• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unilever Indonesia Tbk during 2014-2018 based on profitability analysis has fluctuated where the value of the variable net profit margin, return on assets and return on equity has decreased and increased

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Unilever Indonesia Tbk during 2014-2018 based on profitability analysis has fluctuated where the value of the variable net profit margin, return on assets and return on equity has decreased and increased"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN MELALUI ANALISIS PROFITABILITAS PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

Megawati1, Manda HM2, Abdul Sumarlin3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

ABSTRACT

This study aims to detmine the financial performance of PT. Unilever Indonesia Tbk on the Makassar Indonesia Stock Exchange in 2014-2018 based on profitability analysis. This research is a quantitative descriptive study using data collection methods through documentation and literature study. Data analysis techniques using descriptive analysis and profitability ratio formula consisting of net profit margin, return on assets, and return on equity.”The data in this study are financial statements in the form of a balance sheet and income statement of PT. Unilever Indonesia Tbk as of December 31 2014-2018, where company data was taken at the Makassar Indonesia Stock Exchange on Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 124 Makassar.” The results “showed that the financial performance of PT. Unilever Indonesia Tbk during 2014-2018 based on profitability analysis has fluctuated where the value of the variable net profit margin, return on assets and return on equity has decreased and increased. Net profit margin decreased in 2015 and 2016, each by 0.59% and 0.08%, and increased in 2017 and 2018 which were 1.04% and 4.79% respectively. Return on assets decreased by 3.0% in 2015, an increase of 1.0% in 2016, and again decreased 1.11% in 2017 and in 2018 again rose by 9.61%. Return on equity decreased in 2015, 2017 and 2018, each of which was 3.56%, 0.45% and 15.19% and the increase in 2016 amounted to 14.63%”.

Keywords : Profitability, Financial Performance PENDAHULUAN

Tujuan akhir yang terpenting bagi sebuah perusahaan ialah mendapatkan laba (profit) yang maksimal, disamping hal yang lain”.

Keberhasilan dalam mencapai tujuan akhir tersebut akan membuat perusahaan dapat memberikan yang terbaik untuk kesejahteraan para karyawan, pemilik, peningkatan kualitas produk dan investasi baru. Untuk itu, target yang telah ditetapkan harus mampu dipenuhi oleh pihak manajemen.”

Kemampuan perusahaan atau organisasi dalam menghasilkan laba atau keuntungan disebut profitabilitas. Untuk mengukur prestasi yang dicapai perusahaan umumnya alat ukur yang digunakan adalah laba atau keuntungan.

Tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. “Hal tersebut juga akan mempengaruhi keputusan bagi kalangan investor yang ingin menanamkan modalnya di suatu perusahaan dimana ia menginginkan tingkat pengembalian tinggi dari investasi.”

Suatu prestasi yang telah diperoleh dari suatu organisasi atau perusahaan disebut dengan kinerja. Kinerja keuangan ialah gambaran aktivitas yang dilakukan untuk menggapai tujuan

bisnis pada periode tertentu. Penilaian kinerja keuangan sangat penting sebagai saran dalam memperbaiki segala kelemahan-kelemahan suatu perusahaan agar dapat mengalami pertumbuhan keuangan yang lebih baik serta dapat mempertahankan eksistensinya di dunia persaingan.”

Rasio profitabilitas adalah salah satu cara dalam menilai kemampuan kinerja keuangan dari sebuah perusahaan. Selain itu, untuk melihat tingkat keefektifan manajemen perusahaan bisa menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio atau perbandingan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (profit).”

Rasio profitabilitas terdiri dari net profit margin (NPM), return on asset (ROA), dan return on equity (ROE)”. Net profit margin (NPM) digunakan untuk mengukur berapa besar laba setelah pajak (laba bersih) yang dapat diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. “Return on assets (ROA) atau biasa disebut return on investment (ROI) digunakan untuk mengukur besarnya laba setelah pajak yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan (aset) yang dimiliki perusahaan. Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur berapa besar

(2)

laba setelah pajak (laba bersih) yang didapat dari modal atau investasi pemegang saham di suatu perusahaan.”

PT. Unilever Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan manufaktur yang terbuka dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange). Produk-produk yang dihasilkan Unilever sudah tak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai perusahaan yang dikenal dengan pimpinan pasar (market leader), PT. Unilever Indonesia Tbk banyak diminati para investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut. “Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui profitabilitas PT.

Unilever Indonesia Tbk yang dapat bermanfaat dalam penilaian kinerja keuangan.

Perkembangan laba PT. Unilever Indonesia Tbk dari tahun 2014 hingga 2018 dapat dilihat melalui tabel dibawah” :

Tabel 1. Laporan Laba Rugi PT. Unilever Indonesia Tbk”

Tahun Laba Perkembangan Laba

2014 5.738.523 -

2015 5.851.805 2%

2016 6.390.672 9%

2017 7.004.562

10%

2018 9.109.445 30%

Sumber : PT. Unilever Indonesia Tbk

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa laba PT. Unilever Indonesia Tbk selama tahun 2014 hingga 2018 terus meningkat”. Jika dilihat dari presentase perkembangan labanya, kenaikannya tidak stabil dari tahun ke tahun. Untuk itu, penulis sangat ingin mengetahui tentang bagaimana kinerja keuangan perusahaan tersebut dilihat dari profitabilitasnya. Dengan demikian, penulis tertarik menganalisis salah satu rasio keuangan yaitu rasio profitabilitas untuk mengetahui bagaimana kinerja manajemen perusahaan tersebut dilihat dari tingkat profitabilitasnya.”

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis ingin mengkaji lebih jauh dengan melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Profitabilitas Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Unilever Indonesia Tbk Di Bursa Efek Indonesia Makassar”.

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dirumuskan yaitu bagaimana kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk di Bursa Efek Indonesia Makassar tahun 2014-2018 berdasarkan analisis profitabilitas ?

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk di Bursa Efek Indonesia Makassar tahun 2014-2018 berdasarkan analisis profitabilitas.

TINJAUAN LITERATUR

Informasi yang menggambarkan kondisi sebuah perusahaan bisa diketahui dari laporan keuangan. Hasil dari laporan keuangan akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja keuangan suatu perusahaan.

Laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu para pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi yang bersifat finansial.

Laporan keuangan umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan (Fahmi, 2014).”

Laporan keuangan merupakan alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dari suatu perusahaan. Dari laporan keuangan dapat diketahui posisi keuangan perusahaan serta hasil- hasil yang telah dicapai. Laporan keuangan juga merupakan ringkasan proses perhitungan setiap tutup pembukuan yang digunakan untuk melihat perkembangan perusahaan (Mulyawan, 2015).

Menurut Harahap (2016), analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan keuangan. Analisis adalah memecahkan atau menguraikan suatu unit menjadi unit terkecil”. Sementara itu, laporan keuangan yang dimaksud adalah neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.

Menurut Jumingan dalam Sulindawati dkk (2017), angka yang menyatakan hubungan antar satu bagian dengan bagian lain dalam laporan keuangan disebut rasio”. Matematis sederhana adalah bentuk yang biasa dijelaskan dari hubungan tersebut. “Agar penganalisis dapat menyimpulkan rasio-rasio dalam kondisi untung atau tidak, maka harus ada tolak ukur atau standar yang layak untuk dijadikan pembanding.”

Menurut James C Van Home dalam Kasmir (2017), rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan antara dua angka

(3)

akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan. Kinerja yang dihasilkan perusahaan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kedepan sehingga dapat meningkatkan atau mempertahankan kinerja manajemen dan target perusahaan.”

Dengan demikian, rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu bagian dengan bagian lain dalam satu laporan atau antar bagian yang ada dalam laporan keuangan. Angka yang diperbandingkan dapat berupa angka satu periode atau beberapa periode.”.

Menurut Riyanto dalam Sumarlin (2016), rasio keuangan dikelompokkan menjadi empat yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan rasio profitabilitas. Hal serupa juga disampaikan oleh Diana (2018) yang mengatakan rasio keuangan dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu : (1) rasio likuiditas, ialah rasio untuk mengukur kemampuan dalam memenuhi kewajiban finansialnya atau kewajiban jangka pendek, (2) rasio solvabilitas, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang,,(3) rasio aktivitas, yaitu digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya, dan (4) rasio profitabilitas atau rentabilitas, adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (laba) hubungannya dengan nilai penjualan, aset, dan modal sendiri.”

Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) melalui kemampuan sumber daya yang dimiliki (kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, cabang dan sebagainya) disebut dengan profitabilitas. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, suatu perusahaan harus berada pada keadaan menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi suatu perusahaan untuk menarik modal dari luar (Harahap, 2016).

Menurut Syamsuddin (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas terdiri dari”volume penjualan, modal sendiri dan total aktiva. “

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2015), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualannya, dari aset-aset yang dimilikinya,

atau dari ekuitas yang dimilikinya. Kemampuan menghasilkan laba dari penjualan biasa berbeda untuk perusahaan dengan bisnis yang berbeda.

Misalnya toko yang menjual meubel, sepatu akan mendapatkan laba yang relatif lebih besar dibandingkan dengan penjual mie instan, rokok, dan sebagainya.”

Menurut Diana (2018), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aset, dan modal sendiri. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan selama satu periode tertentu merupakan arti dari profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahan dalam mendapatkan laba (profit).”

Tujuan dan manfaat rasio profitabilitas yaitu (Kasmir, 2017)” : (1) menilai kedudukan dan pertumbuhan laba dari masa ke masa, (2) menghitung profit yang didapatkan suatu perusahaan, (3) menilai keproduktifan semua dana yang dipakai seperti modal sendiri ataupun pinjaman, dan (4) untuk melihat besarnya modal sendiri dan laba setelah pajak.”

Menurut Sugiono dan Untung (2016), rasio atau perbandingan yang digunakan untuk mengukur profitabilitas antara lain terdiri dari net profit margin (NPM)/return on sales (ROS), return on asset (ROA)/return on investment (ROI), dan return on equity (ROE).”

Menurut Diana (2018), net profit margin menunjukkan berapa besar presentase pendapatan bersih yang didapatkan perusahaan dari setiap penjualan. Jika rasio semakin besar, berarti kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi pada tingkat penjualan tertentu sehingga dianggap baik.

Tetapi jika rasionya rendah, berarti penjualan perusahaan terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya-biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu atau keduanya.

Menurut Riyanto dalam Sumarlin (2016), net profit margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan bersih. Net profit margin (NPM) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut “:

Alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba Alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam sebuah perusahaan disebut dengan return on asset. Bila rasio ini

(4)

semakin tinggi, berarti baik keadaan suatu perusahaan dikatakan baik. Return on assets juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Syamsuddin, 2016).”

Return on asset ialah cara untuk mengukur tingkat pengembalian bisnis atas semua aset yang dipakai serta untuk mengetahui efisiensi penggunaan dana. Dengan demikian, rasio ini sering disebut return on investment (Sugiono dan Untung, 2016).”

Return on equity adalah suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham prefen) atas modal yang diinvestasikan didalam perusahaan. Menurut Safitri dan Mukaram (2018), return on equity digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal sendiri.

Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin besar tingkat engembalian dana yang diberikan kepada pemegang saham (Syamsuddin, 2016).”

Menurut Sugiono dan Untung (2016), rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis dari seluruh modal yang ada. Return on equity (ROE) merupakan salah satu indikator yang digunakan pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani.

Semakin tinggi rasio berarti posisi pemilik perusahaan semakin kuat dan begitupun sebaliknya”. Rumus untuk mencari return on equity :

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Kinerja keuangan adalah gambaran tentang keberhasilan perusahaan berupa hasil yang telah dicapai dari aktivitas yang dilakukannya (Fahmi, 2018).”

Menurut Fahmi (2018), penilaian kinerja keuangan dimanfaatkan manajemen untuk : (a) mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum, (b) mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum”, (c) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, (d) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan yang berguna dalam penyediaan

kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan”, (e) untuk mengetahui bagaimana atasan menilai kinerja karyawan dengan melakukan umpan balik bagi karyawan.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang diajukan yaitu”:

H : Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk selama tahun 2014-2018 berdasarkan analisis profitabilitas mengalami peningkatan.”

Gambar 1.

Model Penelitian Analisis Profitabilitas :

Sumber : Safitri dan Mukaram (2018) METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus rasio profitabilitas yang terdiri dari net profit margin (NPM), return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) untuk menjelaskan mengenai penilaian kinerja keuangan PT Unilever Indonesia Tbk berdasarkan profitabilitas yang dicapai”.

Penelitian ini dilakukan pada PT. Unilever Indonesia Tbk, dimana data perusahaan diambil melalui Bursa Efek Indonesia Makassar yang beralamat di Jl. DR. Sam Ratulangi No. 124 Makassar. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Juli hingga Agustus 2019”.

Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu: (1) jenis data terdiri dari : (a) data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka (Sugiyono, 2017). Data kuantitatif yang digunakan yaitu data laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi, (b) data kualitatif, yaitu data yang diuraikan dalam bentuk ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu (Tersiana, 2018)”.Data ini berguna untuk mengetahui gambaran umum perusahaan. (2) Sumber data : yaitu “data sekunder yang diperoleh melalui laporan dan dokumentasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, yaitu laporan keuangan perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).”

Net Profit Margin (X1) Return On Asset (X2) Return On Equity (X3)

Kinerja Keuangan

(Y)

(5)

Dalam mendapatkan data penelitian dan keterangan-keterangan lainnya yang diperlukan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui : (1) dokumentasi, yaitu dengan melihat dan mempelajari dokumen laporan keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk sesuai kebutuhan penelitian, (2) studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dari buku literatur, bahan kuliah yang berhubungan dengan materi.”

Populasi dan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : (1) populasi : menurut Sugiyono (2017), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karasteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan PT.

Unilever Indonesia Tbk di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 hingga 2018, (2) sampel : menurut Tersiana (2018), “sampel adalah bagian dari sejumlah karasteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian- penelitian yang nanti kesimpulannya akan berlaku untuk semua populasi. Sampel yang digunakan yaitu laporan keuangan per 31 Desember berupa neraca dan laporan laba rugi tahun 2014-2018.”

Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari : (1) variabel bebas (X) : menurut Sugiyono (2017), “variabel bebas atau variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu profitabilitas yang terdiri atas net profit margin, return on equity, dan return on asset”.(2) variabel terikat (Y) : variabel terikat atau

“variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017).

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kinerja keuangan.”

Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari : (1) analisis deskriptif, yaitu dilakukan untuk mengetahui nilai masing-masing variabel baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan maupun hubungan dengan variabel yang lain (Tersiana, 2018).

Analisa deskriptif digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai analisis profitabilitas dalam penilaian terhadap kinerja keuangan PT Unilever Indonesia Tbk, (2) rumus rasio profitabilitas, yang terdiri dari:

HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Net Profit Margin (NPM)

Tabel 2. Laba dan Penjualan Bersih Tahun 2014-2018

Tahun Laba Setelah Pajak

Penjualan Bersih 2014

2015 2016 2017 2018

NPM2014 = 5.738.523/34.511.534 = 0,1663 =16,63%

NPM2015= 5.851.805/36.484.030 = 0,1604 =16,04%

NPM2016 = 6.390.672/40.053.732= 0,1596 = 15,96%

NPM2017 = 7.004.562/41.204.510= 0,1700 = 17,00%

NPM2018 = 9.109.445/41.802.073= 0,2179 = 21,79%

Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat dideskripsikan keadaan net profit margin PT.

Unilever Indonesia Tbk sebagai berikut : (a) pada tahun 2014, net profit margin sebesar 16,63% yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 5.738.523 dan penjualan bersih Rp. 34.511.534 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- penjualan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 16,63, (b) pada tahun 2015, net profit margin yang dicapai menurun 0,59% dari 16,63% di tahun 2014 menjadi 16,04% pada tahun 2015 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp.

5.851.805 dan penjualan bersih Rp. 36.484.030 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- penjualan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 16,04, (c)

(6)

pada tahun 2016, net profit margin mengalami penurunan sebesar 0,08% dari 16,04% di tahun 2015 menjadi 15,96% di tahun 2016 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 6.390.672 dan penjualan bersih Rp. 40.053.732 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- penjualan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.15,96, (d) pada tahun 2017, net profit margin mengalami kenaikan sebesar 1,04% dari 15,96%

di tahun 2016 menjadi 17,00% di tahun 2017 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 7.004.562 dan penjualan bersih Rp. 41.204.510 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- penjualan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 17,00, dan (e) pada tahun 2018, NPM mengalami kenaikan sebesar 4,79% dari 17,00% di tahun 2017 menjadi 21,79% di tahun 2018 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 9.109.445 dan penjualan bersih Rp. 41.802.073 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- penjualan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 21,79.

