• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Universitas Bosowa

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Universitas Bosowa"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan kuasa-Nya kepada setiap hamba, dengan cinta dan pengabdiannya, telah memungkinkan penulis menyelesaikan risalah ini, meskipun dalam bentuk yang sederhana, yang merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan studinya di Fakultas Teknik Sipil, Universitas Bosowa, Makassar. Abdul Rahim Nurdin, MT., selaku pembimbing I, atas bimbingan dan arahannya dalam penyelesaian skripsi ini. Syahrul Sariman, MT., yang telah memberikan semangat dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Seluruh Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) dan Forum Mahasiswa Teknik Sipil Indonesia (FKMTSI), yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan bantuan fasilitas untuk menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya sebagai manusia biasa menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

3.1  Diagram Alur Penelitian..............................................................
3.1 Diagram Alur Penelitian..............................................................

1 BAB I

  • Latar Belakang Masalah
  • Rumusan Masalah
  • Maksud dan Tujuan a) Maksud
  • Ruang Lingkup Penelitian

Pasir alam Sungai Pangkajene merupakan pasir yang diperoleh langsung dari alam dan dapat langsung digunakan sebagai bahan konstruksi tanpa perlu pengolahan terlebih dahulu. Di beberapa daerah, terutama di daerah aliran sungai, lebih mudah mendapatkan pasir alam daripada pasir atau agregat halus dari penyaringan batu pecah karena tidak perlu memecahkan batu untuk mendapatkannya. Bagaimana pengaruh penggunaan pasir alam (Sungai Pangkajene dan Jeneberang) terhadap karakteristik campuran aspal beton (AC–WC) terhadap perendaman berulang. 1.3 Maksud dan Tujuan a) Tujuan: a) Tujuan.

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pasir alam (Sungai Pangkajene dan Jeneberang) terhadap sifat campuran aspal beton (AC–WC) terhadap pembasahan berulang. b) Tujuan. Menganalisis pasir alam (Sungai Pangkajene dan Jeneberang) terhadap sifat campuran aspal beton (AC-WC) terhadap perendaman berulang.

4 1.5 Batasan Masalah

Manfaat Penelitian

Sistematika Penulisan

PENDAHULUAN

5 BAB II : KAJIAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Pengertian Perkerasan Jalan

Perkerasan lentur harus memenuhi persyaratan berikut dengan maksud untuk keselamatan dan kenyamanan jalan. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan yang diletakkan di atas tanah lapisan bawah dengan atau tanpa lapisan pondasi. Struktur perkerasan yang umum digunakan di Indonesia adalah struktur perkerasan lentur yang terdiri dari lapisan-lapisan yang berfungsi untuk menyerap dan mendistribusikan beban lalu lintas ke lapisan yang lebih rendah.

Perkerasan pada umumnya terdiri dari beberapa lapis dengan kualitas yang berbeda-beda dan umumnya konstruksi jalan terdiri dari: Alas adalah permukaan tanah asli, permukaan tanah galian atau permukaan timbunan yang dipadatkan dan merupakan alas untuk peletakan bagian jalan yang lain.

Gambar 2.1. Komponen Perkerasan Lentur
Gambar 2.1. Komponen Perkerasan Lentur

Pembebanan Pada Perkerasan Jalan

Pembagian beban roda melalui lapis perkerasan J (Sumber dikutip dari materi kuliah Teknik Perkerasan Tanah. Mekanisme retak yang terjadi di lapangan terjadi akibat adanya gaya tarik yang ditandai dengan adanya retak awal pada bagian bawah perkerasan yang akan kemudian deformasi retak ini berangsur-angsur menyebar.Permukaan perkerasan jalan dapat menimbulkan mekanisme retak yang terjadi di lapangan akibat adanya gaya tarik yang ditandai dengan adanya retak awal pada bagian bawah perkerasan jalan yang terdeformasi dan selanjutnya retak ini akan berangsur-angsur menyebar ke permukaan perkerasan jalan yang dapat menyebabkan kerusakan.

Beban tarik sering menimbulkan retak, terutama dimulai dari retak awal (crack initial) di bagian bawah lapisan perkerasan yang selanjutnya akan menjalar ke permukaan. Lapisan permukaan harus dapat menerima semua jenis gaya yang bekerja padanya, lapisan dasar menerima gaya dan getaran vertikal, sedangkan lapisan tanah di bawahnya dianggap hanya menerima gaya vertikal.

Gambar 2.6. Distribusi Beban Roda Melalui Lapisan Perkerasan J (Sumber, dikutip dari bahan kuliah Rekayasa Tanah Dan Perkerasan
Gambar 2.6. Distribusi Beban Roda Melalui Lapisan Perkerasan J (Sumber, dikutip dari bahan kuliah Rekayasa Tanah Dan Perkerasan

Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan

Untuk menjamin agar kondisi pelayanan tetap terjaga dan berkurang secara alami sesuai dengan perhitungan, maka perlu dilakukan pemeliharaan jalan yaitu kegiatan merawat dan memulihkan kerusakan setempat secara terencana sesuai kebutuhan. Peningkatan jalan dilakukan untuk memperbaiki kondisi jalan yang kapasitasnya tidak stabil atau kritis, hingga kondisi operasi yang stabil sesuai dengan umur rencana yang ditentukan. Kondisi penggunaan stabil adalah kondisi penggunaan pada struktur dari awal umur rencana (IPo) sampai kondisi penggunaan telah mencapai batas kestabilan atau akhir umur rencana (IPt), dengan penurunan nilai stabilitas yang wajar, yang termasuk dalam dokumen ini adalah kondisi jalan dalam kondisi baik (B) dan sedang (S).

Kondisi layan tidak stabil adalah kondisi jalan yang berada di antara batas stabilitas dan batas kritis. Umur perkerasan aspal tergantung pada beberapa faktor, antara lain jumlah dan berat beban lalu lintas, cuaca, kualitas material, kekuatan tanah dasar, drainase dan kualitas struktur lapisan perkerasan itu sendiri.

Konsep Perkerasan Yang menggunakan Pasir Alam

  • Agregat Halus
  • Sifat–Sifat Fisik Agregat
  • Produksi Agregat
  • Bahan Pengisi (Filler)

Semakin besar ukuran maksimum agregat yang digunakan, semakin banyak pula variasi ukuran dalam campuran. Semakin besar ukuran maksimum partikel agregat yang digunakan, maka diperlukan variasi ukuran dari besar ke kecil. Dalam campuran beraspal, penggunaan agregat bersudut atau bulat saja tidak akan menghasilkan campuran beraspal yang baik.

Agregat hidrofobik (tidak suka air) adalah agregat yang memiliki sifat daya rekat yang tinggi terhadap aspal, contoh agregat tersebut adalah batugamping dan dolomit. Jaw crusher atau clamp jaw type umumnya terdiri dari dua buah pelat, yang satu dalam posisi tetap dan pelat lainnya bergerak, yang dioperasikan oleh satu (tunggal) atau dua (dua) batang penggerak (toggle).

Gambar 2.7.  Ilusterasi Gradasi Agregat
Gambar 2.7. Ilusterasi Gradasi Agregat

Spesifikasi Bahan Pengikat (Aspal)

  • Jenis Aspal
  • Aspal Minyak

Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral dan bahan organik lainnya. Tingkat penetrasi aspal ini sangat rendah dan titik lembeknya sangat tinggi. Karena aspal ini sangat keras maka aspal yang digunakan ini dicampur dengan aspal keras yang memiliki tingkat penetrasi yang tinggi. Aspal batu Kentucky dan Buton adalah aspal yang diendapkan di pulau Buton, Indonesia dan di daerah Kentucky, Amerika Serikat. Aspal yang terdapat pada batuan ini berkisar antara 12 – 35% dari massa batuan dan memiliki tingkat penetrasi antara 0 – 40.

Untuk pemakaiannya, endapan ini harus ditimbang terlebih dahulu, kemudian aspal ditarik keluar dan dicampur dengan minyak pelembut atau aspal keras dengan tingkat penetrasi yang lebih tinggi untuk mendapatkan campuran aspal yang memiliki tingkat penetrasi yang diinginkan. Aspal yang termasuk dalam kategori aspal sintetik adalah aspal minyak dan tar, tetapi tar tidak umum digunakan di permukaan jalan karena lebih cepat mengeras, sensitif terhadap perubahan suhu, dan beracun.

Aspal Keras/Panas (Asphalt Cement, AC)

Selama ini aspal batu terus berkembang sehingga menghasilkan aspal batu berupa partikel butiran yang lebih kecil dari 1 mm dan berbentuk damar wangi.

Aspal Dingin/Cair (Cut Back Asphalt)

Aspal Emulsi (Emulsion Asphalt)

  • Aspal modifikasi
  • Fungsi Aspal sebagai Material Perkerasan Jalan
  • Spesifikasi Aspal untuk Perkerasan Jalan
  • Sifat Kimiawi Aspal

Non-ionik, merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi atau menghantarkan listrik (netral). Emulsi aspal yang biasa digunakan sebagai bahan permukaan jalan adalah aspal emulsi anionik dan kationik. Polimer merupakan salah satu jenis bahan aditif yang banyak digunakan saat ini, sehingga aspal modifikasi sering disebut sebagai aspal polimer.

SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene) dan karet merupakan jenis polimer elastomer yang biasa digunakan sebagai campuran aspal keras. Penambahan polimer jenis ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat biologis aspal, antara lain penetrasi, viskositas, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Persentase aditif yang ditambahkan dalam produksi aspal polimer harus ditentukan dari uji laboratorium, karena penambahan aditif hingga batas tertentu dapat meningkatkan sifat reologi aspal dan campuran, tetapi penambahan yang berlebihan justru akan berdampak negatif.

Seperti halnya aspal polimer elastomer, penambahan bahan polimer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat reologi aspal keras maupun sifat fisik campuran aspal. Persentase penambahan polimer ini ke aspal keras juga harus ditentukan dari uji laboratorium, karena penambahan ini sampai batas tertentu dapat meningkatkan sifat reologi aspal dan campuran, tetapi penambahan yang terlalu besar akan. Pemakaian aspal pada permukaan jalan dapat dicampur dengan agregat sebelum dihampar (pre-laying), seperti lapisan aspal beton, atau dituangkan pada lapisan agregat yang dipadatkan dan ditutup dengan agregat yang lebih halus (post-laying), seperti seperti pelaksanaan macadam atau rekonstruksi perkerasan jalan.

Adhesi adalah kemampuan agregat untuk mengikat aspal sehingga tercipta ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Agregat yang dapat digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah agregat dengan daya rekat agregat terhadap aspal minimal 95%. Saat ini ada beberapa spesifikasi aspal, namun hanya spesifikasi aspal yang terkait dengan aspal minyak yang dijelaskan.

Tabel 2.1.Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras
Tabel 2.1.Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras

Asphaltenes (A)

  • Tes Standar Bahan Aspal
    • Penetrasi
    • Titik Nyala dan Titik Bakar
    • Daktilitas
    • Berat Jenis Aspal
    • Kehilangan Berat
    • Pengujian Viskositas Aspal
  • Jenis Semen Aspal
  • Beton Aspal
    • Karakteristik Campuran Aspal Beton
    • Sifat Volumetrik dari Campuran Beton Aspal yang Telah Dipadatkan
    • Jenis Beton Aspal
    • Rancangan Campuran Beton Aspal
  • Pengaruh Suhu Terhadap Pencampuran dan Pemadatan
    • Persyaratan Suhu Terhadap Pencampuran dan Pemadatan Penerimaan Bahan Aspal
    • Karakteristik Marshall a) Stabilitas (Stability)
  • Lokasi Penelitian
  • Waktu Pelaksanaan
  • Persiapan Peralatan dan Pengambilan Sampel
    • Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar a. Tujuan
    • Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Pasir Alam a. Tujuan
    • Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus a. Tujuan
  • Pemeriksaan Aspal
    • Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar a. Tujuan
    • Pemeriksaan Daktilitas a. Tujuan
    • Pemeriksaan Viskositas a. Tujuan
  • Penentuan Jumlah dan Persiapan Benda Uji
    • Pembuatan Benda Uji untuk Penentuan Kadar Aspal Optimum a. Peralatan
  • Pengujian Benda Uji untuk Penentuan Kadar Aspal Optimum a. Tujuan
    • Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat
    • Hasil Pemeriksaan Karakteristik Aspal Minyak
    • Penentuan Proporsi Agregat Campuran
  • Pembuatan Benda Uji Untuk Optimum)
    • Perkiraan K
    • Penentuan Berat Agregat dan Aspal dalam Campuran
    • Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Campuran
    • Data Uji Marshall Untuk Penentuan Kadar Aspal Optimum Pada pengetesan benda uji dengan alat Marshall diperoleh dua
  • Analisa Pembahasan Hasil Penggunaan Pasir Alam Terhadap Karakteristik Campuran AC – WC dengan Perendaman Berulang
    • Perhitungan Komposisi Campuran Penggunaan Pasir Alam Terhadap Karakteristik Campuran AC–WC dengan
    • Data Uji Marshall Untuk Penentuan Marshall Perendaman
    • Grafik Uji Marshall Untuk Penentuan

Agregat yang digunakan untuk membuat benda uji Marshall tidak boleh melebihi 25 mm (= 1 inci), jika agregat yang digunakan lebih besar dari 25 mm hingga 38 mm (1,5 inci), modifikasi harus dilakukan. 2.13.1. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai ketika sampel runtuh tetapi masih dalam keadaan terkompresi. Tuang benda uji ke dalam tabung kekentalan (suhu pemanasan aspal harus sama dengan suhu aspal di dalam tabung kekentalan).

Setelah material yang akan digunakan telah lolos pengujian, langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel uji dan desain agregat gabungan serta pembuatan sampel uji untuk menentukan kadar aspal optimal. Dari data yang diperoleh dapat diketahui sifat-sifat campuran beton aspal dengan kadar aspal yang bervariasi. Dalam pengujian benda uji dengan instrumen Marshall diperoleh dua data uji yaitu pembacaan kestabilan dan aliran benda uji.

Dari data yang diperoleh dapat diketahui sifat-sifat campuran beton aspal dengan kadar aspal yang optimal.

Tabel 2.2. Spesifikasi AASHTO untuk Berbagai Nilai Penetrasi Aspal,  AASHTO 20-70 (1990)
Tabel 2.2. Spesifikasi AASHTO untuk Berbagai Nilai Penetrasi Aspal, AASHTO 20-70 (1990)

Maks 6

  • Hubungan KAO Dengan Persentase Nilai IKS
  • Kesimpulan
  • Saran

256,6 kg/mm ​​memenuhi standar spesifikasi sedangkan nilai MQ penyelaman hari VII sebesar 238,6 kg/mm ​​tidak memenuhi. Nilai VFB campuran berpengaruh terhadap impermeabilitas dan kekenyalan campuran, semakin tinggi nilai VFB berarti semakin banyak rongga yang terisi aspal sehingga lebih kedap air dan kedap udara. Dari Gambar 4.9 diatas terlihat bahwa nilai VFB dibawah standar spesifikasi untuk kedua penyelaman pada hari I dengan nilai VFB.

Dari hasil pengujian karakteristik campuran Marshall menggunakan pasir alam untuk campuran rendaman, tidak semua parameter Marshall memenuhi spesifikasi Jalan Raya Umum 2007 2. Nilai flow hasil campuran rendaman pasir alam Hari I 4,17 mm, hari III kemiringan 4,60 mm dan Kecelupan VII 4,67 mm, memenuhi spesifikasi standar Jalan Raya Umum tahun 2007. Nilai VIM menghasilkan campuran pasir alami dengan kemiringan hari I sebesar 9,79%. perendaman hari III dengan nilai 9,47% dan dengan perendaman hari VII dengan nilai 9,24%.

Hasil nilai Marshall Quotient untuk campuran pasir alam tidak memenuhi semua spesifikasi dengan perendaman 1 hari senilai 294,6 Kg/mm, perendaman 3 hari senilai 256,6 Kg/mm memenuhi spesifikasi General Highways 2007 sedangkan perendaman VII hari. Hasil nilai VFB pada campuran pasir alam, seperti perendaman hari I dengan nilai 50,48%, perendaman hari III dengan nilai 51,43% dan perendaman hari VII dengan nilai 52,09. Hasil nilai VMA untuk campuran pasir alam, celup hari I dengan nilai 19,77%, celup hari III dengan pengubah aspal tanpa nilai celup 19,48%, dan celupan VII dengan nilai 19,28% memenuhi spesifikasi Jalan Raya Umum 2007.

Jenis perlakuan uji lain untuk campuran pasir alam perlu dikembangkan sehingga nantinya dapat meminimalkan penggunaannya di lokasi.

Tabel 4.13. Hubungan KAO dengan Persentase Nilai IKS
Tabel 4.13. Hubungan KAO dengan Persentase Nilai IKS

LABORATORIUM ASPAL DAN BAHAN JALAN UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

LABORATORIUM ASPAL DAN BAHAN JALAN

Gambar

3.1  Diagram Alur Penelitian..............................................................
Tabel 2.1. Ketentuan - Ketentuan Untuk Aspal Keras...........................II-36  Tabel 2.2
Tabel 4.8. Gradasi Penggabungan Agregat AC – WC...........................IV-7  Tabel 4.9
Gambar 2.1.  Komponen Perkerasan Lentur .......................................... II-3  Gambar 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dijelaskan bahwa wanita dengan dismenore primer memiliki gaya hidup yang kurang aktif secara fisik, stres, mengonsumsi makanan cepat saji fast food, dan merokok baik itu perokok pasif