• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unnes Journal of Mathematics Education

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Unnes Journal of Mathematics Education"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

33

UJME 3 (1)(2014)

Unnes Journal of Mathematics Education

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL TTW BERBANTUAN SCAFFOLDING

DitaAyuSorayaQoribatiRizki ,AminSuyitno,Sukestiyarno JurusanMatematika,FMIPA,UniversitasNegeriSemarang

GedungD7Lt.1,KampusSekaran,Gunungpati,Semarang,50229.

Info Artikel Abstrak

SejarahArtikel: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan karakter mandiri dan

DiterimaAgustus2013 keterampilankomunikasimatematissiswamelaluipenerapanmodelThink­Talk­

DisetujuiAgustus2013 Write (TTW)berbantuanscaffoldingpadamaterigeometrikelasVIII sertauntuk Dipublikasikan Maret2014 mengetahui perolehan kemampuan komunikasi matematis pada siswa pilihan dengan capaian KKM yang ditentukan. Penentuan subjek penelitian secara purposive. Analisis data menggunakandeskripsi kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitianmenunjukkanbahwakelimasubjekpenelitian(S1,S2,S3,S4,danS5)

terjadi peningkatan karakter mandiri dan keterampilan komunikasi

Keywords: matematisnya, ditunjukkan dengan perolehan indeks gain. Untuk kemampuan

Character komunikasi matematisnya, kelima subjek penelitian mencapai KKM yang

Mathematical ditentukan.Secaraberturut-turut,subjekpenelitianmendapatnilai100,100,90,

Communication 82, dan 80. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model TTW berbantuan

Scaffolding scaffolding dapat membentuk karakter mandiri dan keterampilan komunikasi

TTW matematissiswasertakemampuankomunikasimatematissiswadapatmencapai

KKM yang ditentukan. Saran yang direkomendasikan adalah guru maupun sekolah dapat melaksanakan pembelajaran yang memfasilitasi siswa sehingga karaktermandiridankomunikasimatematissiswadapatterbentuk.Salahsatunya denganpenerapanmodelTTWberbantuanscaffolding.

Abstract

Thepurposeof research isto knowtheincreasementof independentcharacter andmathematicalcommunicationskillofstudentthroughtheimplementationof modelof Think-Talk-Write(TTW)assistedbyscaffoldingingeometrymaterial of grade VIII and to know the achievement of certain student mathematical communicationabilitywithspecifiedMMC. Determinationof researchsubjects bypurposive. Data analysis used quantitativeand qualitative descriptions. The resultsshowedthatfromfivesubjects(S1,S2,S3,S4,andS5)wereincreaseinboth ofindependentcharacterandmathematicalcommunicationskill,thisisindicated byincreasingtheindexofgain.Formathematicalcommunicationability,thefive subjectscanachievethespecifiedMMC.Orderly,theycanachieve100,100,90, 82, and 80. This shows that the implementation of TTW model assisted by

scaffolding can form the independent character and mathematical

communicationskillof studentsandcan beknownthatstudent’smathematical communication ability can achieve the specified MMC. The suggestion is the mathematicsteacherorschoolcouldbepracticelearningthatfacilitatestudentso thatthe student’sindependentcharacter andmathematical communication can beformed.Oneof it’suseTTWmodelassistedbyscaffolding.

©2014UniversitasNegeriSemarang

Alamatkorespondensi:

E-mail:[email protected] ISSNNO2252-6927

(2)

22

UUJ (133 D.A.S.Q.Rizki.etal/ UJME 3(1)(2014)

Pendahuluan kurang. Selain itu, guru masih menggunakan

Pada Undang-Undang Republik model pembelajaran konvensional. Sedangkan IndonesiaNomor20tahun2003tentangSistem materi bangun ruang sisi datar memiliki Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 dikatakan kompleksitas cukup tinggi karena pendidikan nasional bertujuan untuk membutuhkan abstraksi siswa terutama kubus berkembangnya potensi siswa agar menjadi dan balok. Bloom (Catharina, 2011) manusia yang beriman dan bertaqwa kepada mengatakan bahwa ranah belajar terdiri dari 3 TuhanYangMahaEsa,berakhlak mulia,sehat, ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi ranah psikomotorik. Jadi untuk hasil belajar warga negara yang demokratis serta yang optimal, ketiga aspek tersebut perlu bertanggung jawab. Jika kita cermati ternyata diperhatikan. Namun pada kenyataan dalam semua potensi siswa yang ingin dikembangkan pembelajaran, hasil belajar kognitif lebih sangat terkait erat dengan karakter. Dalam dominan dibandingkan dengan afektif dan pendidikan formal di sekolah, pendidikan psikomotorik.

karakter dapat diintegrasikan dalam kegiatan Berdasarkan uraian di atas, perlu intrakurikuler, ekstrakulikuler serta manajemen diadakan penelitianyang bertujuanmembentuk atau pengelolaan sekolah (Muslich, 2011). karakter mandiri sebagai aspek afektif, Matematika sebagai salah satu mata pelajaran keterampilan komunikasi matematis sebagai yang diajarkan di setiap jenjang juga memiliki aspek psikomotorik, dan kemampuan kewajiban untuk membentuk karakter siswa komunikasi matematis sebagai aspek kognitif melalui kegiatan pembelajaran (intrakulikuler). siswa yaitu dengan penerapan model Salah satu karakter siswa yang wajib dibentuk pembelajaran Think­Talk­Write (TTW)

adalahkemandirian. berbantuanscaffolding.

Tujuan pembelajaran matematika poin Permasalahan pada penelitian ini keempat yang tercantum dalampermen nomor adalah (1) apakah karakter kemandirian dan 22 tahun 2006 adalah agar siswa mampu keterampilan komunikasi matematis siswa mengomunikasikan gagasan dengan simbol, melalui penerapan model TTW berbantuan tabel, diagram, atau media lain untuk scaffolding pada materi geometri kelas VIII memperjelas keadaan atau masalah. Dengan dapat terbentuk?; (2) apakah kemampuan demikian, jelas bahwa komunikasi matematis komunikasi matematis siswa yang mendapat merupakansalahsatuaspekpenting yangharus pembelajaran dengan model TTW berbantuan dikembangkan dalam diri siswa (Depdiknas, scaffolding pada materi geometri kelas VIII 2006). Hal ini juga terdapat dalam NCTM dapatmencapaiKKMyangditentukan?.

m (20

at 0

e 0

m )

atik y

a an

d g

i se m ko

e l n ah

yeb m

u e tk

m a e

n rluk

p an

em 4

be s l t

a a

j n ar

d a

a n

r Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk proses yang salah satunya adalah komunikasi m

da e

n ng

k e

e t t a

e h

r u am

i p p e

il n

a i n

ng k

k o

a m ta u n n

p ik

a a

d s

a i

k m

a a ra

te k

m te a

r ti

m s

a s n

is d

w ir

a i

(communication). melalui penerapan model TTW berbantuan

Peneliti telah melakukan observasi scaffolding pada materi geometrikelas VIII; (2) kegiatan pembelajaran dan wawancara dengan untuk mengetahui perolehan kemampuan guru matematika kelas VIII di SMPN 3 komunikasi matematis pada siswa pilihan Ungaran. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui melalui penerapan model TTW berbantuan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam scaffolding padamaterigeometrikelasVIIIpada menyelesaikan soal komunikasi matematis capaianKKMyangditentukan.

tentang materi kubus dan balok. Banyak siswa

yang belum memahami langkah sistematis Metode

dalam menyelesaikan soal tersebut dan belum Penelitian ini merupakan penelitian bisa menjelaskan alasan jawabannya. Siswa kualitatif kolaboratif yaitupenelitibekerjasama lebih menyukai soal objektif daripada soal dengan guru partner dalam memperoleh data uraian karena tidak memerlukan langkah yang penelitian. Peneliti mengadakan penelitian di sistematis dan kurang memperhatikan SMPN 3 Ungaran. Sistem kelas di sekolah pembuatan konjektur, penyusunan argumen, tersebut menggunakan sistem random yaitu merumuskan definisi dan generalisasi yang setiap kelas memiliki taraf prestasi dan merupakan bagian dari komunikasi matematis. kemampuan yang hampir setara (pembagian Sehingga komunikasi matematis siswa masih kelas secara heterogen). Subjek penelitian

(3)

33

D.A.S.Q.Rizki.etal/UJME 3 (1)(2014)

ditentukan secarapurposive dengan memberikan nasihatuntukmeningkatkankemandiriannya.

tes pendahuluan pada kelas VIII-C. Dari hasil SedangkanS2jugasudahmenunjukkan ranking tes tersebut, diperoleh 5 siswa yaitu 2 karakter mandiri yang baik bahkan lebih baik siswadarikelompokatas,1siswadarikelompok daripada S1 di awal penelitian. Hal ini sedang,dan2siswadarikelompokbawah. dikarenakan S2 merupakan anak pertama dari Peneliti merupakan instrumen kunci keluarganya sehingga dituntut untuk lebih danuntukmemperolehkelengkapandata,maka mandiri daripada adiknya terutama dalam digunakan instrumenpenunjang berupalembar belajar dan bertanggung jawab akan masa observasi, soal tes kemampuan komunikasi depannya. Oleh karena itu, S2 juga diberikan matematis, pedoman wawancara, dan alat perlakuanyangsamadenganS1.

perekam. Penelitian ini menggunakan analisis S3 memiliki kemandirian belajar yang data kuantitatif dan kualitatif tetapi analisis cukup tinggi ditunjang dengan mengikuti les data kuantitaif digunakan hanya untuk private.AkantetapiS3masihsangattergantung menganalisis butir soal yang akan digunakan pada suasana hatinya. Sebenarnya S1 dan S2 sebagai soal tes komunikasi matematis. juga sama karena pada masa remaja yang Deksripsi hasil penelitian lebih dominan mereka alami, mereka labil dan bergantung menggunakan analisis data kualitatif yang padasuasanahati.Namun,S1danS2memiliki meliputi 3 langkah yaitu (1) reduksi data; (2) pengendalian yang lebih baik daripada S3. S3 penyajian data; (3) penarikan kesimpulan dan belumbisamengontrolsuasanahatinya.Hal ini verifikasiyangdidahuluiolehprosestriangulasi berakibat pada kemandiriannya. Jika suasana (Miles & Huberman, 1992). Selain itu juga hatinya sedang tidak baik, maka karakter memperhatikan keabsahan data yang diperoleh mandirinyapunakanikutturundansebaliknya.

padaprosescredibility,dependability,corfirmability, Oleh karena itu, prestasi S3 pun tidak stabil dantransferability.(Lincoln&Guba,1985) sehingga diperlukan pemberian dukungan,

HasilPenelitian motivasi dan nasihat yang lebih intensif

Melalui penerapan model TTW dibandingkanS1danS2.

berbantuan scaffolding, secara umum diperoleh S4 memilikikarakter mandiriyangbaik peningkatan karaktermandiri danketerampilan dalam hal sosialnya karena ia tidak terlalu komunikasi matematis untuk kelima subjek bergantung kepada orang lain. Namun dalam penelitian yang ditunjukkan dengan perolehan hal kemandirian belajar, S4 sangat kurang indeks gain. Berikut peningkatan yang berhasil terutama dalam mempelajari matematika.

dicapaikelimasubjekpenelitian. Menurut S4 matematika sangat sulit sehingga menurunkan motivasiuntukbelajarmatematika apalagi secara mandiri. Akan tetapi dengan diikutkan les private oleh kedua orang tuanya, bisa menolong S4 dalam belajar matematika.

Dalam kasus S4, dibutuhkan pendampingan secara lebih intensif daripada S1, S2, dan S3 untukbisameningkatkankemandiriannya.

Pada awal penelitian, S5 memiliki karakter mandiri yang sangat kurang. S5 tidak Kelima subjek penelitian memiliki latar mengikuti les tambahan di luar jam pelajaran belakang yang berbeda sehingga ditambah dengan motivasinya yang sangat kemandiriannya pun berbeda. Meskipun kurang dalam hal belajar. Hampir senada demikian,berdasarkan tabel 1diketahui bahwa dengan S4, S5 menganggap matematika secara umum kelima subjek penelitian merupakan pelajaran yang sulit sehingga mengalami peningkatan pada karakter menurunkan motivasi belajarnya. Ini mandirinya. Kelima subjek penelitian berhasil menjadikan kemandirian belajar S5 sangat mencapai indikator kemandirian yang kurang. Berbeda dengan S1, S2, S3 dan S4,

ditetapkanpeneliti. pendekatan yang dilakukan peneliti masih

PadaawalpenelitianS1sudahmemiliki mengalami kendala karena sifat S5 yang karakter mandiri yang baik terutama dalam tertutup sehingga S5 memerlukan belajar sehingga perlu sedikit motivasi dan pendampingan yang hampir sama dengan S4

(4)

24 D.A.S.Q.Rizki.etal/UJME 3

UJME (1)(2014)

tetapi lebih intensif lagi. Pada akhirnya S5 juga berhasil mencapai peningkatan pada karakter mandirinya.

Dalam pembentukan karakter, bukan peneliti yang membentuk melainkan aktifitas pembelajaran dalam hal ini TTW berbantuan scaffolding. Materi kubus dan balok digunakan sebagai media untuk mengembangkan karakter mandiri siswa. Guru tidak mengubah pokok bahasan yang ada, tetapi menggunakan pokok bahasan itu untuk disisipi pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa. Pada tiap tahapan TTW, dapat dimasukkan pendidikan karakter mandiri sehingga siswa dapat mencapai indikator yang peneliti tetapkan. Dalam pembelajaran TTW, pengembangan karakter mandiri dilakukan dengan pengenalan terlebih dahulu terhadap karakter mandiri yang hendak dicapai tersebut, dengan memberikan contoh dan teladan serta pembiasaan pada setiap langkah pembelajaran TTW yang telah direncanakan. Dengan pengenalan karakter mandiri, siswa dapat menentukan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemandirian tersebut. Selanjutnya dengan pembiasaan terus-menerus, siswa terbentuk kemandiriannya karena untuk membentuk suatu karakter tidak cukup dengan pengetahuan siswa saja tetapi harus dibiasakan melalui langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan serta materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan Marzuki (2010) yang mengungkapkan bahwa pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Hal ini juga senada dengan Sumahamijaya (2003) yang menyatakan bahwa karakter dapat dikembangkan melalui akal (keteladanan secara nyata), hati (kesadaran), dan amal (pelaksanaan). Jadi dengan diterapkannya model pembelajaran TTW dapat membentuk kemandirian siswa.