Tabel 3. Perkembangan Net Profit Margin Tahun 2014-2018

Tahun Net Profit Margin (%)

Perkembangan(%)

2014 16,63 -

2015 16,04 -0,59

2016 15,96 -0,08

2017 17,00 1,04

2018 21,79 4,79

Sumber : Hasil olahan data

Berdasarkan tabel 3, net profit margin pada tahun 2014 sebesar 16,63% . Pada tahun 2015, menurun sebesar 0,59% dari 16,63% di tahun 2014 menjadi 16,04% pada tahun 2015. Tahun 2016 kembali mengalami penurunan sebesar 0,08% dari 16,04% di tahun 2015 menjadi 15,96% di tahun 2016. Penurunan ini disebabkan karena terjadinya peningkatan penjualan yang diimbangi dengan peningkatan biaya-biaya dari tahun ke tahun yang menyebabkan rendahnya net profit margin. Tetapi, pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 1,04% yang sebelumnya sebesar 15,96% di tahun 2016 menjadi 17,00% di tahun 2017. Tahun 2018, kembali mengalami kenaikan sebesar 4,79% dari 17,00% di tahun 2017 menjadi 21,79% di tahun 2018. Kenaikan ini terjadi karena adanya peningkatan penjualan dan penurunan jumlah biaya yang menyebabkan presentase kenaikan laba lebih besar.

Perhitungan Return On Asset (ROA)

Tabel 4. Laba dan Total Aktiva Tahun 2014-2018

Tahun Laba Setelah Pajak

Total Aktiva

2014 2015 2016 2017 2018

ROA2014 = 5.738.523/14.280.670 = 0,4018 = 40,18%

ROA2015 = 5.851.805/15.729.945 = 0,3720 = 37,20%

ROA2016 = 6.390.672/16.745.695 = 0,3816 = 38,16%

ROA2017 = 7.004.562/18.906.413 = 0,3705 = 37,05%

ROA2018 = 9.109.445/19.522.970 = 0,4666 = 46,66%

Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat dideskripsikan keadaan return on asset PT.

Unilever Indonesia Tbk sebagai berikut : (a) pada tahun 2014, return on asset mencapai 40,18% yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 5.738.523 dan total aktiva Rp. 14.280.670 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- aktiva menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 40,18, (b) pada tahun 2015, return on asset yang dicapai menurun 3,0% dari 40,18% di tahun 2014 menjadi 37,20% pada tahun 2015 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 5.851.805 dan total aktiva Rp. 15.729.945 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- aktiva menghasilkan keuntungan sebesar Rp.

37,20, (c) pada tahun 2016, return on asset mengalami kenaikan sebesar 1,0% dari 37,20%

di tahun 2015 menjadi 38,16% di tahun 2016 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 6.390.672 dan total aktiva Rp. 16.745.695 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- aktiva menghasilkan keuntungan sebesar Rp.38,16, (d) pada tahun 2017, return on asset mengalami penurunan sebesar 1,11% dari 38,16% di tahun 2016 menjadi 37,05% di tahun 2017 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 7.004.562 dan total aktiva Rp. 18.906.413 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- aktiva menghasilkan keuntungan sebesar

(7)

Rp. 37,05, (e) pada tahun 2018, return on asset mengalami kenaikan sebesar 9,61% dari 37,05%

di tahun 2017 menjadi 46,66% di tahun 2018 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 9.109.445 dan total aktiva Rp. 19.522.970 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- aktiva menghasilkan keuntungan sebesar Rp.

46,66.

Tabel 5. Perkembangan Return On Asset Tahun 2014-2018

Tahun Return On Asset (%)

Perkembangan(%)

2014 40,18 -

2015 37,20 -3,0

2016 38,16 1,0

2017 37,05 -1,11

2018 46,66 9,61

Sumber : Hasil olahan data

Dari tabel 5, dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 return on asset semua aktiva yang dimiliki, walaupun adanya peningkatan aktiva tiap tahun namun belum dapat menghasilkan laba yang mencapai 40,18%. Pada tahun 2015, mengalami penurunan sebesar 3,0% yang menandakan bahwa perusahaan belum dapat mengefektivitaskan optimal. Pada tahun 2016, return on asset mengalami peningkatan sebesar 1,0% yang menunjukkan bahwa pada tahun tersebut Unilever berusaha mengoptimalkan aktiva yang dimiliki.

