• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Menjaga Eksistensi Musik Keroncong di Dusun Somoitan

N/A
N/A
Alex Nugraha

Academic year: 2024

Membagikan "Upaya Menjaga Eksistensi Musik Keroncong di Dusun Somoitan "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Menjaga Eksistensi Musik Keroncong di Dusun Somoitan

Drijastuti Jogjanigrum S.Sn, M.A1, Hanif Pria Nugraha2

Universitas Negeri Yogyakarta Email: hanifpria.2020@student.uny.ac.id

ABSTRAK

Di era sekarang, Masyarakat lebih memilih untuk mendengarkan dan mempelajari musik jaman sekarang seperti dangdut, hiphop, rapp, dan lain lain. Hal ini mengakibatkan menurunnya keberadaan musik tradisional di kalangan Masyarakat. Musik tradisional terkesan jadul dan kuno oleh kalangan remaja. Oleh karena itu, disusunlah program kerja KKN Pelatihan Musik Keroncong sebagai Upaya menjaga eksistensi musik keroncong di Dusun Somoitan. Metode demostrasi dan drill digunakan dalam pelatihan musik keroncong di Dusun Somoitan, Daleman, Girikerto, Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. peserta dilatih memaikan alat musik keroncong dan memaikan lagu Padang Bulan. Metode imitasi digunakan untuk mengenalkan cara bermain alat musik cak dan cuk dengan benar. Di akhir program kerja, peserta menampilkan hasil latihan dan disaksikan oleh warga dusun somoitan

Kata kunci: keroncong, eksistensi

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki berbagai suku dan daerah yang bermacam macam, hal ini yang menyebabkan melimpahnya kebudayaan. Banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia menjadi sebuah ciri khas dari setiap daerah, yaitu berupa pakaian adat, upacara pernikahan atau kematian, tari-tarian, serta musik daerah atau saat ini lebih dikenal dengan musik tradisional.

Kehadiran musik tradisional di suatu daerah merupakan ciri khas dari musik daerah tersebut, misalnya di Pulau Jawa berupa musik gamelan dan musik keroncong. Dalam seni musik, musik Keroncong merupakan hasil akulturasi budaya yang masih ditemui hingga saat ini.

Mengenai instrumentasi, alat musik keroncong merupakan sistem tangga nada

diatonis yang diperkenalkan dari Eropa, bukan dari Indonesia, melainkan sistem pentatonic yang ada di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa) pada saat itu.

Musik Keroncong merupakan musik asli Indonesia yang menurut beberapa ahli musik ini mendapatkan pengaruh yangsangat besar dari Portugis.

Pada abadke-16 bangsa Portugis datang ke Indonesia dengan misi perdagangandengan membawa musik yangdisebut Fado. Fado merupakan musik popular Portugis yang berupa nyanyian yang digunakan untuk mengiringi tari-tarian, Fado ini menggunakan alat musik gitar kecil yang bernama Cavaquinho yang kemudian di Indonesia berevolusi menjadi Ukulele (Ganap 2006; Ganap 2011; Soeharto, AchmadSoenardi 1996)

(2)

Musik Keroncong merupakan bagian dari budaya musik nasional Indonesia dan banyak mengandung nilai-nilai budaya Indonesia, sehingga Musik Keroncong mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan musik lainnya. Musik keroncong erat kaitannya dengan musik rakyat yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Musik keroncong merupakan salah satu jenis musik yang mempunyai banyak penggemar dan penikmat musik, salah satu alat musik yang menjadikan musik itu unik yaitu ukulele (sejenis gitar kecil berdawai tiga).

Keroncong berkaitan dengan seperangkat alat musik seperti Gitar, Ukulele (Cak dan Cuk), Cello, Flute, Violin, dan Bass. Komposisi instrumen terebut masuk dalam kategori Keroncong asli. Akan tetapi pada perkembangannya musik Keroncong bisa beradaptasi dengan jenis musik apapun dan bisa puladitambah

dengan beberapa alat

musik yang lain (Martopo, 2003; Budiman 1979; Soeharto, AchmadSoenardi, 1996).

Menurut Latifah dan Milyartini (Ganap, 2017) Keroncong identik dengan pola iringannya yang sangat unik yang tersusun dari masingmasing alat musik yaitu Cass, cello,cuk, dan cak yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga membentuk sebuah ritmeyang dinamis

Salah satu ciri musik keroncong yang membedakannya dengan jenis musik lainnya adalah pola ritme yang dimainkan oleh tenor/banjo (Cak), ukulele (Cuk, Keroncong, Kencrung), cello, gitar, dan bass. Karena alat musik ini berfungsi sebagai pengiring, maka umumnya disebut alat musik pendukung.ciri khas masing- masing alat musik membentuk karakter

tersendiri, dan membentuk ciri khas irama musik Keroncong. Salah satu instrumen utama musik Keroncong adalah biola.

Umumnya pemain biola bertugas melakukan teknik improvisasi, memperkenalkan variasi pribadi sesuai dengan pola harmonisasi yang telah ditentukan, dan memainkan melodi utama (Banoe, 2003: 83). Khusus pada musik asli Keroncong, biola biasanya diawali dengan solo yang disebut voorspel. Voorspel merupakan permainan solo yang dapat dimainkan secara bebas untuk memulai permainan sebelum irama keroncong dimulai. (Budiman, 1979: 4). Menurut Budiman (1979: 5), instrumen biola, seruling, dan gitar, sering diberikan tugas untuk memainkan Voorspel, namun dalam beberapa kasus tugas Voorspel dipecah- pecah. Bagian pertama dimainkan oeh biola, bagian kedua dimainkan dengan gitar dan bagian ketiga dimainkan dengan seruling, atau sebaliknya.

Musik Keroncong mengalami kemunduran dalam perkembangannya yang ditandai dengan kurangnya minat masyarakat terhadap musik Keroncong.

Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain masyarakat terpengaruh pada musik modern, kurangnya alat musik keroncong di berbagai daerah, dan kalah bersaing dengan genre musik sekarang.

Oleh karena itu, penulis, salah satu anggota KKN M UNY 12722 mengadakan program kerja Pelatihan Keroncong untuk Pemuda dan Bapak-Bapak di Dusun Somoitan, Daleman, Girikerto, Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan adanya program kerja ini, diharapkan Masyarakat dusun Somoitan

(3)

untuk bisa belajar dan menjaga eksistensi musik keroncong.

METODE PEMBERDAYAAN

Sebelum memulai pelatihan keroncong, diadakan observasi mengenai eksistensi musik keroncong di Dusun Somoitan. Observasi dilakukan dengan bertanya kepada pemudan dan bapak-bapak tentang keroncong “Apakah didusun somoitan terdapat grup keroncong?”.

Setelah diadakannya observasi, maka di bentuknya program pelatihan keroncong untuk pemuda dan bapak-bapak Dusun Somoitan. Program kerja ini dilakukan sebanyak 7 pertemuan, setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam. Di akhir pertemuan akan diadakan pertunjukan keroncong untuk menampilkan hasil pelatihan.

Pertemuan pertama menjelaskan tentang nama, fungsi, dan cara bermain dari setiap alat musik keroncong. Proses penjelasan dikakukan dengan metode demonstrasi Menurut Hadi (dalam Fairuz, 2010) cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan proses dari sebuah hal yang dipelajari kepada peserta didik disebut dengan metode demostrasi. Mahasiswa KKN memberi contoh terlebih dahulu kepada pemuda dan bapak bapak cara bermain cak dan cuk keroncong

Metode imitasi dan drill juga diterapkan dalam proses berlangsungnya program kerja Pelatihan Musik Keroncong.

Metode imitasi menurut Melyana (dalam Maryamatussalamah, dkk, 2013) adalah cara penyajian pelajaran dengan cara guru mencontohkan dan siswa melakukan.

Metode drill merupakan cara latihan yang dilakukan secara berulang kali pada suatu bagian yang dinggap memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Bisa dikatakan bahwa metode drill adalah latihan secara terus menerus pada bagian yang berlum dikuasai. Metode imitasi dan drill dipilih karena sudah terbukti efektif digunakan untuk mengajarkan pembelajaran musik.

(Lucia Hening Saputri,2020, penerapan metode imitasi dan drill pada ektrakurikuler drumben di Sekolah Dasar Marsudirini St.

Theresia Boro Kulon Progo Yogyakarta).

Metode imitasi diaplikasikan dengan menyontohkan cara bermain cak dan cuk yang ditirukan oleh pemuda dan bapak- bapak. Metode drill diaplikasikan dengan mengulang ulang cara bermain cak dan cuk hingga lancar dan benar.

Gambar 1. Penggunaan Metode Imitasi

Mahasiswa KKN menggunakan alat musik cuk keroncong sebagai media pelatihan. Cuk dimainkan secara langsung oleh mahasiswa KKN. Hal ini digunakan agar pemuda dan bapak-bapak bisa merasakan nuansa keroncong. Mahasiswa KKN juga menggunakan alat musik Biola untuk memperjelas nuansa keroncong.

Pada pertemua kedua dan selanjutnya lebih menjelakan dan melatih tentang lagu

(4)

keroncong. Lagu yang dipilih yaitu lagu padang bulan, lagu ini dipilih karena lagunya tidak terlalu susah dimainkan dan mudah dipelajari. Tujuan diadakannya pelatihan Keroncong tidak hanya untuk mengajarkan cara bermain keroncong, tetapi juga untuk menghidupkan eksistensi musik keroncong di Dusun Somoitan.

Tidak hanya berlatih keroncong biasa, pemuda dan bapak-bapak di fasilitasi dengan sound system agar bisa beradaptasi dengan suara instrument dari speaker out

Gambar 2.

Pelatihan Kerocong menggunakan Sound System

Selama Program Pelatihan Keroncong, respon pemuda dan warga dari setiap pertemuannya berbeda beda. Jumlah pemuda dan bapak-bapak yang datang di setiap pertemuan berbeda-beda. Pertemuan pertama dihadari banyak peserta, Jumlah peserta menurun saat pertengahan pertemuan dan Kembali naik saat mendekati penampilan pertunjukan keroncong

Gambar 3. Jumlah Peserta Pelatihan Keroncong.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program kerja ini dalam realisasinya dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan. Pada pertemuan terakhir diadakannya pertunjukan keroncong untuk menampilkan hasil dari pelatihan bapak-bapak dan pemuda. peserta cukup antusias dengan adanya program kerja Pelatihan Keroncong di Dusun Somoitan. Hal ini dibuktikan dengan adanya semangat untuk berlatih saat mendekati pementasan keroncong. Bapak- bapak dan pemuda ikut sorak-sorai menanyikan lagu padang bulan Bersama- sama.

Progres bapak-bapak dan pemuda memainkan alat musik keroncong sangat cepat. Rasa ingin bisa menguasai pola permaianan engkel dan double sudah terlihat dari pertemuan kedua dan seterusnya. Penurunan jumlah peserta pelatihan keroncong disebabkan karena bersamaan dengan sekolah dan pekerjaan diluar dusun somoitan.

Pada pertemuan terakhir dalam program pelatihan keroncong, dapat diketahui bahwa bapak-bapak dan pemuda sangat bersemangat dalam menampilkan hasil latihan. Hal ini sudah merupakan upaya untuk menjaga esksistensi musik keroncong di Dusun Somoitan. Rasa kepercayaan diri pada bapak-bapak dan pemuda juga meningkat dari yang belum mengerti tentang keroncong menjadi berani untuk mengikuti pementasan keroncong yang disaksikan oleh puluhan orang di Dusun Somoitan. Selain belajar dan mengeksistasikan musik keroncong, program ini bertujuan untuk membuat kelompok musik keroncong di Dusun Somoitan.

0 3 6 9

1

Jumlah Peserta

2 3 4 5

5 5

6 7

(5)

SIMPULAN

Keberadaan musik keroncong dipengaruhi dengan tingkat antuisas dalam mempelajari, menikmati, dan memaikan. Pengetahuan Masyarakat terhadap musik keroncong dipengaruhi oleh genre musik dari suatu daerah juga.

Program kerja Pelatihan Keroncong di Dusun Somoitan menjadi salah satu upaya dalam menjaga eksistensi atau keberadaan musik keroncong. Program kerja ini memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman baru bagi warga Dusun Somoitan terhadap musik keroncong.

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. Kamus Musik.Yogyakarta:

Kanisius, 2003

Budiman.1979.Menelusuri Sarana Penyebaran Musik Keroncong.Staf Pengajar]urusan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Yogyakarta Budiman, B.J. Mengenal Keroncong dari

Dekat. Jakarta:

Perpustakaan Akademi Musik LPJK, 1979.

Latifah dan Milyartini.2017. Sing Penting Keroncong. Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni

Martopo, 2003.Jurnal of Art Reseacrh and Education.Universitas Negeri

Semarang

Rachman, Abdul.2013. “Sing penting keroncong” Sebuah Inovasi Pertunjukkan Musik Keroncong Di Semarang. Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni

Referensi

Dokumen terkait