• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Universitas Udayana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Universitas Udayana"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan) Penanggung jawab :. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai). Untuk mencapai kondisi tersebut, perlu dilakukan penyelarasan kegiatan pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan hidup dalam kerangka pengelolaan badan air yang berkelanjutan. Upaya peningkatan fungsi DAS dalam perlindungan dan konservasi sumber daya air harus dilakukan melalui pendekatan penataan ruang yang tepat di dalam DAS dan didukung oleh lembaga pengelola DAS yang tepat.

Pertanyaan besar yang masih muncul hingga saat ini adalah apakah pengelolaan DAS yang dilakukan di Indonesia telah mencapai salah satu tujuannya, yaitu terwujudnya ketersediaan air yang optimal dari segi ruang dan waktu, baik dari segi kuantitas, kualitas, dan keberlanjutan. Pertanyaan ini muncul karena berdasarkan fenomena yang ada, alih-alih bertujuan untuk ketahanan air, yang terjadi malah semakin banyak terjadi bencana hidrologi seperti banjir dan kekeringan yang konon disebabkan oleh pengelolaan DAS yang kurang baik. Oleh karena itu, masih diperlukan banyak penelitian di bidang pengelolaan DAS terkait dengan fungsi DAS sebagai pengatur pengelolaan air yang diharapkan dapat mendukung program ketahanan air yang digalakkan oleh pemerintah.

Mengingat permasalahan dan permasalahan sumber daya air dalam pengelolaan DAS sebagaimana disebutkan di atas, maka BPPTPDAS bekerjasama dengan Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Fakultas Geografi Universitas Muhamadiyah Surakarta menyelenggarakan seminar hasil penelitian. Prosiding Seminar Nasional Peran Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dalam Mendukung Ketahanan Air memuat 39 makalah lengkap dan 4 makalah poster. Evaluasi Karakteristik Tanah dan Kualitas Air Sungai untuk Mendukung Pengelolaan DAS Mikro / Penulis: Agung Budi Supangat dan Nining Wahyuningrum (BPPTPDAS).

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS berbasis MHE (Studi Kasus Mikro Datara Kabupaten Gowa) / Oleh: Nurhaedah, Achmad Rizal H Bisjoe dan Nur Hayati (BPPLHK Makassar.

PENDAHULUAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung mengalami perubahan lahan yang cepat, penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan prinsip konservasi tanah dan air. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui laju erosi di DAS Ayung, melaksanakan tindakan konservasi berdasarkan kearifan lokal apabila erosi lebih besar dari erosi yang diperbolehkan (Edp). Windia (2013) juga mengatakan hal yang sama, bahwa 100 ha lahan mengalami perubahan setiap tahunnya dalam lima tahun terakhir.

Konversi lahan mempunyai implikasi terhadap produksi pangan, serta dampak terhadap lingkungan fisik, sosial, adat dan budaya serta perekonomian masyarakat. Jika alih fungsi lahan tidak dicegah, maka eksistensi budaya pertanian (lembaga dan tradisi, seperti subak) sebagai daya tarik wisata akan semakin terancam. Dampak erosi tanah dan pencemaran agrokimia misalnya, tidak langsung terlihat seperti dampak tanah longsor atau banjir bandang.

Namun, tanpa langkah-langkah konservasi tanah yang efektif, sulit untuk menjamin produktivitas tanah yang tinggi dan keberlanjutan usaha pertanian. Keterkaitan kearifan lokal dengan aspek konservasi tanah dan air menjadi paradigma baru yaitu pendekatan bottom-up yang melibatkan masyarakat (Sutrisno, 2011. Dalam penelitian ini, lokasi penelitian dipilih di DAS Ayung karena mempunyai peranan penting , yaitu sebagai sumber air irigasi dan air baku PDAM Kota Denpasar dan Kabupaten Badung untuk diolah menjadi air minum.