Akan tetapi perkembangan tiap siswa berbeda dan tidak bisa disamakan karena memiliki latar belakang dan rutinitas yang berbeda. Oleh karena itu pemberian scaffolding (pendampingan, dll) oleh guru sangat berperan dalam memahami perkembangan setiap siswa.

Dengan karakter mandiri yang semakin baik maka dia akan bisa mengelola diri sendiri khususnya dalam belajar sehingga proses belajarnya akan lebih optimal. Serupa dengan

penelitian yang dilakukan sebelumnya di Harvard University Amerika Serikat yang menghasilkan suatu teori bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri sendiri (soft skill) (Muslich, 2011).

Selanjutnya pembahasan mengenai keterampilan komunikasi matematis yang dimiliki kelima subjek penelitian. Kelima subjek penelitian tersebut memiliki latar belakang yang sama, yaitu pada awal penelitian belum menguasai komunikasi matematis karena dari pihak guru pengampu tidak memberi tuntutan untuk menguasai komunikasi matematis. Hal ini terlihat dari tes pendahuluan yang dicapai subjek penelitian. Dari lima subjek penelitian hanya S1 yang mencapai tuntas KKM. Namun berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa secara umum keterampilan komunikasi matematis kelima subjek penelitian meningkat. Mereka berhasil mencapai indikator keterampilan komunikasi matematis yang ditetapkan peneliti.

S1 memiliki kemampuan kognitif tinggi terutama di bidang matematika. Pada dasarnya, S1 sudah memiliki kemampuan komunikasi matematis yang cukup. S1 merupakan anak yang supel, ceria, ramah, moody dan terbuka.

Dalam hal pemberian scaffolding, peneliti tidak banyak mengalami kendala. Dalam proses wawancara dan pemberian scaffolding, peneliti cukup mengecek ulang jawaban dan mengarahkan untuk perbaikan keterampilan komunikasi matematis. Pada awalnya S1 masih asing dengan bentuk soal komunikasi matematis dan merasa kebingungan. Namun setelah melalui proses, S1 bisa mudah beradaptasi dengan soal tersebut. S1 menguasai materi kubus dan balok tetapi cenderung lebih baik penguasaan terhadap materi kubus. Meskipun S1 adalah anak yang moody, hal ini tidak terlalu mempengaruhi prestasinya karena S1 masih bisa mengontrol sifatnya itu untuk mempertahankan prestasi dan bahkan cenderung meningkatkan prestasinya jika diberi

(5)

D.A.S.Q.Rizki.etal/ UJME 3

3 (1)(2014)

motivasi yang lebih. Scaffolding diberikan kognitif S3 sangat dipengaruhi oleh faktor kepadaS1hanyahinggapadapertemuanketiga. emosional dan belum bisa untuk mengontrol Karena pada pertemuan ini, dirasa S1 sudah emosinya yang masih meledak-ledak. Ketika memiliki ketiga aspek yang menjadi tujuan perkembangan emosionalnya baik, maka akan penelitian. Baik dari aspek kemandirian, diikutioleh aspekpsikomotorik dankognitifnya keterampilan komunikasi matematis maupun pun baik dan sebaliknya. Jadi peningkatan kemampuan komunikasi matematis sudah bisa psikomotoriknya tidak akan berkembang

dicapaiS1. signifikan jika tidak diikuti dengan

S2 juga mempunyai prestasi yang baik. perkembangan emosionalnya. Sehingga dalam Merekasalingbersaingdalamprestasiterutama pemberian scaffolding pada kasus ketiga ini, dibidang matematika.Padadasarnya S2sudah peneliti menerapkan perlakuan scaffolding yang mempunyai keterampilan komunikasi mendalam terhadap S3 untuk membentuk matematis secara verbal dengan baik tetapi keterampilan komunikasi matematisnya.

secara tertuliskurang. Hal inidikarenakan sifat Scaffolding terhadap S3 dilakukan hingga malas yang dimiliki oleh S2. Malas dalam arti pertemuan terakhirdengan kadaryangsemakin malas menuliskan kesimpulan dan jawaban menurun. Tetapi jika S3 sedang mengalami yang runtut dari suatu persoalan, dan bukan kacau perasaan,makascaffoldingyangdiberikan malas dalam hal motivasi belajar. Jika ditambah. Dengan berbagaiperlakuan tersebut, dicermati, S2 memiliki keterampilan S3 berhasil mencapai ketuntasan KKM yang komunikasimatematisyanglebihbaikdaripada ditentukan.

