• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undiksha Institutional Repository System Undiksha Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Undiksha Institutional Repository System Undiksha Repository"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan zaman yang berkembang serta pesatnya pertumbuhan di bidang ekonomi, berbagai negara di dunia berusaha untuk meningkatkan perekonomiannya agar dapat memajukan negaranya. Untuk meningkatkan perekonomian suatu negara, peran lembaga keuangan sangat penting karena masyarakat membutuhkan modal untuk kebutuhan konsumsi dan kebutuhan modal kerja. Lembaga keuangan juga berperan sebagai perantara dengan mengumpulkan uang dari masyarakat umum berbentuk simpanan, dan kemudian mengalihkan dana-dana ini ke sektor riil sebagai pinjaman atau pembiayaan untuk usaha atau bisnis lokal. Oleh karena itu, salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap pembangunan ekonomi khususnya di Bali yaitu dengan dibentuknya lembaga keuangan berupa Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa adat (desa pakraman). LPD berlokasi dalam wilayah otoritas Provinsi Bali tepatnya di desa pakraman, sesuai dengan Perda Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 mengenai Lembaga Perkreditan Desa.

Sesuai Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2017, LPD adalah entitas keuangan yang dikelola masyarakat desa untuk melakukan operasinya di lingkungan tersebut dan masyarakat yang terkait dengannya. Bidang usaha yang dijalankan oleh LPD mencakup penerimaan dana dari masyarakat desa dan memberikan pinjaman kepada masyarakat desa. Lembaga ini dihargai di Bali karena manfaat yang

(2)

dimilikinya, terutama untuk mendukung kegiatan pendanaan yang berkaitan dengan desa pakraman seperti hari besar agama Hindu, membantu masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi khususnya dalam hal pendidikan, memberikan bantuan dalam bentuk kredit untuk bidang bisnis, dan membantu masyarakat yang memiliki keperluan keuangan yang sifatnya mendadak seperti sakit atau upacara kematian. Dengan demikian, LPD telah menjadi badan usaha yang bergerak di bidang keuangan dan menjadi aset desa pakraman. Keberadaan LPD dianggap sebagai bantuan untuk perkembangan pendapatan perkapita, dan menambah pendapatan dari desa yang juga termasuk bagian dari pendapatan nasional (Arka, 2016).

Perkembangan LPD yang ada di Bali saat ini semakin meningkat, dilihat dari persebaran LPD di masing masing Kabupaten di Bali yang sudah hampir secara merata memiliki LPD. Berikut merupakan data jumlah LPD per Kabupaten Kota Se-Bali pada tahun 2022.

Tabel 1. 1

Data Jumlah LPD Per Kabupaten Kota Se-Bali

Kabupaten Desa Adat LPD

Kabupaten Jembrana 64 64

Kabupaten Tabanan 349 311

Kabupaten Badung 122 122

Kabupaten Gianyar 273 270

Kabupaten Klungkung 122 119

Kabupaten Bangli 168 159

Kabupaten Karangasem 190 190

Kabupaten Buleleng 170 169

Kota Denpasar 35 35

Sumber: Balisatudata (2022).

Berdasarkan data pada tabel 1.1 dapat diketahui bahwa LPD di setiap Kabupaten jumlahnya sudah hampir setara dengan jumlah Desa yang ada di Bali.

(3)

Terlihat bahwa salah satu Kabupaten yaitu Kabupaten Klungkung memiliki persebaran LPD yang ideal dengan 199 LPD untuk 122 Desa, yang menandakan bahwa perkembangan LPD di Kabupaten Klungkung juga meningkat jika dibandingkan dengan Kabupaten lain.

Eksistensi LPD yang terus menjadi tumbuh nyatanya tidak menutup kemungkinan terdapatnya oknum ataupun pihak pihak yang menyalahgunakan wewenangnya demi melakukan aksi kecurangan. Isu kecurangan yang menimpa LPD telah jadi kasus yang sangat marak kejadiannya di lapangan. Walaupun pada LPD telah ada regulasi ataupun awig-awig yang mengendalikan serta mengawasi, tetapi masih banyak pula kecurangan (fraud) yang terjalin dimana perihal ini pula menyebabkan kerugian besar untuk warga desa adat (desa pakraman). Kecurangan dalam LPD dapat berupa penyalahgunaan aset, manipulasi, pelaporan keuangan yang menyesatkan, dan bahkan tindakan korupsi. (Dewi & Atmadja, 2021).

