• Tidak ada hasil yang ditemukan

UTS Perkembangan Peserta Didik

N/A
N/A
chika fitriani

Academic year: 2024

Membagikan "UTS Perkembangan Peserta Didik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER PERKEMBANGAN PERSETA DIDIK

CULTURE, PROBLEMS IN ADOLESENCE AND EMERGIN ADULTHOOD

DOSEN PENGAMPU:

Mardi Lestari,. S.Pd., M.Pd

Oleh:

Chika Fitriani A12117157

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKUO 2023

(2)

A. CULTURE

1. Pengertian Budaya

Kata “Budaya” berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”, yakni bentuk jamak dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan akal.

Selain itu kata budaya juga berarti “budi dan daya” atau daya dari budi. Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat. Merumuskan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang

(3)

merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Jadi, kebudayaan mencakup semuanya yang di dapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak. Seorang yang meneliti kebudayaan tertentu akan sangat tertarik objek-objek kebudayaan seperti rumah, sandang, jembatan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.

2. Unsur-unsur Budaya

Beberapa orang sarjana telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan misalnya pendapat yang dikemukakan oleh Melville J. Herskovits bahwa unsur pokok kebudayaan terbagia menjadi empat bagian yaitu: Alat-alat teknologi, Sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski, menyebut unsur- unsur kebudayaan antara lain:

a.

Sistem normal yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.

b.

Organisasi ekonomi.

c.

Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama.

d.

Organisasi kekuatan.

Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai culture universal, yaitu:

(4)

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya.

b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).

c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan).

d. Bahasa (lisan maupun tertulis).

e. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).

f. Sistem pengetahuan.

g. Religi (sistem kepercayaan).

Selain itu, beberapa unsur-unsur budaya atau kebudayaan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a.

Kebudayaan Material (Kebendaan), adalah wujud kebudayaan yang berupa benda- benda konkret sebagai hasil karya manusia, seperti rumah, mobil, candi, jam, benda- benda hasil teknologi dan sebagainya.

b.

Kebudayaan nonmaterial (rohaniah) ialah wujud kebudayaan yang tidak berupa benda-benda konkret, yang merupakan hasil cipta dan rasa manusia, seperti:

1)

Hasil cipta manusia, seperti filsafat serta ilmu pengetahuan, baik yang berwujud teori murni maupun yang telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan masyarakat (pure sciences dan applied sciences).

2)

Hasil rasa manusia, berwujud nilai-nilai dan macam-macam norma kemasyarakatan yang perlu diciptakan untuk mengatur masalah-masalah sosial

(5)

dalam arti luas, mencakup agama (religi, bukan wahyu), ideologi, kebatinan, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia sebagai anggota masyarakat.

3.

Ciri-ciri Budaya

Ada beberapa macam ciri-ciri budaya atau kebudayaan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Budaya bukan bawaan tapi dipelajari.

b. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke kelompok dan dari generasi ke generasi.

c. Budaya berdasarkan simbol.

d. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terus berubah sepanjang waktu.

e. Budaya bersifat selektif, merepresentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas.

f. Berbagai unsur budaya saling berkaitan.

g. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau standar untuk menilai budaya lain).

Selain penjelasan ciri-ciri budaya atau kebudayaan di atas, kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia mempunyai ciri atau sifat yang sama. Dimana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya dimanapun. Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut antara lain :

(6)

a.

Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.

b.

Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.

c.

Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.

Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan- tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan- tindakan yang diizinkan.

4.

Fungsi Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.

Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota- anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan- kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupaka hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.

(7)

B. Problems in Adolesence and Emergin Adultood 1. Masalah Pada Masa Remaja

Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia punya masalahnya tersendiri, termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama ketika masih anak- anak, seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah. Kedua karena remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak bantuan dan orang dewasa. Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup.Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern. Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :

a. Kebutuhan akan figur teladan , remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dan keteladanan orangtua mereka daripada hanya sekedar nasehat-nasehat bagus yang tinggal hanya kata-kata indah.

b. Sikap Apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akanapa yang terjadi di masyarakatnya.

c. Kecemasan dan kurangnya harga diri, kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras,obat penenang, seks dan lainnya).

(8)

d. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri, kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat.Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan denganuang.

e. Perasaan tidak berdaya, perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gayahidup dan pola berpikir masyarakat modern.

Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah-tengah masyarakat.

Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuktidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijazah.

f. Pemujaan akan pengalaman, sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatandan seks pada mulanya berawal dan hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak mudadewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.

Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial antara lain:

- Anak-anak muda yang berasal dan golongan orang kaya yang biasanya memakain pakaian yang mewah, hidup hura-hura dengan pergi ke diskotik merupakan gaya hidup mewah yang tidak selarasdengan kebiasaan adat timur.

- Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti bolos, terlambat masuk kelas, tidakmengerjakan tugas dan lain sebagainya.

(9)

- Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah keramaian kota dengan kecepatanyang melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para pemuda belasan tahun.

- Membentuk kelompok (genk-genk) remaja yang tingkah lakunya sangat menyimpang dengan normayang berlaku di masyarakat, seperti tawuran antar kelompok.

2. Masa Dewasa Awal

Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit- demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental age-nya.Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

Seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain). Dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa

(10)

dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting.

Tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.

Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikitdemi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua.

Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah. Ciri Perkembangan Dewasa Awal Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap polapola kehidupan yang baru, dan harapan- harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah:

a.

Usia reproduktif (Reproductive Age)

b.

Usia pemantapan

c.

Usia banyak masalah (Problem age)

(11)

d.

Usia tegang dalam hal emosi (emotional tension).

e.

Masa keterasingan sosial

f.

Masa komitmen

g.

Masa perubahan nilai h. Masa kreatif

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 16.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), Edisi ke-3 (Jakarta:

Balai Pustaka, 2000), h. 169.

Soerjono, Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 150-151.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1964), h. 115.

Ki Hajar, Dewantara, Kebudayaan (Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1994).

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, op,cit., h. 78.

Soerjono, Soekanto. op.cit., h. 154.

Ary H. Gunawan., op. cit., h. 17-18.

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 122.

Elly M.Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Cet.II; Jakarta: 2007), h.27.

Referensi

Dokumen terkait