Namun tahun 2017 return on asset kembali menurun sebesar 1,11%. Tahun berikutnya, yaitu 2018 return on asset kembali mengalami kenaikan sebesar 9,61% yang menunjukkan bahwa Unilever berusaha untuk mengoptimalkan aset yang dimiliki untuk meningkatkan return on asset menjadi lebih besar. Dari hasil perhitungan ini, dapat dikatakan bahwa return on asset selama tahun 2014-2018 mengalami fluktuasi.

Perhitungan Return On Equity (ROE) Tabel 6.

Laba dan Total Ekuitas Tahun 2014-2018 Tahun Laba Setelah

Pajak

Total Ekuitas

2014 4.598.782

2015 4.827.360

2016 4.704.258

2017 5.173.388

2018 7.578.133

ROE2014 = 5.738.523/4.598.782 = 1,2478 =124,78%

ROE2015 = 5.851.805/4.827.360 = 1,2122 =121,22%

ROE2016 = 6.390.672/4.704.258 = 1,3585 = 135,85%

ROE2017 = 7.004.562/5.173.388 = 1,3540 = 135,40%

ROE2018 = 9.109.445/7.578.133 = 1,2021 = 120,21%

Dari perhitungan diatas, maka dapat dideskripsikan keadaan return on equity sebagai berikut : (a) pada tahun 2014, return on equity mencapai 124,78% yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 5.738.523 dan total ekuitas Rp.

4.598.782 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- modal perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 124,78, (b) pada tahun 2015, return on equity yang dicapai menurun 3,56% dari 124,78% di tahun 2014 menjadi 121,22% pada tahun 2015 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp.

5.851.805 dan total ekuitas Rp. 4.827.360 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- modal perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 121,22, (c) pada tahun 2016, return on equity mengalami kenaikan sebesar 14,63% dari 121,22% di tahun 2015 menjadi 135,85% di tahun 2016 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp.

6.390.672 dan total ekuitas Rp. 4.704.258 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- modal perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.135,85, (d) pada tahun 2017, return on equity mengalami penurunan sebesar 0,45% dari 135,85% di tahun 2016 menjadi 135,40% di tahun 2017 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp.

7.004.562 dan total ekuitas Rp. 5.173.388 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- modal perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 135,40, (e) pada tahun 2018, return on equity kembali menurun sebesar 15,19% dari 135,40% di tahun 2017 menjadi 120,21% di tahun 2018 yang diperoleh dengan membandingkan antara laba setelah pajak Rp. 9.109.445 dan total ekuitas Rp. 7.578.133 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- modal perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 120,21.

(8)

Tabel 7. Perkembangan Return On Equity Tahun 2014-2018

Tahun Return On Equity (%)

Perkembangan(%)

2014 124,78 -

2015 121,22 -3,56

2016 135,85 14,63

2017 135,40 -0,45

2018 120,21 -15,19

Sumber : Hasil olahan data

Dari tabel 7, dapat diketahui bahwa return on equity cenderung menurun. Hal ini bisa dilihat pada tahun 2015, 2017, dan 2018 return on equity PT.

Unilever mengalami penurunan meskipun ekuitas perusahaan besar dan laba yang terus naik. Tetapi kenaikan ekuitas lebih besar dari laba yang berarti bahwa perusahaan tidak mampu memaksimalkan sumber daya (ekuitas) untuk mencetak keuntungan yang besar. Kenaikan return on equity hanya terjadi pada tahun 2016 sebesar 14,63% karena pada tahun ini jumlah ekuitas menurun dari tahun sebelumnya dan laba yang terus naik yang menunjukkan bahwa pada tahun tersebut Unilever mampu memaksimalkan ekuitas untuk menghasilkan laba yang lebih besar.

Pembahasan pada penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis profitabilitas PT.

Unilever Indonesia Tbk selama lima tahun terakhir (2014-2018) yang digunakan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk. Berdasarkan hasil analisis profitabilitas PT.

Unilever Indonesia Tbk tahun 2014-2018 dapat dilihat bahwa kinerja keuangan berdasarkan analisis profitabilitas cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari net profit margin, return on asset dan return on equity yang mengalami peningkatan dan penurunan atau tidak stabil dari tahun ke tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan net profit margin tahun 2014-2015 terjadi penurunan dan peningkatan (tidak stabil). Penurunan terjadi pada tahun 2015-2016 yang disebabkan karena terjadi peningkatan penjualan yang diimbangi dengan peningkatan biaya atau beban. Hal ini menandakan bahwa perusahaan tidak efektif dalam meminimalkan beban operasionalnya. Sementara tahun 2017-2018, net profit margin mengalami kenaikan karena terjadi peningkatan penjualan tetapi kenaikan beban lebih kecil sehingga dapat

meningkatkan net profit margin. Pada tahun ini, menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan mengalami peningkatan.

Berdasarkan perhitungan return on asset, terjadi fluktuasi dari tahun ke tahun. Puncak kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu 46,66%, dan puncak penurunan terjadi pada tahun 2015. Hal ini berarti bahwa perusahaan belum mampu mengelola aktivanya secara efisien yang dilihat dari terjadinya turun naiknya dalam pengembalian aktiva.

Berdasarkan perhitungan return on equity dari 2014-2018 cenderung menurun.

Peningkatan hanya terjadi pada tahun 2016 yang menandakn perusahaan mampu memaksimalkan ekuitas yang tersedia meskipun terjadi penurunan ekuitas pada tahun tersebut.

Penurunan terjadi pada tahun 2015, 2017 dan 2018 yang disebabkan karena perusahaan tidak dapat memaksimalkan sumber daya (ekuitas) menjadi keuntungan. Hal ini menandakan bahwa perusahaan tidak dapat memuaskan kepentingan pemegang saham (pembagian deviden yang besar). Dari hasil analisis dan pembahasan ini, maka hipotesis yang diajukan ditolak karena berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT.

Unilever Indonesia Tbk tahun 2014-2018 berdasarkan analisis profitabilitas cenderung mengalami fluktuasi.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: (a) berdasarkan net profit margin selama tahun 2014-2018 terjadi penurunan dan kenaikan (tidak stabil).

Penurunan terjadi pada tahun 2015 dan 2016 sementara tahun selanjutnya yaitu tahun 2017 dan 2018 mengalami kenaikan. Sedangkan dilihat dari return on asset, terjadi penurunan dan kenaikan secara berganti (fluktuasi) dari tahun ketahun. Dan berdasarkan return on equity selama tahun 2014-2018 cenderung menurun dimana kenaikan hanya terjadi selama satu tahun yaitu di tahun 2016, (b) secara umum kinerja keuangan berdasarkan analisis profitabilitas selama tahun 2014-2018 mengalami fluktuasi, dimana variable net profit margin, return on asset dan return on equity mengalami kenaikan dan penurunan.

(9)

Untuk meningkatkan kinerja keuangan, maka perusahaan harus memperhatikan perbaikan profitabilitas dengan meningkatkan efisiensi penggunaan biaya operasional serta memaksimalkan penggunaan aset dan ekuitas dengan cermat dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Diana, S.R. (2018). Analisis Laporan Keuangan dan Aplikasinya. Bogor : IN MEDIA Fahmi, I. (2014). Analisis Kinerja Keuangan :

Panduan Bagi Akademis, Manajer dan Investor Untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis Dari Aspek keuangan. Bandung : Alfabeta.

Fahmi, I. (2018). Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Husnan, S. & Pudjiastuti E. (2015). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN .

Harahap, S. S. (2016). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali pers.

Kasmir. (2017). Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta : Rajawali pers.

Kasmir. (2017). Pengantar Manajemen Keuangan Edisi Kedua. Jakarta : Kencana.

Mulyawan, S. (2015). Manajemen Keuangan.

Bandung : Pustaka Setia.

Sugiono, A. & Untung E. (2016). Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan Edisi Revisi. Jakarta : PT. Grasindo.

Syamsuddin, L. (2016). Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan. Jakarta : Rajawali Pers.

Sulindawati, N. L. G. E. dkk. (2017).

Manajemen Keuangan : Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Bisnis. Depok : Rajawali Pers.

Safitri, A. M & Mukaram. (2018). Pengaruh ROA, ROE, dan NPM Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Bisnis dan Investasi Vol.4, No.1, April 2018.Diakses pada tanggal 23 Mei

2019 melalui website

https://jurnal.polban.ac.id/index.php/an/art icle/view/990.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumarlin, A. (2016). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Equity, Vol 11 No.1. Makassar : STIE YPUP. Diakses pada tanggal 12 September 2019 melalui websitebhttp://ojs.stkipypup.ac.id/index.ph p/equity/issue/view/10/Abdul%20Sumarli n.

Tersiana, A. (2018). Metode Penelitian.

Yogyakarta : Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Rasio keuntungan atau profitabilitas ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu