• Tidak ada hasil yang ditemukan

UU Nomor 17 Tahun 2023

N/A
N/A
Abdul Basid Fuadi

Academic year: 2023

Membagikan "UU Nomor 17 Tahun 2023"

Copied!
300
0
0

Teks penuh

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat dan/atau fasilitas yang digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada individu atau masyarakat. 21 Hak independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1). huruf f dikecualikan bagi Pelayanan Kesehatan yang. diperlukan dalam situasi darurat dan/atau pengobatan wabah atau epidemi.

BAB III

21 Kompetensi pada alinea pertama dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertanggung jawab. 21 Untuk menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah harus memperhatikan.

BAB IV

ETXEETXIIFI'ITIETA

Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa. dilaksanakan secara terpadu dan saling mendukung untuk menjamin tercapainya tingkat gangguan kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB V

21 Ketentuan mengenai standar pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. 1) Melaksanakan upaya kesehatan berupa. 21 Pembangunan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjutan sebagaimana S1614 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi penyediaan sumber daya manusia, sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan.

III]II]IIIEIIEIA

  • Pekerja dan Setiap Orang yang berada di lingkungan tempat kerja wajib menciptakan dan menjaga lingkungan

21 Kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). dilembagakan pada satuan pendidikan formal dan. informal sesuai dengan ketentuan peraturan. 21 Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di tempat kerja pada sektor formal dan informal serta di fasilitas pelayanan kesehatan.

KIN -53

Pemerintah pusat dan daerah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh. Ketentuan tambahan mengenai terapi berbasis sel dan/atau sel punca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 diatur.

KIN -68

(1) otopsi forensik yang sesuai dapat dilakukan. dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pemeriksaan laboratorium dan/atau otopsi virtual. 21 Untuk mengetahui sebab kematian seseorang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, kamu bisa. Audit kematian yang dilakukan meliputi otopsi verbal, otopsi klinis, otopsi forensik dan/atau. pemeriksaan laboratorium otopsi dan otopsi virtual. Operasi otopsi oleh tenaga medis harus dilakukan sesuai dengan norma agama, norma sosial budaya, norma moral, dan etika profesi.

21 Pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diselenggarakan berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan/atau nilai-nilai yang bersumber dari kearifan lokal.

K INP

21 Dukungan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri sendiri atau dapat digabungkan dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjut. 21 Pelayanan kesehatan dapat secara mandiri memberikan pelayanan atau pekerjaan telemedis. sama dengan penyelenggara sistem elektronik yang terdaftar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 41 Pelayanan telemedis yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga kesehatan yang mempunyai izin praktik.

21 Dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat 1, institusi pelayanan kesehatan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang jaminan serta dilarang memprioritaskan semua kasus. secara administratif, menyebabkan keterlambatan dalam layanan kesehatan. 21 Selain pelayanan kesehatan perorangan yang berbentuk spesialisasi dan subspesialisasi, rumah sakit juga dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar.

BAB VII

ITITTIT{'TI-S{A

71 Dalam hal hasil uji kompetensi dinyatakan kompeten sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a, Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan adalah warga negara Indonesia. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan tenaga medis Indonesia dan tenaga kesehatan lulusan luar negeri diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam keadaan tertentu, tenaga medis dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan tidak memerlukan SIP.

21 Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mendukung Pembangunan Kesehatan di bidang ilmu pengetahuan, keahlian, kebijakan dan teknologi melalui Upaya Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan. 21 Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: nama dan alamat praktek Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan serta waktu pelaksanaan tindakan; Keputusan panel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 304 dapat diajukan kepada Menteri untuk ditinjau kembali dalam hal: kesalahan penerapan pelanggaran disiplin; atau. terdapat dugaan benturan kepentingan antara pemeriksa dan terperiksa.

BAB VIII

21 Obat resep sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diklasifikasikan menjadi :. 3) Obat resep dibagikan oleh apoteker di institusi. 21 Pemerintah Pusat dapat menetapkan klasifikasi obat dari bahan alam selain klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau mengubah klasifikasi obat dari bahan alam seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi obat bahan alam diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB IX

21 Kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan. dilakukan dengan mengembangkan dan memperkuat manajemen rantai pasok sediaan farmasi dan alat kesehatan. Institusi pelayanan kesehatan harus mengutamakan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan. negara, dengan tetap memperhatikan mutu, mutu, keamanan dan manfaat. 21 Penetapan prioritas penggunaan bahan baku produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap memperhatikan mutu, mutu, keamanan, dan manfaat.

21 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membangun ekosistem penelitian yang terdiri dari infrastruktur. penelitian, kemudahan fasilitas penelitian dan penunjang penelitian, serta sumber daya manusia. Alat kesehatan yang melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi di dalam negeri, serta yang melakukan produksi dengan menggunakan bahan baku dalam negeri.

BAB X

Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan, standar, sistem, dan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya. Kesehatan, lembaga pendidikan dan/atau lembaga. Penelitian dan pengembangan kesehatan, baik milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun swasta. 21 Pemindahan dan penggunaan bahan berupa sampel klinis dan bahan biologi, kandungan informasi dan/atau data ke luar wilayah Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan apabila:. bagaimana mencapai maksud dan tujuan pemeriksaan tersebut tidak dapat dilakukan di Indonesia; Namun ujiannya bisa dilakukan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan utama penelitian, perlu dilakukan pemeriksaan di luar wilayah Indonesia; untuk tujuan pengendalian kualitas secara berurutan. memperbarui keakuratan kemampuan diagnostik dan terapeutik standar.

21 Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah. Penggunaan materi berupa sampel klinis dan materi biologis, kandungan informasi dan/atau data biomedis oleh Situs.

BAB XI

21 Jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan epidemi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan menjadi: penyakit menular baru; dan/atau. penyakit menular lama muncul kembali. Penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan sesuai dengan jenis agen penyakit dan cara penyebarannya. 21 Dokumen Karantina Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan sebagai sarana pemantauan dan pencegahan masuk dan/atau keluarnya penyakit dan/atau faktor risiko penyakit yang berpotensi menimbulkan wabah.

21 Pemberitahuan risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Memberikan informasi dan/atau edukasi kepada masyarakat; dan/atau. 41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB XIII

Rumah Sakit, anggaran pemerintah pusat, anggaran pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara daerah, pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk melakukan sinkronisasi kebutuhan alokasi anggaran. kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 403. Kesehatan, pemerintah dapat mengambil tindakan insentif. atau tindakan pencegahan terhadap pemerintah daerah, jika berlaku. dengan capaian kinerja program dan layanan.

21 Program jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bersifat wajib bagi seluruh penduduk. 3) Program jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam. (1) wajib menjamin hal itu. masyarakat menikmati manfaat pemeliharaan dan. Perlindungan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar.

BAB XIV

Koordinasi dan sinkronisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 413 dilakukan paling sedikit melalui:. peninjauan terhadap berbagai informasi dan data yang relevan atau mempengaruhi proses percepatan pembangunan kesehatan; 21 Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat termasuk tindakan pencegahan terhadap wabah dan epidemi. pencegahan wabah dan wabah, serta pasca-. 21 Ketentuan tambahan mengenai pemberian hadiah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diimplementasikan. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

21 Luasnya pengawasan sebagaimana dimaksud pada s. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk kepatuhan terhadap penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat; kepatuhan terhadap standar profesi, standar pelayanan, standar operasional prosedur, serta etika dan disiplin profesi; dampak pelayanan kesehatan oleh staf medis atau profesional kesehatan; akuntabilitas dan kelayakan pelaksanaan Upaya Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan; Dan. objek pemantauan lainnya sesuai kebutuhan. Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 421, Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat dibantu oleh tenaga pengawas dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVII PENYIDIKAN

JIFIIIXN]itrITIETA

21 Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengakibatkan perempuan tersebut meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan). 21 Tenaga medis atau tenaga kesehatan yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) boleh. dipidana dengan pidana tambahan berupa perampasan hak-hak tertentu, yaitu :. hak untuk menduduki jabatan umum atau jabatan tertentu; dan/atau. Setiap orang yang menghalangi program pemberian ASI eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Narkoba berupa obat keras dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp5O (lima ratus juta rupiah). 1) Setiap orang yang memproduksi memasukkan rokok ke dalamnya. 21 Barangsiapa melanggar kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (1), dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. (lima puluh juta rupiah).

ETIEIIIIIIiEETEM -190-

Setiap orang yang memalsukan Dokumen Karantina Kesehatan atau menggunakan Dokumen Karantina Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 366 yang isinya tidak benar atau dipalsukan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima) ratus juta rupiah). Setiap orang yang tidak mematuhi pelaksanaan upaya pengendalian wabah dan epidemi dan/atau dengan sengaja menghalangi pelaksanaan upaya pengendalian wabah dan epidemi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40O dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp5O0000000.00 (lima ratus juta rupiah). 1) Dalam hal terjadi tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam. Pasal 1 437, Pasal 442, Pasal 444, Pasal 445, dan Pasal 446 dilaksanakan oleh korporasi, pertanggungjawaban pidana dibebankan kepada korporasi, pengurus yang mempunyai jabatan fungsional, pemberi perintah.

Rp. lima puluh miliar rupiah) dalam hal melakukan tindak pidana, diancam dengan pidana mati, penjara seumur hidup.

BAB XIX

Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, kolegium yang dibentuk oleh masing-masing organisasi profesi tetap diakui sampai dengan sekarang.

BAB XX

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OL9 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6325). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Karantina Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 62361;'dart. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Negara Lembaran Negara Republik Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur kepelabuhanan melalui peningkatan investasi di bidang kepelabuhanan guna mendorong pembangunan nasional, perlu dilakukan

dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2016 tentang.. Percepatan Pembangunan Industri

Sebagai contoh adalah kota Malang, karena perkembangan penduduk yang begitu cepat disertai pembangunan fisik yang cepat pula, dimana banyak lahan terbuka yang mestinya tidak

Pembangunan Industri berpedoman pada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 dan disusun

Bahwa untuk menciptakan tertib pembangunan dan pengembangan kota sebagai unsur pendorong Pembangunan Daerah dan Nasional serta sesuai pula dengan kebijaksanaan

Oleh karena itu, untuk mendorong pemerataan akses layanan di seluruh wilayah Indonesia dan dalam rangka menciptakan efisiensi pembangunan infrastruktur secara nasional,

04 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Daya Saing Industri Aneka 05 Meningkatnya Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Industri Kimia, Sandang,. Kerajinan

Dalam Sistem Kesehatan Nasional, pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan