• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNTUK AKSI PERUBAHAN IKLIM

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "UNTUK AKSI PERUBAHAN IKLIM"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

Mencapai janji kami di NDC akan membutuhkan peningkatan kapasitas di semua aspek pengendalian perubahan iklim, serta kondisi yang kondusif agar aksi perubahan iklim dapat dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, telah disiapkan kajian pendahuluan atau studi awal CBTNA yang akan menjadi dasar untuk persiapan dan konsultasi lebih lanjut dengan berbagai pihak terkait capacity building dan teknologi rendah karbon yang dibutuhkan Indonesia.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Tujuan
  • Keluaran
  • Kerangka Kerja
  • Metodologi
  • Ruang Lingkup Kegiatan

Tujuan penyusunan dokumen “Analisis Kebutuhan Peningkatan Kapasitas dan Teknologi untuk Aksi Perubahan Iklim” adalah sebagai berikut :. Ruang lingkup kegiatan penyusunan dokumen “Analisis Kebutuhan Peningkatan Kapasitas dan Teknologi untuk Aksi Perubahan Iklim” meliputi:

Tabel 1 Kerangka, Pendekatan, dan Domain Kapasitas
Tabel 1 Kerangka, Pendekatan, dan Domain Kapasitas

GAMBARAN KEADAAN NASIONAL

Prioritas Pembangunan dan Kondisi Indonesia

  • Prioritas Pembangunan Nasional
  • Geografi
  • Iklim
  • Penduduk
  • Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan
    • Kondisi Ekonomi
    • Kondisi Sosial
    • Kondisi Lingkungan
  • Kondisi Sektor NDC

57,4% dari total penduduk Indonesia, dan diperkirakan pada tahun 2035 jumlah penduduk pulau Jawa menjadi 54,7%. Pada tahun 2015, emisi GRK kehutanan bahkan melebihi BAU sekitar dua kali lipat (tabel 7).

Gambar 6 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Gambar 6 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Perkembangan, Tantangan, Pembelajaran, dan Country Driven Issues

  • Kebijakan dan Strategi Pengendalian Perubahan Iklim
  • Komitmen Nasional Pra-2020
  • NDC Pertama Indonesia
  • Kelembagaan Pengendalian Perubahan Iklim
  • Perkembangan dan Tantangan Mitigasi Gas Rumah Kaca
  • Perkembangan dan Tantangan Adaptasi Perubahan Iklim

Kemudian pada tahun 2014, untuk melengkapi upaya penanggulangan perubahan iklim, Kementerian PPN/Bappenas menerbitkan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN API). Nilai kuantitatif kontribusi Indonesia dalam penurunan emisi mencerminkan tanggung jawab dan kapasitas Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global dalam mengatasi isu perubahan iklim. Berdasarkan keputusan presiden no. 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ditetapkan bahwa salah satu tugas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah pengendalian perubahan iklim.

Fungsi ini dilengkapi dengan pembentukan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, dengan tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pengendalian perubahan iklim. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan pengendalian perubahan iklim yang meliputi bidang pelaksanaan mitigasi, adaptasi, pengurangan emisi gas rumah kaca, pengurangan dan penghapusan bahan perusak ozon, mobilisasi sumber daya, inventarisasi gas rumah kaca, pemantauan, pelaporan dan verifikasi perubahan iklim dan hutan dan lahan pengendalian kebakaran. Misi Pusat Perubahan Iklim dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Balai PPI dan Karhutla) adalah memfasilitasi peningkatan kapasitas daerah dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, pencegahan kebakaran hutan dan lahan, dan inventarisasi GRK di daerah, serta penilaian dan pelaporan rencana aksi daerah untuk pengurangan GRK.