Kecurangan ataupun yang diketahui dengan sebutan fraud adalah tindakan ilegal yang dilakoni oleh individu baik di dalam maupun di luar suatu organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompoknya yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain. Kecurangan (fraud) didefinisikan sebagai tindakan penipuan yang disengaja yang menyebabkan kerugian bagi korban sementara memberi keuntungan kepada pelaku kecurangan (Putri, 2012). Definisi kecurangan, sebagaimana yang dinyatakan oleh The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) (2016), adalah tindak pidana yang sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu (seperti memalsukan atau menyebarkan laporan palsu kepada orang lain) oleh individu baik di dalam maupun di luar organisasi dengan tujuan untuk memperoleh manfaat bagi diri mereka sendiri atau kelompok mereka yang secara langsung

(4)

maupun tidak langsung merugikan orang lain. Kecurangan dapat terjadi sebab terdapatnya tekanan untuk melaksanakan penyelewengan ataupun dorongan menggunakan peluang yang ada serta terdapatnya pembenaran (diterima secara umum) terhadap aksi tersebut.

Salah satu Kabupaten yang terdapat di Bali yakni Kabupaten Klungkung tidak luput pula dari kasus oknum LPD yang melaksanakan kecurangan. Adapun permasalahan fraud LPD di Kabupaten Klungkung telah banyak terjadi dengan total kerugian mencapai miliaran rupiah. Perihal ini tentu sangat mengkhawatirkan karena pendirian LPD yang semestinya bertujuan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi desa adat, meringankan beban warga desa adat malah menimbulkan kerugian untuk warga desa adat yang setelahnya akan mengusik perekonomian secara berkepanjangan (Piadnyan dkk., 2020). Akibat yang ditimbulkan dari terdapatnya kecurangan sangat besar, menyangkut bermacam pihak terutama orang orang yang mempunyai simpanan di LPD. Berikut merupakan tabel permasalahan atau kasus kecurangan (fraud) yang terjadi di Bali khususnya Kabupaten Klungkung tahun 2020-2022.

Tabel 1. 2

Kasus Kecurangan (Fraud) LPD di Kabupaten Klungkung Tahun 2020-2022

No Nama LPD Kasus yang Terjadi Tahun

1. LPD Dawan Klod, Klungkung

Kasus LPD ini dilakukan oleh Ketua LPD Ni Komang Wirianti. Penahanan itu terkait penggelapan dana nasabah yang diperkirakan mencapai Rp12 miliar.

Polres Klungkung mengatakan, Ketua LPD telah menggunakan uang LPD Dawan Klod sekitar Rp 400 juta lebih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan sisanya masih diselidiki oleh pihak terkait.

(bali.tribunnews.com)

2021

(5)

2. LPD Desa Adat Ped, Klungkung

Pihak yang terlibat dalam kasus ini terkait LPD adalah I Made Sugama, ketua LPD, dan I Gede Sartana, seorang karyawan di departemen kredit. Menurut hasil tes, kedua tersangka dituduh melakukan kegiatan kriminal, terutama membuat catatan keuangan yang ambigu dan gagal memberitahukan perbedaan bunga pinjaman, yang mengakibatkan kerugian negara.

Kerugian yang diakibatkan oleh dana yang disalahgunakan ini adalah Rp4,4 miliar.

(bali.inews.id)

2021

3 LPD Desa Adat Tegal Wangi, Klungkung

Gusti Ayu Suratni, Bendahara LPD Tegal Wangi, Desa Adat Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, terlibat dalam kasus ini. Bendahara LPD Desa Adat Tegal Wangi telah ditangkap sebagai tersangka dalam dugaan penyelewengan sejumlah Rp 1,5 miliar dari 30 nasabah. (nusabali.com)

2021

Sumber: data diolah (2023).

Berdasarkan kasus kasus pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa kasus LPD di Klungkung khususnya Kecamatan Dawan mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di LPD Kecamatan Dawan, sebab mengingat dari kasus yang terjadi pada Tabel 1.1 mengakibatkan kerugian yang paling tinggi dan kasus ini cukup menggemparkan di Kabupaten Klungkung khususnya di Kecamatan Dawan yang menjadi pusat perhatian masyarakat serta didukung oleh tingkat kesehatan LPD, sebab masih cukup banyak LPD yang kurang sehat. Berikut merupakan tabel tingkat kesehatan LPD yang terdapat di Kecamatan Dawan tahun 2022.

Tabel 1. 3

Kondisi Kesehatan LPD di Kecamatan Dawan Tahun 2022

No Nama LPD Kondisi

1 Besan Cukup Sehat

2 Bias Kurang Sehat

3 Dawan Kaler Kurang Sehat

4 Dawan Klod Tidak Operasi

(6)

5 Gelogor Cukup Sehat

6 Gelombong Kurang Sehat

7 Gunaksa Sehat

8 Kusamba Kurang Sehat

9 Mincidan Kurang Sehat

10 Pancingan Cukup Sehat

11 Pande Kusamba Sehat

12 Pangi Sehat

13 Pesinggahan Sehat

14 Pesurungan Cukup Sehat

15 Pikat Kurang Sehat

16 Punduk Dawa Sehat

17 Sampalan Sehat

18 Sangging Sehat

19 Sulang Cukup Sehat

20 Tri Buana Kurang Sehat

Sumber: Lembaga Pemberdayaan Lembaga Perkreditan Desa (LPLPD) Kabupaten Klungkung Tahun 2022.

Berdasarkan data pada Tabel 1.3 diketahui dari 20 LPD yang ada di Kecamatan Dawan masih banyak terdapat LPD yang kurang sehat. Terdapat 7 LPD dengan kondisi yang kurang sehat yaitu LPD Desa Adat Bias, LPD Desa Adat Dawan Kaler, LPD Desa Adat Gelombong, LPD Desa Adat Kusamba, LPD Desa Adat Mincidan, LPD Desa Adat Pikat, dan LPD Desa Adat Tri Buana serta 1 LPD yang bahkan sudah tidak beroperasi dikarenakan adanya kasus fraud pada LPD tersebut yaitu LPD Desa Adat Dawan Klod. Selain adanya kredit bermasalah atau kredit macet, kurangnya administrasi atau tata kelola yang baik pada LPD juga turut berkontribusi pada ketidaksehatan lembaga-lembaga ini sehingga memberikan anggota LPD internal kesempatan untuk menyalahgunakan kekuasaan mereka dalam melakukan tindakan kecurangan yang dapat merugikan orang lain. Menurut Dewi (2014) ketidaksehatan LPD dapat diakibatkan oleh kurangnya pemahaman kerja dari para pengurus LPD dalam mengelola LPD, dan masih sering ditemukan beberapa oknum LPD yang melakukan kecurangan di dalamnya. Maraknya

(7)

permasalahan yang menimpa LPD perlu segera disikapi sebab menyangkut reputasi desa adat. Maka dari itu, penelitian mengenai faktor faktor penyebab kecurangan (fraud) pada LPD perlu untuk dilakukan.

Kecurangan (fraud) menggambarkan kegiatan atau perilaku yang menyesatkan, manipulatif, atau mengecoh yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak jujur. Contoh perilaku ini mencakup penyelewengan aset, korupsi, dan penyajian laporan keuangan palsu. Kecurangan tersebut biasanya dilakukan dengan perencanaan sebelumnya oleh pelakunya. Kecurangan (fraud) pada lembaga keuangan terutama LPD dapat diakibatkan oleh bermacam aspek baik internal maupun eksternal. Konsep segitiga kecurangan kali pertama dicetuskan oleh Donald Cressey pada tahun 1953 yang menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kecurangan. Bersumber pada fraud triangle theory, kecurangan bisa terjalin sebab tiga perihal diantaranya karena tekanan (pressure), peluang (opportunity), serta rasionalisasi ataupun pembenaran (rationalization). Tekanan dapat merujuk pada tekanan internal maupun tekanan eksternal dari suatu organisasi atau dari sumber-sumber pribadi, non-keuangan, yang mendorong seseorang untuk melakukan kecurangan. Peluang ialah situasi atau keadaan yang memungkinan seorang berbuat ataupun menempati suatu tempat pada posisi tertentu. Rasionalisasi mampu membuat seorang yang awal mulanya tidak berkeinginan melaksanakan fraud pada akhirnya melaksanakannya.

