Kedua, Kepala Desa Agom yang juga tergabung dalam tim gugus tugas pelepasan hak atas tanah desa untuk pembangunan tol Trans Sumatera. Tujuannya tentu saja untuk mengetahui mekanisme pelepasan hak atas tanah dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Agenda yang dilaksanakan saat itu adalah membentuk tim satuan tugas (satgas) untuk mempersiapkan pelepasan hak atas tanah.
Tim penyiapan pelepasan hak atas tanah melakukan sosialisasi kepada warga Agom Landsbyhus pada bulan April 2015. Saat melakukan sosialisasi, tim persiapan pelepasan hak atas tanah membagikan formulir pendaftaran pemilik tanah kepada warga yang terkena dampak pengadaan tanah per pembangunan jalan tol. Dalam sosialisasi tersebut, tim persiapan pelepasan hak atas tanah tidak memberikan kesempatan tanya jawab kepada warga.
Tim persiapan pelepasan hak atas tanah menjawab seluruh pertanyaan dan menerima masukan terbuka dari warga. Mekanisme pelaksanaan pelepasan hak atas tanah di Desa Agom sendiri dipimpin oleh Kepala Kantor Wilayah BPN Lampung Selatan. Warga diberikan waktu 2 (dua) minggu untuk mengumpulkan dokumen-dokumen tersebut oleh tim pelaksana pelepasan hak atas tanah.
Pertemuan ini merupakan pertemuan ketiga antara tim pelepasan hak atas tanah dengan warga terdampak pengadaan tanah. M dan tim pelaksana pelepasan hak atas tanah berbicara mendalam mengenai ketidakpuasan terhadap besaran ganti rugi. Usai pencairan dana ganti rugi pembebasan lahan pembangunan Tol Trans Sumatera, tim pelaksana pelepasan hak atas tanah membayarkannya kepada warga yang berhak melalui Bank Mandiri.
Tahap peralihan hasil merupakan tahap akhir yang dilakukan oleh tim pelaksana pelepasan hak atas tanah. Dimana tim pelepasan hak atas tanah menyampaikan hasil pengadaan tanah tersebut kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kerugian ekonomi lainnya yang dialami warga selama mekanisme penyerahan hak atas tanah juga akan mendapat ganti rugi.
Kebijakan yang sangat bijaksana ini membuat warga sangat proaktif dalam mekanisme pelepasan hak atas tanah. Pelayanan publik yang diberikan tim pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Tol Trans Sumatera sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan tata cara mekanisme pelepasan hak atas tanah yang jelas dan tidak berbelit-belit.
Ada tiga layanan terbaik yang diciptakan oleh tim pelepasan hak atas tanah yaitu sebagai berikut :.
Transparasi mekanisme pemberian ganti rugi
Komunikasi
Didukung dengan kebijakan pembebasan lahan saat ini yang sangat memberikan manfaat bagi warga yang terkena dampak pembangunan. Warga juga merasa dianggap penting oleh tim pelepasan hak atas tanah, juga merasa nyaman dalam menerapkan mekanisme tersebut. Terakhir, kualitas pelayanan publik yang baik merupakan faktor eksternal dalam diri warga yang mendorong sikap proaktif.
Peran Kepala Desa
Seperti pada mekanisme pelepasan hak atas tanah pembangunan Tol Trans Sumatera di Desa Agom juga ditemukan kepatuhan warga karena enggan mengajukan gugatan ke pengadilan negeri. Mekanisme tahapan konsultasi publik dan perundingan adalah besaran dan bentuk ganti rugi, apabila ada warga yang tidak setuju atau tidak menandatangani berita acara, maka tim pelepasan hak atas tanah akan memberikan waktu kepada warga untuk mempertimbangkan kembali keputusannya. Setelah warga diberi waktu untuk merenung, dan keputusannya tidak berubah, serta berkeberatan dengan penetapan besaran ganti rugi, maka warga dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri.
Kejadian ini terungkap di Desa Agom, M, yang awalnya tidak setuju dengan keputusan tim penilai mengenai besaran ganti rugi yang diterimanya. Berdasarkan uraian di atas, mekanisme pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera memerlukan kerjasama dan komitmen yang baik dari seluruh pihak yang terlibat. Instansi yang membutuhkan tanah telah merencanakan dan mempertimbangkan kemudahan proses pelepasan hak atas tanah, didukung oleh pemerintah daerah dan lembaga pertanahan, serta kesediaan warga untuk melepaskan kepemilikan tanahnya.
Mekanisme pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera khususnya di Desa Agom, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan telah berjalan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pasal 1 sampai dengan Pasal 50 dan sesuai dengan tahapannya yaitu tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan penyampaian dengan menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan, keadilan, keterbukaan, partisipasi dan kesejahteraan. Secara umum mekanisme pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Tol Trans Sumatera khususnya di Desa Agom Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan berjalan sesuai harapan warga yang terkena pembebasan lahan, namun masih terdapat kendala yang timbul. dalam implementasinya. Kendala yang ditemui dalam mekanisme pelepasan hak atas tanah adalah: 1) Proses pendataan kepemilikan tanah warga;
Tidak ditemukan konflik dalam proses pelepasan hak atas tanah pada pembangunan Tol Trans Sumatera, khususnya di Desa Agom, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Sikap proaktif masyarakat Desa Agom dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain 1) kebijakan kompensasi yang baik. Warga tidak hanya mendapat kompensasi atas tanah yang mereka miliki, namun juga atas penanaman, pembangunan, dan nilai ekonomi lainnya;
Transparansi mekanisme pelepasan hak atas tanah dan sistem komunikasi dua arah telah dilakukan oleh tim pelepasan hak atas tanah; dan 4) peran Kepala Desa Agom. Desa Agom mampu mengubah keputusan salah satu warga yang awalnya tidak setuju dengan besaran ganti rugi yang diterima. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015 merupakan perubahan ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Kajian Konflik Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalur Evakuasi Tsunami Alai-By Pass di Kota Padang.