• Tidak ada hasil yang ditemukan

uji efektivitas ekstrak kulit jengkol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "uji efektivitas ekstrak kulit jengkol"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang

  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Hipotesis Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Senyawa metabolik sekunder pada kulit jengkol adalah senyawa antibakteri dan antijamur. Robinson (1995) juga menyatakan bahwa senyawa tanin pada kulit jengkol bersifat antibakteri. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian (Nurussakinah, 2010) bahwa ekstrak etanol kulit jengkol dapat digunakan sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan Eschericia coli. Berdasarkan uraian di atas, maka telah dilakukan penelitian uji efektivitas Ekstrak Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa) sebagai biofungisida terhadap agen penyebab penyakit layu fusarium (Fusarium oxyospurum), antraknosa. Colletotrichum capsici) dan bercak daun (Cercospora capsici) pada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) secara in vitro.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah aplikasi ekstrak basa jengkob (Pithecellobium jiringa) efektif sebagai biofungisida terhadap penyebab Layu Fusarium (Fusarium oxyospurum), Antraknosa (Colletotrichum capsici) dan Bercak daun (Cercospora capsici) pada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.). Untuk mengetahui efektivitas ekstrak basa jengkol (Pithecellobium jiringa) sebagai biofungisida terhadap penyebab Layu Fusarium (Fusarium oxyospurum), Antraknosa (Colletotrichum capsici) dan Bercak daun (Cercospora capsici) pada tanaman cabai merah (Capsicum annum L). Pemberian ekstrak kulit jengkol (Pithecellobium jiringa) pada media PDA mampu menghambat pertumbuhan jamur patogen penyebab layu Fusarium (Fusarium oxyospurum), penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) dan penyakit bercak daun (Cercospora capsici) pada tanaman cabai merah ( Capsic) sebab, harus dikendalikan tahun L.).

Konsentrasi ekstrak kulit jengkol (Pithecellobium jiringa) diketahui mampu menjadi biofungisida terhadap penyebab penyakit layu fusarium (Fusarium oxyospurum), antraknosa (Colletotrichum capsici) dan bercak daun (Cercospora capsici) pada tanaman cabai merah (Capsicum annum). Sebagai informasi bagi petani mengenai penggunaan pestisida herbal dari kulit jahe terhadap penyakit yang menyerang tanaman cabai merah seperti fusarium, antraknosa dan bercak daun.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jengkol ( Pithecellobium jiringa)

  • Klasifikasi Tanaman Jengkol
  • Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Jengkol
  • Cabai Merah ( Capsicum annuum L.)
  • Penyakit Pada Tanaman Cabai
    • Layu Fusarium ( Fusarium oxysporum )
    • Antraknosa (Colletotrichum capsici)
    • Bercak Daun ( Cercospora capsici )

Budidaya cabai merah pada umumnya berkembang dan produksinya sangat terbatas oleh berbagai jenis serangan hama dan penyakit. Kingdom : Mycetaceae , Divisi : Amastigomycota, Subdivisi : Deuteromycotina, Kelas Forma : Deuteromycetes, Subkelas Forma : Hypomycetidae, Forma-famili : Moniales, Subfamili Forma: Tuberculariaceae, Fussporium, Spesies: Fusporarium, Spesies: f. a) Gejala Layu fusarium pada cabai merah (b) spora makrokonidia (Sumber; Ellis, 2016). Jamur Fusarium sp mempunyai 3 organ reproduksi yaitu mikrokonidia (terdiri dari 1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa) dan klamidospora (hifa yang membengkak).

Di dalam tanah, jamur Fusarium sp dapat bertahan hidup sebagai parasit pada tanaman gulma non inang. Gejala yang terjadi pada tanaman cabai merah yang terserang penyakit layu Fusarium adalah daun menguning mulai dari pinggir daun, kemudian berubah warna menjadi coklat dan perlahan mati kembali hingga urat daun. Agen penyebab penyakit ini menginfeksi tanaman melalui luka pada akar dan masuk ke jaringan xilem melalui aktivitas air sehingga merusak dan menghambat proses penyebaran air dan unsur hara ke seluruh tanaman terutama pada daun tua (Huda, 2010).

Seringkali warna kuning muncul pada salah satu sisi tanaman atau pada daun yang sejajar dengan batang tanaman. Gejala lain pada organ daun antara lain perubahan bentuk dan ukuran bagian daun yang baru terbentuk menjadi lebih pendek, dan terkadang lapisan luar batang terlepas dari permukaan tanah.

Gambar 1.a Pohon Tanaman Jengkol   Sumber : warasfarm.wordpress.com
Gambar 1.a Pohon Tanaman Jengkol Sumber : warasfarm.wordpress.com

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Bahan dan Alat

Metode Penelitian

Jumlah perlakuan : 12 Perlakuan Jumlah sampel kultur Fusarium oxysporum : 36 cawan petri Jumlah sampel kultur Colletotrichum capsici : 36 cawan petri Jumlah sampel kultur Cercospora capsici : 36 cawan petri Jumlah sampel : 108 cawan petri.

Metode Analisa

Prosedur Kerja

  • Penyediaan Ekstrak Kulit Jengkol
  • Pengenceran Ekstrak Pada Perlakuan

Ekstrak yang telah disaring kemudian dipekatkan menggunakan alat vakum putar evaporator sehingga diperoleh ekstrak kulit jengkol dengan konsentrasi 100%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan pada sampel maka akan semakin banyak pula media PDA yang ditambahkan pada media sampel yang diuji. Bagian tanaman yang menunjukkan gejala layu fusarium diambil dari akarnya dan dipotong sepanjang ± 0,5 cm dan direndam dalam alkohol 70% selama 1,5-2 menit untuk mengurangi kontaminasi dengan organisme lain.

Potongan akar cabai kemudian ditumbuhkan dalam media PDA dalam cawan petri dan diinkubasi selama ±7 hari pada suhu 26-28oC. Sebagian buah yang menunjukkan gejala busuk kering dipotong berukuran ± 0,5 x 0,5 cm² dan direndam dalam alkohol 70. Potongan daun cabai kemudian ditumbuhkan dalam media PDA dalam cawan petri dan diinkubasi selama ± 7 hari pada suhu dari 26-28oC.

Bagian daun yang menunjukkan gejala bercak daun cabai dipotong berukuran ± 0,5 x 0,5 cm² dan direndam dalam alkohol 70% selama 2,5 menit untuk mengurangi kontaminasi organisme lain. Dengan cara mencampurkan ekstrak kulit jengkol ke dalam media PDA sesuai konsentrasi perlakuan kemudian disterilkan menggunakan autoklaf (pada kontrol positif tidak ditambahkan ekstrak kulit jengkol, sedangkan pada kontrol negatif fungisida sintetik pada media PDA dicampurkan) . Kemudian potongan kultur Fusarium oxysporum f diletakkan di tengah-tengah media PDA yang telah dibekukan.

Pemeriksaan Flavonoid

Pemeriksaan Tanin

Pemeriksaan Saponin

Pemeriksaan Alkaloid

Pemeriksaan Steroida/triterpenoid

  • Diameter Koloni
  • Persentase Penghambatan
  • Bagan Alur Penelitian 1 Bagan Alur Penelitian 1 Bagan Alur Penelitian
  • Saran

Pemberian ekstrak kulit batang jengkol (Pithecelobium jiringa) dengan perlakuan EJ3 pada konsentrasi 20% nyata menghambat pertumbuhan koloni Colletotrichum capsici yang diberi perlakuan EJ10. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang jengkol (Pithecelobium jiringa) pada konsentrasi 30% tidak berpengaruh terhadap karakteristik morfologi jamur Cercospora capsici. Judul: Program Uji Ekstrak Kulit Jengkol (Pithecellobium Jiringa) Sebagai Biofungisida Terhadap Antraknosa (Colletotrichum Capsici) Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum L).

Hasil uji skrining fitokimia ekstrak kulit batang jengkol (Pithecelobium jiringa) (1) Flavonoid dengan hasil positif (+) dan (2) Tanin dengan hasil positif. Hasil uji skrining fitokimia ekstrak kulit batang jengkol (Pithecelobium jiringa) (3) Saponin dengan hasil positif (+) dan (4) Alkaloid dengan hasil positif. Hasil Uji Screening Fitokimia Ekstrak Kulit Jengkol (Pithecelobium jiringa) Fitokimia (5) Steroid/tripernoid dengan hasil positif (+) dan (6) Glikosida dengan hasil positif.

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK KULIT JENGKOL (Pithecellobium jiringa) SEBAGAI BIOFUNGISIDA TERHADAP LAYU FUSARUM (Fusarium oxysporum), ANTHRACOSE (Colletotrichum capsici). Faktor perlakuan adalah konsentrasi ekstrak kulit batang jengkol berlabel (EJ) yang terdiri dari 12 taraf perlakuan sebagai berikut: EJ0 = kontrol negatif (tidak ada perlakuan PDA 100%) EJ1 = kontrol positif (fungisida PDA sintetik) atau konsentrasi. Daftar perbedaan tersebut menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak kulit batang jengkol (Pithecelobium jiringa) pada media pertumbuhan jamur 2-8 hari setelah inokulasi (HSI) memberikan pengaruh yang sangat nyata.

Rerata diameter pertumbuhan koloni jamur Fusarium oxysporum dengan perlakuan pemberian ekstrak kulit kayu jengkol (Pithecelobium jiringa) pada media pertumbuhan jamur 2-8 hari setelah inokulasi (HSI) selama pengamatan dan pencatatan dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan dengan pemberian jengkol ekstrak kulit kayu pada media pertumbuhan jamur memberikan efek yang sangat nyata 2-8 hari setelah inokulasi. Rerata diameter pertumbuhan koloni jamur Colletotrichum capsici pada perlakuan ekstrak kulit kayu jengkol (Pithecelobium jiringa) pada media pertumbuhan jamur 2–8 hari setelah inokulasi (HSI) selama pengamatan dan pencatatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Dengan pemberian ekstrak kulit jengkol pada media pertumbuhan jamur memberikan pengaruh yang sangat nyata. Hasil observasi menunjukkan bahwa perlakuan EJ3 = ekstrak kulit jengkol (20%) telah memberikan hasil yang dapat menghambat pertumbuhan koloni jamur (Colletotrichum capsici) pada cawan petri, perlakuan EJ0 = kontrol negatif (-) tanpa perlakuan tersebut berbeda sangat nyata dengan perlakuan EJ2 = ekstrak kulit batang jengkol 10%. Rata-rata pertumbuhan diameter koloni jamur Fusarium oxysporum dengan perlakuan ekstrak kulit kayu jengkol (Pithecelobium jiringa) pada media pertumbuhan jamur. Hasil pengamatan diameter pertumbuhan ketiga jamur dengan pemberian ekstrak kulit jengkol pada media pertumbuhan jamur menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi yang berbeda-beda.

Daftar varian tersebut menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak kulit batang jengkol pada media pertumbuhan jamur memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase penghambatan. Rata-rata persentase penghambatan pertumbuhan ketiga jamur dengan perlakuan ekstrak kulit batang jengkol pada media pertumbuhan jamur pada hari ke 8 setelah inokulasi (HSI) selama pengamatan dan notasinya ditunjukkan pada Tabel 5. Pada parameter pengamatan, rata-rata persentase penghambatan pertumbuhan penghambatan ketiga jamur tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. penghambatan pertumbuhan jamur patogen Colletotrichum capsici, Fusarium oxysporum dan Colletotrichum capsici dengan perlakuan ekstrak kulit batang jengkol pada media pertumbuhan jamur memberikan pengaruh yang sangat nyata.

Pada perlakuan EJ6, ekstrak kulit jengkol (50%) jamur patogen Cercospora capsici merupakan perlakuan yang mampu memperlambat pertumbuhan koloni jamur karena setara dengan perlakuan EJ1 kontrol positif (+) fungisida sintetik Benlox 50 WP 0,2%. .

Gambar 5. Teknik Pengukuran Diameter Koloni Fungi.
Gambar 5. Teknik Pengukuran Diameter Koloni Fungi.

Morfologi Karakteristik Koloni Berdasarkan hasil identifikasi

Berdasarkan hasil identifikasi makroskopis morfologi jamur Colletotrichum Capsici, Fusarium oxyosporum dan Cercospora capsici yang berhasil diisolasi dan tidak terkontaminasi pada media PDA tampak berwarna abu-abu dengan miselium berwarna abu-abu keputihan yang berangsur-angsur tumbuh, dapat terlihat bahwa konodia spora jamur telah tumbuh sempurna. Jamur Fusarium oxysporum pada media PDA yang tidak diberi perlakuan dan kulit kayu jengkol (Pithecelobium jiringa) 30% di atas menunjukkan kenampakan morfologi yang sama. Pada gambar kultur jamur Cercospora capsici secara makroskopis terlihat warna hifa hampir putih keemasan.

Sebaiknya dilakukan uji lapangan (in vivo) pada tanaman cabai merah dengan luas areal yang lebih bervariasi, dan perlu juga dilakukan uji skrining fitokimia yang lebih spesifik serta pengaruhnya terhadap berbagai penyakit patogen dari beberapa jenis tanaman yang berbeda. Pembuatan pestisida alami, campuran ekstrak daun mindi (Melia azedarach L.) dan kulit. Pithecellobium jiringa) Untuk Pengendalian Ulat. Penggunaan fungisida sistemik dan penggunaan mikoriza sehubungan dengan pengendalian patogen tular tanah pada tanaman kedelai (Glycin max L.).

Pengaruh ekstrak berbagai bagian tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap perkembangan penyakit antraknosa pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Pithecellobium jiringa (Jack) Prain) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Eschericia coli, Skripsi, Fakultas Farmasi USU, Medan. Pengaruh penambahan ekstrak kulit batang jengkol (Pithecellobiumjiringa (Jack) Prain) pada ransum terhadap jumlah Escherichia coli dan Lactobacillus sp.

Gambar

Gambar 1. Tanaman Jengkol  (Pithecellobium jiringa)  (Sumber: Bunawan et al., 2013).
Gambar 1.b Buah Jengkol         Sumber : warasfarm.wordpress.com
Gambar 1.a Pohon Tanaman Jengkol   Sumber : warasfarm.wordpress.com
Gambar 2.b Makrokonidia spora Fusarium oxyosporum  Sumber: (Damayanti,2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

IRSTI 28.23.15 https://doi.org/10.26577/ijmph.2021.v12.i2.04 Nasser Kimbugwe1,2 and Tingrui Pei1,3* 1Xiangtan University, Xiangtan China; 2Makerere University, Kampala, Uganda 3Key