• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 72

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "3 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 72"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Dengan demikian, pendidikan akhlak sebagaimana dirumuskan oleh Ibnu Miskawaih dan dikutip oleh Abudin Nata adalah upaya mewujudkan sikap batin yang mampu merangsang lahirnya amal shaleh secara spontan dalam diri seseorang. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah suatu usaha sadar yang mengarah pada terciptanya tingkah laku manusia jasmani dan rohani agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, berkepribadian baik terhadap diri sendiri maupun orang lain selain dirinya. Dalam Islam, landasan atau barometer pendidikan akhlak seseorang adalah Al-Qur'an dan as-Sunnah.

Segala sesuatu yang baik menurut Al-Qur'an dan as-Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Idealnya, segala sesuatu yang buruk menurut Al-Qur'an dan as-Sunnah berarti tidak baik dan harus dihindari. Pada dasarnya pendidikan moral berupaya untuk: 1) memperbaiki naluri dan kecenderungan alamiah seseorang yang membahayakan masyarakat;

12 Al-Qur'anulkarim/ Al-Qur'an Terjemahan: (Yayasan Amanah Takaful dan Lembaga Amil Zakat Kebangsaan): QS. Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan akhlak yang dikemukakan oleh Ibnu Miskawyh, yaitu terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk menghasilkan segala amal kebaikan, sehingga mencapai kesempurnaan dan kesempurnaan untuk memperoleh kebahagiaan. al-sa'adah). 14. Muhammad Athiyah al-Abrasy mengatakan bahawa pendidikan akhlak bertujuan untuk mendidik manusia yang berakhlak mulia, bersopan tutur kata dan perbuatan, berakhlak mulia, bijaksana, bersopan santun dan berbudaya.15 Pendidikan akhlak juga diajar untuk memberitahu bagaimana manusia harus bertingkah laku, berkelakuan baik. , terhadap orang lain dan terhadap Tuhan 16.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah menjadikan seseorang menjadi individu yang baik, mampu mengetahui, memiliki dan menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan yang tenteram, bahagia lahir dan batin.

Pendidikan Karakter

Pengertian Pendidikan Karakter

Ibnu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Ahmad Al-Ansari Al-Qurtubi mengartikan ar-Rabb dengan arti pemilik, yang paling memperbaiki, yang paling mengendalikan, yang paling menambah, yang paling memuaskan. Sejarah menunjukkan bahwa ketika bangsa Indonesia sepakat untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para founding fathers menyadari bahwa setidaknya ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi: membangun bangsa, dan ketiga membangun karakter dari ketiga hal tersebut. yang terlihat jelas dalam konsep negara bangsa dan pembangunan karakter bangsa. 35 Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan nilai-nilai yang mengarah pada suatu sistem yang mendasari pemikiran, sikap dan perilaku yang ditunjukkan.

Di sini karakter dipahami sebagai seperangkat kondisi spiritual dalam diri kita yang telah dianugerahkan atau ada dari alam (given). Salah satu cara untuk membangun karakter adalah melalui pendidikan yang ada, baik itu pendidikan keluarga, masyarakat, maupun pendidikan formal di sekolah harus menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter. Sedangkan menurut Rahardjo, pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan secara menyeluruh yang menghubungkan dimensi moral dengan dunia sosial kehidupan siswa sebagai landasannya.

Dari berbagai gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu upaya yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan pada kebajikan-kebajikan esensial yang secara obyektif baik bagi individu dan masyarakat.Kebajikan esensial di sini mengacu pada dua kebajikan dasar dan sepuluh kebajikan esensial sebagaimana diuraikan di atas.40.

Landasan Pendidikan Karakter a) Landasan Filosofi

Hal yang paling penting untuk disepakati secara rasional adalah apa yang menjadi dasar filosofi/filosofi pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia. Berakar dari kesepakatan para founding fathers kita dalam mewujudkan persatuan NKRI di masa lalu, falsafah dasarnya tentu saja Pancasila. Secara ontologis, objek materiil pendidikan nilai atau pendidikan karakter adalah manusia seutuhnya, artinya kegiatan pendidikan ditujukan untuk mengembangkan seluruh potensi diri.

Sedangkan secara aksiologis, pendidikan karakter berguna dalam memberikan landasan yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia. Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan adalah upaya untuk mendorong tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, budi pekerti), budi (akal) dan jasmani seorang anak. Produk hukum yang berkaitan dengan pendidikan telah dirintis sejak berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berdasarkan UUD’45 tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 ayat (3) berbunyi: “Pemerintah mengupayakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan satu sistem pendidikan nasional yang mengedepankan keimanan dan ketakwaan serta etika luhur dalam rangka pendidikan kehidupan masyarakat yang diatur dengan undang-undang.

UU No. 4 Tahun 1950 UU No. 12/1954 tentang Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, Pasal 3 merumuskan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran adalah terbentuknya warga negara yang cakap, demokratis, bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air. 44 Ibid., 56 . berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang baik, demokratis, dan bertanggung jawab. Semua peraturan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi membentuk karakter bangsa, meskipun disampaikan dengan gambaran yang berbeda.

Artinya: Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika ia mengajar anaknya, ketika ia mengajarnya: Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya itu adalah suatu kezaliman yang besar. (Q.S.AL-luqman: 13) . Ayat tersebut mengajar kita bahawa pendidikan yang pertama dan terpenting ialah menanamkan kepercayaan kepada anak-anak iaitu keimanan kepada Tuhan, membentuk sikap, tingkah laku dan peribadi anak. Sunnah Nabi juga mengandungi ajaran tentang 'Aqidah, Syariah dan akhlak seperti dalam al-Quran, yang juga berkaitan dengan masalah pendidikan.

Yang lebih penting lagi dalam sunnah tersebut adalah cerminan perilaku dan kepribadian Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan dan wajib ditiru oleh setiap muslim sebagai teladan kepribadian Islami. Artinya : “Sesungguhnya Rasulullah mempunyai uswatun hasanah (contoh yang baik) bagi kamu (yakni) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. 46 karakter dasar menjadi kuat karena didukung oleh nilai-nilai tertentu Nilai-nilai tersebut menentukan sifat manusia, menentukan ketahanannya terhadap godaan dunia yang fana ini.

Urgensi Pendidikan Karakter

Ruang Lingkup dan Nilai Pendidikan Karakter

Religius adalah sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap praktik keagamaan lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Orang yang mengatakan kebenaran atau bertindak atau bertindak sesuai dengan hati nuraninya disebut orang jujur. Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk menunaikan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukannya, terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungannya, Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Dalam kerja keras tersebut yang perlu dilakukan adalah hal-hal yang baik, yang perlu diperhatikan agar usaha tersebut dapat membuahkan hasil yang nikmat dan dapat dirasakan manfaatnya, baik usaha tersebut diarahkan pada bidang studi maupun pekerjaan. Petani yang melakukan kerja keras pasti akan mendapatkan keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang menjalani prosesnya dengan santai.

Orang kreatif adalah orang yang tidak bisa diam, dalam artian selalu berusaha mencari hal-hal baru dari hal-hal yang sudah ada. Kemandirian merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menjalankan tugas.68 Kemandirian tidak tumbuh dengan sendirinya dalam diri seorang anak. Tentu saja, mandiri dalam konteks ini bukan berarti tidak peduli dan tidak berhubungan dengan orang lain.

Sikap mandiri akan lebih baik lagi jika dikembangkan dari kepedulian yang mendalam terhadap orang lain. Rasa ingin tahu merupakan suatu sikap dan tindakan yang selalu berusaha mengetahui lebih dalam dan luas tentang sesuatu yang dipelajari, dilihat atau didengar. Siapapun yang tidak jujur, maka jalan kejahatan pun terbuka lebar.76 Orang yang jujur ​​tentu dapat dititipi pencerahan.

Peduli lingkungan merupakan suatu sikap dan tindakan yang selalu berusaha mencegah kerusakan lingkungan alam sekitar dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi. Oleh karena itu, kita sebagai manusia tidak bisa sepenuhnya egois dan menganggap kita bisa hidup sendiri tanpa kerjasama orang lain. Kepedulian sosial merupakan suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya membantu orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Keegoisan berarti tidak mengharapkan imbalan apa pun atas apa yang kita berikan atau apa yang kita lakukan kepada orang lain. Demokrasi adalah suatu cara berpikir, berperilaku dan bertindak yang menghargai hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain. Menghargai prestasi adalah suatu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat serta mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, suku, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.

Referensi

Dokumen terkait