ANALISIS MORFOLOGI, SEJARAH, DAN URBAN TRANSECT PADA KABUPATEN MALANG
Paper Ini Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah xxx
Disusun oleh:
xxxxxxxxxx NIMMM
PRODI XXXX FAKULTAS XXX UNIVERSITAS XXX
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Analisis Morfologi, Sejarah, DAN Urban Transect Dari Perkotaan Malang”.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi Kota, serta diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis serta pembacanya.
Penulis menyadari bahwa selesainya laporan ini dapat terwujud karena adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu XXXXXXXXXXXX. selaku Dosen Pengampu Morfologi Kota yang telah membagikan ilmu dan pengetahuan yang membantu penulis dalam penyusunan laporan ini. Selanjutnya dengan rendah hati penulis meminta kritik dan saran dari pembaca untuk laporan ini supaya selanjutnya dapat diperbaiki lagi, karena penulis sangat menyadari, bahwa laporan yang telah disusun ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Besar harapan penulis laporan ini mampu memberikan manfaat dan wawasan bagi setiap pembacanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar penulis dapat memperbaiki karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik.
Kota ditulis, 20 Desember 2024
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...1
DAFTAR ISI...2
DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR TABEL...3
BAB 1 SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA...4
1.1 Kronologis Sejarah... 4
1.2 Penyebaran Perkembangan...4
BAB 2 BENTUK KOTA...6
2.1 Bentuk Kota...6
BAB 3 URBAN TRANSECT... 8
3.1 Urban Transect...8
BAB 4 KESIMPULAN...13
DAFTAR PUSTAKA...14
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL Gambar 1.1 Peta Malang Zaman Dahulu...4
Gambar 1.2 Peta Malang Zaman Dahulu...4
Gambar 1.3 Alun-alun Malang...5
Gambar 2.1 Peta Penggunaan Lahan Malang...7
Gambar 3.1 Urban Transect………..……….8
Gambar 3.2 Ilustrasi Transek Malang…..………..9
Gambar 3.3 Transect Horizontal Malang.………...10
Tabel 3.1 Transect Vertikal Malang…..………12
BAB 1
SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA
1.1 Kronologis Sejarah
Kabupaten dan Kota Malang memiliki sejarah panjang yang berakar pada masa Kerajaan Kanjuruhan, salah satu kerajaan tertua di Jawa Timur, yang muncul pada abad ke-8 (Mulyadi
et al., 2015). Bukti sejarah seperti Prasasti Dinoyo menunjukkan bahwa wilayah ini telah menjadi pusat pemerintahan dan budaya sejak masa kuno. Selanjutnya, pada abad ke-13, Malang menjadi bagian dari Kerajaan Singhasari yang berperan penting dalam pembentukan sejarah nusantara.
Pada masa kolonial Belanda, Kabupaten Malang berkembang sebagai wilayah agraris, sementara Kota Malang menjadi pusat pemerintahan modern dengan status gemeente pada 1914. Lokasi strategis dan iklimnya yang sejuk menjadikan Malang populer sebagai kawasan hunian elit bagi pejabat Belanda. Peninggalan seperti bangunan kolonial dan tata kota yang rapi mencerminkan perkembangan pesat pada masa itu, menjadikan Kota Malang dijuluki Parijs van Oost-Java (Atmaji & others, 2018).
Setelah kemerdekaan Indonesia, Kota Malang menjadi kota madya yang terpisah dari Kabupaten Malang. Kabupaten tetap fokus pada sektor agraris dan pariwisata, sementara Kota Malang berkembang sebagai pusat pendidikan dan budaya. Hingga kini, kedua wilayah ini saling melengkapi, menjadikan Malang secara keseluruhan sebagai destinasi penting dengan kekayaan sejarah, ekonomi, dan daya tarik wisata.
Gambar 1.1 dan 1.2 Peta Malang Zaman Dahulu 1.2 Penyebaran Perkembangan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kabupaten dan Kota Malang memiliki penyebaran dan perkembangan yang berakar pada sejarah panjang sejak era kerajaan kuno.
Kabupaten Malang dahulu menjadi pusat Kerajaan Kanjuruhan pada abad ke-8, dengan wilayah yang mencakup sebagian besar kawasan Jawa Timur selatan. Wilayah ini kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Singhasari di abad ke-13, yang mengembangkan infrastruktur dan sistem pemerintahan. Pengaruh Singhasari memperluas peran Malang dalam jalur perdagangan dan administrasi wilayah, menanamkan fondasi bagi perkembangannya hingga era modern (Izzalqurny et al., 2024).
Pada masa kolonial Belanda, Kabupaten Malang dikenal sebagai wilayah pertanian subur yang menghasilkan komoditas unggulan seperti kopi, teh, dan tembakau (Afi et al., n.d.).
Sebaliknya, Kota Malang berkembang sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan modern.
Penetapan Kota Malang sebagai gemeente pada 1914 menjadi tonggak penting bagi
urbanisasi. Dengan tata kota yang rapi, bangunan kolonial, dan iklim sejuk, Malang menjadi kawasan hunian favorit pejabat Belanda, sehingga memengaruhi pola persebaran penduduk dan pembangunan infrastruktur.
Setelah kemerdekaan, Kabupaten Malang tetap mempertahankan fokus pada sektor agraris dan pariwisata. Wilayah seperti Batu, yang dulu bagian dari Kabupaten Malang, kemudian berkembang menjadi kawasan wisata unggulan dengan potensi ekonomi yang signifikan. Kota Malang di sisi lain menjadi kota madya yang mandiri secara administratif, dengan fokus pada sektor pendidikan, budaya, dan perdagangan. Perkembangan ini
mendorong tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru yang berkontribusi pada modernisasi wilayah. Penyebaran penduduk di Kabupaten Malang didominasi oleh kawasan pedesaan yang berkembang menjadi sentra agraris dan pariwisata. Sementara itu, di Kota Malang, populasi terkonsentrasi pada kawasan urban dengan fokus pada layanan publik, pendidikan, dan industri kecil. Kota Malang juga menjadi tujuan utama migrasi pelajar dan pekerja, mendukung pertumbuhan ekonomi yang pesat. Keduanya berkontribusi pada pembentukan dinamika sosial dan budaya yang khas.
Hingga kini, Kabupaten dan Kota Malang terus berkembang dan saling melengkapi.
Kabupaten Malang menjadi pusat pariwisata alam seperti Gunung Bromo dan pantai-pantai selatan, sementara Kota Malang menjadi pusat urban modern dengan universitas dan fasilitas kesehatan yang maju. Hubungan sinergis ini menjadikan Malang sebagai wilayah strategis yang berkontribusi besar pada ekonomi dan pariwisata Jawa Timur.
Gambar 1.3 Alun-alun Malang
BAB 2 BENTUK KOTA
2.1 Bentuk Kota
Core City: Kota terbesar dan terpenting di suatu wilayah metropolitan yang dikelilingi oleh kota-kota satelit, kota kecil, dan pinggiran kota yang lebih kecil. Biasanya
memiliki pusat aktivitas ekonomi, politik, dan budaya yang dominan serta memiliki pola pertumbuhan yang menyebar ke segala arah dari pusat kota.
Star City: Memiliki beberapa jalur transportasi utama yang dominan, menyebar seperti bintang dari pusat kota. Memiliki daerah hinterland (daerah di sekitar kota yang terhubung secara ekonomi dan sosial) yang luas. Tidak memiliki hambatan fisik yang signifikan di pinggiran kota yang menghambat pertumbuhan.
Satellite City: Terbentuk karena perkembangan transportasi dan komunikasi yang maju. Bentuk ini merupakan bagian dari megapolitan (wilayah perkotaan yang sangat luas dan terdiri dari beberapa kota besar dan kota kecil yang saling terhubung).
Galaxy of Settlement: Memiliki ciri struktur metropolitan multi-nukleus (memiliki banyak pusat) yang terbentuk dari beberapa star city yang saling terhubung.
Pemukiman terpusat di sekitar jalur transportasi utama dan terdapat berbagai jenis pemukiman, dari yang berukuran besar hingga kecil.
Linear City: Pertumbuhan bentuk kota ini sangat dipengaruhi oleh jalur transportasi.
Perluasan wilayah kota terbatas dan memanjang mengikuti jalur transportasi,
misalnya di sepanjang lembah pegunungan. Pertumbuhan cenderung memanjang dan sempit.
Polycentric Net: Kota ini awalnya berbentuk kompak dalam skala kecil. Berkembang dengan perluasan area kota yang tidak langsung menyatu dengan kota induk,
melainkan membentuk enklave (wilayah yang terpisah secara geografis tetapi
terintegrasi secara ekonomi dan sosial) di daerah pertanian di sekitarnya. Enklave ini berkembang menjadi permukiman yang berubah sifat dari pedesaan menjadi
perkotaan. Akhirnya, enklave-enklave ini menyatu dan membentuk kota yang lebih besar.
Kabupaten dan Kota Malang memiliki bentuk wilayah yang khas berdasarkan fungsinya.
Kabupaten Malang mencerminkan pola polycentric net, karena memiliki beberapa pusat kegiatan yang tersebar, seperti Kepanjen (pusat pemerintahan), Batu (wisata), dan Singosari (industri). Sebaran pusat-pusat ini memungkinkan kabupaten berkembang secara
terdesentralisasi. Sementara itu, Kota Malang lebih menyerupai core city karena berfungsi sebagai pusat utama pendidikan, perdagangan, dan layanan bagi kawasan sekitarnya, termasuk Kabupaten Malang.
Sebagai core city, Kota Malang memiliki konsentrasi aktivitas ekonomi, pendidikan, dan budaya di dalam kawasan urban. Hal ini terlihat dari keberadaan universitas besar seperti Universitas Brawijaya dan pusat perbelanjaan yang menjadi magnet bagi penduduk dari kawasan sekitarnya. Letaknya yang strategis juga menjadikan Kota Malang sebagai
penghubung bagi kawasan-kawasan di Kabupaten Malang, terutama melalui jalur transportasi yang terpusat di kota. Kabupaten Malang yang menyerupai polycentric net menciptakan
keseimbangan perkembangan wilayah. Pusat-pusat seperti Batu mendukung pariwisata, sementara Singosari menjadi kawasan industri, dan Kepanjen sebagai pusat administrasi. Pola ini membantu kabupaten mendistribusikan kegiatan ekonomi dan sosial ke berbagai wilayah, mengurangi ketergantungan pada satu pusat utama. Sistem ini juga memanfaatkan kekayaan sumber daya alam di berbagai lokasi untuk mendukung pembangunan.
Interaksi antara Kabupaten dan Kota Malang mencerminkan hubungan yang saling melengkapi. Kota Malang berfungsi sebagai penggerak utama aktivitas urban, sementara Kabupaten Malang menyediakan ruang agraris dan wisata alam yang mendukung aktivitas penduduk kota. Hubungan ini menciptakan ekosistem regional yang dinamis, dengan arus barang, jasa, dan manusia yang intensif antara kedua wilayah. Gabungan pola core city di Kota Malang dan polycentric net di Kabupaten Malang menjadikan wilayah Malang secara keseluruhan memiliki karakteristik unik. Kombinasi ini mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan, di mana kota berperan sebagai pusat penggerak, sementara kabupaten menyediakan dukungan agraris, wisata, dan ruang untuk ekspansi. Pola ini menciptakan kawasan yang harmonis antara aktivitas urban dan pedesaan.
Gambar 2.1 Peta Guna Lahan Malang
BAB 3
URBAN TRANSECT
3.1 Urban Transect
Urban Transect di klasifikasikan dalam 6 zona yaitu seperti gambar dibawah ini.
Gambar 3.1 Urban Transect
Natural Zone (T1)
Natural zone atau zona alami merupakan area yang di dominasi oleh lahan hijau. Zona ini tidak cocok untuk pembangunan karena hidrologi, topografi, vegetasi, atau status khusus sebagai kawasan lindung seperti taman, suaka margasatwa, dan sebagainya (kawasan khusus dan unik).
Rural Zone (T2)
Rural zone atau zona pedesaan merupakan area yang terdiri dari lahan yang jarang dihuni dalam kondisi lahan terbuka atau lahan yang dibudidayakan. Sering dianggap sebagai lahan pertanian, lahan ini terdiri dari hutan, lahan pertanian, dan padang rumput. Bangunan yang umum terletak di zona ini adalah rumah pertanian, bangunan pertanian, dan kabin atau jenis perumahan terisolasi lainnya.
Sub-Urban Zone (T3)
Sub-Urban zone atau zona sub-perkotaan merupakan area yang terdiri dari
permukiman dengan kepadatan rendah. Terdapat blok-blok permukiman besar dan jalan yang tidak teratur untuk mengakomodasi fitur alami.
General Urban Zone (T4)
General urban zone atau zona perkotaan umum terdiri dari berbagai penggunaan lahan tetapi utamanya merupakan jaringan perkotaan perumahan. Berbagai jenis perumahan yang menyatu dan terpisah ditemukan di zona ini. Kemunduran dan penataan lanskap
bervariasi. Jalan dengan trotoar dan pembatas jalan mendefinisikan blok berukuran kecil hingga sedang dan konektivitas jalannya tinggi.
Urban Center Zone (T5)
Urban center zone atau zona pusat kota merupakan area yang terdiri dari penggunaan lahan campuran dengan kepadatan lebih tinggi yang di dalamnya terdapat kantor ritel, rumah petak, dan apartemen. Pada zona ini terdapat jaringan jalan yang rapat yang membentuk blok-blok kecil dengan konektivitas yang tinggi.
Urban Core Zone (T6)
Urban core zone atau zona inti perkotaan merupakan area yang terdiri dari
permukiman dengan kepadatan yang tinggi dan bangunan dengan ketinggian tertinggi dengan intensitas dan keragaman penggunaan lahan tertinggi. Bangunan-bangunan terletak di trotoar yang lebar dan memiliki konektivitas jalan yang baik.
