• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER "

Copied!
110
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Konteks Penelitian

Dimana sebagian besar gelandangan dan pengemis di Kabupaten Bondowoso berasal dari luar kabupaten seperti Bali, Banyuwangi, Jember. Para gelandangan dan pengemis di Kabupaten Bondowoso sebagian besar lahir karena merasa nyaman dengan penghasilan dari mengemis, tanpa perlu khawatir mencari pekerjaan karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Jadi, ada fenomena terkait masalah gelandangan dan pengemis yang pelaksanaannya berdasarkan peraturan.

Fokus Penelitian

Bupati Nomor 29.A Tahun 2016 tentang Penanganan dan Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Bondowoso masih belum maksimal, hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemenuhan Hak Konstitusional Gelandangan dan Pengemis Berdasarkan Bupati Peraturan nomor 29.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Definisi Istilah

Jimly Asshiddiqie mengatakan hak konstitusional adalah hak warga negara yang dilindungi oleh UUD 1945.14 Hak konstitusional warga negara dilindungi oleh negara. Hak-hak tersebut merupakan hak yang dimiliki setiap warga negara tanpa kecuali dan dijamin dalam UUD 1945. 15 Tati Krisnawaty dkk, Pemenuhan Hak Konstitusional Warga Negara: Modul Pelatihan, (Jakarta: Komnas Perempuan, 2012), 49.

Sistematika Pembahasan

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Penelitian Terdahulu

Persamaannya dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas salah satu hak konstitusional bagi tunawisma dan pengemis, yaitu hak atas kesehatan. Tesis ini membahas tentang implementasi Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2014 tentang Bentuk Jaminan Sosial Bagi Gelandangan dan Pengemis. 18 Pragita Fitriani, Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Dalam Pemenuhan Hak Kesehatan Bagi Gelandangan dan Pengemis di Kota Tegal.

Kajian Teori

Keadaan sejahtera mengacu pada pengertian kesejahteraan sosial, yaitu keadaan terpenuhinya kebutuhan material dan non material. Oleh karena itu, pemerintah mempunyai peran yang lebih besar untuk pemerataan kesejahteraan sosial bagi seluruh warga negara. Prinsip solidaritas adalah penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus dilandasi oleh kepedulian sosial untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dengan penuh empati dan kasih sayang.

Asas keadilan adalah dalam penyelenggaraan pelayanan sosial harus ditekankan pada aspek kesetaraan, non-diskriminasi, dan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Asas manfaat adalah penyelenggaraan pelayanan sosial harus menghasilkan manfaat yang meningkatkan kualitas hidup warga negara. Prinsip integrasi adalah penyelenggaraan pelayanan sosial harus mengintegrasikan berbagai komponen terkait sehingga dapat berjalan secara terkoordinasi dan sinergis.

Prinsip kemitraan adalah dalam menangani masalah kesejahteraan sosial diperlukan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat, pemerintah sebagai penanggung jawab dan masyarakat sebagai mitra pemerintah dalam menangani masalah kesejahteraan sosial dan meningkatkan amal sosial. Prinsip keterbukaan adalah memberikan akses seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memperoleh informasi terkait penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Asas akuntabilitas adalah setiap penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Asas profesionalisme adalah setiap penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi masyarakat harus dilandasi oleh profesionalisme sesuai dengan ruang lingkup tugasnya dan dilaksanakan semaksimal mungkin. 30 John Rawls, Teori Keadilan: Dasar-dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara, (Yogyakarta: Pustaka Mahasiswa, 2006), 72. Kesejahteraan sosial mencakup upaya pemenuhan hak-hak masyarakat yang berkaitan dengan kebutuhan dasarnya.37 Kesejahteraan sosial menyangkut hak-hak masyarakat yang wajib dipenuhi dan dilindungi oleh negara, dan hak-hak tersebut berkaitan erat dengan kelangsungan hidupnya.

METODE PENELITIAN

  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Lokasi Penelitian
  • Subyek Penelitian
  • Tahap-tahap Penelitian

Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi gelandangan dan pengemis di Kabupaten Bondowoso. Implementasi Pemenuhan Hak Konstitusional Gelandangan dan Pengemis dalam Peraturan Bupati Nomor 29.A Tahun 2016 di Kabupaten Bondowoso. Hak konstitusional para gelandangan dan pengemis telah dipenuhi berdasarkan Peraturan Bupati No. 29.A Tahun 2016 di Kabupaten Bondowoso.

