UPSTREAM
1. Pengadaan Bahan Baku – Sumber utama meliputi air, gula, pemanis buatan, konsentrat, dan karbonasi.
Air
PT Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) mendapatkan bahan baku utama air melalui sumur bor (deep well) dengan kedalaman 100-200 meter. Setelah air diambil dari sumber ini, air tersebut diolah terlebih dahulu sebelum digunakan dalam proses produksi maupun keperluan operasional perusahaan.
Selain itu, lokasi pabrik Coca-Cola di Indonesia strategis dan dekat dengan pegunungan, sehingga perusahaan dapat mengakses sumber air tanah yang stabil. Hal ini
memungkinkan ketersediaan air yang berkelanjutan untuk produksi minuman seperti Coca-Cola, Sprite, dan Fanta.
Singkatnya, air dalam produksi Coca-Cola di Indonesia berasal dari sumur bor yang dikategorikan menjadi dua jenis:
1. Treated Water → Digunakan untuk produksi minuman, keperluan air minum di kantin, dan kantor.
2. Untreated Water → Digunakan untuk kebutuhan lain seperti pencucian ruangan, pekarangan, dan kamar mandi (Kartika, Novana, Dzikri, M, & sandra, 2011)
Gula
gula merupakan bahan baku utama dalam produksi minuman di PT Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI). Gula berfungsi sebagai pemberi rasa manis dalam produk, sementara konsentrat digunakan untuk menentukan rasa minuman.
Gula yang digunakan dalam produksi Coca-Cola diperoleh dari sumber dalam dan luar negeri. Beberapa pemasok gula yang disebutkan dalam dokumen adalah:
1. PT. AJM (Arindo Jaya Mandiri) – Pemasok dari dalam negeri.
2. Danisco Denmark – Pemasok dari luar negeri.
3. Negara lain yang memasok gula:
o Denmark
o Inggris
o Lampung (Indonesia).
Sebelum digunakan dalam produksi, gula harus memenuhi standar kualitas yang ketat. Beberapa kriteria utama yang harus dipenuhi antara lain:
Kadar kemurnian minimal 99,99%.
Bebas dari kotoran dan zat asing.
Kristal gula harus berwarna putih bersih.
Tidak memiliki bau atau rasa yang aneh.
Warna maksimal 35 RBU (Range Base Unit) untuk memastikan kejernihan dan kualitas.
Selain itu, setiap gula yang masuk ke gudang CCBI akan diperiksa terlebih dahulu sebelum diterima. Jika memenuhi standar, gula akan disimpan dalam gudang dengan sistem penyimpanan menggunakan palet, di mana 1 palet berisi 25 sak gula. (Kartika, Novana, Dzikri, M, & sandra, 2011)
Pemanis Buatan
beberapa minuman ringan, termasuk cola-type drinks (seperti Coca-Cola), mengandung pemanis buatan tanpa gula tambahan dengan konsentrasi tertentu.
Dari 92 sampel minuman yang diteliti, 87 di antaranya mengandung lebih dari satu pemanis. Kombinasi yang paling umum ditemukan dalam cola-type drinks adalah:
1. Acesulfame K + Aspartame + Cyclamate 2. Acesulfame K + Aspartame.
Minuman ringan tanpa gula tambahan sering menggunakan pemanis ini sebagai pengganti gula untuk memberikan rasa manis tanpa menambah kalori (German Federal Institute for Risk Assessment, 2023)
Konsentrat
Konsentrat Coca-Cola adalah bahan dasar yang memberikan rasa khas pada minuman ini.
Di dalamnya terdapat campuran perisa alami dan buatan, pewarna, asam fosfat, serta kafein. Formula pasti dari konsentrat ini dirahasiakan oleh Coca-Cola sebagai rahasia dagang. Konsentrat tersebut dikirim ke berbagai pabrik pengolahan, di mana kemudian dicampur dengan air dan pemanis sebelum dikemas menjadi produk akhir. (Simanjuntak, Adawiyah, & Purnomo, 2016)
Karbonasi
karbonasi dalam Coca-Cola adalah proses di mana karbon dioksida (CO₂) ditambahkan ke dalam minuman di bawah tekanan tinggi. Hal ini membuat CO₂ larut dalam air, menciptakan gelembung yang memberikan sensasi segar ketika diminum. Proses karbonasi ini tidak hanya memberikan rasa unik tetapi juga membantu memperpanjang umur simpan minuman. Faktor seperti suhu, jenis kemasan, dan tekanan dapat
mempengaruhi tingkat karbonasi dalam produk akhir. (Haekal & Nurlaela, 2024)
2. Pengolahan Konsentrat – Pembuatan sirup Coca-Cola di pabrik utama yang kemudian dikirim ke pabrik pembotolan.
Produksi Konsentrat dan Sirup
Coca-Cola memproduksi konsentrat dan sirup di pabrik utama sebagai bagian dari proses produksinya. Konsentrat ini berperan sebagai inti dari minuman Coca-Cola, mengandung campuran perisa, pewarna, dan berbagai bahan lainnya yang dirahasiakan sebagai bagian dari formula eksklusif perusahaan.
Setelah diproses, sirup yang dihasilkan akan dikirim dan dijual kepada mitra pembotolan resmi di berbagai negara. Mitra pembotolan ini bertanggung jawab untuk mencampurkan sirup dengan air yang telah dimurnikan dan pemanis sesuai standar yang telah ditetapkan sebelum dikemas dan didistribusikan ke pasar.
Seluruh proses ini dijalankan dengan standar kualitas yang tinggi untuk memastikan rasa Coca-Cola tetap konsisten di setiap wilayah, meskipun diproduksi di lokasi yang berbeda.
(Riandi & Hexa, 1997)
Pengiriman ke Pabrik Pembotolan
1. Konsentrat Coca-Cola diproduksi di pabrik utama, lalu dikirim dalam jumlah besar ke pabrik pembotolan yang memiliki lisensi eksklusif di wilayah tertentu.
Pengiriman ini dilakukan dengan kontrol kualitas yang ketat untuk memastikan setiap batch memiliki konsistensi yang sama.
2. Setelah tiba di pabrik pembotolan, konsentrat dicampur dengan air yang telah melalui proses penyaringan ketat untuk menjaga kemurnian dan rasa. Pabrik pembotolan harus memastikan bahwa air yang digunakan sesuai dengan standar kualitas Coca-Cola agar tidak memengaruhi rasa akhir produk.
3. Selain air, pemanis juga ditambahkan ke dalam campuran. Jenis pemanis yang digunakan dapat bervariasi, misalnya gula atau pemanis buatan, tergantung pada preferensi konsumen di wilayah tertentu. Hal ini memungkinkan Coca-Cola untuk tetap mempertahankan rasa khasnya, tetapi tetap menyesuaikan dengan selera lokal.
4. Meskipun ada penyesuaian rasa, setiap pabrik pembotolan bertanggung jawab memastikan bahwa produk Coca-Cola yang mereka hasilkan tetap sesuai dengan standar global perusahaan. Ini termasuk rasio pencampuran bahan, tingkat karbonasi, serta kualitas kemasan.
5. Dengan sistem ini, Coca-Cola tidak perlu memiliki pabrik pembotolan sendiri di setiap negara. Sebaliknya, mereka bermitra dengan perusahaan pembotolan yang sudah memiliki jaringan distribusi luas. Model ini memungkinkan Coca-Cola untuk menjaga efisiensi operasional, mempercepat distribusi, dan tetap mempertahankan identitas globalnya. ( Hasan & Tantilia, 2016)
Model Operasi Franchise
Coca-Cola menggunakan model bisnis franchise, di mana perusahaan hanya
memproduksi konsentrat dan menyerahkan proses pembotolan, distribusi, serta penjualan kepada mitra pembotolan. Konsentrat yang dibuat oleh The Coca-Cola Company dijual ke mitra pembotolan yang memiliki lisensi eksklusif di berbagai wilayah. Mitra ini kemudian mencampurkan konsentrat dengan air yang telah disaring dan pemanis sesuai standar, menambahkan karbonasi, lalu mengemasnya ke dalam botol atau kaleng sebelum mendistribusikannya ke pasar.
