• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN "

Copied!
63
0
0

Teks penuh

Judul Tesis: Struktur dan Proses Analogi Tindak Tutur Ekspresif Masyarakat Desa Balang Toa Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Struktur dan Proses Analogi Tindak Tutur Ekspresif Masyarakat Desa Balang Toa Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat hidayah dan taufik-Nya, penulis dapat melengkapi tulisan ini dengan judul “Struktur dan Proses Analogi Tindak Tutur Ekspresif Masyarakat Desa Balang Toa Kecamatan Binamu Jeneponto Kabupaten” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Orang yang melakukan ujaran atau tindak tutur melalui emosi logis terhadap suatu objek sasaran. Dari tuturan masyarakat timbul struktur dan proses analogis dalam tindak tutur ekspresif dalam pemerolehan bahasa dari proses berpikir logis. Oleh karena itu penulis ingin meneliti tindak tutur ekspresif yang mengandung analogi yang digunakan masyarakat.

Rumusan masalah

Tujuan penelitian

Manfaat penelitian

Bagi guru khususnya guru Bahasa Indonesia dapat meningkatkan daya tangkap dan pemahaman tuturan secara psikolinguistik khususnya mengenai struktur dan proses analogis tindak tutur ekspresif.

Kajian Pustaka 1. Penelitian Relevan

  • Hakikat Psikolinguistik
  • Tindak Tutur Ekspresif
  • Struktur dan Proses Analogi
  • Masyarakat

Penelitian yang akan peneliti lakukan mengkaji struktur dan analogi proses tindak tutur ekspresif pada masyarakat Desa Balang Toa Kecamatan Bianamu Kabupaten Jeneponto. Perbedaan penelitian ini terletak pada objek kajiannya, peneliti akan mengkaji struktur dan proses tindak tutur analog ekspresif, sedangkan penelitian Rahayu mengkaji objek kajian dengan memetakan diksi, gaya bahasa dan latar belakang penulis cerita anak di Solopas. . Persamaan penelitian Hayati dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama mengkaji tindak tutur dan menggunakan kajian psikolinguistik.

Sementara itu, peneliti akan mengkaji analogi struktur dan proses tindak tutur ekspresif pada masyarakat Kecamatan Balang Toa Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Wadhaungh (dalam Chaer, 2009:33) mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Berdasarkan kedua pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran yang ingin disampaikan kepada orang lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai wadah fungsi informasi untuk menyampaikan pesan atau pesan, fungsi bahasa adalah fungsi pesan, fungsi bahasa adalah menggunakan bahasa untuk menjelaskan sesuatu. . Fungsi bahasa adalah untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain, dan fungsi bahasa adalah untuk menghibur melalui tindak tutur. Tindak tutur merupakan tuturan seseorang yang bersifat biologis dan dilihat dari makna tindakan yang ada dalam tuturannya, dan rangkaian tindak tutur tersebut akan membentuk suatu peristiwa tutur (Chaer membagi tindak tutur menjadi tiga jenis yang dirumuskan atas dasar dari tiga tindak tutur yang berbeda, yaitu: 1) Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur mengatakan sesuatu apa adanya atau tindak mengatakan hal yang sama, tindakan mengatakan sesuatu, 2) Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur selain mengatakan sesuatu, juga tindak tutur yang tindak mengatakan sesuatu, 3) tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang. Tindak tutur bermacam-macam jenisnya, namun menurut Syaerle (dalam Chaer ia membagi tindak tutur menjadi lima kategori, yaitu: 1) representatif adalah tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran yang diungkapkannya, 2) direktif adalah tindak tutur yaitu yang dilakukan oleh penutur dengan maksud agar lawan bicaranya melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturannya, 3) ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar penutur memaknainya sebagai evaluasi terhadap hal-hal yang disebutkan dalam tuturannya, 4 ) komisif adalah tindak tutur yang mengikat penutur untuk melaksanakan apa yang diutarakan dalam tuturannya. ujaran, 5) deklarasi adalah tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Di antara beberapa jenis tindak tutur, tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang mengungkapkan atau mengungkapkan suatu keadaan. Tindak tutur ekspresif berbicara mengenai sikap kejiwaan penutur, seperti yang dikatakan Leech, tindak tutur ekspresif adalah ungkapan atau ungkapan sikap kejiwaan penutur terhadap situasi yang tersirat dalam ilokusi. Penggunaan tindak tutur ekspresif dalam konteks yang berbeda dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda, karena tuturan biasanya menyenangkan.