Tekanan merupakan aspek dari keadaan individu yang mendesaknya melakukan aksi kecurangan. Tekanan tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan kerja atau kondisi pekerjaan. Salah satu tekanan yang dirasakan seorang dikala bekerja yaitu tekanan finansial. Tekanan finansial merupakan sesuatu dorongan

(8)

ekonomi yang terjalin pada kehidupan individu pelaku yang memotivasinya untuk melakukan kecurangan (Setiawan & Helmayunita, 2017). Bersumber pada permasalahan fraud yang sudah terjadi di Kabupaten Klungkung bisa dilihat bahwa sebagian besar pelaku melaksanakan kecurangan sebab terdapatnya dorongan ataupun tekanan finansial dalam diri mereka yang memotivasi aksi kecurangan.

Seperti pada permasalahan LPD Dawan Klod, pimpinan LPD Ni Komang Wirianti menggunakan dana dari hasil kejahatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, yang menunjukkan bahwa dorongan ekonomilah yang menggerakkan pelaku melaksanakan kecurangan. Sehingga dari perihal tersebut, tekanan finansial penting untuk diteliti serta diuji demi mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap kecurangan.

Adapun penelitian terdahulu yang menguji variabel tekanan dalam konsep fraud triangle yaitu riset yang dilakukan oleh Suryandari & Julianto (2019) yang menguji pengaruh tekanan terhadap aksi kecurangan di LPD Kecamatan Negara menyatakan bahwa tekanan berdampak secara positif terhadap tindak kecurangan (fraud) pada LPD. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Indraswari & Yuniasih (2022) dengan variabel tekanan finansial yang menyatakan bahwa berdampaknya secara positif dan signifikan terhadap tren kecurangan LPD se-Kecamatan Mengwi. Riset oleh Suprapta & Padnyawati (2021) juga mendukung pernyataan bahwa tekanan finansial atau financial pressure berdampak positif signifikan pada kecurangan (fraud). Hasil riset dari Setiawan & Helmayunita (2017) juga mendukung bahwa tekanan finansial memberi pengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi. Akan tetapi hasil berbeda ditemukan oleh Hormati dkk. (2019) yang mengungkapkan bahwa yang tidak adanya pengaruh dari tekanan finansial kepada kecurangan

(9)

(fraud). Perihal ini disebabkan seseorang yang merasa berkecukupan dengan apa yang didapat dari segi waktu, pengetahuan, serta uang dan tidak merasa terbebani ataupun tertekan oleh kondisi kerja, tugas, serta lingkungannya merasa tidak butuh melakukan kecurangan.

Peluang atau kesempatan merupakan sesuatu keadaan yang memungkinkan seseorang melakukan kecurangan. Kecurangan (fraud) dipicu oleh terdapatnya celah ataupun peluang demi melaksanakan perihal tersebut. Peluang yang signifikan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penipuan. Peluang ini dapat diminimalisir dengan menerapkan kontrol internal yang kuat (Fawzi, 2011).

Efektivitas suatu pengendalian internal yang baik mampu mengurangi tindak kecurangan yang dapat terjadi. Dalam konteks ini, efektivitas pengendalian internal mencakup lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pengawasan. Sebagai lembaga yang bergerak di bidang keuangan, LPD telah mengembangkan kontrol internal yang disesuaikan dengan organisasi mereka dalam upaya untuk mengurangi tindak kecurangan.

Efektivitas pengendalian internal penting untuk diteliti sebab pengendalian internal menjadi aspek kunci yang bisa meminimalisir kecurangan. Semakin efektif pengendalian internal suatu organisasi, semakin kecil kemungkinan terjadinya kecurangan akuntansi (Putri & Suartana, 2022).

Adapun penelitian atau riset terdahulu yang menguji variabel efektivitas pengendalian internal dilakukan oleh Saraswati & Purnamawati (2022) yang menemukan bahwa keefektifan pengendalian internal memberi pengaruh negatif serta signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hasil riset tersebut didukung oleh penelitian Suryandari & Julianto (2019) yang menyatakan bahwa

(10)

efektivitas pengendalian internal memiliki pengaruh negatif terhadap kecurangan (fraud) pada LPD Kecamatan Negara. Perihal serupa juga dibuktikan pada penelitian oleh Erika & Indraswarawati (2022) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Susut. Tetapi hasil berbeda ditunjukkan dari penelitian Fera (2018) yang meyakini bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap tindak kecurangan.