Model ini memberikan fleksibilitas operasional karena setiap mitra pembotolan dapat menyesuaikan produksi dengan permintaan lokal sambil tetap mempertahankan standar global Coca-Cola. Selain itu, sistem ini meningkatkan efisiensi distribusi, karena Coca- Cola tidak perlu membangun dan mengelola fasilitas produksi di setiap negara. Dengan demikian, perusahaan dapat lebih fokus pada inovasi produk dan strategi pemasaran global, sementara mitra pembotolan menangani logistik dan distribusi di tingkat lokal.
( Hasan & Tantilia, 2016)
3. Kerja Sama dengan Petani – Mendukung petani tebu untuk mendapatkan pasokan gula yang berkelanjutan.
Coca-Cola berkomitmen untuk memastikan pasokan gula yang berkelanjutan melalui kerja sama dengan petani tebu. Salah satu inisiatifnya adalah program Corporate Social Responsibility (CSR) yang melibatkan masyarakat petani sekitar pabrik. Penelitian oleh Tambunan, Nuswantara, dan Nadapdap (2024) meneliti pengaruh program CSR Coca- Cola Amatil Indonesia Central Java terhadap kesejahteraan petani. Hasilnya
menunjukkan bahwa program seperti Coke Forest dan Coke Farm memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, baik secara lingkungan maupun ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan materi, fisik, dan mental petani. (Tambunan, Nuswantara, & Nadapdap, 2020)
4. Pembuatan Kemasan – Pengadaan botol plastik, kaleng aluminium, dan bahan kemasan lain dari pemasok global.
Pengadaan Bahan Kemasan
Coca-Cola bekerja sama dengan pemasok global untuk memperoleh bahan kemasan seperti botol plastik PET dan kaleng aluminium. Kemitraan ini memastikan bahwa bahan kemasan memenuhi standar kualitas dan keberlanjutan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Meskipun informasi spesifik mengenai pemasok global Coca-Cola sering kali tidak dipublikasikan secara luas karena alasan kerahasiaan dan strategi bisnis, perusahaan ini terus berupaya meningkatkan transparansi dalam rantai pasokannya. Namun, Coca-Cola telah menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dengan meluncurkan botol yang terbuat dari 100% plastik PET daur ulang (rPET) untuk beberapa produknya di Indonesia, termasuk Coca-Cola Trademark, Fanta, dan Sprite dalam kemasan 390ml, serta Sprite Waterlymon dalam kemasan 425ml. Langkah ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mendukung ekonomi sirkular dan mengurangi ketergantungan pada plastik baru. (Nugroho & Adi, 2013)
Inovasi Kemasan
Coca-Cola terus berinovasi dalam desain kemasan untuk meningkatkan keberlanjutan dan memenuhi preferensi konsumen. Misalnya, pada tahun 2021, perusahaan menambahkan pesan "Recycle Me Again" pada botol ikoniknya untuk mendorong konsumen mendaur ulang kemasan setelah digunakan. Inisiatif ini bertujuan mengurangi penggunaan plastik baru dan mendukung strategi "World Without Waste" yang dicanangkan oleh Coca-Cola.
Perubahan ini diharapkan dapat mengeliminasi sekitar 80 juta pon plastik baru, setara dengan sekitar 2 miliar botol. (Yosgiarso & Billy, 2018)
Komitmen Keberlanjutan
Coca-Cola awalnya berkomitmen untuk menggunakan setidaknya 50% plastik daur ulang dalam kemasannya pada tahun 2030. Namun, perusahaan telah merevisi target tersebut, kini menargetkan 35-40% konten daur ulang dalam kemasan utama pada tahun 2035.
Perubahan ini menimbulkan kritik dari berbagai pihak yang menilai langkah tersebut sebagai penurunan komitmen terhadap keberlanjutan. Selain itu, Coca-Cola juga
menghadapi tuduhan telah mengabaikan target untuk mencapai 25% kemasan yang dapat digunakan kembali pada tahun 2030, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai praktik greenwashing. (DANDIKUSUMA, 2011)
5. Logistik Bahan Baku – Transportasi bahan baku ke pabrik pembotolan di berbagai negara.
Transportasi Bahan Baku
Coca-Cola mengelola transportasi bahan baku seperti sirup, karbon dioksida (CO₂), aluminium, dan air melalui jaringan distribusi yang terintegrasi. Bahan-bahan ini
diangkut dari pemasok ke pabrik pembotolan menggunakan jalur darat, laut, atau udara, tergantung pada faktor geografis dan kebutuhan operasional.
Jaringan logistik Coca-Cola dirancang untuk meminimalkan waktu pengiriman dan biaya distribusi, sehingga bahan baku dapat tiba di pabrik tepat waktu dan dalam kondisi optimal. Studi oleh Nurkhasanah dan Takaya (2025) mengidentifikasi bahwa strategi logistik yang digunakan Coca-Cola melibatkan sistem just-in-time (JIT), di mana bahan baku dikirim berdasarkan permintaan produksi untuk menghindari penumpukan stok yang berlebihan. (Nurkhasanah & Takaya, 2025)
Efisiensi Rantai Pasok
Efisiensi dalam rantai pasok Coca-Cola bergantung pada kemampuannya dalam mengoptimalkan biaya transportasi dan waktu pengiriman. Perusahaan bekerja sama dengan penyedia logistik lokal dan global untuk memastikan distribusi bahan baku berjalan lancar.
Menurut penelitian oleh Nurkhasanah dan Takaya (2025), Coca-Cola menerapkan strategi multi-sourcing, yaitu menggunakan lebih dari satu pemasok untuk setiap bahan baku utama. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko keterlambatan pengiriman akibat gangguan rantai pasok, seperti kelangkaan bahan baku atau kendala cuaca. Selain itu, Coca-Cola juga menggunakan teknologi pemantauan berbasis IoT (Internet of Things) untuk melacak status pengiriman secara real-time dan memastikan efisiensi dalam proses distribusi. (Nurkhasanah & Takaya, 2025)
Manajemen Global
Sebagai perusahaan dengan operasi global, Coca-Cola memiliki pendekatan yang fleksibel dalam mengelola logistik bahan baku di berbagai wilayah. Perusahaan bekerja sama dengan pemasok lokal dan internasional, sehingga dapat beradaptasi dengan kebutuhan spesifik di setiap negara.
Coca-Cola juga berinvestasi dalam pusat distribusi regional, yang memungkinkan pengiriman bahan baku dalam skala besar ke berbagai pabrik pembotolan. Dengan strategi ini, Coca-Cola dapat menyesuaikan volume produksi sesuai dengan permintaan pasar lokal tanpa mengorbankan efisiensi operasional. Coca-Cola menggunakan model Supply Chain 4.0, yang mengintegrasikan big data dan analisis prediktif untuk mengelola rantai pasok secara lebih efektif (Nurkhasanah & Takaya, 2025).
DOWNSTREAM
1. Produksi & Pembotolan – Pengisian minuman dalam botol atau kaleng di berbagai pabrik lokal (misalnya Coca Cola Amatil).
Pengisian minuman dalam botol atau kaleng
Proses pengisian minuman ke dalam botol atau kaleng di pabrik-pabrik Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) melibatkan beberapa tahapan utama untuk memastikan kualitas dan keamanan produk. Berikut adalah tahapan-tahapan tersebut:
1. Sterilisasi Kemasan: Botol dan kaleng yang akan digunakan sebagai kemasan harus melalui proses sterilisasi untuk memastikan kebersihannya sebelum diisi dengan minuman.
2. Pengisian (Filling): Setelah sterilisasi, kemasan tersebut diisi dengan minuman berkarbonasi menggunakan mesin pengisian otomatis yang memastikan volume dan tekanan yang tepat.
3. Penutupan (Capping/Sealing): Setelah diisi, botol atau kaleng segera ditutup rapat untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kualitas minuman.
4. Pemeriksaan Kualitas: Setiap kemasan yang telah diisi dan ditutup akan melalui proses pemeriksaan kualitas untuk memastikan tidak ada kebocoran atau cacat lainnya.