Oleh karena itu diperlukan kesantunan dalam berekspresi, namun tindak tutur ekspresif tersebut cenderung santun.

Kerangka pikir

Kehidupan bermasyarakat, termasuk kehidupan bermasyarakat, merupakan suatu proses interaksi antar anggota masyarakat dan interaksi dengan lingkungan (Soetomo, 2012:122). Dalam proses interaksinya, masyarakat memunculkan perilaku individu dan tindakan bersama untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam lingkungannya, sehingga terjalin hubungan antar warga. Kecamatan Balang Toa merupakan salah satu kecamatan yang sebagian penduduknya bermatapencaharian sebagai petani yang menghasilkan hasil pertanian yang dapat dijual atau dikonsumsi oleh warganya.

Lokasi Penelitian

Jenis dan Strategi Penelitian

Subjek dan Objek Penelitian

Data dan Sumber Data 1. Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik berbicara tatap muka dan teknik mencatat untuk mencari tindak tutur ekspresif yang analog. Cara penyajian data ini disebut metode keterampilan karena cara yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa percakapan antara peneliti dengan informan (Mahsun, 2012:95). Dalam prakteknya teknik memancing, percakapan atau cara berbicara diwujudkan dengan memancing, namun untuk memperoleh data peneliti harus terlebih dahulu menggunakan seluruh kecerdikan dan kemauannya untuk memprovokasi satu orang atau lebih untuk berbicara (Sudaryanto, 1993: 137).

Dapat kita simpulkan bahwa peneliti ingin memprovokasi orang-orang pada saat wawancara untuk membicarakan apa yang diharapkan peneliti. Dalam melakukan teknik tatap muka, peneliti terjun langsung ke area observasi dan melakukan percakapan berdasarkan provokasi berupa daftar pertanyaan (Mahsun, 2012: 128). Teknik rekam digunakan untuk mengetahui realisasi fonem-fonem tertentu, tidak cukup hanya dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang dikeluarkan lawan bicaranya (Mahsun, 2012: 131).

Penerapan teknik rekam merupakan teknik lanjutan dari teknik tatap muka yang dilakukan dengan merekam data-data yang diperoleh dari percakapan langsung dengan masyarakat Desa Balang Toa Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto, apa yang dilihat dan didengar. segera sesuai dengan data yang diharapkan peneliti.

Keabsahan Data

Teknik yang akan digunakan untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini dapat menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan memperhatikan bahwa untuk memperoleh informasi dari sumber harus dilakukan pengecekan ulang agar data yang diperoleh benar-benar valid. Melalui triangulasi sumber, dilakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek kembali data yang diperoleh yaitu catatan percakapan masyarakat Desa Balang Toa Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto, sehingga data tersebut dapat diklarifikasi menjadi tuturan ekspresif yang analog. bertindak cepat.

Teknik analisi data

Dekskripsi lokasi penelitian

Bentuk tuturan Tabel 4.1 Data Tuturan

Analisis Data ( jawaban dari rumusan masalah) 1. Struktur Analogi

Ucapan yang dianalisis ialah jiran manakala yang dijadikan analogi ialah kereta lumba.Terdapat unsur-unsur yang berbeza dalam ucapan antara manusia dan kereta lumba yang bukan manusia. Pertuturan itu mempunyai unsur yang berbeza antara orang yang bergelar manusia dan bulan yang bukan manusia. Ucapan tersebut mengandungi unsur-unsur yang berbeza antara anak-anak yang bergelar manusia dan emas yang bukan manusia.

Cerita tersebut mengandungi beberapa unsur antara lelaki yang bergelar manusia dan buaya yang bukan. Cerita tersebut mengandungi beberapa unsur antara kanak-kanak yang merupakan manusia dan anak patung yang bukan manusia. Kisah tersebut mengandungi beberapa unsur antara suami yang bergelar manusia dan merpati yang bukan manusia.

Analogi dalam tuturan ini tercipta karena penutur mengungkapkan perasaan dan pikirannya untuk menyapa mitra tuturnya sebagai masyarakat. Analogi dalam tuturan ini tercipta karena penutur mengungkapkan perasaan dan pikirannya untuk menyebut lawan bicaranya sebagai koruptor, dibandingkan dengan tikus sawah yang mempunyai makna sebagai perusak. Analogi dalam tuturan ini tercipta karena penutur mengungkapkan perasaan dan pikirannya untuk menyapa lawan bicaranya sebagai tetangga, dibandingkan dengan balap mobil yang mempunyai makna sesuatu yang sulit untuk dihentikan.

Analogi dalam tuturan ini tercipta karena penutur mengungkapkan perasaan dan pikirannya untuk menyapa lawan bicaranya sebagai seorang laki-laki, dibandingkan dengan virus yang mempunyai makna virus yang menyebarkan percintaan. Analogi dalam tuturan ini tercipta karena penutur mengungkapkan perasaan dan pikirannya untuk menyapa lawan bicaranya sebagai seorang perempuan, dalam hubungannya dengan. Analogi dalam tuturan ini tercipta karena penutur mengungkapkan perasaan dan pikirannya untuk menyapa lawan bicaranya sebagai seorang perempuan, dibandingkan dengan bulan yang artinya cantik dan bersinar.

Analogi dalam tuturan ini tercipta karena penutur mengungkapkan perasaan dan pikirannya untuk menyapa mitra tuturnya ketika masih kecil, dibandingkan dengan emas yang mempunyai makna sesuatu yang berharga. Analogi dalam tuturan ini tercipta karena penutur mengungkapkan perasaan dan pikirannya untuk menyapa lawan bicaranya sebagai laki-laki, dibandingkan dengan buaya yang mempunyai makna penipu. Analogi dalam tuturan ini tercipta karena penutur mengungkapkan perasaan dan pikirannya untuk menyapa mitra tuturnya sebagai orang tua, dibandingkan dengan bidadari yang mempunyai makna seseorang.

Pembahasan

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2013) “mengkaji psikolinguistik penggunaan tuturan yang mengandung emosi pada remaja di desa Ronggojati kecamatan Batu Warno kabupaten Wonogiri”. Hasil penelitian ini antara lain (1) terdapat 62 ekspresi yang mengandung emosi (2) terdapat 3 ekspresi yang disertai dengan ekspresi yang mengandung emosi. Kesamaan yang dimiliki penelitian ini adalah keduanya merupakan bidang kajian psikolinguistik yang fokus pada sasaran tuturan.

Pada penelitian ini objek kajiannya adalah tindak tutur ekspresif yang dianalogikan dengan analisis struktur dan proses tutur, sedangkan pada penelitian biologi (2013) dipelajari objek tuturan yang mengandung emosi yang menunjukkan adanya terdapat 62 tuturan yang mengandung emosi dan terdapat 3 ungkapan yang mengiringi tuturan. Penelitian Rahayu (2010) mengkaji tentang “pemetaan diksi, gaya bahasa dan latar belakang penulis cerita anak di Solopas dalam kajian psikolinguistik”. Hasil penelitian antara lain: (1) penggunaan diksi dalam cerita anak Solopas mempunyai banyak variasi yaitu penggunaan sinonim, kata umum, kata khusus, kata konkret, kata sehari-hari dan penggunaan ungkapan keren. (2) Penggunaan gaya bahasa dalam tulisan ini digunakan gaya bahasa yang sederhana yaitu gaya.

Kesamaan penelitian ini adalah sama dengan penelitian psikolinguistik yang menganalisis tuturan sebagai objek penelitian. Bedanya, penelitian yang dilakukan peneliti membahas tentang struktur dan proses tindak tutur ekspresif, sedangkan penelitian Rahayu (2010) membahas tentang pemetaan dikte, gaya bahasa dan latar belakang pendongeng anak di Solopos yang menunjukkan bahwa penggunaan Ada banyak variasi cerita anak di Solopos. , gaya bahasa yang sederhana dan mencakup latar belakang profesional dan pendidikan.

Simpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait

One conference evaluation comment by a non-African participant at WJEC stated: “I liked the chance at research panels and dinners to talk with journalists and journalism educators from