PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini penyakit menular merupakan permasalahan yang memerlukan perhatian besar dalam bidang kesehatan dan merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bakteri yang umum menyebabkan infeksi pada manusia antara lain Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman yang mempunyai sifat antibakteri.
Biasanya di daerah yang tidak terlalu subur, misalnya di bebatuan, tembok lembab, di ladang dan pekarangan bahkan di pinggir parit. Tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.) secara tradisional telah dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit. Kemampuan tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.) sebagai tanaman obat diyakini berkaitan dengan kandungan antioksidan pada tanaman tersebut.
Menurut hasil skrining fitokimia yang dilakukan oleh Angelina et al (2015), tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.) mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Dari hasil fitokimia yang dilakukan Angelina dkk (2015), tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid. Dengan adanya senyawa yang terdapat pada tanaman pembawa pesan (Peperomia pellucida L.), maka dapat diasumsikan bahwa tanaman ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.) secara tradisional telah digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, seperti abses, bisul, jerawat, radang kulit, penyakit ginjal, dan sakit perut.
Manfaat lain dari tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.) antara lain sebagai obat sakit kepala dan demam (Oloyede, 2011). Pada penelitian ini sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi fisik, sterilisasi dilakukan dengan menggunakan agen. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70% (teknis), aquades, alkohol, larutan standar Mc.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media Mannitol Salt Agar (MSA), media Mouler Histone Agar (MHA), dan bakteri yang digunakan dalam penelitian adalah kultur bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini ekstrak tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.) tidak mempunyai efek antibakteri karena tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. . Setelah diketahui ekstrak tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.) tidak membuahkan hasil, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis bakteri yang berbeda dan pada proses ekstraksi dengan konsentrasi pelarut yang lebih tinggi.
Uji daya hambat ekstrak etanol Suruhan (Piperumia Pellucida LHB Kunth) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Optimasi kombinasi gel tangan antiseptik Carbopol 940 dan HPMC (hydroxypropyl methylcellulose), ekstrak daun Seruhan (Peperomia pellucida L.) serta pengujian aktivitasnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aureguminosa, Bacillus cereus. Uji aktivitas antibakteri ekstrak tumbuhan Seruhan (Peperomia pellucida L.) terhadap pertumbuhan Escherchia coli dan Bacillus cereus secara in vitro dan kaitannya dengan pembelajaran biologi di sekolah menengah kelas X.
Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan (Peperomia Pellucida L.) dan Uji Khasiatnya pada Luka Bakar pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Ilmu Farmasi. Kemungkinan mekanisme kerja efek hipotensi peperomia pellucida dan interaksi antara enzim sitokrom P450 manusia obat dan tanaman aromatik. Pengujian potensi antibakteri ekstrak etanol herba Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban) dan ekstrak etanol herba Suruhan (Peperomia Pellucida (L.) H.B.K.) terhadap bakteri Streptococcuspneumonia.
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Tumbuhan Sirih Cina (Peperomia pellucida L.)
Tanaman sirih cina merupakan tanaman herba yang berasal dari Amerika namun tumbuh liar dan banyak tersedia di Indonesia. Daun tunggal letak spiral, bentuk lonjong, panjang 1-4 cm, lebar 1,5 – 2 cm, ujung runcing, pangkal menoreh, tepi rata, tulang melengkung, permukaan halus, lunak dan berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk paku, terletak di ujung batang atau di ketiak daun, panjang sumbu 2 – 3 cm, batang lunak, warna putih kekuningan.
Klasifikasi tanaman sirih cina adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Subkingdom: Trachebionta, Superdivisi: Spermatophyta, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Subkelas: Magnoliidae, Ordo: Piperales, UNIVERZA MEDAN AREA. Tanaman sirih cina mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah, seperti Suruhan; malt; Rangu-rangu (Jawa), Saladaan (Sunda), Ketumpangan ayer (Sumatera), Gofu doroho (Ternate) (Heyne, 1987).
Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Sirih Cina
Manfaat Tumbuhan
Ektraksi dan Ekstrak
Maserasi yang melibatkan pengadukan terus menerus disebut maserasi kinetik, sedangkan maserasi yang melibatkan penambahan pelarut berulang kali setelah maserasi pertama disaring dan seterusnya disebut remaserasi. Cara ini dapat menarik senyawa yang tahan terhadap pemanasan dan yang tidak tahan terhadap pemanasan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Sterilisasi
Bakteri Yang Digunakan Dalam Penelitian
Ciri-ciri bakteri tersebut adalah merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat (kokkus) dengan ukuran sekitar 1 µm dan tersusun dalam kelompok tidak beraturan, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Selnya seperti buah anggur, namun pada kultur cair dapat ditemukan secara tunggal (tunggal), berpasangan berbentuk tetra (total 4 sel) dan berbentuk rantai serta koloninya berwarna abu-abu sampai kuning keemasan tua (Jawetz, 1996). Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37°C, namun membentuk pigmen paling baik pada suhu 20°C - 25°C.
Metode Pengujian Antibakteri
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri aerob fakultatif (Jawetz, 1996). pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) dan aktivitas bakterisida (dapat membunuh berbagai macam patogen). Menurut standar umum obat nabati dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998), bakteri dikatakan rentan terhadap antibakteri nabati jika mempunyai zona hambat 12-24 mm. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental laboratorium, uji antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan cakram kosong untuk mengetahui diameter zona hambat.
Kultur bakteri yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Farmasi USU dan Laboratorium Kesehatan Daerah Sumatera Utara. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: cawan petri, pipet tetes, mikropipet, cawan petri, mikroskop, corong, plastik, tisu, labu Elenmeyer 250 ml, gelas ukur 100 ml, batang pengaduk, kertas saring. Tujuh variabel yang digunakan dalam penelitian ini: kontrol negatif berupa aquades, kontrol positif menggunakan disk kloramfenikol.
Pengujian efektivitas zat antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode multikonsentrasi, konsentrasi yang digunakan adalah: Selanjutnya diamati zona hambat yang terbentuk dan diukur diameter zona hambat dengan jangka sorong. Isolasi Bakteri Staphylococcus aureus pada Ikan Talung-Talung Asin (Scomberoides Commersonnianus) di Kecamatan Lempung Aceh Besar.
Perbandingan aktivitas antimikroba ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa) 30% dan 96% terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
METODELOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Populasi dan Sampel
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitian
Sterilisasi instrumen dilakukan dengan metode panas kering di dalam oven, sedangkan sterilisasi media dilakukan dengan panas lembab yaitu di dalam autoklaf. Sebanyak satu koloni kultur murni bakteri uji yang diperoleh dari Laboratorium Farmasi USU diambil dengan menggunakan tabung kultur murni steril kemudian diinokulasi ke dalam media kultur nutrition agar (NA), selanjutnya diinkubasi dalam inkubator bersuhu 37°C selama 1 x 24 jam. . Kultur murni bakteri uji yang telah diperbanyak selama 24 jam dalam media kultur nutrisi agar (NA) pada suhu 25-30°C.
Setelah koagulasi, diambil 1 dosis bakteri yang diukur berdasarkan standar Mc.Farland sebesar 108CFU/ml, kemudian disebarkan secara merata pada permukaan media Mueller Hinton Agar (MHA) yang telah dipadatkan dengan cotton bud. Kemudian blanko disk yang diekstraksi dengan mikropipet dengan konsentrasi yang telah ditentukan ditempatkan pada permukaan media dengan jarak 1-2 cm dari satu disk ke disk lainnya di tepi cawan petri. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus terhadap Amoksisilin dari sampel susu kambing peranakan Ettawa (PE) yang menderita mastitis di daerah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta.
Uji khasiat ekstrak daun sirih hijau (Piper batle Linn) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridians menggunakan metode difusi cakram. Aktivitas antibakteri flavonoid dari ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum Wight) dari tiga lokasi penanaman di Indonesia. Aktivitas Hipoglikemik, Antiinflamasi dan Analgesik Peperomia pellucid L International Journal of Pharmaceutical Science and Research, Vol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran