Berkat segala anugerah dan kesempatan yang diberikan, penulis akhirnya berhasil menyelesaikan buku berjudul “Rancangan Peraturan Desa untuk Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)”. Peran pemerintah desa dalam pengelolaan BUMDes sangat penting untuk mendukung terselenggaranya BUMDes sehingga tercipta kemajuan perekonomian desa yang bermanfaat bagi masyarakat. Adanya peraturan desa sebagai sarana penyelenggaraan pemerintahan desa, sebagai instrumen penyelenggaraan kekuasaan di desa, berimplikasi pada demokratisasi di desa.
Latar Belakang
Pancasila kemudian dijelaskan dalam bentuk Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD 1945). Supremasi hukum juga akan menjamin ketertiban hukum dalam masyarakat, artinya dengan adanya perlindungan hukum, antara hukum dan kekuasaan terdapat hubungan timbal balik.3. Hadjon merumuskan unsur-unsur atau unsur-unsur negara hukum Pancasila berdasarkan falsafah Pancasila sebagai berikut.
Di Indonesia sendiri, konsep negara hukum tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut Aristoteles, konsep negara hukum merupakan gagasan yang dihadapkan pada konsep the Rule of Man. Maka perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang ditegakkan menurut UUD, yang diimbangi dengan penegasan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat.
Perkembangan pemerintahan desa di Indonesia
Hal ini terlihat pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Undang-undang ini tidak sesuai dengan isi dan semangat Pasal 18 Penjelasan II UUD 1945, karena dalam undang-undang nomor 19 tahun. Undang-undang ini mengatur desa dari segi pemerintahan, berbeda dengan pemerintahan marga, kecuali pengaturan adat istiadat.
Penyelenggara Pemerintahan Desa adalah Pemerintahan Desa yang terdiri atas Kepala Desa dan Lembaga Permusyawaratan Desa. Masa Reformasi Pemerintahan Kota (1999-sekarang) Berdasarkan pertimbangan bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tidak sesuai dengan semangat UUD 1945, dan perlunya mengakui dan menghormati hak asal usul yang istimewa, oleh karena itu harus diganti/ditarik kembali . Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam Sistem Pemerintahan Nasional dan berkedudukan dalam wilayah Kabupaten. .
Meskipun peraturan mengenai pemerintahan desa telah dilebur ke dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, muncullah bentuk baru kehidupan politik di desa yaitu lahirnya Badan Permusyawaratan Desa yang berfungsi melindungi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat juga. Dalam Pasal 94 UU No. 22 Tahun 1999 disebutkan bahwa di desa dibentuk Pemerintahan Desa dan Badan Perwakilan Desa yaitu Pemerintahan Desa. Bentuk pemerintahan desa menurut undang-undang nomor 22 tahun 1999 adalah desa/marga dapat dibentuk, dihapuskan, dan/atau digabungkan dengan memperhatikan asal usulnya atas prakarsa masyarakat dengan persetujuan Pemerintah Kabupaten dan Perwakilan Daerah setempat. Dewan.
Yang menarik dari UU 22 Tahun 1999 adalah bahwa pemerintah kabupaten dan/atau pihak ketiga yang berencana mengembangkan kawasan desa untuk perumahan, industri dan jasa wajib melibatkan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya. Desentralisasi fiskal yang dianut dalam UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, memang memandang desa dengan sebelah mata dan memberikan kewenangan yang luar biasa kepada kabupaten. Lahirnya undang-undang no. 32 Tahun 2004 merupakan koreksi menyeluruh atas kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam UU No. 22 Tahun 1999.
Hal ini kemudian disusul dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah menetapkan Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 yang disusun dengan semangat melaksanakan amanat konstitusi, yaitu pengaturan masyarakat hukum adat sesuai dengan ketentuan Pasal 18B ayat. 2 yang harus diatur dalam suatu struktur pemerintahan sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat 7.
Produk Hukum Di Desa
Kecamatan hanya merupakan wilayah kerja camat di bawah bupati, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Sedangkan desa mempunyai batas wilayah yang mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.15 Kepala desa bertanggung jawab kepada bupati/walikota, sehingga kabupaten tidak menguasai desa. Peraturan desa ini memuat materi tentang pelaksanaan kewenangan desa dan pengolahan lebih lanjut terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan bersama kepala desa, yaitu peraturan yang diambil oleh dua kepala desa atau lebih dan bersifat peraturan. Peraturan Kepala Desa ini memuat materi tentang pelaksanaan peraturan desa, pengaturan bersama dengan kepala desa dan tindak lanjut peraturan hukum yang lebih tinggi.
PERATURAN DESA
Fungsi Pemerintahan Desa
Penyusunan Peraturan Desa
Dan pada Bagian Kedua Penyusunan Ayat 1 Penyusunan peraturan desa oleh kepala desa. Bagian 6. 1) Penyusunan rancangan peraturan desa diprakarsai oleh pemerintah desa. Hal ini dimaksudkan agar hasil akhir peraturan kota yang disusun dapat memenuhi aspek keteguhan hukum dan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembuatannya. Oleh karena itu, proses penyusunan peraturan desa harus memperhatikan aspirasi dengan melibatkan masyarakat desa setempat.
