• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk itu, dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian membutuhkan model pemilihan kelembagaan yang sesuai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untuk itu, dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian membutuhkan model pemilihan kelembagaan yang sesuai"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

438 MODEL KELEMBAGAAN BISNIS TERNAK SAPI POTONG DI DESA KLAMBIR V, KECAMATAN HAMPARAN PERAK, KABUPATEN DELI SERDANG, SUMATERA UTARA

Julia Marisa1 dan Sukma Aditya Sitepu 2

1Program Studi Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pembangunan Panca Budi

2Program Studi Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pembangunan Panca Budi

Korespondensi: sukmaaditya@dosen.pancabudi.ac.id

ABSTRAK

Salah satu aspek yang penting dalam kelancaran produksi usaha ternak sapi potong di Desa Kelambir V adalah aspek kelembagaannya. Aspek kelembagaan tersebut diperlukan sebagai sarana untuk mengkoordinasikan semua kegiatan mulai dari hulu hingga hilir. Kelembagaan agribisnis ternak sapi potong baik lembaga formal maupun lembaga informal, memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas SDM, produksi dan pendapatan usaha. Untuk itu, dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian membutuhkan model pemilihan kelembagaan yang sesuai. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah menghasilkan model pemilihan kelembagaan usaha agribisnis ternak sapi potong untuk meningkatkan pendapatan peternak dan ntuk menentukan prioritas alternatif kelembagaan usaha agribisnis di Desa Kelambir V. Metode yang digunakan untuk menentukan model kelembagaan bisnis ternak sapi potong adalah metode ANP (Analytical Network Process) dengan menggunakan perangkat lunak Super Decision 2.6.0. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa CV. Karya Bersama merupakan kelembagaan yang paling diprioritaskan bagi usaha bisnis Penggemukan Sapi Potong di Di Desa Kelambir V Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dengan nilai Normalized By Cluster sebesar 0.38092 dan nilai Limiting sebeasar 0.190459.

Kata Kunci: Agribisnis, Analytical Network Process, Kelembagaan usaha, Ternak sapi potong

ABSTRACT

One of the essential aspects of the smooth production of the beef cattle business in Kelambir V Village is the institutional aspect. The institutional aspect need as a means to coordinate all activities from upstream to downstream. Beef cattle agribusiness institutions, both formal and informal institutions, play an essential role in improving the quality of human resources, production, and business income. Therefore, developing a beef cattle business in the research area requires an appropriate institutional selection model. This study's long-term objective is to produce a beef cattle agribusiness institutional selection model to increase farmer's income and determine alternative priorities for agribusiness institutions in Kelambir

(2)

439 V Village. The method used to determine the beef cattle business's institutional model is the ANP (Analytical Network Process) using Super Decision 2.6.0 software. Based on the results of the research, it can conclude that CV. Karya Bersama is the most prioritized institution for beef cattle fattening business in Kelambir V Village, Hamparan Perak Subdistrict, Deli Serdang Regency with a Normalized By Cluster value of 0.38092 and a Limiting value of 0.190459.

Keywords: Agribusiness, Analytical Network Process, Beef cattle, Business institutions.

PENDAHULUAN

Desa Kelambir V Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan produksi sapi potong setiap tahunnya. Salah satu aspek yang penting dalam kelancaran produksi usaha ternak sapi potong adalah aspek kelembagaan. Pada dasarnya kelembagaan mempunyai dua pengertian yaitu : kelembagaan sebagai suatu aturan main (rule of the game) dalam interaksi personal dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki hierarki (Prawirokusumo, 1991).

Kelembagaan sebagai aturan main diartikan sebagai sekumpulan aturan baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan manusia dan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan perlindungan hak-hak serta tanggung jawabnya (Fathoni, 2004). Kelembagaan sebagai organisasi biasanya merujuk pada lembaga-lembaga formal seperti departemen dalam pemerintah, koperasi, bank dan sebagainya. Kelembagan usaha baik formal maupun informal, memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, produksi dan pendapatan usaha (Chamdi, 2003).

Sistem agribisnis berbasis peternakan mencakup empat subsistem, yaitu (1) subsistem agribisnis hulu peternakan (2) subsistem usaha/produksi peternakan (3) subsistem agribisnis hilir peternakan dan (4) subsistem jasa (Soekartawi, 2002).

Agribisnis peternakan juga terkait beberapa lembaga, antara lain lembaga produsen, lembaga konsumen, lembaga profesi, lembaga pemerintahan dan lembaga ekonomi (Handayani dan Priyanti, 1995 dalam Rustijarno, 2009).

Kelembagaan tersebut saat ini dikembangkan secara sektoral berdasarkan program atau proyek dari masing-masing instansi. Kondisi tersebut menjadikan di setiap daerah memiliki banyak kelembagaan usaha namun skalanya kecil-kecil,

(3)

440 bersifat segmental-egosektoral, akibatnya kelembagaan tersebut tak mampu memperkuat petani.

Kelembagaan petani yang muncunya hanya berdasarkan proyek tersebut belum mampu meningkatkan daya saing dan kemandirian petani untuk mewujudkan kesejahteraannya (Soeharjo dan Patong, 1973). Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengembangan model pemilihan kelembagaan dengan menggunakan metoda ANP (Analytic Network Process). Hal ini disebabkan karena metoda ANP mengakomodasikan hubungan timbal balik yang berguna pada sektor publik yang memerlukan pengambilan keputusan dalam jumlah informasi, interaksi yang banyak dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi (Alfian et al., 2013)

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini pertama kali dilakukan dengan melakukan pengamatan (observasi) untuk mempelajari kesulitan yang muncul. Hasil observasi kemudian dibuat skenario-skenario yang mendukung dan membuat alur masalah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Ruang lingkup penelitian ini berada di Desa Kelambir V Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung kepada peternak dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat terlebih dahulu.

Model pemilihan kelembagaan agribisnis usaha ternak sapi potong dikembangkan dengan empat alternatif pola kelembagaan yaitu kelembagaan agribisnis hulu, kelembagaan agribisnis produksi dan kelembagaan agribisnis hilir (Saleh et al., 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi potong yang ada di Desa Klambir Lima yaitu sebanyak 36 peternak. Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan secara sensus atau keseluruhan. Metode sensus dikenal juga sebagai metode pencacahan lengkap, yakni semua individu yang ada didalam populasi diselidiki atau diwawancarai sebagai responden (Sudjana, 2002).

Pengolahan data dilakukan mengikuti tahapan pada metode Analytic Network Process (ANP). Pengolahan data dilakukan dengan bantuan piranti lunak Super

(4)

441 Decisions untuk menentukan bobot untuk tiap kriteria dan memilih lembagayang terbaik. Berikut ini tahapan-tahapan dalam pengolahan data.

1. Penentuan Kriteria Pemilihan Kelembagaan,

2. Pembuatan Kontruksi Model dengan Penentuan Kelompok (Cluster) dan Penentuan Hubungan Saling Ketergantungan Antar Kriteria,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kriteria dalam Penentuan Kelembagaan

Berdasarkan hasil survey dilapangan dan wawancara dengan pakar menyatakan bahwa kriteria yang diperhatikan dalam penentuan kelembagaan bisnis penggemukan sapi potong di daerah penelitian adalah:

Motivasi Usaha.

Motivasi Usaha adalah suatu rangsangan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu usaha, yang dilakukan dengan penuh semangat, kreatif, inovatif, serta berani mengambil resiko dalam rangka memperoleh keuntungan, baik berupa uang maupun kepuasaan diri. Faktor yang menetukan motivasi usaha dalam penilitian ini adalah bentuk usaha yang dijalankan, Maksud dan tujuan pendirian usaha, dan perundingan pendirian usaha (Fauzia dan Tampubolon, 1991).

Efesiensi Usaha

Efisiensi usahatani yang merupakan imbangan atau rasio antara total nilai produksi dengan total biaya produksi (Mersyah, 2005). Menguntungkan atau tidak usahatani yang dijalankan dapat dilihat dari besarnya perbandingannilai produksi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Faktor yang mempengaruhi kriteria ini adalah pertanggungjawaban yang diberikan, fungsi manajemen dan kontrol dan keuntungan.

Aspek Operasional

Aspek operasional kadang disebut juga sebagai aspek produksi. Pengertian operasional menurut Tohir (1991) adalah batasan pengertian yang dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan suatu kegiatan ataupun pekerjaan.

(5)

442 Aspek Permodalan

Modal biasanya menunjuk kepada kekayaan financial, terutama dalam penggunaan awal atau menjaga kelanjutan usaha (pengertian modal dalam arti sempit). Dalam arti luas, modal dapat pula berwujud alat-alat dan barang. Dalam menjalankan usaha, alat-alat yang diperlukan seperti mesin, elektronik, dan sebagainya (Aritonang, 1993).

Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran merupakan faktor strtegis atau kunci dari keberhasilan perusahaan, jika permintaan terhadap produk/ jasa yang dibuat kurang memadai seluruh kegiatanaspek-aspek yang lain tidak akan terwujud.

aringan Model Pemilihan Kelembagaan Bisnis Ternak Sapi Potong

Jaringan model pemilihan kelembagaan bisnis ternak sapi potong dengan menggunakan Super Decision dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Sumber: Data Primer (diolah), 2020.

Gambar 1. Jaringan Model Pemilihan Lembaga Bisnis Penggemukan Sapi Potong.

Kelembagaan

CV. Karya Bersama

(6)

443 Gambar jaringan ANP di bawah ini menunjukkan bahwa faktor analisis kelembagan (sub kriteria) memiliki hubungan timbal balik. Selain itu faktor (sub kriteria) akan mempengaruhi kriteria dan alternatif lembaga bisnis pengolahan ikan tawar. Seperti faktor pada bentuk usaha, maksud pendirian usaha, dan perundingan pendirian usaha akan mempengaruhi kriteria motivasi usaha (Anggreini, 2003).

Kemudian faktor pertanggungjawaban yang diberikan, fungsi manajemen dan kontrol serta keuntungan akan memepengaruhi kriteria efesiensi usaha. Aspek operasional akan dipengaruhi oleh kemudahan mengikuti pelatihan dan pekerjaan yang efektif dan efesien. Aspek modal dipengaruhi oleh modal yang layak, kemudahan proses peminjaman modal, dan keringan bunga peminjaman. Aspek Pasar dipengaruhi oleh kemudahan dalam mengakses pasar dan distribusi barang hasil olahan ikan serta adanya peningkatan peluang pasar. Sedangkan aspek ekologi berhubungan dengan pengendalian ekologi dan sumber daya alam agar tidak terjadi pencemaran (Yasin dan Dilega, 1999).

Kriteria yang diperhatikan dalam penentuan bentuk kelembagaan usaha adalah mempertimbangkan kemungkinan pendirian, keuntungan usaha, dan keberlanjutan usaha. Analisis pemilihan kelembagaan ini mempertimbangkan faktor bahan baku, pasar, permodalan, teknologi nagari, filsafat adat Minagkabau dan sumber Daya Manusia Nofialdi et., al ( 2012). Sedangakan menurut Ikatrinasari et al (2009), pemilihan kelembagaan untuk agropolitan terdiri dari kriteria biaya kelembagaan, pendidikan, dadan pelatihan, permodalan, ekologi, saran dan prasarana, hukum dan politik, pemasaran dan distribusi, pengetahuan dan teknologi.

Hasil dari aplikasi Super Decision 2.6.0, diperoleh bahwa pola kelembagaan bisnis ternak sapi potong di Desa Kelambir V Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dengan pringkat tertinggi adalah CV. Karya Bersama dengan nilai limit matris nya sebesar 0,191. Kemudian peringkat selanjutnya adalah lembaga koperasi dengan nilai limit matriksnya sebesar 0,150, lembaga kelompok ternak sapi potong dengan nilai matriksnya sebesar 0,091, dan lembaga perorangan dengan nilai matriksnya sebesar 0,06. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

(7)

444 Gambar 2. Peringkat Kelembagan Bisnis Penggemukan Sapi Potong di Di Desa

Kelambir V Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Menurut Ikatrinasari et al (2009), Alternatif yang digunakan dalam model pemilihan kelembagaan agropolitan berbasis agroindustri dengan menggunakan metode ANP terdiri dari sistem pasar, sistem kontrak, aliansi strategis, koperasi dan Integrasi vertikal. Integrasi vertikal merupakan kelembagaan yang paling diprioritaskan bagi kawasan agropolitan berbasis agroindustri di Kabupaten Probolinggo.

Tabel 1. Nilai Prioritas Final untuk Model Pemilihan Kelembagaan Bisnis Penggemukan Sapi Potong

Alternatif Normalized By Cluster Limiting Rank

Perorangan 0.13359 0.066795 4

Kelompok 0.18322 0.091612 3

CV. Karya Bersama 0.38092 0.190459 1

Koperasi 0.30227 0.151133 2

Keterangan: peringkat 1,2,3,4 diurutkan berdasarkan nilai yang paling tinggi.

KESIMPULAN

CV. Karya Bersama merupakan kelembagaan yang paling diprioritaskan bagi usaha bisnis Penggemukan Sapi Potong di Di Desa Kelambir V Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dengan nilai Normalized By Cluster sebesar 0.38092 dan nilai Limiting sebeasar 0.190459.

CV. Karya

(8)

445 REFERENSI

Alfian, A. Sandy I, Fathurahman H. 2013. Penggunaan Model Analytic Network Process (ANP) dalam Pemilihan Supplier Bahan Baku Kertas pada PT.

Mangle Panglipur. Jurnal Rekayasa Sistem Industri Volume 2, No. 1.

Anggraini, W. 2003. Analisis usaha peternakan sapi potong rakyat berdasarkan biaya produksi dan tingkat pendapatan peternakan menurut skala usaha (Kasus di Kecamatan Were Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat). Skripsi.

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. 34.

Aritonang, D. 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta. Biro Pusat Statistik. 1993. Hasil Sensus Pertanian 1993. Jakarta.

Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003.

Fathoni, A. H, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara Press, Medan.

Ikatrinasari ZF, Maarif S, Sa’id EG., 2009. Model Pemilihan Kelembagaan Agropolitan Berbasis Agroindustri dengan Analytical Network Process. IPB.

Jurnal Teknik Industri Pertanian Volume 19(3), 130-137.

Mersyah, R. 2005. Desain sistem budi daya sapi potong berkelanjutan untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Disertasi, Sekolah Pasca- sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nofialdi, Jamaran I, Manuwoto S, Marimin, Arkeman Y, dan Raharja S. 2012.

Model Pemilihan Tingkat Teknologi, Sumber Pembiayaan dan Kelembagaan Usaha dalam Pengembangan Agroindustri Berbasis Nagari dengan Proses Jejaring Analitik. IPB. E-Jurnal Agroindustri Indonesia, Volume 1 No. 2, p 75-81, ISSN: 2252-3324.

Prawirokusumo, Y. B., 1991. Ilmu Usahatani. BPFE, Yogyakarta.

Rustijarno, Sinung. 2009. Kelembagaan Agribisnis Pembibitan Sapi Potong Sistem Komunal di Wilayah Pesisir Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul.

Seminar Nasional Teknologi dan Veteriner.

Saleh E, Yunilas, Yanda. 2006. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Agribisnis Peternakan No 1 Volume 2 Soehadji. 1992. Kebijakan Pemerintah dalam

(9)

446 Pengembangan Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan.

Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.

Soeharjo dan Patong., 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.

Raja Grafindo.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito, Bandung.

Tohir, K. A., 1991. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.

Yasin dan Dilega. 1999. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahannya. Bumi Aksara, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pemantik semangat dan kratifitas ibu-ibu PKK di desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang sehingga