Selain SIDIK, juga dikembangkan ProKlim (Program Desa Iklim) yang merupakan gabungan gerakan nasional adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat masyarakat. Untuk aspek adaptasi, kurangnya rasa memiliki dan keterlibatan para pihak mengakibatkan kurangnya tanggap terhadap isu perubahan iklim. Upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pembangunan manusia menjadi agenda sekaligus mengelola perubahan iklim.

Tabel 8 Target Reduksi Emisi RAN GRK Tahun 2010-2020
Tabel 8 Target Reduksi Emisi RAN GRK Tahun 2010-2020

Analisis Kesenjangan Kapasitas Mitigasi dan Adaptasi

  • Analisis Kesenjangan Kapasitas Mitigasi Nasional
  • Analisis Kesenjangan Kapasitas Adaptasi Nasional

Kapasitas sistem dan kapasitas organisasi mengacu pada komponen nasional implementasi NDC, yaitu kemampuan sistem dan organisasi untuk mengimplementasikan semua komponen utama implementasi NDC, mulai dari mitigasi, adaptasi dan kerugian dan kerusakan, modalitas implementasi (pembiayaan, teknologi, peningkatan kapasitas ), MRV GRK dan kerangka transparansi. Kapasitas pada level sistem dan organisasi/lembaga dianalisis dengan menggunakan pendekatan strategi NDC Indonesia, yang meliputi 9 program implementasi NDC strategis dan konsep implementasi NDC Indonesia dengan 5 komponen utama. Berdasarkan perkembangan hingga tahun 2017, sebagian dari 9 program strategis implementasi NDC tidak dianalisis, karena baru dapat direalisasikan realisasinya mulai tahun 2020.

Kedua Program Strategis tersebut merupakan Program Strategis ke-8 dan ke-9, yaitu Program Implementasi MEC dan Program Monitoring dan Review. Kesenjangan kapasitas pengendalian perubahan iklim untuk mewujudkan Program Implementasi Strategis NDC dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan perkembangan hingga tahun 2015, dalam hal mitigasi terdapat dua rezim kebijakan yaitu upaya mitigasi berdasarkan RAN GRK dan RAD GRK sesuai dengan Perpres Nomor 61 Tahun 2011 dan upaya mitigasi pra 2020 atau kegiatan terkait KZ sebelum pelaksanaan KDH periode 2020-2030.

Kekurangan kapasitas baik di tingkat sistem maupun organisasi/lembaga dalam mewujudkan komponen pelaksanaan NDC atau melaksanakan amanat skema NDC dapat dilihat pada Tabel 14. Organisasi/lembaga pemerintah, khususnya yang terkait dengan sektor RAN-GRK, namun masih memiliki kapasitas yang memadai, terutama dalam implementasi kebijakan, rencana dan program. Pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, belum memiliki kapasitas yang memadai untuk melaksanakan mekanisme peningkatan kapasitas untuk mitigasi dan adaptasi.

Gambar 25 Konsep Implementasi NDC
Gambar 25 Konsep Implementasi NDC

Analisis Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Pengendalian Perubahan Iklim . 50

  • Analisis Kebutuhan Nasional Peningkatan Kapasitas Adaptasi

Oleh karena itu, perlu dibangun Sistem Peningkatan Kapasitas untuk Pengendalian Perubahan Iklim (Gambar 27), dan membentuk Komite Peningkatan Kapasitas Nasional sebagai lembaga pusat. Pengembangan kerangka peningkatan kapasitas yang dikelola oleh Komite Peningkatan Kapasitas Nasional melalui mekanisme Sistem Peningkatan Kapasitas Pengendalian Perubahan Iklim. Pendampingan penggunaan Pedoman Pelaksanaan NDC dilakukan melalui mekanisme Peningkatan Kapasitas Pengendalian Perubahan Iklim untuk memastikan terpenuhinya kapasitas Implementasi NDC.

Pada tingkat organisasi/kelembagaan, untuk mencapai kapasitas Manajemen Mitigasi, perlu dilaksanakan Peningkatan Kapasitas Manajemen Mitigasi bagi organisasi/lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat. Peningkatan kapasitas manajemen adaptasi harus dilaksanakan untuk organisasi/lembaga pemerintah, sektor swasta dan masyarakat di tingkat organisasi/lembaga, untuk mencapai kapasitas manajemen adaptasi. Sedangkan pada level organisasi/kelembagaan perlu ditingkatkan pelaksanaan Capacity Building untuk mobilisasi pendanaan, alih teknologi dan pengembangan serta Capacity Building untuk adaptasi.

Meningkatkan kapasitas manajemen adaptasi organisasi/lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat, termasuk pelibatan pemangku kepentingan untuk meningkatkan keterlibatan aktor non-pemerintah. Membangun Mitigasi dan Adaptasi Alih Teknologi dan Pengembangan Sistem - Membangun Kapasitas Mitigasi Membangun subsistem dan subsistem. Meningkatkan kapasitas mobilisasi pendanaan adaptasi bagi organisasi/lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat - Meningkatkan kapasitas transfer dan.

Gambar 27 Sistem Peningkatan Kapasitas Pengendalian Perubahan Iklim
Gambar 27 Sistem Peningkatan Kapasitas Pengendalian Perubahan Iklim

Kebijakan Peningkatan Kapasitas Pengendalian Perubahan Iklim

  • Membangun Dukungan Politik dan Advokasi Kepemilikan (Ownership) dan
  • Membangun Sistem Peningkatan Kapasitas dan Membentuk Komite Nasional
  • Peningkatan Efektivitas Implementasi Kebijakan dan Kepatuhan
  • Percepatan Penyusunan Kerangka Kerja dan Jaringan Komunikasi
  • Percepatan Realisasi Kebijakan Satu Data
  • Membangun Sistem Continuous Improvement Kebijakan, Rencana, dan Program
  • Program Pengembangan Sistem Manajemen Mitigasi
  • Program Pengembangan Sistem Manajemen Adaptasi
  • Program Pengembangan Kapasitas Mobilisasi Pendanaan
  • Program Pengembangan Kapasitas Alih dan Pengembangan Teknologi
  • Program Pengembangan Kapasitas Implementasi Peningkatan Kapasitas
  • Program Pengembangan Kapasitas MRV Mitigasi dan Adaptasi
  • Program Pengembangan Kapasitas Komunikasi dan Pelaporan

Oleh karena itu, perlu dibangun sistem peningkatan kapasitas, serta pembentukan komite nasional peningkatan kapasitas pengendalian perubahan iklim yang akan menjadi lembaga pusat sistem peningkatan kapasitas. Peningkatan kapasitas Sistem Manajemen Mitigasi yang terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan, tata ruang, sistem manajemen lintas kementerian/lembaga, sistem manajemen sektor swasta dan sistem masyarakat. Meningkatkan kapasitas mitigasi organisasi/lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat dengan menerapkan Sistem Manajemen Mitigasi dengan fokus pada 5 sektor NDC (energi, limbah, industri proses dan penggunaan produk/IPPU, pertanian dan kehutanan).

Peningkatan kapasitas Sistem Manajemen Adaptasi yang terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan, tata ruang, sistem manajemen lintas sektoral kementerian/lembaga, sistem manajemen sektor swasta dan sistem masyarakat. Meningkatkan kapasitas sistem mobilisasi pembiayaan untuk mendukung kebijakan, rencana dan program (KRP) untuk intervensi mitigasi dan adaptasi. Pengembangan Subsistem Peningkatan Kapasitas Mitigasi dan Adaptasi, yang merupakan bagian dari Sistem Peningkatan Kapasitas Pengendalian Perubahan Iklim.

Meningkatkan kapasitas sistem MRV Nasional dan Sistem Registrasi Nasional (NRS) untuk Mitigasi dan Adaptasi yang terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan dan sistem lainnya baik untuk swasta maupun masyarakat. Program Sistem Manajemen Adaptasi akan berimplikasi pada peningkatan kapasitas sistem yang ada dalam mengelola upaya adaptasi. Program peningkatan kapasitas MRV Mitigasi dan Adaptasi berimplikasi pada peningkatan kapasitas sistem MRV dan SRN, serta kapasitas organisasi/lembaga untuk melakukan MRV dan registrasi melalui SRN.

ANALISIS KEBUTUHAN TEKNOLOGI UNTUK AKSI MITIGASI DAN

Metodologi Kajian untuk Identifikasi, Seleksi dan Prioritisasi Teknologi

Di tingkat atas, tujuan keseluruhan dari masalah didefinisikan, diikuti oleh kriteria di tingkat yang lebih rendah. Level terakhir adalah alternatif atau kandidat yang ingin dinilai dengan mempertimbangkan kriteria pada level kedua. Pertanyaan yang harus dijawab ketika membandingkan dua kriteria adalah: mana yang lebih penting, dan seberapa penting dibandingkan dengan tujuan keseluruhan.

Dalam model AHP, vektor prioritas suatu kriteria diperoleh dengan menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan seberapa dominan satu alternatif dibandingkan dengan alternatif lain dalam memenuhi kriteria yang ada. 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen memiliki dampak yang sama terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen lainnya.

Bukti pendukung, satu item terhadap yang lain memiliki tingkat konfirmasi tertinggi yang dapat dikonfirmasi. Nilai ini diberikan jika ada dua trade-off antara dua opsi. Begitu pula sebaliknya Jika untuk kegiatan i mendapat satu poin dibanding. kegiatan j, maka j memiliki nilai yang berlawanan dibandingkan dengan angka 1. Dalam pengambilan keputusan kelompok, menggabungkan penilaian individu menjadi konsensus penting untuk mendapatkan hasil evaluasi yang konsisten.

Gambar 28 Hierarki dalam AHP  TUJUAN
Gambar 28 Hierarki dalam AHP TUJUAN

Aksi Mitigasi

  • Sektor Non Lahan (Energi, IPPU dan Limbah)
    • Identifikasi Teknologi Saat Ini dan yang Dibutuhkan untuk Sub-Sektor Energi
    • Identifikasi Teknologi Saat Ini dan yang Dibutuhkan untuk Sub-Sektor Limbah
  • Sektor Lahan (Kehutanan dan Pertanian)
    • Seleksi dan Prioritasi Teknologi serta Analisis Kesenjangan dan Kebijakan Sub-
    • Seleksi dan Prioritisasi Teknologi serta Analisa Kesenjangan dan Kebijakan Sub-

Diskusi yang dilakukan dengan para ahli menghasilkan 31 jenis teknologi yang tersebar di empat subsektor (transportasi, produksi energi, industri dan bangunan). Pada tahun 2010 teridentifikasi 10 jenis teknologi yaitu (a) teknologi silvikultur, (b) teknologi pola tumbuh dan peningkatan hasil, (c) perbaikan jenis tanaman cepat tumbuh, (d) pencegahan hama, penyakit dan kebakaran, (e ) kesesuaian spesies lokal, (f) pengukuran dan pemantauan serapan karbon, (g) Inventarisasi Dampak Berkurang (RIL), (h) analisis DNA untuk penelusuran kayu, (i ) teknologi bebas pembakaran, (j) pengukuran dan pemantauan pengurangan emisi karbon. Sektor kehutanan memiliki target untuk menurunkan emisi GRK dalam QDH sebesar 17% dari total emisi nasional, sehingga teknologi yang dipilih harus memiliki manfaat yang jelas dalam mendukung NDC.

Dalam dokumen asesmen pendahuluan untuk sektor kehutanan ini, tahapan asesmen kriteria berpasangan dan pembobotan teknologi yang teridentifikasi masih membutuhkan masukan dari sekelompok ahli. Dengan keterbatasan waktu yang tersedia, klien yang diundang untuk memberikan masukan adalah instansi yang memahami tujuan dari Nationally Recognized Contribution (NDC) untuk sektor pertanian dan memiliki misi dan fungsi utama menyediakan teknologi yang dibutuhkan di setiap kelas teknis untuk mencapai NDC. Pada tahun 2010 teridentifikasi 9 jenis teknologi, yaitu: (a) pemupukan berimbang, (b) tanpa olah tanah, (c) pengairan berkala, (d) teknik penebangan dan pembakaran yang tepat, (e) pengembangan biofuel, (f ) pengembangan kompos, (g) teknik produksi biogas, (h) menghindari pembuangan air berlebih, (i) teknik retensi kelembaban tanah.

Teknologi yang dipilih harus mendukung program produktivitas ternak PAJALEBABE (padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai), sapi. 4 Manfaat tambahan untuk potensi mitigasi Teknologi yang dipilih memiliki nilai tambah untuk mengurangi emisi. Dalam dokumen asesmen pendahuluan untuk sektor pertanian ini, tahapan evaluasi kriteria berpasangan dan pembobotan teknologi yang teridentifikasi masih memerlukan masukan dari tim ahli.

Tabel 20 Hasil Identifikasi Kebutuhan Teknologi Mitigasi GRK Sektor Energi
Tabel 20 Hasil Identifikasi Kebutuhan Teknologi Mitigasi GRK Sektor Energi

Aksi Adaptasi

  • Sektor Kehutanan
  • Sektor Pertanian

FGD Kebutuhan Capacity Building untuk Pemanfaatan Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (Capacity Building for Technology Usage). Agenda: FGD Kebutuhan peningkatan kapasitas dan teknologi Kebutuhan perubahan iklim Mitigasi dan adaptasi (peningkatan kapasitas dan kebutuhan teknologi) Topik: Kebutuhan para pihak. Tujuan FGD kesenjangan kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim nasional dan sektor NDC adalah sebagai berikut:.

Kesenjangan peserta FGD dalam kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim nasional dan sektor NDC adalah sebagai berikut. Oleh karena itu akan diadakan FGD Sintesis Kesenjangan Meja Bundar Kapasitas Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim. Tujuan FGD Round Table Sintesis Kesenjangan Kapasitas Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Nasional dan Sektor NDC adalah sebagai berikut:

Kesenjangan panelis FGD dalam perubahan iklim nasional dan kapasitas adaptasi dan sektor NDC adalah sebagai berikut. Pembukaan “Roundable FGD Sintesis Kesenjangan Kapasitas Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Nasional dan sektor NDC”. Penjelasan “FGD Roundtable Sintesis Kesenjangan Kapasitas Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Nasional dan Sektor NDC”.

Pengalaman, Pembelajaran dan Praktik Terbaik Peningkatan Kapasitas Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Indonesia. Hasil FGD kesenjangan kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim nasional dan sektor NDC adalah sebagai berikut:.

Gambar 33 Kaitan aspek pembangunan nasional dengan program/kegiatan prioritas kementerian/lembaga  teknis terkait dalam rangka mendukung aksi adaptasi dan identifikasi teknologi yang dibutuhkan
Gambar 33 Kaitan aspek pembangunan nasional dengan program/kegiatan prioritas kementerian/lembaga teknis terkait dalam rangka mendukung aksi adaptasi dan identifikasi teknologi yang dibutuhkan

Gambar

Gambar 1 Proses Peningkatan Kapasitas
Gambar 2 Kerangka Kerja Kajian Kapasitas
Gambar 3 Kerangka Pikir Analisa CBTNA
Gambar 5 Metodologi CBTNA
+7

Referensi

Dokumen terkait

38/2017 Key determinants of innovation in rural areas Head of village and Government of Village Local government is key actor to boost local innovation Leaders who support