Malang dengan bentuk wilayahnya, menunjukkan pola perkembangan berdasarkan urban transect yang membagi kota menjadi beberapa zona seperti ilustrasi dibawah ini:
Gambar 3.2 Ilustrasi Transek Malang
Gambar 3.3 Transek Horizontal Malang
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa Kabupaten Malang memiliki 5 klasifikasi zona mulai dari zona T1-T5 yang di dominasi oleh zona T1, sedangkan Kota Malang memiliki 3 klasifikasi zona yaitu zona T3-T5. Penjelasan lebih lanjut yaitu sebagai berikut:
Zon a
Urban Transect Vertikal Keterangan
T1 Salah satu Kawasan T1 pada
Kabupaten Malang adalah Kawasan Gunung Kawi yang berada diperbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar. Kawasan ini termasuk zona T1 karena Kawasan ini merupakan hutan dan kaki Gunung Kawi yang mana di dominasi oleh lahan hijau.
T2 Salah satu contoh dari zona T2 yaitu berada pada Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Pada gambar disamping, daerah ini berada di Jl. Raya Panggung Rejo. Daerah ini termasuk zona T2 dikarenakan daerah ini di dominasi oleh lahan pertanian. Pada zona ini terdapat permukiman warga yang bekerja di pertanian atau ladang disekitarnya
T3 Contoh zona T3 yaitu berada pada
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Daerah ini termasuk zona T3 karena sudah mulai terdapat
permukiman warga dengan kepadatan yang rendah, tetapi masih terdapat beberapa lahan pertanian oleh karena itu daerah ini disebut dengan zona transisi.
T4 Zona T4 terdapat pada Kota Malang,
tepatnya pada Kecamatan Blimbing.
Kondisi pada zona ini mulai dipadati oleh permukiman warga karena fokus utama zona ini merupakan
permukiman. Permukiman pada zona ini bervariasi seperti perumahan, penginapan, serta terdapat juga kost- kostan karena dekat dengan Universitas Brawijaya.
T5 Zona T5 terdapat pada Kecamatan Klojen, Kota Malang. Zona ini merupakan pusat kota dengan kepadatan lebih tinggi yang di
dalamnya terdapat perkantoran, rumah petak, dan lain-lain.
Tabel 3.1 Transect Vertikal Malang
BAB 4 KESIMPULAN
Kota Malang, sebagai core city, memiliki konsentrasi aktivitas ekonomi, pendidikan, dan budaya yang tinggi. Sementara Kabupaten Malang menunjukkan pola polycentric net dengan beberapa pusat kegiatan yang tersebar. Keduanya saling melengkapi dan membentuk dinamika wilayah yang khas.
Pertumbuhan Kota Malang dipengaruhi oleh faktor sejarah, lokasi strategis, dan perkembangan infrastruktur, membentuk pola pertumbuhan yang menyebar dari pusat kota.
Kabupaten Malang, dengan pusat-pusat kegiatan yang tersebar di berbagai wilayah, menunjukkan pola perkembangan yang lebih terdesentralisasi, mencerminkan keseimbangan antara perkembangan urban dan pedesaan.
Analisis urban transect menunjukkan klasifikasi zona yang berbeda antara Kota dan Kabupaten Malang. Kota Malang didominasi zona urban yang padat, sementara Kabupaten Malang memiliki zona alami dan pedesaan yang luas. Studi ini menunjukkan pentingnya memahami interaksi antara kota dan kabupaten dalam membentuk dinamika wilayah yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Afi, M. W., Pratama, R. I. B., Sarita, V. R., & Ekaloka, Y. J. (n.d.). KONDISI SOSIAL BURUH PERKEBUNAN TEBU DI DESA BANTUR, KABUPATEN MALANG, 1906-2015. MALANG RAYA DALAM KAJIAN SEJARAH TEMATIS, 109.
Atmaji, L. T., & others. (2018). Strategi City Branding Shining Batu Sebagai Identitas Pariwisata Kota Batu. PPS ISI Yogyakarta.
Handinoto. Perkembangan Kota malang Pada Jaman kolonial. (n.d.).
Izzalqurny, T. R., Ferdiansyah, R. A., Nugroho, T. R., & Pahrany, A. D. (2024). Sejarah dan Warisan Budaya Singosari.
Mulyadi, L., Hutabarat, J., & Harisman, A. (2015). Relief dan Arca Candi Singosari - Jawi.
http://eprints.itn.ac.id/3433/2/3.-Buku-Referensi-Sing.-Jawi.pdf
Suwardono, Rosmiayah, S., & Maskur. (1996). Monografi Sejarah Kota Malang. Sigma Media.
http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/81-005/KOTA MALANG.pdf