• Tidak ada hasil yang ditemukan

UTS ETPROF RANANDA KHOLIS 4122217011 KELAS C (AutoRecovered)

Rananda Kholis

Academic year: 2023

Membagikan "UTS ETPROF RANANDA KHOLIS 4122217011 KELAS C (AutoRecovered)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIOLOGI DAN FILSAFAT ARSITEKTUR TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

“ANALISIS TEORI PROKSEMIK PADA TANATAP ARTISAN COFFEE JAKARTA SELATAN”

DISUSUN OLEH:

Rananda Kholis Nur Haqi (4122217011)

DOSEN PENGAMPU:

Cynthia Puspitasari, S.T, M.T.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PANCASILA 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat,karunia, dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang berjudul “EVALUASI PASCA GUNA STASIUN MANGGARAI DI JAKARTA SELATAN”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Etika dan Profesi.

Dalam kesempatan ini Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan,untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait. Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan dalam penyusunan makalah ini kedepannya, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya, khususnya bagi mahasiswa Arsitektur Universitas Pancasila.

Penulis

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jakarta sebagai suatu wilayah perkotaan yang telah memiliki jumlah penduduk lebih dari satu juta jiwa sudah seharusnya memiliki sistem transportasi publik yang efisien. Hal ini mencakup sistem transportasi publik yang mampu terintegrasi bukan hanya secara operasional tetapi juga terintegrasi dengan berbagai sektor baik ekonomi, sosial, maupun lingkungan untuk menghindari kemacetan dari penggunaan kendaraan pribadi. Keberadaan sistem transportasi publik ini harus ditunjang memalui fasilitas umum yang tetap memenuhi aksesibilitas bagi penggunanya. Salah satu cara yang ditempuh dalam mengurangi pertambahan kendaraan bermotor di Jakarta yaitu dengan adanya kereta api berbasis transit sebagai salah satu cara mengatasi kemacetan lalu lintas.

Aksesibilitas sendiri merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. Kemudahan akses seharusnya diterapkan terutama pada sarana – sarana umum yang memadai dan berkesinambungan sehingga tercapai kemandirian dan kesejahteraan. Diambil dari banyaknya stasiun KRL yang ada di daerah Jabodetabek, stasiun transit menjadi lebih penting untuk diperhatikan karena setiap harinya banyak pengguna yang akan berpindah kereta dan berhenti di stasiun transit.

Hal inipun membuat stasiun menjadi lebih padat. Kepadatan ini membutuhkan perhatian lebih agar mampu memenuhi kebutuhan pengguna selama berada di stasiun transit.

Saat ini Stasiun Manggarai menjadi stasiun hubungan untuk tujuh persimpangan jalur kereta api yang terdiri dari jalur kereta api yang mengarah ke Jatinegara, arah ke Jakarta Kota, arah ke Tanah Abang, arah ke Bogor, arah ke depo KRL Bukit Duri, arah ke Pusat Gudang Persediaan, serta mengarah ke Balai Yasa Manggarai. Sehingga saat ini Stasiun Manggarai terpilih menjadi stasiun sentral karena posisinya yang sangat strategis dan perannya yang sangat vital dalam menunjang layanan kereta api di Indonesia. Dengan tingginya lalu lintas kereta di Stasiun Mnggarai ini maka diperlukan pemenuhan standar

(4)

Aksesibilitas yang baik pada fasilitas fasilitas yang ada disana. Mobilitas yang tinggi tentu membutuhkan sarana dan prasarana yang baik.

1.2. Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengevaluasi serta membandingkan kembali kegunaan pada Stasiun Manggarai dengan beberapa tahun sebelumnya, apa saja improvisasi yang telah dibangun pada Stasiun Manggarai dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, serta bagaimana solusi untuk menanggapai masalah di Stasiun Manggarai agar tidak terjadi kembali masalah yang berulang.

1.3. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Stasiun Manggarai yaitu Stasiun yang terletak di Jl Manggarai Utara No. 1 Kel. Manggarai Kec. Tebet Jakarta Selatan. Metode Penelitian yang digunakan terdapat studi literatur dari preseden yang dibahas, observasi di area site preseden, dokumentasi mengenai situasi pengguna fasilitas di site, penggambaran ulang serta wawancara dengan narasumber, lalu setelah itu kami memulai analisis dan menarik kesimpulan dari Stasiun Manggarai.

(5)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Studi Literatur 2.1.1. Stasiun Manggarai

Stasiun Manggarai adalah stasiun kereta api kelas besar Tipe A yang terletak di kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Dengan ketinggian 13+ meter, stasiun ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api terbesar di DKI Jakarta dengan luas sekitar +2,47 ha. Stasiun ini melayani KA Commuter tujuan Bogor, Depok, Jatinegara, Jakarta Kota, dan Cikarang serta KA Bandara tujuan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Stasiun Manggarai terletak pada persimpangan tujuh ke Jatinegara, Jakarta Kota, Tanah Abang, Bogor, Depok, KRL Bukit Duri, Pengawas Urusan Kereta, dan Bala Yasa Manggarai. Pembangunan Stasiun Manggarai sendiri dimulai pada tahun 1914 yang dipimpin oleh seorang arsitek Belanda Bernama Ir..J.Van.Gendt. Saat ini Stasiun Manggarai menjadi stasiun dengan lalu lintas kereta api tersibuk di Indonesia

Gambar 2- 1. Stasiun Manggarai (Sumber: )

Gambar 2- 2. Denah dan Potongan Stasiun Manggarai (Sumber :)

(6)

2.1.2. Landasan Hukum

1) Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian a. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana,

dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api.

b. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.

c. Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.

d. Fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan bagi pengguna jasa kereta api.

e. Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.

f. Prasarana perkeretaapian umum dan perkeretaapian khusus meliputi : 1) jalur kereta api;

2) stasiun kereta api; dan 3) fasilitas operasi kereta api.

g. Stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani :

1) naik turun penumpang;

2) bongkar muat barang; dan/atau 3) keperluan operasi kereta api.

h. Stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang paling rendah dilengkapi dengan fasilitas:

1) keselamatan;

2) keamanan;

3) kenyamanan;

(7)

4) naik turun penumpang;

5) penyandang cacat;

6) kesehatan; dan 7) fasilitas umum

i. Stasiun kereta api untuk keperluan pengoperasian kereta api harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan kepentingan pengoperasian kereta api.

j. Di stasiun kereta api dapat dilakukan kegiatan usaha penunjang angkutan kereta api dengan syarat tidak mengganggu fungsi stasiun.

k. Stasiun kereta api dikelompokkan dalam:

1) kelas besar;

2) kelas sedang; dan 3) kelas kecil.

l. Pengelompokan kelas stasiun kereta api berdasarkan kriteria:

1) fasilitas operasi;

2) frekuensi lalu lintas;

3) jumlah penumpang;

4) jumlah barang;

5) jumlah jalur; dan 6) fasilitas penunjang.

m. Stasiun kereta api dapat menyediakan jasa pelayanan khusus.

n. Jasa pelayanan khusus dapat berupa:

1) Ruang tunggu penumpang;

2) Bongkar muat barang;

3) Pergudangan;

4) Parkir kendaraan; dan/atau 5) Penitipan barang.

o. Pengguna jasa pelayanan khusus dikenai tarif jasa pelayanan tambahan.

2) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian

a. Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.

b. Prasarana perkeretaapian meliputi:

1) jalur kereta api;

(8)

2) stasiun kereta api; dan

3) fasilitas pengoperasian kereta api.

c. Stasiun kereta api meliputi:

1) jenis stasiun kereta api;

2) kelas stasiun kereta api; dan 3) kegiatan di stasiun kereta api.

d. Stasiun penumpang terdiri atas:

1) emplasemen stasiun; dan 2) bangunan stasiun.

e. Emplasemen stasiun penumpang paling sedikit meliputi:

1) jalan rel;

2) fasilitas pengoperasian kereta api; dan 3) drainase.

f. Bangunan stasiun penumpang paling sedikit meliputi:

1) gedung;

2) instalasi pendukung; dan 3) peron.

3) Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api

a. Stasiun penumpang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang.

b. Bangunan stasiun terdiri atas:

1) gedung;

2) instalasi pendukung; dan 3) peron.

c. Gedung pada bangunan stasiun menurut kegiatannya terdiri atas:

1) gedung untuk kegiatan pokok;

2) gedung untuk kegiatan penunjang; dan

3) gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus.

d. Gedung untuk kegiatan pokok merupakan tempat yang digunakan untuk:

1) pengaturan perjalanan kereta api;

2) pelayanan kepada pengguna jasa kereta api;

3) keamanan dan ketertiban; dan

(9)

4) kebersihan Iingkungan.

e. Gedung untuk kegiatan penunjang merupakan tempat kegiatan untuk mendukung penyelenggaraan perkeretaapian.

f. Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus merupakan tempat kegiatan yang menyediakan jasa pelayanan khusus.

g. Peron pada bangunan stasiun terdiri atas:

1) peron tinggi;

2) peron sedang; dan 3) peron rendah

h. Bangunan stasiun kereta api yang ada pada saat ini tetap dapat dioperasikan dan menyesuaikan berdasarkan ketersediaan lahan atau peningkatan jumlah pengguna jasa stasiun kereta api dan terhadap pembangunan stasiun baru wajib menyesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini.

4) Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 2019 Tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang Dengan Kereta Api

a. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

b. Standar pelayanan minimum yang selanjutnya disingkat SPM adalah ukuran minimum pelayanan yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa, yang harus dilengkapi dengan tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyedia layanan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.

c. SPM Angkutan Orang Dengan Kereta Api adalah SPM yang diperuntukkan bagi pelayanan penumpang Kereta Api.

d. Pelayanan penumpang Kereta Api harus memenuhi SPM.

e. SPM merupakan acuan bagi Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dan/atau Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa.

f. SPM Pelayanan penumpang Kereta Api terdiri atas:

(10)

1) SPM di stasiun Kereta Api; dan 2) SPM dalam perjalanan.

g. SPM di stasiun Kereta Api disusun berdasarkan pada:

1) kelas stasiun untuk pelayanan Kereta Api antarkota, Kereta Api jarak dekat, dan Kereta Rel Diesel; dan

2) jumlah rata-rata penumpang yang dilayani setiap hari untuk pelayanan Kereta Rel Listrik, LRT, M RT, dan Kereta Api Bandara.

h. SPM di stasiun Kereta Api paling sedikit mencakup:

1) keselamatan;

2) keamanan;

3) kehandalan;

4) kenyamanan;

5) kemudahan; dan 6) kesetaraan.

i. SPM di stasiun Kereta Api tercantum dalam Lampiran angka I dan angka II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

2.2. Dokumentasi

Berdasarkan dari data yang di ambil Stasiun Manggarai kini beroperasi cukup optimal dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah peron di stasiun Manggarai mulai bertambah dan kini Stasiun Manggarai memiliki Kereta Api yang juga beroperasi menggunakan jembatan layang. Stasiun Manggarai mulai menyediakan escalator dan lift kepada para pengguna fasilitas yang menyandang disabilitas. Dari data terbaru kini stasiun Manggarai sedang dalam konstruksi untuk menambahkan peron sehingga para penumpang tidak lagi harus menunggu di tempat yang sama untuk menunggu kereta api berikutnya. Kami melalukan beberapa observasi dan dokumentasi area sekitar. Dibawah ini merupakan hasil foto aktivitas dan wawancara dari pengguna fasilitas Stasiun Manggarai.

(11)

Gambar 2- 3. Penumpang menunggu kereta di Peron Stasiun

BAB 3 KESIMPULAN

3.1. Analisis Kelengkapan FAsilitas Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum

Bangunan stasiun harus memiliki kesesuaian dengan standar yag sudah ada.

Pengamatannya harus mengacu kepada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 2019, maka kita dapat menentukan minimal standar pelayanan penumpang untuk setiap kelas stasiun dan menentukan apakah stasiun tersebut sudah memenuhi kelayakan atau belum.

Stasiun Manggarai merupakan stasiun dengan tipe stasiun kelas besar. Berikut merupakan hasil analisis stasiun Manggarai mengenai standar pelayanan minimum dalam tabel berikut ini:

3.1.1. Peron

Merupakan lantai stasiun yang sejajar dengan lantai kereta, berfungsi sebagai naik/turun penumpang. Pada bagian timur dan baratnya sudah sesuai. Tolak Ukur Stasiun Besar:

 Celah (gap) antara tepi peron dengan badan kereta tidak membahayakan anak dibawah umur serta penumpang yang menggunakan kursi roda

 Selisih ketinggian lantai peron stasiun 20 cm dengan lantai kereta

(12)

Lantai peron stasiun bebas dari kegiatan komersial, tidak licin dan tidak tergenang air

Gambar 3- 4. Kondisi Peron di Stasiun MAnggarai

3.1.2. Lift dan Eskalator

Stasiun manggarai juga memiliki fasilitas lift dan escalator yang terjaga kebersihannya.

Area ini memudahkan untuk para penumpang turun naik dari lantai atas ke lantai bawah maupun sebaliknya. Selain itu pada area ini juga sudah dilengkapi dengan papan petunjuk agar penumpang tidak kesulitan menemukan jalur.

Gambar 3-5. Kondisi Lift dan Eskalator di Stasiun Manggarai

3.1.3. Informasi dan fasilitas Kesehatan

Informasi ketersediaan dan fasilitas kesehatan untuk penanganan keadaan darurat.

Berikut fasilitas Kesehatan yang tersedia di stasiun manggarai:

 pos kesehatan beserta perlengkapan P3K

 minimal 3 unit kursi roda

 minimal 2 unit tandu

(13)

 minimal 3 tabung oksigen 0,5 m3 3.1.4. Fasilitas Keamanan

Dibutuhkan petugas sekaligus peralatan untuk mencegah tindak criminal. Hal ini akan berkaitan dengan Informasi yang disampaikan kepada penumpang apabila mendapat gangguan keamanan. Tersedia petugas berseragam dan mudah dilihat minimal 9 orang dan penempatan disesuaikan dengan kondisi stasiun. Tersedia stiker yang mudah terlihat dan jelas terbaca dengan penyebaran menyesuaikan luas stasiun

3.1.5. Fasilitas pelayanan

Layanan penjualan tiket tentunya hal yang paling diutamakan pada sebuah stasiun karena hal ini berkaitan dengan penjualan dan penukaran tiket kereta api. Informasi jadwal operasi dan peta jaringan KA juga tersedia di Papan jadwal operasi dan peta jaringan KA dimana papannya sangat mudah untuk dibaca. Hal ini akan memudahkan penumpang untuk mencari Informasi terkait kedatangan kereta api dan gangguan. Tersedia informasi dengan pengeras suara di peron stasiun untuk informasi kedatangan KA berikutnya serta gangguan perjalanan yang terjadi, dengan intensitas suara yang bisa didengar oleh penumpang di stasiun.

Gambar 3-6. Signage pada Stasiun Manggarai

3.2. Kondisi Fasilitas Penumpang Di Stasiun Manggarai

Mengacu dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang Dengan Kereta Api dijelaskan mengenai fasilitas penumpang yang harus dimiliki dari setiap stasiun dengan Batasan dari kelas stasiun masing- masing. Untuk mengetahui kondisi fasilitas dari stasiun Manggarai saat ini, maka dapat dikategorikan menjadi beberapa fasilitas berikut:

1. Fasilitas Kesehatan

(14)

Fasilitas Kesehatan yang tersedia di stasiun Manggarai sudah memenuhi kriteria untuk stasiun besar, seperti pos Kesehatan, tabung oksigen, tandu, kursi roda, dan obat-obatan.

2. Fasilitas Kenyamanan

Kelengkapan dari fasilitas kenyamanan stasiun Manggarai sudah cukup memadai dimana untuk kondisi eksisting dari mushola, toilet, dan tempat sampah serta untuk kondisi dari pencahayaan pada saat malam hari sudah cukup untuk kebutuhan penumpang. Di lain sisi dikarenakan saat proyek pembangunan sisi timur selesai ditambah dengan berpindahnya pelayanan KA jarak jauh dari stasiun Gambir ke sisi timur stasiun Manggarai, maka sisi timur stasiun memerlukan adanya ruang tunggu untuk pelayanan KA jarak jauh.

 Toilet Pria/Wanita/Difabel

 Mushola Pria/Wanita

 Lampu Penerangan

 Fasilitas Pengatur Sirkulasi Udara

 Kebersihan Stasiun

 Tempat Sampah

 Himbauan Larangan Merokok 3. Fasilitas Keselamatan dan Keamanan

Fasilitas keselamatan dan keamanan untuk stasiun Manggarai sudah cukup bagus dimana untuk masing-masing fasilitas telah tersedia. Petunjuk jalur evakuasi, Hydrant, Smoke Detector, Alat pemadam api ringan, dan CCTV telah tersedia di berbagai sudut stasiun 4. Fasilitas Kehandalan

Tersedianya fasilitas kehandalan untuk kemudahan penumpang sudah terpenuhi di stasiun Manggarai. Untuk penyebarannya sendiri sudah cukup merata dimana pengeras suara dan Display Text dapat ditemui di setiap sudut stasiun

5. Fasilitas Kemudahan

Untuk fasilitas kemudahan stasiun Manggarai sudah sesuai dengan peraturan yang ada.

Fasilitas yang tersedia sudah cukup tersebar di sekitar stasiun sehingga penumpang dapat menggunakan fasilitas tersebut secara maksimal.

 Denah/Layout Stasiun

 Informasi Angkutan Lanjutan

 Akses Khusus Penumpang Dengan Kebutuhan Khusus

 Penanda Penunjuk Arah

(15)

6. Fasilitas Kesetaraan

Fasilitas kesetaraan yang tersedia di stasiun Manggarai telah memenuhi standar kelayakan dimana tempat duduk prioritas, ramp untuk kebutuhan penumpang disabilitas, dan guiding block sudah terpenuhi. Sisi timur sendiri terdapat kekurangan dimana ruang untuk ibu menyusui belum ada.

 Tempat Duduk Prioritas

 Ramp Kemiringan 10°

 Hand Rail

 Guiding Block

 Lift

 Loket Penumpang Difabel

 Ruang Ibu Menyusui

(16)

BAB 4 KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

1. Jakarta sebagai wilayah perkotaan dengan jumlah penduduk yang besar membutuhkan sistem transportasi publik yang efisien dan terintegrasi untuk mengatasi kemacetan dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

2. Salah satu cara untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta adalah dengan membangun kereta api berbasis transit.

3. Aksesibilitas merupakan faktor penting dalam sistem transportasi publik, dan stasiun transit memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan pengguna transportasi.

4. Stasiun Manggarai merupakan stasiun hubungan yang strategis dan vital dalam layanan kereta api di Indonesia, dengan tujuh persimpangan jalur kereta api yang berbeda.

5. Dalam memenuhi standar aksesibilitas yang baik, diperlukan fasilitas yang memadai dan berkesinambungan di Stasiun Manggarai.

6. Penelitian dilakukan di Stasiun Manggarai dengan menggunakan metode studi literatur, observasi, dokumentasi, penggambaran ulang, dan wawancara dengan narasumber.

7. Landasan hukum yang mengatur tentang stasiun kereta api meliputi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api, dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 2019 Tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang Dengan Kereta Api.

Berdasarkan penelitian ini, dapat dievaluasi kegunaan dan improvisasi yang telah dilakukan di Stasiun Manggarai serta mencari solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi di stasiun tersebut.

(17)

BAB 5

DAFTAR PUSTAKA

[1] J. D. Interior, “Dalam Film the Scent of Green Papaya,” 2021.

[2] T. W. Handayani, A. I. Sidik, and M. Rizal, “Analisis Zona Proksemik Pada Kedai Kopi di Pangalengan,” Geoplanart, vol. 4, no. 1, p. 47, 2022, doi:

10.35138/geoplanart.v4i1.458.

[3] C. Pada, M. Penglaju, P. S. Sosiologi, and U. Indonesia, “Ahmad Ilyas,” no. 1966, pp.

48–69, 2009.

[4] N. Laloma, J. O. Waani, and S. Supardjo, “REDESAIN TEMPAT REKREASI PANTAI TAMBIO’E DI BEO (Penerapan Proksemik Dalam Arsitektur),” J. Arsit.

DASENG, vol. 6, no. 2, pp. 148–157, 2017, [Online]. Available:

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/daseng/article/view/17093%0Ahttps://ejournal.u nsrat.ac.id/index.php/daseng/article/download/17093/pdf

[5] “Taman Sriwedari, Tempat Hiburan Rakyat yang Kini Tinggal Kenangan | Orami.”

https://www.orami.co.id/magazine/taman-sriwedari (accessed Apr. 04, 2023).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Bilamana upaya restrukturisasi yang dilakukan oleh bank syariah tidak dapat memulihkan kembali pembiayaan Pada pada kategori lancar maka ada

2 Myanmar Yangon Institute of Economics; University of Yangon; University of Mandalay Philippines University of the Philippines; De La Salle University; Ateneo de Manila