• Tidak ada hasil yang ditemukan

universitas respati indonesia - Repository UMJ

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "universitas respati indonesia - Repository UMJ"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Gejala Klinis Hipertensi

Gambaran klinis hipertensi adalah hasil dari peningkatan tekanan darah itu sendiri, keterlibatan organ target atau penyakit yang mendasarinya, seperti pada hipertensi sekunder. Tekanan darah arteri normal dalam hal 110-120 (sistolik) dan 65-80 mm (diastolik) dan diukur dengan alat yang disebut sphygmomanometer. Mengukur tekanan darah Anda saat duduk akan memberikan angka yang sedikit lebih tinggi daripada saat Anda berbaring, meskipun perbedaannya relatif kecil.

Pengukuran yang dilakukan pada orang yang terjaga akan memberikan tekanan darah terendah, sedangkan tekanan darah yang diukur setelah berjalan atau aktivitas fisik lainnya akan memberikan angka yang lebih tinggi. Jika Anda merokok atau minum kopi sebelum melakukan pengukuran, Anda akan mendapatkan nilai yang cukup tinggi karena merokok atau minum kopi akan menyebabkan tekanan darah Anda sedikit naik. Disarankan agar tekanan darah diukur 2 atau 3 kali berturut-turut, dan pada ketukan yang terdengar kencang pertama kali mulai dihitung, jika hasilnya berbeda maka nilai yang digunakan adalah nilai yang paling rendah.

Oleh karena itu, pemeriksaan yang lebih akurat disebut tes pembersihan atau bahasa sehari-hari disebut tes pembersihan kreatinin (CTC). Urinalisis juga diperlukan karena tidak hanya dapat membantu diagnosis penyakit ginjal, tetapi juga karena proteinuria ditemukan pada hampir separuh penderita hipertensi, sehingga sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan urin segar.

Komplikasi Hipertensi

Jenis-Jenis Hipertensi

Penanganan yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi primer adalah membatasi konsumsi kalori bagi yang kelebihan berat badan (obesitas), membatasi konsumsi garam dan olahraga. Hipertensi yang penyebabnya dapat dikatakan pasti, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh kerusakan organ. Adapun yang termasuk hipertensi sekunder seperti : hipertensi jantung, hipertensi penyakit ginjal, hipertensi penyakit jantung dan ginjal, hipertensi diabetes melitus dan hipertensi sekunder lainnya yang tidak spesifik.

Faktor Risiko Hipertensi

Namun berbeda dengan perokok berat, tekanan darah akan tetap tinggi sepanjang hari28. Garam menyebabkan penumpukan cairan di dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada orang yang mengkonsumsi 3 gram garam atau kurang, rata-rata tekanan darahnya rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram, rata-rata tekanan darahnya lebih tinggi.

Dengan olahraga isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik 30-45 menit/hari) dapat menurunkan resistensi perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Berat badan dan indeks massa tubuh (BMI) berkorelasi positif dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Olah raga juga berhubungan dengan pengelolaan hipertensi, karena isotonik dan olah raga teratur dapat menurunkan resistensi perifer yang akan menurunkan tekanan darah.

Stres dan hipertensi terkait melalui aktivitas saraf simpatis, yang secara bertahap dapat meningkatkan tekanan darah. MN Bustan menyatakan bahwa lamanya penggunaan kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut) akan meningkatkan tekanan darah wanita 26.

Kerangka Teori

Penelitian Yang Relevan

Tingginya kejadian hipertensi arteri sistemik pada populasi ini menunjukkan perlunya perbaikan dalam perawatan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan pencegahan dan pengobatan, sejak diagnosis dini dan pengendalian tingkat tekanan darah dan komplikasi terkait. Perlu peningkatan promosi/konseling kesehatan dan sosialisasi faktor risiko hipertensi sebagai bentuk pencegahan. Indeks Ponderal (PI) kasus-kontrol 2018, persen berat badan ideal menurut indeks Brocca (BI) dan WHR.

Faktor risiko hipertensi pada orang dewasa berusia 35-64 tahun yang tinggal di daerah kumuh perkotaan Nairobi, Kenya. Usia, status perkawinan, indeks kekayaan, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh merupakan faktor risiko penting yang berhubungan dengan hipertensi. Kerangka teori dalam penelitian ini disusun berdasarkan tinjauan telaah teori yang ada, khususnya mengenai hubungan antara suatu faktor risiko dengan faktor risiko lain yang mempengaruhi kejadian hipertensi.

Beberapa penyakit akibat hipertensi cukup kompleks yang juga dapat disebut endpoint penyakit, sehingga dalam hal ini hipertensi disebut sebagai faktor risiko langsung dari endpoint penyakit. Sedangkan yang merupakan faktor risiko tidak langsung dari titik akhir penyakit merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Hipotesis

Definisi Operasional

Ada hubungan antara kebiasaan menggunakan minyak jelantah dengan prevalensi hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2019. Ada hubungan antara faktor obesitas dengan prevalensi hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan di 2019. Ada hubungan antara faktor stres dengan prevalensi hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2019.

Ada hubungan antara penggunaan estrogen dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2019. Artinya Ho ditolak yaitu ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hubungan jenis kelamin dengan hipertensi pada lansia di RSU Tipe Tangerang Selatan.

Hal ini berarti Ho ditolak yaitu ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia. Artinya Ho ditolak yaitu ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi pada lansia. Artinya Ho ditolak yaitu ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh dengan kejadian hipertensi pada lansia.

Hal ini berarti Ho ditolak yaitu ada hubungan antara kebiasaan melakukan aktivitas fisik dengan prevalensi hipertensi pada lansia. Hal ini berarti Ho ditolak yaitu ada hubungan stres dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan menggunakan minyak jelantah dengan prevalensi hipertensi pada lansia (p-value = 0,068).

Pada tahun 2019 di RSU Kota Tangerang Selatan tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p = 0,252. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2019 dengan nilai p = 0,068. Tidak ada hubungan antara faktor obesitas dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSUD Kota Tangerang Selatan Tahun 2019 dengan nilai p = 0,140.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas diketahui bahwa jumlah sampel pada penelitian ini adalah 98 responden untuk kasus dan 98 responden untuk kontrol, sehingga total subjek adalah 196 responden. Dalam hal penentuan sampel, peneliti menggunakan metode simple random sampling untuk kasus dengan menggunakan data rekam medis yang diperoleh dari RSUD Kota Tangerang Selatan.

Variabel Penelitian

Jenis Data

Artinya Ho gagal ditolak yaitu tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada lansia. Artinya Ho gagal ditolak yaitu tidak ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi oli bekas dengan hipertensi pada lansia. Artinya Ho gagal ditolak yaitu tidak ada hubungan antara kebiasaan minum alkohol dengan hipertensi pada lansia.

Hal ini berarti Ho ditolak yaitu terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi sebelum menopause dengan kejadian hipertensi pada lansia. Berdasarkan hasil uji bivariat tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan p-value 0,252. Hasil analisis bivariat menunjukkan p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan adanya hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia.

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan p-value 0,068. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan p-value 0,000. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan p-value 0,140.

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai p 0,000. Ada hubungan usia dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2019 dengan nilai p = 0,034 dan OR = 3,361. Ada hubungan antara kebiasaan makan makanan asin dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSUD Kota Tangerang Selatan Tahun 2019 dengan p value = 0,007 dan OR = 2,292.

Ada hubungan kebiasaan konsumsi lemak jenuh dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSUD Kota Tangerang Selatan Tahun 2019 dengan nilai p = 0,008 dan OR = 2,284. Tidak ada hubungan kebiasaan penggunaan minyak jelantah dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2019 dengan nilai p = 0,068. Tidak ada hubungan antara faktor umum konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSUD Kota Tangerang Selatan Tahun 2019 dengan nilai p = 0,794.

Ada hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2019 dengan p-value = 0,000 dan OR = 0,073. Ada hubungan antara faktor stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2019 dengan p-value = 0,000 dan OR. Ada hubungan antara faktor penggunaan kontrasepsi dengan kejadian hipertensi pada lansia di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2019 dengan p-value = 0,034 dan OR = 2,547.

Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Udara Dingin Lubuk Minturun.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1  Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Media yang bening setelah diinkubasi selama 72 jam menunjukkan bahwa ekstrak antibakteri dari bawang lanang memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan bakteri