5. Pelabelan dan Pengemasan: Kemasan yang lolos pemeriksaan kemudian diberi label dan dikemas dalam karton atau krat untuk didistribusikan ke pasar (Pratiwi, 2017)
2. Distribusi ke Grosir & Retailer – Mengirim produk ke supermarket, restoran cepat saji (McDonald’s, KFC), dan minimarket.
Mengirim produk ke supermarket
Proses Distribusi:
Coca-Cola menggunakan sistem distribusi berbasis kanvas, di mana produk diambil dari gudang oleh Delivery Man dan Helper menggunakan mobil perusahaan.
Barang disusun sesuai pesanan dan dikirim ke supermarket berdasarkan invoice yang telah dibuat.
Supermarket menerima sekitar 35% dari total distribusi Coca-Cola di wilayah tertentu. meniadikannva salah satu segmen utama dalam pendistribusian.
Produk dikirim dengan armada truk besar dari pabrik ke sub-gudang, lalu didistribusikan ke supermarket dengan kendaraan lebih kecil untuk efisiensi.
Teknologi Pendukung :
Sistem informasi berbasis aplikasi digunakan untuk mengoordinasikan stok dan merencanakan rute pengiriman yang optimal. Metode seperti Cheapest Insertion Heuristic membantu menemukan jalur distribusi terdekat. (Pratiwi, 2017)
Pengiriman ke Restoran Cepat Saji (McDonald's, KFC)
Kemitraan Strategis:
Coca-Cola menyelesaikan kerja sama langsung dengan restoran cepat saji seperti McDonald's dan KFC. Di Indonesia, Coca-Cola menggantikan Pepsi sebagai pemasok eksklusif di KFC melalui perjanjian lima tahun.
Produk dikirim dalam jumlah besar menggunakan truk perusahaan langsung ke gudang restoran atau outlet utama.
Produk dikirim dalam jumlah besar menggunakan truk perusahaan langsung ke gudang restoran atau outlet utama.Proses ini memastikan ketersediaan minuman sesuai permintaan restoran
Efisiensi Logistik:
Pengiriman dilakukan berdasarkan pesanan yang masuk melalui sistem marketing perusahaan. Delivery order dikeluarkan untuk menyesuaikan kapasitas angkut dengan kebutuhan restoran, sehingga mengurangi pemborosan. (Purnama, 2019) Pengiriman ke Minimarket
Distribusi Intensif:
Minimarket menerima sekitar 25% dari total distribusi Coca-Cola di wilayah tertentu. Produk dikirim dari sub- gudang ke minimarket menggunakan mobil kecil untuk menjangkau lokasi yang luas.
Sistem Pendukung:
Coca-Cola bekerja sama dengan perusahaan logistik seperti Kargo.Tech untuk mendistribusikan produk hingga ke pelosok daerah. Kerja sama ini meningkatkan efisiensi pengiriman dan memastikan produk sampai tepat waktu.
Pengecekan Stok:
Petugas distribusi secara rutin memeriksa stok di minimarket setiap minggu dan melakukan penambahan sesuai kebutuhan. Namun, terkadang terjadi pemborosan karena jumlah produk yang dibawa melebihi kebutuhan gerai. (Ziljian, Pratama,
& Alharits, 2024)
3. E-commerce & Penjualan Langsung – Coca-Cola menjual produknya melalui aplikasi dan platform online seperti Amazon dan Shopee.
Coca Cola menjual produknya melalui aplikasi dan platform online di Amazon
Amazon
Coca-Cola menjual produknya di Amazon, yang merupakan salah satu platform e-commerce terbesar di dunia. Di Amazon, Coca-Cola memanfaatkan sistem logistik yang efisien untuk memastikan pengiriman cepat dan ketersediaan produk yang luas. Strategi ini memungkinkan pelanggan untuk membeli produk Coca-Cola dengan mudah, serta mendapatkan berbagai penawaran dan promosi yang menarik.
Keunggulan:
• Inovasi dan Pengalaman Pelanggan: Amazon fokus pada pengalaman pelanggan dengan menawarkan pengiriman cepat dan program keanggotaan seperti Amazon Prime.
• Stok Melimpah: Coca-Cola dapat memanfaatkan gudang Amazon untuk memastikan ketersediaan produk di berbagai lokasi (Amany, 2023)
Coca Cola menjual produknya melalui aplikasi dan platform online di Shopee
Shopee
Di Asia Tenggara, Coca-Cola aktif menjual produknya melalui Shopee. Platform ini sangat populer di kalangan konsumen lokal dan menawarkan fitur-fitur menarik seperti diskon, voucher, dan promosi khusus.
Keunggulan:
• Aksesibilitas: Shopee memberikan kemudahan bagi konsumen untuk membeli produk Coca-Cola secara online dengan berbagai metode pembayaran, termasuk COD (Cash On Delivery).
• Promosi Aktif: Coca-Cola sering kali terlibat dalam kampanye pemasaran di Shopee untuk menarik lebih banyak pelanggan
4. Kampanye Pemasaran – Strategi iklan besar-besaran melalui TV, media sosial, dan sponsorship acara global seperti Piala Dunia FIFA dan Olimpiade.
Iklan Televisi
Coca-Cola telah lama memanfaatkan televisi sebagai saluran utama untuk menyampaikan pesan mereknya. Salah satu contoh kampanye iklan televisi yang sukses adalah Taste the Feeling, yang menampilkan momen-momen emosional saat menikmati Coca-Cola.
Poin Utama:
• Narasi Emosional: Iklan berfokus pada tema kebahagiaan, persahabatan, dan perayaan.
• Musik dan Visual: Kampanye menggunakan musik khas untuk menciptakan pengalaman yang mendalam bagi penonton. ( Indah & Kristiana, 2021)
Media Sosial
Coca-Cola sangat aktif di platform media sosial seperti Instagram, Facebook, YouTube, dan X.
Kampanye seperti Share a Coke berhasil meningkatkan keterlibatan konsumen dengan cara personalisasi botol minuman menggunakan nama-nama populer.
Poin Utama:
• Tagar Viral: Kampanye menggunakan tagar seperti #ShareACoke untuk mendorong interaksi online.
• Konten Interaktif: Media sosial digunakan untuk berbagi cerita konsumen dan pengalaman mereka dengan produk Coca-Cola.
Sponsorship Acara Global
Coca-Cola adalah sponsor resmi Piala Dunia FIFA dan Olimpiade, yang memberikan eksposur global kepada merek. Sponsorship ini sering kali disertai dengan kampanye pemasaran
terintegrasi.
Poin Utama:
• Brand Visibility: Coca-Cola memanfaatkan acara olahraga besar untuk meningkatkan pengenalan merek secara internasional.
• Aktivasi Digital: Kampanye digital sering kali diluncurkan bersamaan dengan sponsorship untuk melibatkan audiens secara online.
5. Daur Ulang & Keberlanjutan – Program daur ulang botol plastik dan inisiatif lingkungan seperti World Without Waste.
1. Program “Recycle Me” di Indonesia
Program Recycle Me merupakan kolaborasi Coca-Cola dengan Grab, Mahija Parahita Nusantara Foundation, dan Waste4Change. Program ini memungkinkan konsumen di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi untuk mengirimkan botol plastik PET bekas melalui layanan Grab ke pusat
pengumpulan.
Poin Utama:
• Tujuan: Meningkatkan kesadaran akan pentingnya daur ulang dan mendukung ekonomi sirkular.
• Proses: Botol yang dikumpulkan diproses di fasilitas Amandina Bumi Nusantara untuk dijadikan bahan baku botol baru.
• Insentif: Konsumen mendapatkan poin hadiah yang dapat ditukar dengan pulsa atau uang elektronik
2. Program “Balik PET Bottle” di Filipina
Coca-Cola Filipina meluncurkan program Balik PET Bottle melalui 2.200 toko kecil (sari-sari stores) di Metro Manila. Program ini memberikan insentif finansial kepada pemilik toko yang mengumpulkan botol plastik bekas dari konsumen.
Poin Utama:
• Edukasi Konsumen: Kampanye “May Ikabobote Pa” mendorong perubahan perilaku konsumen untuk mendaur ulang.
• Kemasan Inovatif: Coca-Cola memperkenalkan botol berbahan 100% PET daur ulang untuk produk seperti Coca-Cola Original dan Sprite
3. Inisiatif “Dari Botol Jadi Botol” di Malaysia
Coca-Cola Malaysia memperkenalkan botol berbahan 100% PET daur ulang (rPET) yang diproduksi secara lokal di pabrik Negeri Sembilan. Inisiatif ini mendukung konsep ekonomi sirkular dengan memanfaatkan kemasan lama untuk membuat botol baru.
Poin Utama:
• Kemasan Berkelanjutan: Botol rPET memenuhi standar global Coca-Cola untuk keamanan pangan.
• Kampanye “Recycle Me”: Konsumen dapat menukar botol bekas dengan insentif uang tunai melalui Trash4Cash. (Jeremy, 2023)
4. Kritik Greenpeace terhadap Coca-Cola
Meskipun Coca-Cola memiliki banyak inisiatif keberlanjutan, laporan Greenpeace menyebut perusahaan ini sebagai salah satu pencemar plastik terbesar di dunia. Hal ini menunjukkan tantangan besar dalam mencapai target keberlanjutan.
Referensi
Siaran pers Greenpeace Indonesia mengkritik kontribusi Coca-Cola terhadap pencemaran plastik global https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers- 2/1034/kegiatan-bersih-bersih-dan-audit-merek-global-menemukan-coca-cola- pepsico-dan-nestle-sebagai-pencemar-plastik-terburuk-di-seluruh-dunia/
Sistem Produksi Perusahaan Coca Cola
http://amaliarochning.blogspot.com/2017/11/sistem-produksi-perusahaan-coca- cola.html
Mengetahui Saluran Dan Sistem Distribusi Coca Cola Di Indonesia-Simplidots https://www.simplidots.com/blog/saluran-distribusi-coca-cola-di-indonesia/
Coca Cola mengantikan Pepsi di restoran KFC https://search.app/J5yxAn2WTCuUk6RD8
https://www.coursehero.com/file/p6aqvlnh/Atas-kebanggan-ini-kami-membuka- kesempatan-bagi-semua-orang-yang-ingin-melihat/
Strategi Sukses Amazon,Alibaba, dan Shopee di Era E-Commerce
https://www.talentinsider.com/insights/strategi-sukses-amazon-alibaba-dan-shopee- di-era-e-commerce?utm_source=perplexity
Pemanfaatan Penggunaan E-Commerce Shopee Sebagai Media Promosi Online
https://eprints.ums.ac.id/106650/1/NASPUB%20FIFI.pdf?utm_source=perplexity Analisis Deskriptif Iklan Coca Cola Indonesia Versi Together Tastes Better https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/JDKV/article/download/40865/35306?
utm_source=perplexity
Coca Cola : Kisah Sukses Kampanye yang Menghadirkan Personalisasi Merek https://rlagency.id/artikel/share-a-coke-coca-cola-kisah-sukses-kampanye-yang- menghadirkan-personalisasi-merek/
5 Iklan Coca Cola Yang Super Unik
https://koinworks.com/blog/5-kampanye-kreatif-coca-cola/
Artikel Coca-Cola Media Center menjelaskan detail program ini, termasuk kolaborasi dengan mitra lokal dan dampak ekonomi sirkularnya
https://www.coca-cola.com/id/id/media-center/coca-cola-and-grab-and-join-hands- for-recycle-me-program-to-encourage-recycling
Artikel Manila Bulletin membahas dampak program ini terhadap keberlanjutan lingkungan di Filipina
https://blog.fcuzhhorod.com/coca-cola-filipina-memaparkan-peta-keberlanjutan/
Artikel Says.com menjelaskan inovasi rPET dan kampanye daur ulang di Malaysia
https://says.com/my/lifestyle/coca-cola-100-percent-recycled-plastic-bottles
https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers-2/1034/kegiatan-bersih-bersih- dan-audit-merek-global-menemukan-coca-cola-pepsico-dan-nestle-sebagai- pencemar-plastik-terburuk-di-seluruh-dunia/
Daftar pustaka
Hasan, A., & Tantilia, M. (2016, April). Audit Efisiensi pada Proses Produksi Minuman Ringan di PT Coca Cola Bottling Indonesia (CCBI) Central Sumatera. Jurnal Optimasi Sistem Industri.
Retrieved from https://doi.org/10.25077/josi.v12.n2.p358-368.2013
Indah, K. H., & Kristiana, N. (2021). ANALISIS DESKRIPTIF IKLAN COCA-COLA INDONESIA. Jurnal Barik, 2(2), 1-15. Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/JDKV/
Amany, E. (2023, November 8). Strategi Sukses Amazon, Alibaba, dan Shopee di Era E- Commerce.
DANDIKUSUMA, M. A. (2011). Pengaruh Implementasi Packaging produk Coca Cola terhadap Proses Keputusan Pembelian.
German Federal Institute for Risk Assessment. (2023). Sugar alternatives: How much sweetener is there in soft drinks? Retrieved from https://doi.org/10.17590/20230414-150752-0 Haekal, F., & Nurlaela, R. S. (2024). Tinjauan Literatur: Gas Karbon Dioksida sebagai Bahan
Tambahan Pangan. Karimah Tauhid, 3(8), 8939–8944. Retrieved from https://doi.org/10.30997/karimahtauhid.v3i8.14542
Jeremy. (2023, Desember 22). 'Dari Botol Jadi Botol' — Coca-Cola Is Now Using 100% Recycled Plastic Bottles In Malaysia.
Kartika, Y., Novana, R., Dzikri, M., M, H., & sandra, R. (2011, April). Sistem rantai pasok industri minuman softdrink. Jurnal Optimasi Sistem Industri, 10(1), 127-133. Retrieved from https://doi.org/10.25077/josi.v10.n1.p121-126.2011
Nugroho, & Adi, F. (2013, Oktober 11). PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PRODUKSI MINUMAN RINGAN COCA-COLA PADA PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA DI UNGARAN, JAWA TENGAH. Retrieved from http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/4035
Nurkhasanah, N., & Takaya, R. (2025). Analisis Logistik PT Coca-Cola: Strategi dan Tantangan dalam Rantai Pasokan di Indonesia. Jurnal Manajemen Pendidikan Humaniora Akuntansi dan Transportasi, 2(1). Retrieved from https://doi.org/10.57235/hemat.v2i1.4916 Pratiwi, A. R. (2017, November 04). Sistem Produksi Perusahaan Coca-cola.
Purnama, I. (2019, September 26). MAKALAH PERUSAHAAN MULTINASIONAL.
Riandi, & Hexa. (1997). Mempelajari Teknologi Proses Produksi dan Pengendalian Mutu di PT.
COca Cola Amatil Jakarta. Scientific Reposity. Retrieved from http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/39010
Simanjuntak, B., Adawiyah, D. R., & Purnomo, E. (2016, April 29). Stabilitas Gas Karbondioksida pada Minuman Berkarbonasi selama Penyimpanan. Indonesian Journal of Food Quality, 3(1), 45-49. Retrieved from https://journal.ipb.ac.id/index.php/jmpi/article/view/27573 Tambunan, R. M., Nuswantara, B., & Nadapdap, H. J. (2020). Pengaruh program corporate social
responsibility (CSR) terhadap kesejahteraan masyarakat petani: (Studi pada Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java). Jurnal Ilmu Pertanian, 8(1). Retrieved from https://doi.org/10.30743/agr.v8i1.2555
Yosgiarso, & Billy, M. (2018, September 10). PENGARUH DESAIN KEMASAN TERHADAP PERILAKU BELANJA DENGAN KEPERCAYAAN MEREK SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi pada kemasan produk-produk PT The Coca Cola Company). Retrieved from http://e- journal.uajy.ac.id/id/eprint/15843
Ziljian, M. F., Pratama, A. P., & Alharits, H. F. (2024, Juli 29). ANALISIS TINGKAT PENGIRIMAN BARANG KE OUTLET DAN RETAIL PADA. Jurnal Ilmiah Sain dan Teknologi.