S1. Hampirsenada dengan S1, padapenelitian S4berbedadengan S1,S2,danS3yang ini peneliti memberikan scaffolding yang tidak memiliki kemampuan jauh diatas S4.

terlalu intensif kepadaS2. Hal ini dikarenakan Berdasarkan hasil penelitian, S4 memiliki S2 memiliki daya tangkap yang baik sehingga keterampilan komunikasi yang menengah dan sedikitdiarahkandiaakanmengertidanmampu logika berpikirnya kurang. S4 mempunyai melaksanakannya.Walaupundi awal dikatakan karakter yang hampir sama dengan S2 yaitu S2memilikisifat yangmalas,tetapi halinibisa malas karena diketahui bahwa mereka teman diatasi dengan memberikan pengertian dan akrab. Jadi bisa disimpulkan mereka nasehatakanpentingnyakomunikasimatematis mempunyai karakter yang hampir sama.Tetapi sehingga S2berhasil mencapai hasiltes dengan malas disini, selain malas untuk menuliskan skoryangsempurnadanmemilikiketerampilan jawaban yang runtut mulai dari diketahui, komunikasimatematisyanglebihbaik. ditanya, jawabdankesimpulan,melainkanjuga Proses scaffolding pada siswa malas untuk belajar secara mandiri.

berkemampuan sedang yaitu S3 terdapat Kemandirian S4 sangat kurang dalam hal perbedaan dengan S1 dan S2. S3 mempunyai belajar terutama belajar matematika. S4 juga daya tangkap yang baik. Dia juga menyukai termasuk siswa yang moody, namun ceria, prosespemikiranyang runtutdanpenyampaian komunikatif, supel, dan ramah. Hampir sama yang baik. S3 mempunyai potensi yang baik dengan S3, jika S4 sedang mengalami kacau dalam komunikasi matematis terutama di perasaan maka akan mempengaruhi prestasi bidang matematika. Dia tergolong anak yang belajarnya. Namun prestasi S4 lebih stabil ramah, ceria, terbuka, dan kritis. Mengenai daripada S3. Pada kasus ini, peneliti kendala untuk meningkatkan keterampilan S3, memberikan perlakuan berupa scaffolding yang tidak terlalu berarti karena karakter S3 yang lebih mendalam daripada S3. Scaffolding cukup“supel”,mudahuntukdiarahkanasalkan diberikan kepada S4 hingga dipertemuan demi kepentingan yang baik untuk dirinya, terakhir dengan kadar yang semakin berkurang kemauanbelajar untuk menjadiyang lebihbaik karena S4 menunjukkan peningkatan dalam puntinggi, dan pada dasarnya S3 suka dengan keterampilan komunikasi matematisnya.

jawaban yang runtut. Akan tetapi di sisi lain Peneliti tidakmenemukan kendalayang berarti peneliti mengalami kendala yaitu ketika S3 hanya saja memperdalam tentang logika tidak bisa mengontrol emosinya. Prestasi yang berpikir S4 karena logika berpikir S4 sangat S3capai memang naik turun dan belumstabil. kurang. Oleh karena itu diperlukan scaffolding Setelah peneliti melakukan wawancara yang yang mendalam di pendalaman materi tentang mendalam dengan S3, peneliti dapat menarik kubus dan balok. Untuk pendekatan personil, kesimpulan bahwa dalam perkembangan peneliti juga tidak menemukan kendala karena

(6)

D.A.S.Q.Rizki.etal/UJME 3(1)(2014)

karena S4 tergolong anak yang talk active dan kedalam kelompokatas, sedangkanS4 danS5 terbuka terhadap peneliti. Seperti yang telah berhasilmasukkedalamkelompoksedang.

dijelaskan sebelumnya bahwa S4 tergolong Dari uraian pembahasan mengenai siswayangterpengaruholehperasaan, sehingga keterampilan komunikasi di atas, dapat ditarik ketika perasaanya sedang kacau maka proses kesimpulan mengenai keterkaitan yaitu dengan pembelajaran dalam dirinya pun terganggu. diterapkannya model Think­Talk­Write (TTW) Ketika kondisi seperti ini, maka dibutuhkan untukmembentukkomunikasimatematissiswa.

scaffolding yang lebih mendalam karena di saat Model pembelajaran TTW merupakan model ini, dayatangkap danlogikaberpikirnyasangat yang sesuai untuk membentuk komunikasi

kurang. matematis siswa. Adanya keterkaitan antara

S5 tidak jauh berbeda dengan S4. S5 modelpembelajaran TTWdengankemampuan memiliki keterampilan komunikasi yang komunikasi matematika dapat diketahui dari kurang. S5 memiliki karakter yang cenderung hubungan antara indikator komunikasi pendiam, kurang aktif dalam berkomunikasi, matematis dengan tahap-tahap pembelajaran tertutup, kurang percaya diri, tapi juga ramah. dalam model pembelajaran TTW. Model Sifatnya ini membuat peneliti merasa lebih pembelajaran TTW yang dimulai dengan kesulitan jika dibanding subjek penelitian yang berpikir (think) melalui bahan bacaan lain. S5sangat lemahdalamkomunikasi verbal matematika (dalam penelitian ini adalah buku maupun tertulistetapi diamenyenangi jawaban siswa)merupakansalahsatubentukkomunikasi yang runtut sehingga ia akan paham dalam matematis. Hal tersebut akan mendorong mempelajari suatu materi. Logika berpikir S5 tercapainya indikator kemampuan komunikasi kurangdansangatpasifdikelas.Melaluiproses matematis, khususnya kemampuan membaca, wawancara, diketahui bahwaprestasibelajar S5 menulis, dan menelaah untuk meginterpretasi sangat bergantung kepada guru dan suasana danmengevaluasiidematematika.

kelas. Penelitimemberikanscaffoldingyanglebih Kegiatan selanjutnya adalah mendalam kepada S5daripada yang lain.Pada mengomunikasikan hasil bacaannya dengan kasus kelima ini, diperlukan waktu yang lebih presentasi dan diskusi (talk). Siswa dilibatkan lama dan lebih intensif untuk membentuk secara aktif dalam mengerjakan matematika, keterampilan komunikasi matematisnya. Selain ketika mereka diminta untuk berbicara dan itu, karenalogikaberpikirdandayatangkapnya mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide, kurang sehingga diperlukanpendalaman materi strategi dan solusi. Kegiatan ini mendorong lagi oleh peneliti. Scaffolding diberikan secara tercapainya indikator kemampuan komunikasi mendalam hinggaakhir pertemuan. Selain dari matematis khususnya kemampuan segi pemberian scaffolding yang mendalam, mendiskusikan ide-ide matematika, membuat harus diciptakan suasana pembelajaran yang konjektur, menyusun argumen, merumuskan kondusif dan nyaman bagi S5. Karena ketika definisidangeneralisasi.

b p k

t f J d

d e o u u

e e i

a p k a

g r r n r

a u s c a

a e t a n

s b d

d y d s g e i

i a

e i a r

p p h g

e d

e d n

i a

m n r a i

m n y

l r

g l

u

b a t i a

g u

e , m

k

e m

a m

n

l a

m

a a g n p S j n

a a

5 e k

k p

r k

r e

a e b h e a l d

n p n o

i a

s a a

. t m

g d

a n

i d g k i

p

H a a

r u ae o

n ns m

a p k k a a

l e e k e

a c l m a

a n o t y

i n

p n m a

t b

a g

i e n u

p r a c g

h a

y e o

m y t

a n a k

a d e m d n

n m b a d e y e

g p e r i a

b n

l a u a

a g u n

j t

n m u r

e a g u k

t r r r

u e u s u t

n p e y r b

j d a a

a a d d

u s n

n a d i i i t n g

g

a a f

i . b

p

k k m m

m a

e o e

e

e e

m m h m

n n

m a

b u

a u d s

b m e l o n a i

a l

r s

i a

p c k o k K

j

a u a n a a s e

a s r n g e g

i a

n n

i n

a

t

m d

e ( t

iw a

r r

e i

c n

i n

n r

. a

i i

m u t p

e

l ) m a

i e a H t

s i n e d

n a g r

a h a

y t

a

g l e l a a k a

m u d s h h

n i

a i l

a i

t n

n a r

e t k d m

i r

k b s

a ik

a e e e

n m

b l

a l a a t u

e p j o

d

t

n a o

r r a

e r n

l

l k

k k a

a j y

a u e e m

a a

k n

m m g

h h

a a a u d d

m m s

m e e

u u p p n n a

n s o

u u k g g

n t d

u a a

a a a

y e n n

n n n

k a l

p d e a

m lam

belaj m ar e a

m nn

a y

h a

a p m

u i

na m ka

a n

te m

ri eni

s n

e g

h k

i a n t

g .

ga hasil m m e a n te

g m

in a

t t e i r k ,

p a r

.

etasi d ,

an mengevaluasi ide Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa

kelima subjek penelitian ,

juga mengalami matema K tik

e a ma

d m

ar p

i u

s a

u n

atute m

k e s n

b ge

a m ik u

d k

a a

l k

a a m

n bent

i u d k e

b p p

k m d

e o e e ik

a

r n n

g h t e n i d

e t n

a m a

i a

g

t s h h i i k a

f l u u a t l i i

m t

u s

m a

n a

e n

e y b n

r n e a a k d i h

n a a w

g n

k b a d

a t k

e e i

t r e

l s

a i m

k h

s a d e a a a k l a

l t i m

h r . m

i i p

S r a

. u

1 k

P p

, a

e n a a l S s o

d d u 2 m

a a b ,

j p d h e o k a a k n s k

h il o

a

S p t t m s

i 3 e e n i

n l s u

g m

e n a k l i k

a i

a k

t s h t i t a

u a a i e

s r n n k s i ,

l d d d d i i a e a s m

a

n p ri n

g a il s

t a i m

t k n m a

i a n

e u

p d

m p

e a s n u

b r

i e n s e k

w r n

o a t

t u a p m

u . l

a k i

u s

n J n a

k a

n

o i

m d k

m m i a

o s

u e

d i d

n r

e a m

u

i l p k p

a

a a p a ,

t t s e

k

e i m m a

m d

n a i b

a s t b

e i t i m

l k

e a

a m a g

j p

a i u y

a a

r t l a n

a k i

n n s a p g

s n

e

i T

p n

sw T t j e i i r

W n

a k lu

g

. a

Lebih lanjut mengenai scaffolding, dari 26

(7)

D.A.S.Q.Rizki.etal/UJME 3

3 (1)(2014)

penjelasan di atas bisa diketahui jika pemberian scaffolding terhadap kelima subjek penelitian memiliki kadar yang berbeda-beda. Siswa yang mempunyai kemampuan kognitif tinggi akan lebih cepat untuk mencapai indikator komunikasi matematis yang ditetapkan peneliti secara cepat karena memiliki daya tangkap yang baik. Hal ini dikarenakan ketika seorang siswa telah meningkat kemampuannya untuk menyelesaiakan tugas secara mandiri maka proses scaffolding berangsur-angsur dihentikan dan proses ini berlangsung cepat pada siswa berkemampuan kognitif tinggi tetapi lain halnya dengan siswa berkemampuan kognitif sedang dan rendah yang memerlukan scaffolding yang lebih. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan belajar anak yang dikemukakan oleh Vigotsky. Salah satu teori tersebut menyebutkan tentang scaffolding yang bersifat temporer, yaitu apabila kemampuan siswa telah meningkat maka scaffolding berangsur-angsur dihentikan sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas secara mandiri (Wood, Bruner, & Ross, 1976).

Lebih lanjut pada bagian pembahasan tadi dikatakan berlaku untuk semua subjek penelitian bahwa kemampuan komunikasi matematis yang meningkat akan mempengaruhi hasil prestasi siswa terutama di bidang matematika. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan komunikasi matematis merupakan refleksi pemahaman matematik dan merupakan bagian dari daya matematik. Siswa- siswa mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika mereka diminta untuk memikirkan ide- ide mereka, atau berbicara dengan dan mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide, model dan solusi (Syaban, 2008). Oleh karena itu, komunikasi matematis dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Di awal pembahasan dikatakan jika karakter mandiri juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karakter mandiri sebagai aspek afektif sangat menunjang kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki siswa sehingga dapat menunjang prestasi hasil belajarnya. Hal ini sesuai dengan taksonomi Bloom yang membagi hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu afektif, psikomotorik, dan kognitif.

Sehingga jika salah satu ranah tidak terpenuhi maka hasil belajar siswa belum optimal.

Dengan pencapaian dari ketiga ranah tersebut, maka hasil belajar seorang siswa akan optimal.

Melalui pendidikan karakter diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai- nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam kesehariannya.

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penerapan model pembalajaran TTW berbantuan scaffolding, dapat membentuk karakter kemandirian dan keterampilan komunikasi matematis, yang berdampak pada lebih optimalnya hasil belajar siswa. Untuk pemberian perlakuan scaffolding harus berbeda taraf intensitasnya kepada siswa dengan kemampuan yang berbeda pula. Hal ini sesuai dengan teori scaffolding yang dikembangkan oleh vigotsky seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Siswa berkemampuan tinggi tidak bisa disamakan dengan siswa berkemampuan sedang maupun rendah.

Masing-masing individu mempunyai perlakuan yang berbeda. Semakin rendah kemampuan seorang siswa, maka perlakuan scaffolding pun semakin tinggi taraf intensitasnya dan semakin lama proses yang dibutuhkan jika dibandingkan dengan siswa berkemampuan tinggi.

Simpulan

Simpulan penelitian ini adalah (1) penerapan model Think­Talk­Write (TTW) berbantuan scaffolding pada materi geometri kelas VIII yaitu kubus dan balok, dapat membentuk karakter mandiri dan keterampilan komunikasi matematis siswa dengan catatan setiap siswa diberikan perlakuan yang berbeda dalam pembentukan kemandirian dan keterampilan komunikasi matematisnya; (2) perolehan kemampuan komunikasi matematis pada siswa pilihan melalui penerapan model TTW berbantuan scaffolding pada materi geometri kelas VIII dapat mencapai KKM yang ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas, saran peneliti adalah (1) pada pembelajaran matematika hendaknya siswa difasilitasi untuk aktif sehingga kemandirian dan komunikasi matematisnya dapat terbentuk, salah satunya dengan penerapan model TTW berbantuan scaffolding; (2) pemberian scaffolding terhadap siswa lebih diperhatikan sehingga pembentukan komunikasi matematis siswa optimal.

(8)

D.A.S.Q.Rizki.etal/UJME 3(1)(2014)

UcapanTerimakasih Nasional. Bidang DIKBUD KBRI

Penulis ucapakan terimakasih kepada: Tokyo.

(1)Drs.Arief Agoestanto,M.Si.,KetuaJurusan Wood,D.,Bruner,J.,&Ross,G.1976.Therole Matematika;(2)KepalaSMPN3Ungaranyang of tutoring in problem-solving. Journal telah memberikan izin penelitian di kelas Pof

sychiaC th

ryil ,d

(onliP ns

ey )c

,holo 1g

7y (2) an

:d 89-C

1h 0i

0ld

VIIIC; (3) Amir Fahrudi, S. Pd., M. Pd.,guru Tersedia di.

partner yang telah membantu dalam http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.

pengumpulandatapenelitian. 1111/j.1469-7610.1976.tb00381.x/pdf

[diakses17-2-2013]

DaftarPustaka

Catharina, Tri Anni & A.Rifa’i. 2011. Psikologi Pendidikan.Semarang:UNNESPress.

Depdiknas. 2006. KTSP 2006: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMPdanMTs.Jakarta:Depdiknas.

Lincoln,Y. S.,&Guba,E.G.1985.Naturalistic inquiry. Beverly Hills, CA: Sage Publications, Inc. Tersedia di www.ion.uillinois.edu/weblogs/varvel/.../

Lincoln­NaturalisticInquiry.pdf [diakses 15-2-2013]

Marzuki. 2010. Konsep Dasar Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Debut Wahana Press-FISEUNY.

Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode­

metode Baru. Jakarta : Universitas IndonesiaPress.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter

Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional.Jakarta:BumiAksara.

National Council of Teachers of Mathematics.

2000. Principles And Standards with the Learning from Assessment Materials.

Reston, VA: National Council of TeachersofMathematics.

Soekisno, R. Bambang Aryan. 2008.

Membangun Keterampilan Komunikasi MatematikadanNilaiMoralSiswaMelalui Model Pembelajaran Bentang Pangajen.

Makalah disajikan dalam Seminar Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Jakarta,28Oktober.Tersediadi http://rbaryans.wordpress.com/2008/1 0/28/membangun-keterampilan- komunikasi-matematika-dan-nilai- moral-siswa-melalui-model- pembelajaran-bentang-

pangajen/#more-351 [diakses 13-2- 2013].

Sumahamijaya, Suparman et. all. 2003.

Pendidikan Karakter Mandiri dan Kewiraswastaan.Bandung:Angkasa.

Syaban, M. 2008. Menumbuhkembangkan DayaMatematisSiswa.DiEducare,Vol.

5, Chapter 2. Tersedia di

http://educare.e-

fkipunla.net/index.php?option=com_co ntent&task=view&id=62&Itemid=7.ht ml[diakses20-2-2013].

Undang­Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

28

Referensi

Dokumen terkait

application of think, talk and write strategy on students’ writing descriptive text at seventh grade students in SMP NU Losari.. Key words: Influence, Think-Talk-Write-Strategy

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya diperoleh fakta bahwa dengan menerapkan model CORE berbantuan pop up book kemampuan siswa pada aspek representasi

Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan ilmiah berbantuan LKPD untuk mengetahui karakter jujur dan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Superitem berbantuan scaffolding pada materi trigonometri kelas X SMK dapat meningkatkan karakter

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui apa- untuk (1) mengetahui apa- kah hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran mind mapping berbantuan CD

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa kualitas pembelajaran dengan model concept attainment terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa kelas

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1 pembelajaran dengan model CTL berbantuan komik matematika dan langkah penyelesaian Krulik dan Rudnick dapat digunakan sebagai

Dalam penelitian ini, terpilih 24 peserta didik pada kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan 29 peserta didik pada kelas VIII E sebagai kelompok kontrol, 4 memberi perlakuan pada