Dan terakhir artikel berjudul “Strategi Kebudayaan Menuju Keberagaman dan Kerukunan Umat Beragama” yang ditulis oleh Ahmad Suaedy. Namun hal tersebut bukanlah mainstream wajah toleransi dan kerukunan antaragama di Indonesia.
Daftar isi
Bagian Pertama
Bagian Kedua
Bagian Ketiga
Kebudayaan, Toleransi, dan Kerukunan
Antarumat Beragama
Artinya Islam berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah, dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk melaksanakan ajaran Islam secara utuh, sehingga lahirlah masyarakat Islam yang peradabannya besar. Tertulis dalam Alquran dan hadis bahwa Islam adalah agama yang benar, agama tertinggi.
Peran Negara Dalam Mewujudkan Toeransi
Agama sebenarnya meyakini bahwa apa yang diyakininya adalah benar dan bukan sekadar ekspresi selera. Kita sebagai umat yang berbeda agama boleh saja menganggap yang berbeda agama itu kurang benar, namun kita harus menyerahkan keputusan akhir pada Allah.
Agama dan Negara
Peran Negara dalam
Mewujudkan Toleransi Umat Beragama
Hal ini menunjukkan bahwa ciri-ciri Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat dan damai yang dapat dilihat dari tiga sudut pandang. Keterlibatan agama dalam politik sebenarnya tidak bertentangan dengan demokrasi, dan hal ini juga terjadi di negara-negara Barat yang sekuler. Hal ini sesuai dengan pasal 18 ayat (3) Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang diratifikasi pada tahun 2005.
Adanya keharmonisan sosial sangatlah penting karena merupakan prasyarat terwujudnya integrasi sosial dan nasional, sedangkan integrasi tersebut merupakan prasyarat bagi stabilitas dan pembangunan nasional. Hal-hal tersebut terutama meliputi: (1) pengertian atau kriteria agama, (2) kebebasan beragama, (3) penyelenggaraan majelis keagamaan, (4) aliran agama, (5) pendidikan agama, (6) penyiaran agama, (7) tempat ibadah, (8) hari besar keagamaan, (9) bantuan luar negeri, (10) pemakaman, (11) kerukunan dan perselisihan umat beragama, (12) wadah kerukunan, dan (13) penodaan agama. Secara umum, kondisi toleransi beragama di negeri ini cukup baik, dan kebijakan negara mengenai hal ini termasuk yang terbaik dan menjadi teladan di dunia.
Menggugat Peran
Saya tidak melihat upaya penghapusan UU Penodaan Agama sebagai upaya menciptakan kehidupan beragama yang harmonis. Dengan dihapuskannya UU Penodaan Agama, besar kemungkinan akan terjadi konflik berdimensi agama di berbagai daerah yang berlatar belakang kasus penodaan agama. Meski sudah ada UU Penodaan Agama, namun penodaan agama masih sering terjadi, apalagi jika sudah tidak ada lagi UU Penodaan Agama, tentunya akan lebih sering terjadi.
Upaya penghapusan undang-undang penodaan agama merupakan hal yang sangat aneh bagi negara seperti Indonesia, di mana agama menempati posisi penting. Meskipun Eropa bersifat sekuler, sebagian besar negara masih memiliki undang-undang penodaan agama. Maka aneh bila negara seperti Indonesia justru berupaya menghapuskan aturan penodaan agama.
Peran Negara Tentang Toleransi Kehidupan
Sebuah Telaah Awal
Terlebih lagi, perubahan metodologi berpikir harus dilakukan secara terus menerus agar menjadi budaya di seluruh umat beragama di Indonesia. Apalagi berbagai kekurangan terus disempurnakan dan disesuaikan dengan zaman saat ini melalui menhej (metodologi), visi dan misi umat beragama di Indonesia. Saya akan membahas sedikit tentang kerukunan umat beragama, dan kebetulan saya berkesempatan mempelajari kerukunan umat beragama di seluruh provinsi.
Hal ini menunjukkan bahwa apa yang disampaikan Romo Magnis1 memang benar adanya, bahwa kerukunan umat beragama di Indonesia sangat baik. Namun sebagai negara yang menjunjung tinggi agama, Indonesia tidak hanya mengamalkan kebebasan beragama, namun juga melayani umat beragama. Dua hal inilah yang kita inginkan agar ada kebijakan pemerintah yang menunjukkan sikap toleran terhadap kerukunan umat beragama.
Kebudayaan, Jalan
Menghampiri Sang Maha Misteri 1
Berdasarkan hal tersebut, kita akan memahami bahwa agama, di pihak pemeluknya, paling tidak bersentuhan dengan apa yang disebut “kebudayaan” dan oleh karena itu terbuka tanpa henti, sehingga memungkinkan bertemunya segala perbedaan. dan kontradiksi, bahkan dari berbagai konsep dan keyakinan yang sudah dikenal, seperti toleransi. Naskah asli merupakan artikel yang ditulis untuk keperluan acara “Workshop Kebudayaan” yang diadakan oleh Institut Kebudayaan UM Malang dengan tema. Dari sini penting untuk secara jujur mengakui bahwa “kebudayaan adalah jalan untuk mencapai Tuhan dan bahkan jalan menuju Tuhan itu sendiri”.
Kurang disadari bahwa “Islam pada hakikatnya tidak dapat dipelajari, didakwahkan dan diamalkan, kecuali dengan dan dari kebudayaan itu sendiri”. Tak jarang, pemeluk Islam mulai dari rakyat jelata hingga elite secara konsisten menyatakan “kebudayaan” sebagai antitesis dan “musuh”. Kitab fisik Al-Qur'an yang dicetak pada mesin cetak modern yang dibaca dan diperlakukan dengan hormat, kadang didahului dengan wudhu dan dikenakan di kepala, merupakan “kebudayaan”.
Masih Ada Pluralisme di Indonesia
Munculnya gerakan antaragama dan dialog antarbudaya dalam satu atau dua dekade terakhir merupakan bukti bahwa agama-agama di dunia saat ini sedang berinteraksi satu sama lain dalam skala besar yang belum pernah diperkirakan sebelumnya. Memang topik hubungan antaragama dan budaya merupakan isu yang sangat penting, bahkan lebih penting saat ini dibandingkan masa-masa sebelumnya. Permasalahan global yang kita alami saat ini tidak diragukan lagi telah menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang melampaui perbedaan budaya dan agama.
Dalam artikel ini saya ingin mendukung diktum yang mengatakan bahwa di era sekarang ini seseorang harus bersifat interreligius yang autentik untuk menjadi seorang yang autentik beragama. Argumen dasar bahwa tantangan kerjasama antar umat beragama yang otentik melekat pada tantangan menjadi seorang muslim di zaman sekarang ini sangat kuat: konsep keadilan (adl) sebagai konsep nomor dua setelah konsep Ketuhanan Yang Maha Esa. Tuhan (tawhid) adalah salah satu ajaran Al-Qur'an yang terpenting. Betapa benarnya hal tersebut, apalagi saat ini kita lebih merasakan dan mengalami kemajemukan dibandingkan masa lalu, oleh karena itu semakin penting bagi kita sebagai warga dunia untuk menyadari pentingnya kerjasama dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan, baik privat maupun publik. . .
Kontribusi Komunikasi Antarbudaya Dalam
Mengembangkan
Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia
Namun bukan berarti tidak pernah terjadi kerusuhan dan konflik antar umat beragama di Indonesia. Kesalahpahaman antar umat beragama merupakan hal krusial yang harus diwaspadai dan ditanggulangi agar tidak menjadi konflik berkepanjangan. Toleransi antar umat beragama merupakan sebuah keniscayaan yang harus selalu dijaga dan dikembangkan agar masyarakat Indonesia dapat senantiasa hidup damai dalam keberagaman.
Ketiga, menjalin hubungan berdasarkan profesi dan spesialisasi yang bersifat universal, guna menghilangkan sesedikit mungkin perbedaan antar umat beragama. Toleransi antarbudaya dan antaragama harus selalu dikembangkan, terutama di era global saat ini. Penggunaan media sosial secara bijak dalam mengembangkan toleransi dapat mempererat kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Strategi Kebudayaan untuk Kebinekaan
Misalnya saja, mayoritas masyarakat Batak Karo yang tergabung dalam Gereja HKPB kini sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Di Indonesia bagian barat atau Jawa, dalam masyarakat yang homogen Islam dengan segala tradisi dan religiositasnya, tiba-tiba muncul gereja yang memuat tradisi-tradisi yang bagi masyarakat setempat dianggap aneh dan menyimpang dari adat istiadatnya. Faktanya, gejala perubahan global dan Eropa di atas juga terjadi di sini, di Indonesia.
Tekanan terhadap perubahan yang dilakukan oleh kelompok minoritas di Indonesia sudah cukup lama diungkapkan dan ditekan dengan kuat, namun perlawanan kelompok mayoritas yang menggunakan seluruh kekuatan dan kekuatan mayoritas masih menolak untuk bergerak maju. Kelompok minoritas di Indonesia mempunyai alasan yang kuat untuk menuntut agar diperlakukan sama dengan kelompok mayoritas atau siapapun karena bangsa Indonesia telah resmi menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai weltschauung dan landasan negara itu sendiri. Perbedaan antara Eropa dan Indonesia adalah alasan ekonomi lebih menonjol di Eropa, sedangkan alasan agama jauh lebih menonjol di sini.
Tanya Jawab
Respons mereka terhadap lantunan ayat Al-Quran dengan maqamat merupakan sesuatu yang mengharukan dan dapat memberikan kesejukan. Berikutnya setelah kita memahami budaya kita sendiri, kita belajar memahami budaya orang lain. Maka untuk menjawab pertanyaan bagaimana menyikapinya agar budaya kita tidak tergerus oleh budaya orang lain atau asing.
Hal tersebut sebenarnya bisa kita atasi dengan menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri, yakni dengan mengenal budaya kita secara mendalam, sehingga kita terus terpacu untuk melestarikannya. Jadi, dalam situasi perkembangan saat ini, kita harus sebisa mungkin membandingkan budaya kita dengan situasi saat ini. Namun tidak menutup kemungkinan kebudayaan kita akan tergerus karena terpengaruh oleh budaya lain sebagai pengaruh tren globalisasi dan modernisasi saat ini.
Indeks
Tentang Penulis
Desa Boro sangat dekat dengan suasana Jawa di kaki Gunung Menoreh yang sangat membantu Romo Magnis dalam belajar bahasa Jawa. Romo Magnis diangkat di Jakarta sebagai guru agama di SMA Kanisius sekaligus kepala Perguruan Tinggi Pelajar pada tahun 1962-1964. Di sela-sela itu, Pastor Magnis belajar filsafat, teologi moral, dan teori politik di Ludwig-Maximilians, Universitas Munich, Jerman, hingga memperoleh gelar doktor di bidang filsafat pada tahun 1973, summa cum laude, dengan tesis tentang pemikiran Karl muda. Marx yang berjudul Die Funktion normbativer Voraussetungen im Denken des Jungen Marx.
Pada tahun 1979, Pastor Magnis menjadi dosen tamu di Geschwister-Scholl-Institut, bagian dari Ludwig-Maximilians Universitat, dan di Hochschule für Philosophie, keduanya di Munich, Jerman. Romo Magnis juga merupakan dosen luar biasa pada Program Magister Fakultas Pascadoktoral Universitas Indonesia sejak tahun 1990 hingga sekarang. Islamabad, 2005), “Islam dan Hak Asasi Manusia: Mengelola Keberagaman dalam Kasus Indonesia” (Kuala Lumpur 2006), “Penerapan Syariah di Negara Muslim Demokratis: Pengalaman Indonesia”.
Tentang Penyunting
Reviewer tetap pada Jurnal Masyarakat Indonesia, Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI) dengan topik Islam, Agama, Gerakan Sosial, Minoritas. Pembina di Yayasan GPSP, Wakil Ketua Yayasan Gerakan Swara Pemberdayaan Perempuan (GPSP, Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat Dewan Kesejahteraan Sosial, Pimpinan Pusat Aisyiyah, Anggota Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil DKI Jakarta (1996 Perjalanan karir organisasinya di Muhammadiyah antara lain sebagai Ketua IMM Fisip-UMJ Koordinator Ketua Komisariat IMM-UMJ Sekretaris Jenderal DPD IMM DKI Jakarta Ketua Umum DPD IMM DKI Jakarta Wakil Sekretaris DPD KNPI DKI Jakarta Wakil Ketua Koordinator Dewan Pendidikan Kader PD Muhammadiyah Jakarta Selatan Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia dan Advokasi Publik PP Pemuda Muhammadiyah Anggota Lembaga Kebijaksanaan dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah, Sekretaris LHKP PWM DKI Jakarta, Sekretaris Laboratorium Ilmu Politik FISIP UMJ , Sekretaris Pusat Pengkajian Islam dan Pancasila (PSIP) FISIP UMJ, Ketua UPP AIK FISIP UMJ, Sekjen Forum Keluarga Alumni IMM DKI Jakarta, dan Sekjen Ikatan Alumni (IKALUM) FISIP UMJ.