Untuk mengatur urusan masyarakat setempat, kota dapat membuat peraturan kota sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ketika menyusun peraturan kota, rancangan peraturan kota dapat diprakarsai oleh pemerintah kota dan dapat berasal dari usulan inisiatif BPD. Untuk rancangan peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa, retribusi, dan penataan ruang yang telah disetujui bersama dengan BPD, sebelum ditetapkan oleh kepala desa, harus disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota untuk dievaluasi. .
Hasil evaluasi disampaikan oleh bupati/walikota kepada kepala desa paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah rancangan peraturan desa diterima. Apabila bupati/walikota belum menyampaikan hasil evaluasi rancangan anggaran pendapatan dan belanja desa, kepala desa dapat menetapkan rancangan peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa untuk menjadi peraturan desa. Evaluasi terhadap rancangan peraturan desa mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat dilimpahkan kepada Bupati.
Rancangan peraturan desa yang telah disetujui bersama oleh kepala desa dan BPD diserahkan oleh pengurus BPD kepada pengelola. Penyampaian rancangan peraturan desa dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal persetujuan bersama dengan tujuan peraturan desa ditetapkan berdasarkan pertimbangan. Peraturan desa disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota melalui bupati sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 15 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
Peraturan desa dan peraturan pelaksanaannya wajib disampaikan kepada masyarakat oleh pemerintah desa sesuai dengan ayat 1 Pasal 109 Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi No. 2 Tahun 2008 tentang pemerintahan daerah yang mempunyai peraturan desa.
BADAN USAHA MILIK DESA
Sebagai salah satu lembaga perekonomian yang beroperasi di pedesaan, BUMD harus berbeda dengan lembaga perekonomian.
Tujuan BUMDes
22 Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Peraturan Menteri Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) harus dibarengi dengan upaya penguatan kapasitas dan dukungan kebijakan pemerintah. Mengingat badan usaha ini merupakan lembaga perekonomian baru yang bergerak di pedesaan dan masih memerlukan landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang, maka pemerintah sedang membangun landasan bagi pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).
Keterlibatan pemerintah desa sebagai penanam modal terbesar pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) atau sebagai salah satu pendiri bersama masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk perlindungan terhadap intervensi yang merugikan dari pihak ketiga (baik di dalam maupun di luar desa) . Begitu pula dengan pemerintah desa yang berperan dalam pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang berbadan hukum. Pembentukan, pengurusan, pengurusan, dan pembubaran badan usaha milik desa, Pasal 8, yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan kesepakatan yang terjalin dalam masyarakat desa.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Perkotaan, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengurusan serta Pembubaran Badan Usaha Milik Daerah. Pelaksana Operasional Pelaksana Operasional mempunyai tugas menatausahakan dan mengurus BUM Kota sesuai dengan Anggaran Dasar dan. Pengelolaannya sesuai dengan kemampuan dunia usaha khususnya dalam pengelolaan pencatatan usaha serta fungsi administrasi dan operasional dunia usaha.
Eksekutif Operasional dapat dibantu oleh pegawai sesuai kebutuhan dan harus disertai dengan uraian tugas mengenai tanggung jawab, pembagian peran dan aspek pembagian kerja lainnya. Masa jabatannya telah berakhir sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa; Pengawas wajib menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kemajuan BUM Desa paling singkat 1 (satu) tahun.
Tahapan pendirian BUM Desa
Penyusunan rancangan peraturan bagi desa tentang pendirian badan usaha milik desa yang mengacu pada Undang-Undang tentang Desa, Peraturan Pelaksana dan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan kepada masyarakat miskin melalui kegiatan hibah, bantuan sosial, dan dana kerja yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Peran pemerintah desa dalam pengelolaan BUMD adalah menciptakan dan ikut serta dalam pengendalian program kerja yang diselenggarakan oleh BUMD.
Perangkat desa melaksanakan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab untuk mengurus dan melaksanakan keinginan masyarakat khususnya dalam pengembangan BUMDes. BUMDesa penting untuk menunjang penyelenggaraan BUMDesa itu sendiri guna menciptakan kemajuan perekonomian desa demi kesejahteraan masyarakat. Amelia Sri Kesuma Dewi, “Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (Pades) dan Menumbuhkan Perekonomian Desa”.
NAZARUDDIN LATHIF, SH., MH merupakan dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor dengan gelar Sarjana Hukum tahun 2009, dan penulis menyandang gelar Magister Hukum dari Universitas Tarumanagara dengan tahun kelulusan 2011. Tenaga Ahli di bidang Hukum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan penulis juga merupakan rekan ahli dari Fraksi Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor. Saat ini penulis selain mengabdikan dirinya sebagai dosen di almamaternya, juga merupakan seorang praktisi hukum (Advokat) dan sebagai tenaga ahli di DPRD Kabupaten Bogor serta telah melakukan beberapa kajian hukum di berbagai instansi Kabupaten Bogor.
Penulis adalah dosen Program Studi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Pakuan yang menawarkan mata kuliah Sosiologi, Hukum Pidana Militer dan Kejahatan Luar Negeri.