Implementasi pemenuhan hak konstitusional gelandangan dan pengemis berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 29.A Tahun 2016 di Kabupaten Bondowoso. Pemenuhan hak konstitusional gelandangan dan pengemis layak atau tidak berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 29.A Tahun 2016 di Kabupaten Bondowoso. Yaitu agar peneliti lebih mudah mendapatkan wawasan mengenai pemenuhan hak konstitusional para gelandangan dan pengemis di Kabupaten Bondowoso berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 29.A Tahun 2016.

Atas dasar terjaminnya hak konstitusional yang ada dalam kegiatan preventif terhadap gelandangan dan pengemis yaitu. Rumah semi terpisah ini merupakan wujud perwujudan kesejahteraan sosial para tunawisma dan pengemis. Dinas sosial sebagai instansi yang bertanggung jawab menjamin hak atau jaminan sosial para tunawisma dan pengemis.

34; Upaya Penanggulangan Tunawisma dan Pengemis (Gepeng) Sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Yogyakarta.” Komunitas.

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Gambaran Objek Penelitian

Implementasi kesejahteraan dalam permasalahan kesejahteraan sosial dimana kesejahteraan sosial masih belum dirasakan secara menyeluruh oleh setiap warga negara. Kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan warga negara baik materiil, spiritual, dan sosial agar dapat hidup layak dan mampu berkembang sehingga dapat menjalankan fungsi sosialnya.45. Dalam hal ini ditujukan kepada mereka yang mempunyai kehidupan yang tidak layak kemanusiaan dan mempunyai kriteria masalah sosial :. gangguan sosial dan penyimpangan perilaku;. korban kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.46.

Dinas Sosial Kabupaten Bondowoso merupakan lembaga atau instansi yang berperan dalam menyelenggarakan dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat di Bondowoso. Dinas Sosial Kabupaten Bondowoso bertugas membantu kabupaten dalam menangani urusan negara yang merupakan kewenangan pemerintah kabupaten di bidang sosial. 47 Peraturan Daerah Nomor 88 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial Kabupaten Bondowoso.

Struktur organisasi dan tata kerja Dinas Sosial Kabupaten Bondowoso Struktur organisasi dan tata kerja Dinas Sosial Kabupaten Bondowoso tertuang dalam Peraturan Bupati nomor 88 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Kabupaten Bondowoso Bakti sosial. Susunan organisasi Dinas Sosial sebagaimana tercantum dalam Peraturan Bupati Nomor 88 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Sosial Kabupaten Bondowoso pada pasal 3 terdiri atas kepala dinas, sekretaris, kepala divisi. , kepala subbagian, dan kepala jenis kelamin. Tata kerja Dinas Sosial diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 88 Tahun 2016 tentang Kedudukan dan Komposisi.

Penyajian Data Dan Analisis

Norma hukum tersebut salah satunya adalah Peraturan Bupati yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso yang berisi tentang pemberdayaan dan penanggulangan gelandangan dan pengemis di Kabupaten Bondowoso. Dalam hal ini, kami bekerja sama dengan Satpol PP untuk mencari para gelandangan dan pengemis yang kedapatan mengemis. A dari tahun 2016 tentang Penanganan dan Penguatan Gelandangan dan Pengemis yang dilaksanakan melalui upaya preventif, pemaksaan, rehabilitasi, dan reintegrasi sosial. a) Dalam Pasal 7 tentang tindakan pencegahan: 48.

49 Keputusan Bupati No. 29.A Tahun 2016 tentang Perawatan dan Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis, Pasal 8. H. kesejahteraan dan bantuan; . Saya. manajemen resosialisasi; . J. instruksi lebih lanjut; . k. referensi. Sesuai dengan isi Keputusan Bupati no. 29.A Tahun 2016 dilaksanakan mengenai perlakuan dan pemberdayaan gelandangan dan pengemis sesuai prosedur. Bahkan para tunawisma dan pengemis yang merupakan kelompok masyarakat terbawah pun berhak mendapat jaminan hak konstitusionalnya.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Mulyati, 61 tahun, salah satu gelandangan dan pengemis asal Kota Kulon mengatakan hal tersebut. Gelandangan dan pengemis rentan terserang penyakit karena pola hidup yang tidak sehat, tinggal di sepanjang jalan yang tidak sesuai tentu akan sangat rentan terserang penyakit. Hasil wawancara dengan Pak Yayan selaku RT 35 Kota Kulon mengungkapkan bahwa shelter tersebut dihuni oleh anak jalanan, gelandangan dan pengemis.

Dari pemerintah, mereka yang terdaftar dalam DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) dan tergolong keluarga miskin biasanya akan mendapat bantuan berupa uang tunai untuk anak tunawisma dan pengemis yang terdaftar sebagai warga Bondowoso.