Tata guna lahan mulai dari DAS bagian hulu hingga bagian tengah DAS didominasi oleh kebun campuran, semak belukar, dan semak belukar tanpa adanya perlakuan konservasi tanah dan air yang baik. Di bagian tengah DAS Ayung, khususnya di wilayah Kabupaten Gianyar, dibangun fasilitas di sepanjang tepian sungai yang menghadap ke jurang. Laju konversi lahan yang pesat dari pertanian ke non pertanian sehingga tutupan lahan semakin berkurang.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kondisi DAS dengan cara melakukan konservasi tanah dan air dengan mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan lingkungan DAS. Untuk mengatasi penurunan tajam sumber daya lahan di DAS Ayung, maka perlu dilakukan pemanfaatan lahan dengan menggunakan prinsip konservasi tanah dan air untuk mengurangi erosi dan memberikan manfaat bagi petani dengan meningkatkan pendapatan. Berapa besar erosi yang masih diperbolehkan (Edp). 3) Tindakan konservasi yang dilaksanakan berdasarkan kearifan lokal yang sesuai dengan lokasi penelitian.

BAHAN DAN METODE

Di bagian hilir, luas ruang terbuka hijau perkotaan (RTHK) semakin berkurang karena dibangun untuk pemukiman, apalagi dengan dibukanya Benteng Bumi (LC), bahkan pada tahun 2013 diperkirakan sekitar 100 ha. sawah di Denpasar akan diubah menjadi LC (Dinas Penataan Ruang dan Perumahan, 2013). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap konservasi tanah dan penyediaan air, konservasi areal tanam, peningkatan produksi komoditas pertanian dan keberlanjutan sehingga meningkatkan kesejahteraan petani.

Waktu dan Lokasi

Bahan dan Alat Penelitian

Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Erosi yang terjadi di bagian hulu DAS Ayung tergolong sangat ringan hingga sangat berat t ha-1y-1. Erosi berat hingga sangat berat di bagian hulu DAS terjadi pada pemanfaatan padang rumput, kebun jeruk, dan semak belukar, dimulai dari Desa Petang, Plaga, Kerta, Buahan, Langgahan, Bunutin, Mengani, Ulian, Gunung Bau, Serahi, Manikliyu, Blancan, Daup, Blantih dan Catur. Artinya terjadi perubahan penggunaan lahan dari perkebunan kopi menjadi perkebunan jeruk akibat bertambahnya luas perkebunan jeruk.

Pemanfaatan lahan kering, kebun jeruk/campuran dan semak-semak terasering yang tidak dirawat dengan baik (faktor CP) menyebabkan erosi melebihi toleransi erosi sehingga perlu dilakukan pengelolaan. Penggunaan lahan yang dianjurkan mulai dari DAS bagian tengah sampai DAS bagian atas adalah: Penggunaan lahan untuk tanaman jeruk perlu ditingkatkan, yaitu meningkatkan kepadatan tanaman dengan menanam tanaman bunga gumiti secara berjajar atau di antara tanaman jeruk. Masyarakat pertanian sebenarnya sudah mengetahui bahwa selain kemiringan lereng, penggunaan lahan juga menjadi faktor yang mempengaruhi aliran air permukaan dan erosi, namun petani masih belum menerapkan teknik konservasi yang tepat karena terlalu besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan jika tindakan tersebut dilakukan. .

Erosi yang terjadi di Cekungan Ayung bagian tengah tergolong sangat ringan, sedang hingga sangat berat yaitu t ha-1 tahun-1. Erosi sangat ringan terjadi pada 16 satuan lahan (sub DAS Tukad Buangga, Tukad Medid, Tukad Sidan, Tukad Taman, Tukad Carangsari dan Tukad Ayung) dengan penggunaan lahan berupa lahan sawah atau persawahan. Erosi sedang pada satuan lahan 8 (Sub DAS Tukad Bangbang) di desa Sibanggede, penggunaan lahan terdiri dari tanaman musim kemarau yaitu jagung, terasering tradisional tanpa tanaman penguat teras, sehingga erosi terjadi 32,29 t ha-1 tahun.

Erosi sangat berat, penggunaan lahan berupa kebun campur dengan tanaman pisang dan kelapa, terasering tradisional tanpa tanaman penguat teras terdapat pada satuan lahan 17 Desa Petang Sub DAS Tukad Sidan, besaran erosi yang terjadi sebesar 221,97 t ha - 1 tahun-1 melebihi toleransi erosi sebesar 56,50 t ha-1y-1. Penggunaan lahan pada DAS bagian tengah didominasi oleh lahan persawahan dengan lahan sawah dan teras bangku, sistem pengairan menggunakan sistem Subak. Penggunaan lahan berupa padang rumput atau perkebunan campuran di tengah daerah aliran sungai karena erosi yang terjadi melebihi erosi yang dapat ditoleransi.

Penggunaan lahan didominasi oleh persawahan pada sub DAS unit 2), dan unit lahan 6 pada sub DAS Ayung Hilir dengan tingkat erosi sangat ringan. Erosi sedang yaitu 31,80 t ha-1 tahun-1 melebihi erosi yang dapat ditoleransi sebesar 26,00 t ha-1 tahun yang terdapat di Desa Peguyangan Kaja, penggunaan lahan berupa tanaman jagung dan ubi kayu pada musim kemarau. Teras tradisional tanpa tanaman perkuatan teras yang ada pada unit lahan 7 terletak di Sub DAS Tukad Bangbang.

Perbaikan pemanfaatan lahan kering meliputi sistem tumpang sari tanaman semusim atau penanaman bunga pacar atau ratna, mempertahankan teras tradisional yang sudah ada dengan menanam rumput, serai, tanaman herbal, tanaman garter dan sirih pada tanggul teras. Penggunaan lahan pada bagian tengah dan hilir DAS didominasi oleh persawahan atau sawah bertingkat dan air irigasi untuk mengairi sawah dengan Subak. Jadi setelah padi sebaiknya dilakukan rotasi tanaman yaitu menanam tanaman palawija atau tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, semangka, bunga inai atau bunga ratna.

Tabel 2. Erosi, Edp, Erosi Hasil Perbaikan Nilai (CP), di DAS Ayung
Tabel 2. Erosi, Edp, Erosi Hasil Perbaikan Nilai (CP), di DAS Ayung

KESIMPULAN DAN SARAN

Hal ini untuk mengatasi kekurangan air irigasi akibat pendistribusian air oleh Subak dan juga untuk mengatasi perubahan iklim yaitu curah hujan yang berubah-ubah antara musim hujan dan musim kemarau (musim kemarau panjang), namun masih bisa berproduksi dengan menggunakan tanaman lain. daripada nasi. . Selain itu, teras yang sudah ada sebaiknya dirawat dengan bangku atau tanggul dengan tanaman penguat teras seperti rumput, serai, kelapa dan lain-lain di atas tanggul. Selain itu, sawah terasering menjadi salah satu sumber devisa daerah Bali karena merupakan tempat wisata atau destinasi wisata yang masuk dalam paket wisata.

Strategi pengendalian konversi lahan Subak berbasis masyarakat dan upaya peningkatan produktivitas lahan di Kabupaten Tabanan Bali. Arahan dan pembukaan oleh Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan : Dr.

Gambar

Tabel 1. Nilai CP (setelah perbaikan pengelolaan lahan dan tanaman).
Tabel 2. Erosi, Edp, Erosi Hasil Perbaikan Nilai (CP), di DAS Ayung

Referensi

Dokumen terkait

SIMULATION OF INTEGRATED ROTARY PARKING SYSTEM USING V-REP Page 120 of 124 REFERENCES [1] Pateh, "Parking Automatyczny," [Online].. Available: