• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel terikat : kecemasan berbicara didepan kelas 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Variabel terikat : kecemasan berbicara didepan kelas 2"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Unsur yang paling penting dalam penelitian adalah metode penelitian,karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari penelitian dapat dipertanggung jawabkan (Hadi,2000). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Pembahasan dalam penelitian ini meliputi (A) identifikasi variabel penelitian, (B) definisi operasional, (C) populasi dan metode pengambilan sampel, (D) metode pengumpulan data, (E) validitas dan realibilitas alat ukur, dan (F) metode analisis data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian.Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu :

1. Variabel terikat : kecemasan berbicara didepan kelas 2. Variabel bebas : jenis kelamin

B. Definisi Operasional Variabel 1. Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Kecemasan berbicara didepan kelas adalah suatu keadaan tidak nyaman yang sifat nya menetap pada diri individu, baik ketika membayangkan maupun pada saat berbicara didepan orang banyak. Kecemasan berbicara didepan yang

(2)

dimaksudkan peneliti ini adalah kecemasan yang terjadi jika individu melakukan presentasi didepan kelas.

Kecemasan berbicara didepan kelas diukur dengan menggunakan skala kecemasan berbicara didepan kelas yang disusun berdasarkan komponen- komponen kecemasan berbicara didepan umum yang dikemukakan oleh Rogers (2004), yaitu komponen fisik, komponen proses mental, dan komponen emosional. Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala kecemasan berbicara didepan umum berarti semakin tinggi pula kecemasan yang dimiliki dan sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala kecemasan berbicara didepan umum berarti semakin rendah pula kecemasan yang dimiliki.

2.Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin juga menjadi fokus dalam beberapa penelitian mengenai kecemasan berbicara di depan umum. Elliot dan Chong (2004) menyebutkan bahwa perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum dimana wanita memiliki tingkat kecemasan berbicara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Terman cit Taylor (1997) menunjukkan bahwa wanita cenderung neurotik daripada pria walaupun berbagai kesempatan sama diberikan kepada mereka. Selain itu juga menurut penelitian lain dikemukakan bahwa wanita lebih banyak menderita kecemasan dikarenakan faktor predisposisi kecemasan yaitu faktor genetik (Roan,1979).

Menurut Priest (1990) cit Hidayanto (1998) wanita lebih sering mengalami kecemasan. Data statistik menunjukkan bahwa sekitar dua orang wanita

(3)

berbanding satu pria yang mengalami kondisi semacam ini. Wanita lebih banyak mengungkapkan keadaan dirinya.Sesuatu yang ia rasakan juga tentang rasa kecemasan atau rasa tertekan. Sedangkan laki-laki cenderung menolak bahwa ia menderita hal-hal tersebut.

C. Populasi,Sampel, Dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiono (2008) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa- siswi kelas X SMA Methodist 1Medan yang berjumlah 188 orang. Yang dilihat dari absensi siswa yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Data Jumlah Siswa Kelas X SMA Methodist 1 Medan

Kelas Jumlah

(Orang)

Laki-laki (Orang)

Perempuan (Orang)

X-1 40 18 22

X-2 40

17 23

X-3 40 14 26

X-4 40 16 24

X-5 28 15 13

Total 188 80 108

Alasan peneliti menjadikan kelas X sebagai sampel penelitian adalah,kelas X merupakan tahap awal dari sekolah menengah atas,dimana mereka yang dulunya tidak menerima proses belajar mengajar secara langsung di sekolah

(4)

menengah pertama, berbeda dengan kelas XI ataupun kelas XII yang telah lebih dulu menerima proses belajar mengajar langsung yang menuntut keaktifan siswa di kelas,hal ini diharapkan sesuai dengan keinginan peneliti untuk mengukur kecemasan berbicara siswa antara siswa laki-laki dan perempuan.

Selain itu terlalu banyak nya populasi pada penelitian ini juga menjadi alasan bagi peneliti untuk menjadikan kelas X sebagai sampel penelitian.

Menyadari luas nya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlah nya kurang dari jumlah populasi. Sampel sedikitnya harus memiliki satu sifat yang sama dengan populasi (Hadi,2000).

Menurut Arikunto (2006) “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menetapkan sampel sebesar 45%

dari populasi yaitu 188x45% = 82 maka sampel yang digunakan adalah 82 orang.

Selain itu, Hadi juga menambahkan bahwa syarat utama agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus benar- benar mencerminkan keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar- benar representatif.

2. Sampel dan teknik pengambilan sampel

Hadi (2004) menyatakan bahwa skala merupakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari daftar-daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis yang harus dijawab atau di kerjakan oleh orang yang menjadi objek penelitian dan di

(5)

berikan dengan tujuan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi dalam diri subjek yang ingin diketahui. Menurut Hadi (2004), alasan digunakannya skala adalah:

1. Subjek adalah orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri 2. Apa yang dikatakan subjek adalah benar dan dapat dipercaya

3. Interprestasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti

Menurut Hadi (1991), sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil populasi yang diteliti dan sedikitnya memiliki satu sifat yang sama. Hasil penelitian terhadap sampel diharapkan dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi. Selanjutnya syarat utama agar dapatdilakukan generalisasi adalah bahwa sampel populasinya. Dalam tehnik statistik, sampel harus merupakan populasi dalam bentuk kecil. Mengingat jumlah populasi yang relatif banyak, yakni 188 orang, maka keseluruhan anggota populasi tidak dijadikansubjek penelitian, akan tetapi hanya 82 orang saja.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Random sampling. Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasi,mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.

Faktorpemilihan atau penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata- mataatas pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias.

Dengan cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin.

Inimerupakan salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif.

D. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui metode skala. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur

(6)

berupa konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar,2000).

Dalam penelitian ini akan digunakan satu buah skala, yaitu skala kecemasan berbicara didepan umum.

1. Skala kecemasan berbicara didepan kelas

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecemasan berbicara didepan kelas adalah skala kecemasan berbicara didepan kelas yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan aspek-aspek kecemasan berbicara didepan kelas.

Yang disusun berdasarkan aspek kecemasan berbicara di depan umum menurut Rogers (2004) antara lain, yaitu:

a.Aspek Biologis

Aspek biologis dari kecemasan berupa gejala fisik yang biasanya dirasakan jauh sebelum memulai pembicaraan.Gejala fisik dapat berbeda setiap orangnya.Beberapa contoh gejala fisik yang dimaksud adalah detak jantung yang semakin cepat, suara yang bergetar, kaki gemetar, kejang perut, sulit untuk bernafas, dan hidung berlendir.

b.Aspek Psikologis

Aspek psikologis dari kecemasan berupa gejala psikis antara lain : 1. Gejala Tingkah Laku

Misalnya, sering mengulang kata atau kalimat,hilang ingatan secara tiba- tiba sehingga sulit untuk mengingat fakta secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting. Selain itu juga tersumbatnya pikiran sehingga membuat individu yang sedang berbicara tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya.

(7)

2. Gejala Emosi

Adanya rasa tidak mampu, rasa takut yang biasa muncul sebelum individu tampil dan rasa kehilangan kendali.Biasanya secara mendadak muncul rasa tidak berdaya seperti anak yang tidak mampu mengatasi masalah, munculnya rasa panik dan rasa malu setelah berakhirnya pembicaraan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komponen kecemasan berbicara di depan umum terdiri dari aspek biologis dan aspek psikologis yang mencakup gejala tingkah laku dan gejala emosi.

Model skala ini menggunakan model skala Likert. Disajikan dalam bentuk pertanyaan yang bersifat favourable dan unfavourable. Untuk aitem favourable, penilaian yang diberikan untuk jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, untuk jawaban Setuju (S) diberi nilai 3, jawaban Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1, sedangkan untuk aitem unfavourable penilaian yang diberikan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4, jawaban Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3, jawaban Setuju (S) diberi nilai 2, dan untuk jawaban Sangat Setuju diberi nilai 1.

Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang berarti semakin tinggi tingkat kecemasan yang dimilikinya ketika harus berbicara didepan kelas.

Sebaliknya,semakin rendah skor yang dicapai seseorang maka semakin rendah pula tingkat kecemasan yang dimilikinya dalam berbicara didepan kelas.

E. Validitas dan Realibilitas alat ukur

Suatu alat ukur diharapkan dapat memberikan informasi sesuai yang diinginkan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan tertentu, terutama syarat

(8)

validitas dan realibilitas alat ukur. Alasannya adalah kualitas alat ukur tersebut akan sangat menentukan baik tidaknya suatu penelitian, dengan demikian suatu alat ukur sebelum digunakan dalam suatu penelitian, haruslah memiliki syarat validitas dan realibilitas sehingga alat ukur tersebut tidak menyesatkan hasil pengukuran dari kesimpulan yang didapat.

1. Validitas

Proses validitas yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana butir soal menjalankan fungsi ukurannya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud yang dilakukan pengukuran tersebut. Menurut Hadi (1987) masalah yang selalu ditemukan dalam praktek pengukuran adalah :

a. Seberapa jauh alat ukur itu mampu mengungkap gejala atau bagaimana gejala yang hendak diukur.

b. Seberapa jauh alat ukur dapat memberikan hasil pengukuran yang diteliti.

Selanjutnya Hadi (1987) menjelaskan bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan dapat mengerjakan dengan tepat fungsi, dan fungsi yang digunakan memiliki ketelitian yaitu kemampuan yang cermat menunjukkan besar kecilnya gejala atau bagian yang hendak diukur.

Rumus korelasi untuk menguji validitas alat ukur ialah korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut :

( )( )

( ) ( )

 

 

 Σ − Σ

 

 

 Σ − Σ

Σ

− Σ

= Σ

N Y Y

N X X

N Y XY X

r

xy

2 2

2 2

.

Keterangan :

(9)

rxy = Koefisien korelasi skor aitem dengan skor total

x = Jumlah nilai aitem

y = Jumlah nilai total

x2 = Jumlah kuadrat nilai aitem

y2 = Jumlah kuadrat nilai total

xy = Jumlah perkalian antara nilai butir dengan nilai total N = Jumlah subjek

Koefisien korelasi yang diperoleh dengan rumus angka kasar Product Moment perlu dikorelasi untuk menghindari perhitungan yang over estime (kesalahan perhitungan), akibat terikutnya skor butir kedalam skor total. Teknik yang digunakan untuk mengkorelasi hasil perhitungan tersebut adalah teknik korelasi Part Whole dengan

rumus sebagai berikut :

) )(

)(

( 2 ) ( ) (

) ( ) )(

(

2 2

y x

y xy x

y x xy

bt

SD SD r SD SD

SD SD

r r

− +

= −

Keterangan :

rbt = Koefisien korelasi setelah dikorelasi rxy = Koefisien sebelum dikorelasi

SDy = Koefisien deviasi nilai total SDx = Koefisien deviasi nilai butir

(10)

2. Reliabilitas alat ukur

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument ini sudah baik, reliable, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006).

Pada penelitian ini reliabilitas alat ukur penelitian digunakan teknik analisa varians dari Hoyt.

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

Mks r

tt

= 1 − Mki

Keterangan :

rtt = Koefisien realibilitas alat ukur

MKi = Mean kuadrat kesalahan antar subjek dengan butir MKs = mean kuadrat antara subjek

1 = Bilangan konstanta

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians 1 jalur, dimana dalam penelitian ini yang menjadi jalur/klasifikasinya adalah jenis kelamin, yakni Laki-laki (A1), dan perempuan (A2).selanjutnya jenis kelamin disebut sebagai variabel bebas (X). Sedangkan variabel yang diukur atau variabel terikatnya (Y) adalah kecemasan berbicara di depan umum. Berikut adalah bagan penelitian Analisis varians 1 jalur.

(11)

A

A1 A2

X X

Keterangan

A = Jenis kelamin A1 = laki-laki A2 = perempuan

X = kecemasan berbicara didepan kelas

Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan tehnik analisis varians 1 jalurmaka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian, dengan cara:

a. Uji normalitas, yaitu mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap masing-masing variable telah menyebar secara normal.

b. Uji homogenitas varians, yaitu untuk melihat atau menguji apakah data yang telah diperoleh berasal dari sekelompok subjek yang dalam beberapa aspek psikologis bersifat sama (homogen).

Referensi

Dokumen terkait

The NATIot'lAL i'IAPPING and REsouRcE INF0RMATION AUTHORITY NAMRIA an attached gryemrmt agency of $e Departrrent of Envircnrent and Natu6l Rsurces DENR is mndated to act as the 'centEl