• Tidak ada hasil yang ditemukan

upaya menangkal doktrin radikalisme - IAIN Repository

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "upaya menangkal doktrin radikalisme - IAIN Repository"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

Dalam melakukan upaya penangkalan doktrin radikalisme di Pondok Pesantren Wali Songo Wates, terdapat faktor pendukung dan penghambat. Sedangkan faktor penghambat dalam upaya pemberantasan doktrin radikalisme di Pondok Pesantren Wali Songo Wates adalah (1) Perbedaan tingkat pemahaman santri terhadap nasionalisme yang ditanamkan secara intensif untuk memberantas kemungkinan radikalisme (2) Santri berasal dari latar belakang dan latar belakang yang berbeda. lingkungan sehingga mereka memiliki karakter dan pemahaman pandangan yang berbeda mengenai radikalisme, sehingga cukup sulit untuk menyatukan persepsi (3) Kemajuan teknologi yang tidak digunakan dengan baik. Maka dari itu penelitian ini mengambil judul “Upaya Penanggulangan Doktrin Radikalisme di Pondok Pesantren Wali Songo Wates Lampung Tengah”.

Pertanyaan Penelitian

Apa faktor pendukung upaya menangkal paham radikalisme bagi santri Pondok Pesantren Wali Songo Wates Lampung Tengah? Apa saja faktor penghambat upaya menangkal paham radikalisme santri Pondok Pesantren Wali Songo Wates Lampung Tengah?

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau pengembangan lebih lanjut, serta referensi penelitian sejenis.

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Pengertian Doktrin Radikalisme

Menurut Masdar Hilmy, paham Islam radikal menekankan adanya visi Islam sebagai ajaran agama dan sekaligus praktik sosial yang mengintegrasikan din, dunya, dan dawlah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Menafsirkan ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan hubungan sosial, perilaku keagamaan dan hukuman kejahatan secara literal-tekstual. Paham ini menganggap segala sesuatu yang tidak ada dalam Al-Qur'an sebagai bid'ah, termasuk konsep-konsep Barat seperti demokrasi dan lain-lain.

Doktrin Radikalisme Sebagai Pemicu Munculnya Aksi

Dari pemaparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa radikalisme adalah suatu paham atau aliran yang seringkali berpandangan kuno, bertindak dengan menggunakan kekerasan dan bersifat ekstrim untuk mewujudkan cita-citanya. Jadi, dari penjelasan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa paham radikalisme adalah ajaran atau asas pendirian suatu agama atau organisasi lain, yang ajarannya bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat serta dalam reformasi masyarakat dan negara. menggunakan kekerasan. Keempat, sikap revolusioner, yang cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan23 Pada dasarnya intoleransi, fanatisme, eksklusivitas dan revolusionisme dapat menjadi indikator pemikiran radikal.

Doktrin Radikalisme dan Kesalahan dalam Memahami

Kata jihad dalam Al Quran memiliki beberapa arti diantaranya; jihad nafsu, jihad dakwah dan penjelasan, jihad dan kesabaran. 36 Rif 'at Husnul Ma'afi and Muttaqin, "Konsep Jihad dalam Perspektif Islam", Jurnal Kalimah, Vol. Mengenai ayat ini, Yusuf al-Qaradawi mengklaim bahwa jihad dalam ayat ini adalah jihad dengan dakwah dan tabligh, serta jihad dalam menahan penderitaan dan kelelahan.

Faktor- Faktor Pendorong Munculnya Doktrin

Pada dasarnya setiap agama di dunia menawarkan konsep nilai-nilai luhur seperti keamanan, kedamaian dan cinta. Pemahaman seperti itu akan menimbulkan sikap fanatisme, sehingga seseorang akan menganggap hanya agama yang dianutnya sebagai yang paling benar.49 Dalam hal ini, agama sebagai keyakinan pada hakekatnya merupakan pilihan pribadi para penganutnya. Pengaruh dan peran pemuka agama yang seharusnya memberikan nasehat langsung, bisa menjadi kekerasan.

Pondok Pesantren

Unsur-unsur Pondok Pesantren

Dalam sebuah lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren, paling tidak terdapat unsur-unsur sebagai berikut: ustadz yang mengajar dan mendidik serta menjadi panutan, santri yang menuntut ilmu kepada ustadz, masjid sebagai tempat pendidikan dan salat berjamaah, dan asrama tempat tinggal santri. Pondok Menurut Hasbullah, pembangunan pondok pesantren tidak hanya dimaksudkan sebagai tempat tinggal atau asrama bagi santri untuk mengikuti pengajian yang dipimpin oleh kiai, tetapi juga sebagai pembinaan bagi santri yang bersangkutan untuk hidup mandiri di masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, terutama pada masa sekarang, tampaknya fungsinya lebih menonjol sebagai rumah kost atau asrama, dan setiap santri dikenakan semacam sewa atau fee untuk pemeliharaan pondok pesantren tersebut.

Masjid merupakan elemen yang dapat dipisahkan dari pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling cocok. Mereka biasanya berkendara dari rumah ke pesantren.70 Alasan santri pergi dan tinggal di pesantren berbeda-beda, yaitu. Kiai bukanlah gelar yang bisa diperoleh melalui pendidikan formal, gelar ini akan tetap diberikan oleh masyarakat kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam yang mendalam dan memiliki dan menjalankan pesantren serta mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya.72 Dalam hal ini, kiai merupakan salah satu unsur terpenting di pesantren.

Pengajian kitab-kitab klasik Unsur penting lain yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya adalah pesantren ini mengajarkan kitab-kitab klasik yang ditulis oleh mantan ulama. Di kalangan pesantren, kitab-kitab klasik ini bisa disebut kitab kuning, meskipun tidak bersampul (syakal), istilah lain yang sering digunakan di kalangan pesantren adalah kitab gundul. Semua kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok: (1) nahwu dan sharaf, (2) fiqh, (3) ushul fiqh, (4) hadits (5) tafsir (6) tauhid (iman) ( 7) Tasawuf dan Etika.

Selain itu, kitab-kitab tersebut merangkumi teks-teks yang sangat pendek untuk teks-teks yang terdiri daripada jilid tebal tentang hadith, tafsir, fiqh dan tasawuf.

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa sodoran atau disodorkan artinya sistem belajar individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi ilmu satu sama lain antara keduanya.76 Seorang kiai atau guru berhadapan satu lawan satu, yang bergantian. Dengan adanya sistem pengajaran dengan sorogan ini, seorang kiai dapat menilai langsung kemampuan santri, dan hubungan antara santri dan kiai menjadi lebih erat. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sistem pengajaran di pondok pesantren adalah bebas, bebas belajar dan tidak belajar.

Dalam sistem bandongan, hal ini juga bisa disebut halaqoh, dimana di kelas kitab yang dibaca kiai dan yang dibawa santri adalah sama, kemudian santri menyimak dan mendengarkan bacaan guru. waktu, tempat, subjek. dalam proses belajar mengajar. Perkembangan tersebut dapat dijumpai hampir di semua pondok pesantren sekarang, selain sistem madrasah, klasikal dan diniyah, dengan tahapan dan evaluasi yang jelas dan terstruktur. Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pelatihan Islam yang pada umumnya diajarkan dengan cara non-klasik (bandongan dan sorogan), dimana seorang kiai mengajar santrinya dari kitab-kitab yang ditulis pada Abad Pertengahan, sedangkan santri biasanya tinggal di asrama atau pondok pesantren. . ;.

Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pendidikan Islam yang pada dasarnya sama dengan pesantren-pesantren tersebut di atas, tetapi para santrinya tidak diberi tempat tinggal (kompleks), melainkan tinggal tersebar di sekitar perkampungan di sekitar pesantren (santri bat) tempat pesantren berada. cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diajarkan dengan sistem wetonan;. Pesantren saat ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pesantren yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan dan sorogan kepada santri, pesantren atau santri dari segala usia yang memenuhi kriteria non formal dalam pengertian pesantren modern. pendidikan, serta menyelenggarakan pendidikan formal berupa madrasah bahkan sekolah umum pada berbagai jenjang dan profesi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masyarakat masing-masing.80. Berdasarkan ketiga bentuk sistem pendidikan di atas, ketiga sistem tersebut saat ini sedang muncul dan berkembang sebagai bentuk respon terhadap tuntutan zaman dan ilmu pengetahuan teknologi di era globalisasi.

82 Kementerian Agama Republik Indonesia, Pesantren dan Madrasah untuk Pembinaan dan Pertumbuhan Awal, (Jakarta: Direktorat Jenderal Lembaga Keagamaan Islam, 2003), hal.

Upaya-upaya yang Ditempuh dalam Menangkal Doktrin

Dalam melakukan upaya penangkalan doktrin radikalisme di Pondok Pesantren Wali Songo Wates terdapat faktor pendukung. Apa saja faktor yang mendukung upaya penentangan masuknya doktrin radikalisme di asrama Wali Songo.

Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Menangkal

METODOLOGI PENELITIAN

Sumber Data dan Informan Penelitian

Sumber data utama penelitian ini berupa perkataan dan tindakan subjek penelitian dan informan, sedangkan data tambahan dari penelitian ini adalah sumber tertulis berupa buku referensi. Informan adalah orang yang tahu dan mengerti banyak dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan data yang dibutuhkan. Kriteria yang penulis gunakan dalam menentukan informan dalam penelitian ini adalah: 1) subjek sudah cukup lama atau intensif berintegrasi dengan situasi sosial yang menjadi fokus penelitian, 2) subjek pendiam.

97 Ibid., hal. 285 . terlibat aktif, 3) subjek memiliki waktu yang cukup untuk memberikan informasi, 4) subjek dalam memberikan informasi cenderung tidak diproses terlebih dahulu. Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti atau pejabatnya dari sumber pertama. Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan berbagai informan yaitu: 98.

Sumber data sekunder biasanya disusun dalam bentuk dokumen, misalnya data kondisi geografis tempat penelitian, data ustadz, data santri, dan data sarana prasarana pondok pesantren. Data sekunder digunakan untuk melengkapi data primer yang diperoleh langsung oleh peneliti pihak terkait. Pada data sekunder, penulis mengacu pada penelitian terdahulu berupa tesis dan jurnal tentang upaya pondok pesantren melawan doktrin radikalisme.

Metode Pengumpulan Data

Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu, percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai, yang memberikan jawaban atas pertanyaan, menginterogasi (interview) sebagai jawaban atas pertanyaan 101. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara, dengan struktur yang tidak kaku, diharapkan akan menimbulkan kejujuran sikap dan pemikiran subjek penelitian dalam memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan sesuai. dengan fokus penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara langsung menggunakan teknik terstruktur dengan pengurus pondok pesantren, ustadz, santri.

Wawancara ini dilakukan untuk mengumpulkan data melalui informasi pihak terkait dan terlibat langsung dalam upaya pemberantasan paham radikalisme di Pondok Pesantren Wali Songo Wates Lampung Tengah. Observasi adalah suatu teknik mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.103 Segala sesuatu yang dilihat dan didengar, jika sesuai dengan topik penelitian, semuanya terekam dalam kegiatan observasi terencana yang luwes dan terbuka. data sangat tergantung dari kemampuan pengamat.105. Teknik pengumpulan data observasi digunakan peneliti untuk mengamati upaya pemberantasan paham radikalisme di Pondok Pesantren Wali Songo Wates, selain itu peneliti juga mengamati secara langsung letak geografis, kondisi lingkungan, ustadz dan pengurus, serta santri di Pondok Pesantren Wali Songo Wates. Pesantren Wali Songo Wates.

Teknik Penjamin Keabsahan Data

Pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data dan pemeriksaan derajat kepercayaan pada berbagai sumber data dengan menggunakan metode yang sama. Teknik ini dilakukan dengan cara: a) membandingkan data observasi dengan data wawancara, b) membandingkan apa yang dikatakan informan di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, c) membandingkan apa yang dikatakan seseorang dalam situasi tertentu dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. , d) perbandingan situasi dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dan e) perbandingan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait.

Teknik Analisis Data

7 Faktor apa saja yang mendukung upaya pencegahan masuknya paham radikalisme di pondok pesantren Wali Songo.

Referensi

Dokumen terkait

(3)Respon santri terhadap pelaksanaan Budaya religius perspektif fiqih yang ada di pondok pesantren Shiratut Tholibin Banjarmasin bermacam-macam, ada yang senang, ada