PUBLIC SOCIOECONOMIC CHANGE BEFORE AND AFTER REMOVAL OF THE CENTRAL GOVERNMENT IN THE VILLAGE
OF AIR PACAH OF KOTO TANGAH PADANG
Oleh :
Meki Mustia Novi *Erna Juita**Elvi Zuriyani**
*.the geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat.
** the lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This study aims to determine the socio-economic changes in society before and after transfer of the seat of government in the Village Water District of Pacah Tangah Koto Padang which include: 1) affordability of care, 2) the level of income and 3) livelihood.
This research is descriptive. The population in this study were all families in the village Water Pacah totaling 2,232 households. Samples were taken in 2 ways, the sample region taken with porposive sampling technique (designation) is just RW III, RW IV, VI and RW RW X, due to the 4 basic appointment the region which is a region that is closest to the center of the new government, while the sample taken with proportional random sampling technique with a proportion of 10% that the sample amounted to 76 families.
The results of the study found that: 1) There was a change in socioeconomic conditions, affordability aspect more smoothly, more fairly and more suitable in the management of ID card, birth certificate, family card, business license and health services, 2) There was a change in the income of the population, before the removal of the central government where the average income of Rp 2.116 million - Rp 2.881 million / month, and 3) a change in livelihoods. Before the removal of the principal livelihood general laborers, working in the market and no livelihood, after the removal of the many residents who have side jobs, such as services and merchants
Key Words: public, socioeconomic, central government
1
PENDAHULUAN
Pemindahan pusat pemerintahan Kota Padang dari wilayah pusat kota yang berada di Kecamatan Padang Barat ke Kecamatan Koto Tangah, tepatnya di Kelurahan Air Pacah dipengaruhi oleh kerusakan fasilitas pemerintahan Kota Padang akibat gempa 30 September 2009, sehingga pelayanan pemerintahan terhadap masyarakat tidak maksimal serta mempertimbangkan aspek kelayakan, potensi dan dampak positif dalam jangka pendek dan jangka panjang bagi pembangunan daerah Kota Padang.
Perpindahan tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan pembangunan di Daerah Kota Padang dengan mengatur tata ruang wilayah. Kota Padang yang mengalami pertumbuhan begitu pesat harus melakukan pembangunan ke daerah pinggir kota. Apabila pembangunan pusat pemerintahan pasca gempa tetap dilaksanakan di tempat lama yaitu Kecamatan Padang Barat, maka pengaturan tata ruang tidak bisa dilaksanakan secara maksimal, karena keterbatasan ruang untuk melakukan pembangunan fisik perkantoran.
Untuk melihat kinerja perekonomian suatu wilayah biasanya digunakan indikator- indikator makroekonomi, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan (Tarigan, 2005). Dalam konteks analisis input-output regional dan tampilan struktur ekonomi daerah, maka beberapa pengertian yang dianggap layak untuk dibahas dalam rangka menganalisis kinerja perekonomian suatu daerah adalah: (1) pertumbuhan ekonomi daerah atau regional, (2) pendapatan daerah berupa produk domestik regional bruto (PDRB), dan (3) distribusi pendapatan.
Relevansi penggunaan teori pusat pelayanan (central place) dalam mengkaji pemindahan pusat pemerintahan Kota Padang dalam konteks pengembangan wilayah mengacu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2011 tentang pemindahan pusat pemerintahan kota Padang dari wilayah kecamatan Padang Barat ke wilayah kecamatan Koto Tangah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Dasar dari pemindahan pusat pemerintahan Kota Padang diantaranya: 1) terjadinya bencana gempa bumi yang melanda Kota Padang pada tahun 2009 telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur pemerintahan Kota Padang, serta kemungkinan terjadinya risiko
bencana gempa bumi yang sama pada masa yang akandatang, 2) berdasarkan zonasi wilayah rawan bencana gempa bumi dan tsunami dunia, lokasi pusat pemerintahan Kota Padang saat ini berada pada zona bahaya tinggi terhadap bencana gempa bumi dan Tsunami, 3) bahwa berdasarkan pemetaan wilayah rawan bencana gempa bumi dan tsunami di Kota Padang, Kecamatan Koto Tangah termasuk dalam zona yang relatif aman terhadap risiko bencana gempa bumi dan tsunami, sehingga dinilai layak dan memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Kota Padang, 4) pemindahan pusat pemerintahan Kota Padang dari wilayah Kecamatan Padang Barat ke wilayah Kecamatan Koto Tangah Kota Padang dimaksudkan untuk mengurangi konsentrasi masyarakat di kawasan pantai yang rawan bahaya gempa bumi dan tsunami serta untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Kota Padang (Bappeda Kota Padang, 2014).