Rasionalisasi merupakan metode para pelaku kecurangan berpikir yang membenarkan mereka melakukan kecurangan. Rasionalisasi membuat seseorang melaksanakan aksi kecurangan dengan mencari pembenaran atas tindakan tidak etis yang dikerjakannya. Para pelaku kecurangan berpikir jika perihal yang mereka jalani ialah aksi yang normal sehingga mereka berpikir bahwa mereka hanya mengambil aset perusahaan dalam jumlah sedikit ataupun meminjam aset perusahaan serta tidak merugikan (Yuliani, 2018). Rasionalisasi menjadi alibi kenapa seorang melakukan kecurangan sebab minimnya penalaran moral, minimnya integritas individu karyawan, dan minimnya pemahaman terhadap nilai nilai etika dalam berperilaku (Yusrianti dkk., 2022). Salah satu variabel yang dapat memproksikan aspek rasionalisasi ataupun pembenaran dalam perihal ini yaitu budaya organisasi. Budaya organisasi didasarkan pada sistem makna bersama yang diadopsi oleh anggotanya dan yang membedakan organisasi tersebut dari yang lainnya. Budaya organisasi tercermin pada pola pikir, berdialog serta sikap yang tidak berubah-ubah pada para anggota. Budaya organisasi yang kuat adalah budaya dengan nilai-nilai dasarnya dijaga secara konsisten dan bersama-sama. Menurut Yuliani (2018) budaya dari suatu organisasi dianggap penting karena mengandung

(11)

tradisi ataupun kebiasaan yang terdapat pada organisasi. Kebiasaan menjadi standar sikap yang wajib diiringi dan diikuti oleh anggota organisasi agar budayanya menjadi produktif.

Bersumber pada sebagian permasalahan kecurangan pada LPD di Klungkung dapat diketahui bahwa pelaku secara terencana melaksanakan tindak kecurangan yang menunjukkan bahwa pelaku kurang mempunyai pemahaman tentang budaya organisasi yang memiliki nilai nilai etika, norma, serta konsep dalam berperan secara etis dalam lingkungan bekerja. Oleh sebab itu, budaya organisasi yang kurang baik memberikan seorang peluang untuk melakukan penipuan, sebaliknya budaya organisasi yang baik tidak memberikan peluang kepada individu dalam organisasi untuk terlibat dalam tindakan kecurangan. Budaya organisasi yang baik akan mengakibatkan anggota organisasi memiliki rasa persatuan (sense of belonging) serta kebanggaan jadi bagian dari sesuatu organisasi (sense of inertia) (Indrapraja dkk., 2021). Apabila budaya organisasi kuat dalam sebuah instansi ataupun organisasi maka kecurangan akan berkurang begitupun sebaliknya (Erika

& Indraswarawati, 2022).

Penelitian terdahulu mengenai budaya organisasi sudah diuji oleh Budiartini dkk. (2019) yang menemukan bahwa budaya organisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kecurangan. Hasil riset tersebut juga didukung oleh Pujayani &

Dewi (2021) yang membuktikan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang negatif serta signifikan terhadap kecenderungan kecurangan pada LPD di Kabupaten Buleleng. Namun hasil berbeda ditemui pada riset yang dilakukan oleh Adi dkk. (2016) yang menyatakan budaya organisasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kecurangan (fraud). Hasil penelitian ini mengungkapkan

(12)

bahwa budaya organisasi tidak menjamin kecurangan bisa dikurangi, karena individu bisa saja meyakini bahwa aksi yang mereka lakukan adalah benar, dan sebagian besar rekan mereka terlibat dalam tindakan serupa, meskipun tindakan- tindakan ini merupakan aksi kecurangan. Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian Santini & Wati (2021) yang juga menemukan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan.

Berkenaan dengan kasus-kasus kecurangan pada LPD khususnya di Kabupaten Klungkung, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta melalui sosialisasi mencegah kecurangan (fraud) dan korupsi LPD se-Kabupaten Klungkung pada 19 Oktober 2022 mengungkapkan bahwa perihal yang sangat penting serta mendesak dalam pengelolaan LPD yakni menekankan digitalisasi ataupun integrasi teknologi yang menjadi metode yang sangat efisien serta efektif demi mewujudkan transparansi kinerja serta tata kelola pendanaan sehingga bebas dari kecurangan dan menghindari aksi korupsi dalam pengelolaan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di daerahnya. Digitalisasi dianggap penting sebab dengan pengelolaan LPD yang telah masuk dalam platform digital yang terintegrasi dengan teknologi dapat dilakukan melalui sistem aplikasi, sehingga pengelolaan LPD mampu dilakukan dengan profesional, handal, dan lebih mudah dalam menggali informasi terkait LPD (Nampu, 2022).

Integrasi teknologi dapat membantu suatu lembaga dalam aktivitas operasional sehingga dapat meningkatkan kinerja serta memberikan pelayanan yang lebih efektif dan transparan. Kecurangan dalam suatu lembaga bisa diminimalisir dengan teknologi yang sistematis serta terintegrasi (Zanaria, 2017). Akan tetapi, adanya integrasi teknologi ataupun pelaksanaan elemen baru dalam aktivitas operasional

(13)

suatu lembaga yang belum sempurna bisa mengakibatkan lembaga tersebut rawan terjadi error atau bahkan membuka celah untuk kecurangan yang baru. Sehingga bisa diasumsikan bahwa integrasi teknologi memiliki dampak positif dan negatif (two side effect) (Tirtawirya & Riyadi, 2021). Integrasi teknologi memiliki peran penting dalam meningkatkan produktivitas suatu instansi dan kapabilitas penyediaan informasi. Dalam kaitannya dengan lembaga keuangan khususnya LPD, integrasi teknologi dibutuhkan untuk menaikkan tingkat kepercayaan masyarakat dalam menggunakan produk layanan di LPD. Tidak hanya itu, integrasi teknologi juga mempunyai kedudukan dalam meningkatkan sistem pengendalian internal yang aman dan terpercaya sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap efektivitas pengendalian internal dalam mempersempit celah terbentuknya kecurangan (fraud) (Dharmesti & Djamhuri, 2019).

Berdasarkan fenomena tersebut, diproyeksikan bahwa integrasi teknologi akan dapat memoderasi atau menguatkan faktor-faktor yang memicu terjadinya kecurangan. Integrasi teknologi akan memoderasi faktor faktor pada fraud triangle terhadap kecurangan, yakni tekanan finansial, efektivitas pengendalian internal, serta budaya organisasi yang merupakan turunan dari fraud triangle theory. Adapun penelitian terdahulu yang menguji integrasi teknologi ialah penelitian oleh Tirtawirya & Riyadi (2021) yang menyatakan bahwa pelaksanaan integrasi teknologi industri sanggup menguatkan variabel fraud triangle terhadap kecurangan. Penelitian oleh Zanaria (2017) menyatakan bahwa integrasi teknologi memberikan pengaruh positif yang menunjang operasional lembaga serta berkontribusi dalam pengurangan fraud dengan menampilkan data yang akurat.

Hasil berbeda diutarakan dalam penelitian Sumayyah dkk. (2023) yang

(14)

mengungkapkan bahwa integrasi teknologi berdampak negatif serta signifikan terhadap kecurangan akuntansi.

Riset ini dilaksanakan pada LPD di Kecamatan Dawan yang terdaftar di LPLPD Kabupaten Klungkung. Alasan peneliti memilih LPD di Kecamatan Dawan karena di daerah tersebut terjadi kasus kecurangan dengan kerugian mencapai miliaran rupiah didukung dengan tingkat kesehatan LPD-nya masih kurang sehat. Penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas atau independen yaitu tekanan finansial, efektivitas pengendalian internal, dan budaya organisasi serta variabel moderasi yaitu integrasi teknologi yang akan diuji karena masih ada kesenjangan atau ketidakkonsistenan dari hasil penelitian penelitian terdahulu. Berdasarkan fraud triangle theory maka masing masing variabel yang diteliti yaitu sebagai berikut:

tekanan (pressure) diproksikan dengan tekanan finansial; kesempatan (opportunity) diproksikan dengan efektivitas pengendalian internal; dan rasionalisasi (rationalization) diproksikan dengan budaya organisasi. Selanjutnya variabel moderasi yaitu integrasi teknologi digunakan dengan berlandaskan teori TAM (Technology Acceptance Model). Populasi penelitian yaitu seluruh pengurus aktif yang terdapat pada LPD di Kecamatan Dawan. Sampel yang digunakan yakni sampel jenuh atau menggunakan keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti berupaya melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Pengaruh Tekanan Finansial, Efektivitas Pengendalian Internal, dan Budaya Organisasi Terhadap Kecurangan (Fraud) Dengan Integrasi Teknologi Sebagai Variabel Moderasi Pada Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Dawan”.

(15)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, adapun identifikasi masalah pada riset ini yaitu sebagai berikut.

1. Terjadi kecurangan (fraud) berupa korupsi dan penyalahgunaan aset pada Lembaga Perkreditan Desa pada LPD khususnya di Kecamatan Dawan, Klungkung. Didukung juga dari tingkat kesehatan LPD, yaitu masih cukup banyak LPD yang kurang sehat.

