolah makanan dapat menyebarkan kontaminasi bakteri (Irianto, 2006). Selain itu juga dapat terjadi kontaminasi silang, mikroba tidak akan berpindah dari tempatnya jika tidak digerakkan oleh media, proses ini disebut dengan kontaminasi silang (Departemen Kesehatan, 2004). Penyebab utama terjadinya kontaminasi silang adalah manusia sebagai penjamah makanan yang mampu memindahkan zat pencemar biologis, kimia, dan fisik ke dalam makanan pada saat makanan tersebut diolah, disiapkan, disiapkan dan disajikan (Wibawa, 2008).

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Metode Penelitian

Prosedur Kerja

  • Persiapan dan Pengambilan Sampel
  • Pelaksanaan Uji Cemaran Bakteriologis
  • Perhitungan Koloni ( Plate Count )
  • Identifikasi Mikroba

Penghitungan koloni dilakukan dengan bantuan alat pencacah koloni, yaitu dengan meletakkan media pada alat dan menyinari alat tersebut. Kemudian instrumen akan secara otomatis menghitung jumlah koloni pada setiap sampel dalam satuan Colony Forming Unit per mililiter (CFU/ml). Identifikasi diawali dengan melakukan pewarnaan gram, diawali dengan fiksasi yaitu mengambil setengah koloni murni dan menempelkannya pada sediaan pada kaca objek.

Selanjutnya pewarnaan gram diawali dengan pembuatan preparat pada kaca objek, gentian violet diteteskan selama 5 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir, ditetesi Lugol selama 1 menit, kemudian dibilas dengan air, dilarutkan dalam larutan aseton alkohol 70% dan ditetesi dengan fuchsin. larutan. Slide diidentifikasi secara mikroskopis dengan perbesaran 100x.Jika bakteri yang ditemukan merupakan bakteri kokus gram positif, maka subkultur dilanjutkan pada media MSA. Apabila ditemukan bakteri batang gram negatif, maka dilanjutkan ke tahap subkultur pada media nutrisi agar untuk memurnikan dan memperbanyak koloni sehingga mencukupi untuk reaksi biokimia.

Setelah bakteri disubkultur, reaksi biokimia dimulai dengan mengambil koloni dan menempatkannya pada setiap tabung yang berisi media reaksi biokimia. Reaksi biokimia yang digunakan terdiri dari 5 jenis reaksi gula (glukosa, laktosa, maltosa, manitol, sukrosa), indol, metil merah, Voges Proskauer, Simon sitrat, urease, uji motilitas dan TSI (triple sugar iron). Hasil reaksi biokimia tersebut kemudian diamati dan disesuaikan dengan tabel reaksi biokimia sesuai pedoman buku identifikasi (Brooks et al., 2007).

Teknik Penyajian Data

11 dari 16 sampel terkontaminasi bakteri patogen yaitu Escherichia coli, Klebsiella oxytoca, Proteus mirabillis, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Dengan adanya penelitian ini disarankan agar para penjual obat herbal tradisional harus menjaga higienitas (tempat pembuatan, peralatan, bahan baku, air, kesehatan dan higienitas tenaga penjualan) dengan lebih ketat mengenai kebersihan diri. Perlu diteliti lebih lanjut sumber cemaran bakteriologis pada jamu tradisional, yaitu dengan menganalisis kebersihan lingkungan, tempat pengolahan jamur dan air yang digunakan.

Selain itu, instansi seperti Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Dinas Kesehatan juga harus lebih meningkatkan pengawasannya terhadap penjual obat-obatan herbal tradisional yang dijual di Kecamatan Medan Selayang. Identifikasi Kontaminasi Basil dan Ragi pada Obat Herbal Gendong Beras Kencur dan Kunyit Asam di Padar Gede Kota Solo. Pengujian Kontaminasi Bakteri dan Jamur/Ragi pada Produk Jamu Gendong di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bahan Baku, Khasiat dan Cara Pengolahan Jamu Gendong: Studi Kasus di Kota Surabaya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Identifikasi jamur dan bakteri total pada jamu tradisional di Pasar Kedonganan Desa Jimbaran Kabupaten Bandung Provinsi Bali. Perbandingan agar garam manitol dan pelat agar darah untuk identifikasi dan uji kerentanan Staphylococcus aureus pada spesimen pasien penderita fibrosis kistik.

Total Tablet Test (ALT) di Jam Gendong Temu Ireng di Desa Tanjung Kecamatan Brebes.

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMPULAN DAN SARA

Saran

Gambar

Gambar 1  Hasil Pengamatan Koloni Bakteri pada Media PCA  ....................      20  Gambar 2 (A) Bakteri berbentuk coccus, gram positif

Referensi

Dokumen terkait

OPTIMIZATION OF THE MANAGEMENT OF MICRO, SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES IN SURABAYA TO INCREASE SALES VOLUME BASED ON MANAGER SKILLS Endang Siswati1, Diana Rapitasari2 1.2 Economic