Tujuan pemindahan ibukota Padang dapat dijelaskan bahwa hubungan di dalam kota, atau antara kota dengan daerah sekitarnya, dapat dipilah dari segi sosial ekonomi dan dari segi fisik. Kedua hal tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sesuai dengan teori yang dapat menjelaskan hubungan sosial-ekonomi dan fisik yang berkait erat dan saling mempengaruhi adalah teori pusat atau tempat (central place theory). Teori tempat pemusatan pertama kali dirumuskan oleh Christaller (dalam Hartshorn, 1980) dan dikenal sebagai teori pertumbuhan perkotaan yang pada dasarnya menyatakan bahwa pertumbuhan kota tergantung spesialisasinya dalam fungsi pelayanan perkotaan, sedangkan tingkat permintaan akan pelayanan perkotaan oleh daerah sekitarnya akan menentukan kecepatan pertumbuhan kota (tempat pemusatan) tersebut. Terdapat empat faktor yang menyebabkan timbulnya pusat-pusat pelayanan : (1) faktor lokasi ekonomi, (2) faktor ketersediaan sumberdaya, (3) kekuatan aglomerasi, dan (4) faktor investasi pemerintah.
Sesuai dengan profil Kota Padang tahun 2013, bahwa pemindahan pusat pemerintahan Kota Padang adalah dari Kecamatan Padang Barat ke lokasi baru di Kelurahan Air Pacah Kecamatan Koto Tangah. Pemindahan pusat pemerintahan itu
direncanakan akan dilakukan pada tanggal 30 September 2013. Pusat pemerintahan yang baru berjarak 15 kilometer dari lokasi lama dengan waktu tempuh 30-45 menit.
Pemindahan pusat pemerintahan ini sekaligus menandakan Kota Padang memiliki ibukota baru, yakni Kecamatan Koto Tangah (Bappeda Kota Padang, 2014).
Kelurahan Air Pacah sebagai lokasi baru pusat pemerintahan Kota Padang mengalami perkembangan, hal ini dapat dilihat dari pertambahan beberapa kegiatan ekonomi utama, seperti perdagangan, transportasi dan jasa. Salah satu indikator tersebut terlihat dari mulai pindahnya kegiatan ekonomi masyarakat kota Padang ke Jalan By Pass pasca gempa tahun 2009 ditandai dengan semakin maraknya ruko di bangun sepanjang Jalan By Pass Padang.
Pembangunan ruko membutuhkan lahan.
Hal tersebut mengakibatkan lahan pertanian yang ada semakin mengecil, sehingga produktifitas pertanian berkurang.
Kelurahan Air Pacah sejatinya telah dijadikan sebagai pusat pertumbuhan baru semenjak tahun 2000 an, hal ini ditandai adanya pembangunan Terminal Regional Bengkuang (TRB) sebagai ganti Terminal Andalas yang berlokasi di pusat kota. Dalam perkembangannya, rencana pemerintah tersebut gagal karena Terminal Regional Bengkuang tidak berfungsi. Untuk menindaklanjuti program pemerintah serta menyelamatkan aset pemerintah Kota Padang, maka pasca gempa tahun 2009, pemerintah Kota Padang menjadikan areal Terminal Regional Bengkuang sebagai pusat pemerintahan baru (Bappeda Kota Padang, 2014).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Sebelum dan Sesudah Pemindahan Pusat Pemerintahan di Kelurahan Air Pacah Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di Kelurahan Air Pacah yang berjumlah 7.118 jiwa terdiri dari 2.232 KK. Sampel penelitian diambil dengan dua cara, sampel wilayah diambil dengan teknik purposive sampling (penunjukan) yaitu RW III, RW IV, RW VI dan RW X, dasar penunjukannya adalah karena ke RW tersebut yang merupakan wilayah yang
terdekat dengan pusat pemerintahan yang baru, sedangkan sampel responden diambil dengan teknik proportional random samplingdengan proporsi 10% sehingga sampel berjumlah 76 KK
Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis persentase sebagai berikut:
% 100
 n P f
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertama, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terjadi perubahan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah pemindahan pusat pemerintahan di tinjau dari aspek keterjangkauan pelayanan (affordability), aspek kecukupan pelayanan (recoverability), aspek kesesuaian pelayanan (replicability) di Kelurahan Air PacahKecamatan Koto Tangah Kota Padang.
Sebelum pemindahan pemindahan pusat pemerintahan, masyarakat merasakan aspek keterjangkauan lancar, cukup dan sesuai dalam pengurusan KTP, akte kelahiran, kartu keluarga, surat izin usaha dan pelayanan kesehatan, sementara sesudah pemindahan pusat pemerintahan, masyarakat merasakan aspek keterjangkauan semakin lancar, semakin cukup dan semakin sesuai dalam pengurusan KTP, akte kelahiran, kartu keluarga, surat izin usaha dan pelayanan kesehatan. Hal ini terlihat dari meningkatnya keterjangkauan pengurusan KTP (13,95%), kecukupan pengurusan KTP (5,26%), kesesuaian pengurusan KTP (17,11%). Selanjutnya keterjangkauan pengurusan akte kelahiran (1,35%), kecukupan pengurusan akte kelahiran (25,01%). Dilihat dari keterjangkauan pengurusan kartu keluarga (9.21%), kecukupan pengurusan kartu keluarga (23,69%), kesesuaian pengurusan kartu keluarga (1.32%). Sementara keterjangkauan pengurusan perizinan usaha (2,64%), kecukupan pengurusan perizinan usaha (7.9%), kesesuaian pengurusan perizinan usaha (1.32%). Sementara untuk pengurusan pelayanan kesehatan relatif tetap.
Determinan penyediaan terdiri atas organisasi pelayanan dan infrastruktur fisik, tempat pelayanan, ketersediaan, pemanfaatan dan distribusi petugas, biaya pelayanan serta mutu pelayanan. Sedangkan determinan permintaan yang merupakan
faktor pengguna meliputi rendahnya pendidikan dan kondisi sosial budaya masyarakat serta tingkat pendapatan masyarakat yang rendah atau miskin.
Kebutuhan primer agar memperoleh akses pelayanan yang efektif: adalah tersedianya fasilitas dan petugas, jarak dan finansiil terjangkauserta masalah sosial budaya yang dapat diterima oleh pengguna. Kendala yang ada adalah jarak tempat tinggal pengguna dari tempat pelayanan, kekurangan alat-alat dan persediaan di tempat pelayanan, kekurangan dana untuk biaya transportasi dan kekurangan dana untuk biaya pengobatan. Selain faktor sarana dan prasarana transportasi, masih banyak faktor- faktor lain yang belum terungkap dengan jelas terkait dengan keterjangkauan pelayanan yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut.
(Suharmiati, 2012)
Kedua, terjadi perubahan pendapatan penduduk sebelum dan sesudah pemindahan pusat pemerintahan, sebelum pemindahan pusat pemerintahan, rata-rata pendapatan penduduk adalah Rp 2.116.000 – Rp 2.881.000/bulan (47,3%), sementara sesudah pemindahan pusat pemerintahan rata-rata pendapatan penduduk Rp 2.116.000 – Rp 2.881.000/bulan (52,63%). Berarti terjadi peningkatan pendapatan rata-rata penduduk sebesar 5,33%. Pemindahan pusat pemerintahan membawa dampak positif terhadap tingkat pendapatan penduduk.
Terdapat perbedaan setelah adanya relokasi pedagang kaki lima di Kawasan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan Kota Semarang. Peningkatan pendapatan di sebabkan karena setelah adanya relokasi kondisi tempat berjualan para pedagang kaki lima menjadi lebih aman, tertib dan bersih.
Jika tempat berjualan aman, tertib dan bersih, maka akan mewujudkan suasana yang nyaman. Sehingga konsumen tertarik untuk membeli dagangan para pedagang kaki lima (Whinarko, 2013).
Ketiga, pemindahan pusat pemerintahan di Kelurahan Air Pacah kecamatan Koto Tangah Kota Padang menyebabkan adanya perubahan mata pencaharian penduduk.
Sebelum pemindahan pusat pemerintahan mata pencaharian pokok umumnya buruh, bekerja di pasar dan mata pencaharian sampingan tidak ada, sesudah adanya pemindahan pusat pemerintahan mata pencaharian masih tetap buruh, tetapi semakin banyak penduduk yang memiliki
pekerjaan sampingan, seperti berdagang, bengkel, toko, rumah kos dan lain-lain.
Sesuai dengan hasil penelitian (Mukhlis dan Drajat, 2012), ternyata dengan adanya pusat pemerintahan baru di Kota Baru Lampung memberikan dampak positif terhadap kesempatan bekerja bagi masyarakatJati Agung termasuk peluang berusaha selain usaha pokok sebagai petani di lahan usaha yang dimiliki oleh masyarakat dan adanya kecenderungan perubahan kedepan pada akhirnya juga akan berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan.
KESIMPULAN
1. Terjadi perubahan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah pemindahan pusat pemerintahan.
Perubahan keterjangkauan pengurusan KTP meningkat 13,95%, kecukupan pengurusan KTP meningkat 5,26%, kesesuaian pengurusan KTP menigkat, keterjangkauan pengurusan akte kelahiran meningkat 1,35%, kecukupan pengurusan akte kelahiran menigkat 25,01%, keterjangkauan pengurusan kartu keluarga menigkat 9,21%, kecukupan pengurusan kartu keluarga menigkat 23,69%, kesesuaian pengurusan kartu keluarga meningkat 1,32%, keterjangkauan pengurusan perizinan usaha meningkat 2,64%, kecukupan pengurusan perizinan usaha menigkat 7.9% dan kesesuaian pengurusan perizinan usaha menigkat 1,32%. Sementara untuk pengurusan pelayanan kesehatan relatif tetap.
2. Terjadi perubahan pendapatan penduduk 5,33%, sebelum pemindahan rata-rata pendapatan Rp 2.116.000 – Rp 2.881.000/bulan (47,3%) dan sesudah pemindahan rata-rata pendapatan Rp 2.116.000 – Rp 2.881.000/bulan (52,63%).
3. Terjadi perubahan mata pencaharian penduduk. Sebelum pemindahan mata pencaharian pokok umumnya buruh, bekerja di pasar dan tidak ada mata pencaharian, sesudah pemindahan semakin banyak penduduk yang memiliki pekerjaan sampingan, seperti jasa dan pedagang.
SARAN
1. Diharapkan pada masyarakat yang berada di sekitar pemindahan lokasi penelitian untuk memanfaatkan pemindahan serta memperhatikan lahan pertanian karena lahan pertanian setiap tahun terus mengalami penyusutan.
2. Diharapkan kepada pemerintahan atau instansi terkait untuk lebih mengoptimalkan perencanaan tata ruang, tata wilayah sehingga proses pelaksanaan pemindahan lokasi dapat telaksana sesuai dengan perencanaan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelittian. Edisi Revisi. Jakarta.
Rineka Cipta
Bahsan 2005.Sikap masyarakat Kecamatan Natar terhadap rencana pemindahan ibukota Provinsi Lampung ke Kecamatan Natar Lampung Selatan.
Skripsi.Universitas Lampung
Bakarudin 2010. Pengantar Geografi Desa dan Kota. Padang: UNP Press
Bappenas. 2001. Pembangunan Daerah.
Daljoeni.2003. Geografi Kota Desa.
Bandung: PT. Alumni
Drajat, Denden Kurnia dan Mukhlis, Maulana. 2012. Dampak Kebijakan Pembangunan Kota Baru Lampung Terhadap Perubahan Sosial Budaya Masyarakat. Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung
Hardjasaputra 2003.Pemindahan ibukota Kabupaten Tasikmalaya dalam perspektif historis.Makalah dipresentasikan dalam “Seminar Pemilihan Ibukota Kabupaten Tasikmalaya” tanggal 31 Maret 2003 di Caffe Sinta, Tasikmalaya
Mulyadi. S. 2008. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif
Pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2007.
Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo.
Susatyo 2009.Dampak pemindahan ibukota Kabupaten Pekalongan dari Kota Pekalongan ke Kajen terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan.Skripsi. Universitas Negeri Sebelas Maret
Suharmiati. 2012. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Daerah Terpencil Perbatasan Di Kabupaten Sambas. Jurnal Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Sugiyono, 2010.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara
Yunus, Sabari . 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Whinarko. 2013. Evaluasi Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pedagang Kaki Lima Menjadi Pujasera di Kota Semarang tahun 2013. Skripsi. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Diponegoro