Pembahasan Temuan

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan upaya preventif sebagai upaya untuk mencegah munculnya gelandangan dan pengemis di tengah masyarakat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. Hal ini dilakukan agar para tunawisma dan pengemis dapat pulih dan mengembangkan keterampilannya sehingga dapat kembali menjalankan fungsi sosial normal. Tentu saja, penanganan permasalahan sosial memerlukan langkah-langkah terarah yang berkelanjutan agar para tunawisma dan pengemis dapat hidup mandiri.

Dalam hal ini gelandangan dan pengemis yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Bondowoso untuk ditangani adalah mereka yang keberadaannya berada dalam wilayah kewenangan Dinas Sosial Kabupaten Bondowoso. Namun program ini belum berjalan sehingga QSUT ini belum dilepas untuk dibagikan kepada para gelandangan dan pengemis yang belum memiliki SKI. Dinas sosial tidak mengabaikan asuransi kesehatan sebagai bentuk perlindungan sosial bagi setiap orang, yaitu para tunawisma dan pengemis yang tentunya mempunyai hak atas perlindungan kesehatan.

Sehingga pemerintah menunaikan kewajibannya untuk memberikan kesejahteraan kepada para tunawisma dan pengemis sehingga dapat memperoleh penghidupan yang layak. Melalui pembahasan Pemenuhan Hak Konstitusional Gelandangan dan Pengemis berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 29.A Tahun 2016 di Kabupaten Bondowoso, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut. Implementasi pemenuhan hak konstitusional gelandangan dan pengemis berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 29.A Tahun 2016 di Kabupaten Bondowoso oleh bidang rehabilitasi sosial dilakukan, baik dalam upaya pemaksaan, upaya rehabilitasi, upaya preventif, dan terakhir upaya reintegrasi. .

Tanggung Jawab Pemerintah Daerah dalam Pemenuhan Hak Kesehatan bagi Gelandangan dan Pengemis di Kota Tegal.” Diss.

PENUTUP

Kesimpulan

Namun dalam implementasinya, masih kurang ketegasan antara pemerintah kabupaten dan penegak hukum dalam memberikan sanksi bagi para gelandangan dan pengemis yang kembali mengemis serta belum adanya kepastian status akomodasi di rumah singgah diluar. jangka waktu perjanjian yang ditentukan. Mengenai hak konstitusional gelandangan dan pengemis yang telah terpenuhi berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 29.A Tahun 2016 dijelaskan bahwa hak konstitusional tersebut diberikan melalui pemenuhan sarana dan prasarana yang dapat menunjang hak-hak baik gelandangan maupun pengemis. dan pengemis, yaitu hak untuk mendapatkan pelatihan keterampilan, pemagangan, dan perluasan kesempatan kerja, hak atas kesehatan, hak atas pendidikan dan hak atas pendidikan.

Saran-saran

34;Evaluasi Kebijakan Penanggulangan Gelandangan (Studi Kasus Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Gelandangan, Anak Jalanan dan Pengemis di Kota Semarang)." Jurnal Tinjauan Kebijakan Publik dan Manajemen. 34;Quo vadis kesejahteraan negara: penguatan ideologi negara kesejahteraan negara kesejahteraan Indonesia." Kanselir Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 34; Implementasi Perlindungan Hak Konstitusional Warga Negara oleh Mahkamah Konstitusi Menurut Sistem Konstitusi di Indonesia." Jurnal Hukum Riau.

34;Ketika Keadilan Bertemu Cinta: Studi Perbandingan Teori Keadilan Menurut John Rawls dan Reinhold Niebuhr." Sundermann: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora, dan Budaya. 34;Menggunakan Prinsip Hak Asasi Manusia dalam Rancangan Produk Hukum Pemerintah Daerah.” Jurnal MP (Manajemen Pemerintahan. 34; Teori Keadilan) Kajian Dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam dan Barat." Jurnal Ilmu Syariah, Januari-Juni (2018).

34; Partisipasi Masyarakat dalam Perundang-undangan Mewujudkan Indonesia Sejahtera Dalam Perspektif Teori Negara Kesejahteraan.” “Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga.” Sosio Informa: Kajian Masalah Sosial dan Upaya Kesejahteraan 4.2 (2018).

34; Mewujudkan Negara Kesejahteraan dalam Kehidupan Berbangsa dalam Dimensi Islam dan Keindonesiaan." Mizan: Jurnal Hukum Islam 3.2 (2018).

Referensi

Dokumen terkait