2. Adanya tekanan finansial yang dialami oleh pengurus LPD menyebabkan terjadinya kecurangan (fraud).

3. Efektivitas pengendalian internal yang kurang baik pada LPD menyebabkan terjadinya kecurangan (fraud).

4. Kurangnya kesadaran dan pemahaman budaya organisasi yang terdapat pada LPD menyebabkan terjadinya kecurangan (fraud).

5. Diperlukan adanya digitalisasi pada LPD melalui integrasi teknologi yang berguna untuk mewujudkan transparansi kinerja dan tata kelola yang bebas dan mengurangi kecurangan (fraud) dalam pengelolaan LPD.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan untuk meminimalisasi ruang lingkup penelitian agar tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan adanya kecurangan (fraud), namun penelitian ini akan memfokuskan faktor yang berkaitan dengan tekanan finansial, efektivitas pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap kecurangan (fraud) dengan integrasi teknologi sebagai variabel moderasi pada Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Dawan.

(16)

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang maka perumusan masalah penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Apakah tekanan finansial berpengaruh terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan?

2. Apakah efektivitas pengendalian internal berpengaruh terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan?

3. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan?

4. Apakah integrasi teknologi mampu memoderasi pengaruh tekanan finansial terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan?

5. Apakah integrasi teknologi mampu memoderasi pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan?

6. Apakah integrasi teknologi mampu memoderasi pengaruh budaya organisasi terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengaruh tekanan finansial terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan.

2. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan.

3. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan.

(17)

4. Untuk mengetahui pengaruh integrasi teknologi dalam memoderasi pengaruh tekanan finansial terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan.

5. Untuk mengetahui pengaruh integrasi teknologi dalam memoderasi pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan.

6. Untuk mengetahui pengaruh integrasi teknologi dalam memoderasi pengaruh budaya organisasi terhadap kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan Dawan.

1.6 Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak pihak yang berkepentingan.

1. Manfaat Teoritis

Studi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dan berkontribusi pada ilmu pengetahuan di bidang lembaga keuangan, khususnya pengaruh tekanan keuangan, efektivitas pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap kecurangan (fraud), dengan integrasi teknologi berperan sebagai variabel pemoderasi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini adalah syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan studi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan sebagai sarana pengimplementasian ilmu yang telah diperoleh selama menempuh perkuliahan dan menambah pengetahuan khususnya mengenai analisis pengaruh tekanan finansial,

(18)

efektivitas pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap kecurangan (fraud).

b. Bagi Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada manajemen LPD tentang dampak tekanan finansial, efektivitas pengendalian internal, dan budaya organisasi terhadap terjadinya kecurangan. Akhirnya, informasi ini dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kecurangan dalam lingkungan kerja LPD serta memberikan wawasan penting kepada para pengambil keputusan.

c. Bagi Masyarakat

Studi ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat untuk lebih memahami bagaimana penipuan terjadi di LPD, sehingga memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dengan memberikan ide dan umpan balik kepada LPD dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan dan kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Stunting disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor yang kompleks, antara lain kurangnya asupan gizi, infeksi berulang, sanitasi yang buruk, air bersih yang terbatas, praktik pemberian

HUBUNGAN STATUS TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULELENG I SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Pendidikan

iii HUBUNGAN STATUS TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULELENG I Oleh I Gede Agustian Aristhagoza, NIM

Efektivitas Kelahiran Lotus Birth Dengan Kejadian Anemia Defesiensi Zat Besi Bayi Baru Lahir Pada Persalinan Normal Di Bpm Kabupaten Tegal Tahun 2013.. Bhamada: Jurnal Ilmu Dan

Saya saat ini sedang melakukan penelitian berkaitan dengan pembuatan skripsi saya yang berjudul "Gambaran Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan Terhadap Neglected Tropical Diseases dalam

& Zulhijjah, A., 2023, ‘Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kista Ovarium Pada Wanita Usia Subur Di Poli Bkia Rumah Sakit Kencana Kota Serang’, Jurnal Ilmiah Obsgin, 151,

2 motivasi, sikap hidup, pendapatan, keluarga, kebudayaan, kelas sosial, lingkungan dan harga barang mampu menjadi faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi mahasiswa Fakultas

Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Positive Reinforcement Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran