JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING, MANUFACTURES, MATERIALS AND ENERGY
DOI: 10.31289/jmemme.v7i1.7520 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jmemme
Analisa Quality Control Pada Fixed Tube Sheet Tube Bundle di PT.
PAL Indonesia
Quality Control Analysis on Fixed Tube Sheet Tube Bundle at PT. PAL Indonesia
Maisarah Azizah1*, I Made Arsana1, Yunus1
1Universitas Negeri Surabaya, Indonesia
Diterima: 29-06-2022 Disetujui: 27-04-2023 Dipublikasikan: 30-05-2023
*Corresponding author: [email protected] Abstrak
Sebagai industri manufaktur yang telah berkarya selama 42 tahun, PT. PAL Indonesia terus berdedikasi dalam menghasilkan produk-produk unggulan di bidang kapal maupun non kapal. Produk non kapal salah satunya yaitu tube bundle dari heat exchanger. Untuk menghasilkan sebuah produk yang baik, maka dalam proses produksinya perlu dilakukan pengendalian mutu atau kualitas. Bergerak di bidang pekerjaan pada benda kerja yang relatif besar, pengendalian kualitas dilakukan dengan pengujian yang bisa berupa dimension check, magnetic test, ultrasonic test, hydrostatic test dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa quality control pada salah satu komponen tube bundle yaitu fixed tube sheet. Metode quality control yang digunakan yaitu Statistical Quality Control (SQC) dengan alat bantu peta kendali, diagram batang, dan fishbone diagram. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pengumpulan data diperoleh dari observasi dan wawancara. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acceptance sampling. Sampel yang diambil yaitu alur dalam pada komponen fixed tube sheet yang berjumlah 300 dari total keseluruhan 1036. Analisa dilakukan terhadap ketidaksesuaian diameter alur dalam fixed tube sheet. Setelah diketahui sebab-akibat kegagalan dari komponen tersebut, proses produksi dapat dilakukan dengan hasil akhir sesuai standar.
Kata Kunci: Pengendalian; Kualitas; SQC; fixed tube sheet; sebab-akibat
Abstract
As a manufacturing industry that has worked for 42 years, PT. PAL Indonesia continues to be dedicated in producing superior products in the ship and non-ship sector. One of the non-ship products is tube bundle from heat exchanger. To produce a good product, it is necessary to control the quality in the production process. Engaged in the field of work on relatively large workpieces, quality control is carried out by testing which can be in the form of dimension checks, magnetic tests, ultrasonic tests, hydrostatic tests and so on. This study aims to analyze the quality control of one of the tube bundle components, namely the fixed tube sheet. The quality control method used is Statistical Quality Control (SQC) with control charts, bar charts, and fishbone diagrams. This type of research is quantitative research with data collection obtained from observations and interviews. Sampling was done by acceptance sampling. The samples taken were the deep grooves in the fixed tube sheet components, which amounted to 300 out of a total of 1036. The analysis was carried out on the discrepancy in the diameter of the grooves in the fixed tube sheet. After knowing the cause and effect of the failure of the component, the production process can be carried out with the final result according to the standard.
Keywords: Control; Quality; SQC; fixed tube sheet; cause and effect
How to Cite: Azizah, M. 2023, Analisa Quality Control Pada Fixed Tube Sheet Tube Bundle di PT. PAL Indonesia, JMEMME (Journal of Mechanical Engineering, Manufactures, Materials and Energy), 7 (1): 1-13.
PENDAHULUAN
Dunia industri berperan penting dalam pembangunan Indonesia baik bidang konstruksi, manufaktur, maupun lainnya [1]. Indonesia dalam proporsi ekonominya dikategorikan sebagai sebuah negara industri dikarenakan sektor industri merupakan kontributor terbesar bagi perekonomian nasional dengan sumbangannya mencapai lebih dari 20 persen. Di era sekarang, sudah banyak industri yang bermunculan sehingga timbul sebuah persaingan pasar. Untuk tetap bertahan, maka sebuah industri harus memerhatikan kualitas produk yang dihasilkan [2]. Guna menciptakan produk yang berkualitas, ada tiga hal utama yang berperan yaitu sumber daya manusia, teknologi yang mampu memenuhi permintaan konsumen, serta pengendalian mutu hasil produksi. Pada industri manufaktur, teknologi berperan penting dalam proses produksi untuk menghasilkan sebuah produk yang baik. Sebuah industri akan memiliki peningkatan output jika memiliki teknologi tinggi [3]. Dalam mengoperasikan sebuah teknologi, tidak lupa terdapat sumber daya manusia yang handal. Sumber daya manusia turut andil dalam memperkuat penggunaan teknologi untuk menghasilkan produk yang tanpa cacat.
Dengan sumber daya yang kompeten dalam bidangnya, maka dapat berpengaruh positif terhadap kinerjanya pun pada citra sebuah perusahaan [4]. Kinerja yang baik dapat menghasilkan sebuah produk yang baik pula. Dengan begitu dapat meminimalisir kekurangan atau kacacatan dari sebuah produk. Selain sumber daya manusia dan teknologi, untuk mengontrol sebuah produk itu dapat atau layak dijual diperlukan pengendalian kualitas atau quality control. Pengendalian kualitas atau quality control bertujuan untuk mendapatkan kepuasan konsumen, meminimalisir biaya produksi, meningkatkan efisiensi produksi [5].
Proses pemesinan merupakan salah satu kegiatan produksi di industri manufaktur.
Dalam prosesnya tentu menggunakan teknologi mesin baik manual maupun otomatis.
Proses pemesinan dalam industri manufaktur adalah proses membentuk objek atau benda kerja dengan cara menghilangkan sebagian materialnya [6]. Produk hasil proses pemesinan tentu harus dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum tahap finishing dan packing. Pengujian pada proses pemesinan dapat menjadi sebuah quality control industri manufaktur. Terlebih lagi, apabila sebuah produk tersebut merupakan proyek yang sering diterima oleh sebuah industri. Di sini peran quality control untuk menganalisa sebab- akibat pada hasil proses pemesinan untuk dijadikan bahan evaluasi peningkatan kualitas
ke depan dan dilakukan tindakan. Peningkatan kualitas sangat penting untuk mencapai keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan posisi kompetitif yang kuat, karena ukuran kualitas mencerminkan apakah pekerjaan yang baik dalam hal kepuasan pelanggan sedang dilakukan dan apakah desain dan sistem semuanya memenuhi persyaratan yang diinginkan [7].
PT. PAL Indonesia merupakan salah satu industri manufaktur di bidang kapal maupun nonkapal. Pada PT. PAL Indonesia terdiri dari beberapa divisi salah satunya yaitu divisi rekayasa umum. Divisi tersebut bergerak di bidang pembuatan maupun perbaikan produk non-kapal seperti shaft screw conveyor pertambangan, produk sistem Steam Turbine Assembly sampai dengan 600 MW, komponen Balance of Plant dan Boiler sampai dengan 600 MW, Compressor Module 40 MW, Barge Mounted Power Plant 30 MW, dan yang paling sering langganan adalah produk assembly tube bundle sebuah heat exchanger dari PT. Pertamina. Dalam melakukan pekerjaan, tentunya ada deviasi antara rencana yang telah disusun dengan kondisi aktual. Perbedaan hasil dengan yang ditargetkan, berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh dikarenakan penambahan jam orang dan jam mesin. Untuk itu, perlu dilakukan quality control supaya hasil produksi ke depan mengalami sedikit kegagalan bahkan bisa mendekati nol kesalahan. Pengendalian kualitas yang digunakan adalah metode Statistical Quality Control (SQC). Pengembangan pengendalian kualitas menggunakan metode statistik seperti itu dapat mengetahui kesalahan dan dilakukan perbaikan sehingga mengurangi biaya produksi [8].
Menurut Devani, dkk., metode Statistical Quality Control (SQC) membantu dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan mulai dari identifikasi masalah hingga analisis hasil [9]. Kemudian menurut Assauri, SQC merupakan sistem yang berguna untuk mempertahankan standar yang seragam dari kualitas hasil produksi, dengan tingkat biaya yang kecil sehingga tercapainya efisensi produksi [10].
Heat Exchanger atau dalam Indonesia disebut alat penukar panas merupakan perangkat yang digunakan untuk memindahkan panas antara dua atau lebih aliran fluida pada suhu yang berbeda [11]. Penukar panas digunakan secara luas dalam pembangkit listrik, pemrosesan kimia, pendinginan elektronik, penyejuk udara, pendinginan, dan aplikasi otomotif. Berdasarkan tipe konstruksinya, heat exchanger terdiri dari tubular heat exchanger, Plate Heat Exchanger, Plate Fin Heat Exchanger, dan Tube Fin Heat Exhanger. Tipe heat exchanger yang dipesan oleh PT. Pertamina adalah tipe tubular heat
exchanger. Tipe tersebut dapat mengakomodasi berbagai tekanan operasi dan suhu.
Selain itu, pembuatan dan biayanya yang relatif rendah telah menjadi alasan utama penggunaannya secara luas dalam aplikasi teknik [12]. Sebuah desain yang umum digunakan, yang disebut penukar shell-and-tube, terdiri dari tabung bundar yang dipasang pada cangkang silinder dengan sumbu sejajar dengan cangkang. Komponen utama dari jenis penukar panas ini adalah tube-bundle, shell, header depan dan belakang, dan baffle. Pada tube-bundle terdapat komponen staright tube, fixed tube sheet, dan floating tube sheet.
Pada komponen fixed tube sheet, seperti diperlihatkan pada gambar 1, terdapat lubang dengan alur didalamnya yang berguna untuk mencekam straight tube ketika proses expanding. Sehingga dimensi dari lubang beserta alur dalam perlu diperhatikan agar ketika proses expanding tidak terjadi kebocoran ataupun slip dari straight tube.
Gambar 1. Komponen Fixed Tube Sheet
Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini disusun untuk mengetahui kesesuaian sebuah produk fixed tube sheet dari tube bundle dengan hasil analisa statistical quality control (SQC) pada dimensi yang nantinya digambarkan dengan diagram.
Pada penelitian Andespa, pengendalian mutu menggunakan SQC di PT. PRATAMA ABADI INDUSTRI berguna untuk mengetahui sebab-akibat produk cacat sehingga meminimalisir kesalahan berikutnya [13]. PT. VME melakukan pengendalian mutu untuk meningkatkan kualitas internal vessel dengan metode SQC yang dijabarkan pada peta kendali, diagram pareto, dan pembuatan fishbone diagram [14]. Kemudian pada
penelitian yang dilakukan oleh Rianita, dkk. tentang analisis tingkat kecacatan produk didapatkan kecacatan produk dapat diketahui dengan metode SQC [15], [16].
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada pengerjaan fixed tube sheet di Divisi Rekayasa Umum PT. PAL Indonesia yang beralamat di alan Ujung, Ujung, Kec. Semampir, Kota SBY, Jawa Timur 60155. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja dengan melakukan pengamatan langsung dari bulan April sampai Mei 2022. Jenis dari penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif didefinisikan oleh Gerrish, dkk. sebagai istilah luas yang digunakan untuk menunjukkan desain dan metode penelitian yang menghasilkan data numerik [17], [18]. Sebuah studi penelitian kuantitatif mengumpulkan data numerik yang harus dianalisis untuk membantu menarik kesimpulan penelitian [19]–
[21]. Kemudian menurut Sugiyono, pengumpulan data metode kuantitatif yaitu dengan instrumen penelitian dan analisis data bersifat statistik [22]–[24].
Pengambilan sampel pada metode Statistical Quality Control (SQC) untuk pengendalian mutu sebuah produk terdapat dua cara yaitu [25]–[27]: (1) Acceptance Sampling, dimana sampel diambil secara acak kemudian diperiksa dan diputuskan apakah seluruh produk diterima atau ditolak. (2) Process Control, dimana pemeriksaan dilakukan pada produk ketika sedang diproduksi.
Pada penelitian ini, analisa quality control dilakukan dengan pengambilan sampel secara acceptance sampling. Sampel yang diambil yaitu alur dalam pada komponen fixed tube sheet yang berjumlah 300 dari total keseluruhan 1036. Point check dalam penelitian ini berupa diameter alur dalam lubang fixed tube sheet dengan dimensi pada gambar kerja 21.3 + 0.05 dan -0.1.
Industri manufaktur perlu menerapkan pengendalian kualitas untuk menjamin agar hasil produksinya sesuai dengan standar yang ditetapkan [28], [29]. Pada Gambar 2 Menunjukkan alur penelitian dalam pengendalian kualitas menggunakan metode statistiqal quality control untuk meminimalisir kegagalan produk serta mengidentifikasi penyebab kegagalan produk. Di akhir, dapat diberikan solusi dan rekomendasi tindakan yang dilakukan untuk industri.
Gambar 2, Diagram Alir Penelitian
Pengumpulan data penelitian ini berwujud data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli [30], [31].
Dalam penggunaannya, data primer digunakan untuk menghasilkan informasi yang mencerminkan kebenaran sesuai dengan realitanya. Pada penelitian ini, data primer berbentuk catatan hasil wawancara kepala proyek tube bundle dan operator mesin dan observasi lapangan dengan mengukur langsung secara acak 300 diameter alur dalam dari fixed tube sheet menggunakan Dial Caliper Gauge. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang telah ada. Data sekunder digunakan dengan maksud mendukung informasi primer yang telah didapat yaitu dari studi literatur, penelitian terdahulu, dan lain sebagainya [32].
Analisis data adalah proses menemukan dan menyusun data secara sistematis dari bahan-bahan seperti wawancara dan catatan lapangan, sehingga lebih mudah dipahami dan dibagikan hasilnya kepada orang lain.[33]. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan alat bantu berupa peta kendali dan fishbone diagram. Untuk membuat peta kendali dilakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Pertama, menghitung garis pusat atau center line (CL). Pada dimension check, CL diukur dengan menggunakan dimensi yang diinginkan pada gambar kerja.
2. Kemudian menghitung batas kendali atas atau upper control limit (UCL). Batas kendali atas pada penelitian ini yaitu nilai maksimum toleransi diameter alur dalam fixed tube sheet yang diizinkan yaitu 20.30+0.05= 20.35 dalam satuan milimeter.
3. Terakhir, menghitung batas kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL). Batas kendali bawah pada penelitian ini yaitu nilai minimum toleransi diameter alur dalam fixed tube sheet yang diizinkan yaitu 20.30-0.1= 20.2 dalam satuan milimeter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah komponen fixed tube sheet datang di divisi rekayasa umum PT. PAL Indonesia, dilakukan inspeksi awal berupa material, dimensi, dan jumlah apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Dari inspeksi awal didapatkan bahwa dimensi diameter alur dalam fixed tube sheet tidak sesuai dengan gambar kerja. Dari 300 diameter alur dalam fixed tube sheet menyajikan data ketidaksesuaian seperti diperlihatkan pada gambar 3.
Gambar 3. Peta Kendali Inspeksi Awal
Untuk menyederhanakan peta kendali tersebut, dibuat diagram batang seperti diperlihatkan pada gambar 4.
20.4 20.5 20.6 20.7 20.8 20.9 21 21.1 21.2 21.3 21.4
1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100 109 118 127 136 145 154 163 172 181 190 199 208 217 226 235 244 253 262 271 280 289 298
Diameter Alur Dalam (mm)
Jumlah sampel
Peta Kendali Pada Diameter Alur Dalam
ukuran aktual Toleransi Maksimum Toleransi Minimum Dimensi
Gambar 4. Diagram Batang Inspeksi Awal
Dari diagram tersebut, diketahui bahwa komponen fixed tube sheet masih mengalami kecacatan dimensi. Kemudian dari data ketidaksuaian pada diameter alur dalam fixed tube sheet, dilakukan analisa menggunakan diagram fishbone untuk mengetahui penyebab dari kegagalan produk. Setelah diketahui penyebabnya, dapat dicarikan solusi untuk tindakan apa yang dilakukan agar komponen fixed tube sheet dapat lolos ke tahap assembly.
Gambar 5. Fishbone Diagram
Mesin : Faktor keadaan mesin CNC yang sudah lama tidak dilakukan perawatan dapat memengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Pada umumnya, kesalahan program CNC dikarenakan tidak dilakukan kalibrasi secara berkala.
Manusia: Dalam hal ini merupakan operator mesin tidak hati-hati dalam proses pengerjaan grooving. Selain itu, sang operator tidak teliti pada program yang dibuat
260
40 0
50 100 150 200 250 300
Tidak sesuai dimensi Sesuai Dimensi
di mesin CNC. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang banyak dapat menyebabkan kelelahan dan daya fokus berkurang.
Material: Dikarenakan material yang digunakan adalah Al Bronze yang merupakan material keras, sehingga diperlukan pahat khusus. Apabila pahat yang digunakan bukan untuk material keras seperti Al Bronze, maka dapat memengaruhi kekuatan pemakanan pada saat grooving.
Metode : Tidak adanya quality check untuk memastikan produk layak dijual. Untuk mempercepat waktu, industri dari UK tempat pembelian komponen, tidak melaksanakan quality check pada tiap komponen dengan detail.
Setelah melakukan analisa penyebab kesalahan pada pengerjaan alur dalam fixed tube sheet, proses pemesinan dilakukan kedua kali untuk mendapatkan dimensi yang sesuai. Berdasarkan penyebab utama dari kesalahan dimensi yang dikarenakan sistem automasi dari CNC, dimana jika salah pada satu titik, akan terus berlanjut letak kesalahannya, maka dari itu pada proses pemesinan grooving atau bubut alur dalam, kepala proyek memutuskan untuk menggunakan radial drilling, seperti diperlihatkan pada gambar 6.
Gambar 6. Mesin Radial Drilling
Walaupun proses pemesinan akan lama dikarenakan radial drilling masih manual menggunakan tenaga manusia dalam melakukan pemakanan grooving, tapi hal ini bertujuan untuk terhindar dari kesalahan dimensi. Dari hasil pengerjaan pada alur dalam, didapatkan dimensi seperti diperlihatkan pada gambar 7.
Gambar 7. Peta Kendali Setelah Inspeksi Kedua
Untuk menyederhanakan peta kendali tersebut, dibuat diagram batang seperti diperlihatkan pada gambar 8.
Gambar 8. Diagram Batang Setelah Inspeksi Kedua
Ternyata masih banyak diameter alur dalam yang belum mencapai batas minimum dari dimensi yang sudah ditetapkan. Maka dari itu dilakukan analisa penyebab kesalahan yang kedua yaitu terletak pada sang operator. Jika pada dugaan pertama dikarenakan automasi mesin, lantas pengerjaan sudah diganti dengan yang manual, akan tetapi
20 20.2 20.4 20.6 20.8 21 21.2 21.4 21.6
Diameter Alur Dalam (mm)
Jumlah sampel
ukuran aktual Toleransi Maksimum Toleransi Minimum Dimensi
245
55
0 50 100 150 200 250 300
Jumlah
Tidak sesuai dimensi Sesuai Dimensi
dimensi belum sesuai dengan yang diinginkan, maka kali ini kesalahan terletak pada operator mesin yang kurang melakukan pemakanan alur dalam.
Untuk memperbaiki alur dalam fixed tube sheet, dilakukan pengerjaan grooving kembali. Pada tahap ini, operator mesin lebih berhati-hati dalam pengerjaan dan melakukan setting lokasi pahat dan putaran handle pemakanan. Dari hasil pengerjaan kedua pada alur dalam, didapatkan dimensi seperti diperlihatkan pada gambar 9.
Gambar 9. Peta Kendali Inspeksi Ketiga
Dapat dilihat dari gambar 9, hasil pengerjaan kedua sudah memenuhi standar dimensi yang ditetapkan oleh industri. Dengan begitu, komponen fixed tube sheet dapat dilanjutkan ke proses assembly tube bundle.
KESIMPULAN
Pengerjaan grooving diperlukan keahlian dan ketelitian dari operator mesin.
Sebelum menggunakan mesin, diharuskan untuk mengecek apakah kondisi mesin masih baik dan telah dikalibrasi. Baik manusia maupun mesin berpengaruh pada bagus atau cacatnya hasil produksi. Berdasarkan analisa diagram fishbone, permasalahan dari kesalahan dimensi pada diameter alur dalam fixed tube sheet selain karena kesalahan program mesin juga diakibatkan oleh faktor manusia atau operator mesin. Supaya komponen tersebut sesuai dengan gambar kerja dan rendahnya kegagalan hasil dari proses pemesinan, maka industri perlu melakukan pelatihan kepada para pekerja terutama operator mesin agar menjadi kompeten dalam pengerjaan pemesinan pada benda kerja. Dengan adanya pengendalian kualitas menggunakan metode Statistical
21.1 21.15 21.2 21.25 21.3 21.35 21.4
Diameter Alur Dalam (mm)
ukuran aktual Toleransi Maksimum Toleransi Minimum Dimensi
Quality Control (SQC), sebuah kesalahan dapat diketahui sebab-akibatnya sehingga dapat dilakukan perbaikan hingga memehui standar yang telah ditetapkan. Untuk masa yang akan datang, sebaiknya PT. PAL Indonesia dapat menerapkan metode SQC dengan baik dalam mengendalikan kualitas sehingga perusahaan dapat meminimalisir kegagalan proses produksi. Diagram sebab akibat, diagram peta kendali, dan diagram batang membantu dalam mengetahui jumlah cacat dan faktor-faktor penyebab kegagalan produk.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada PT. PAL Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian, dosen Bapak I Made Arsana dan Bapak Yunus yang telah memberikan arahan dan bimbingan sampai penelitian ini selesai. Tidak lupa yang terpenting ucapan terima kasih kepada Ibu kandung penulis.
REFERENSI
[1] C. . Laksani, D. Prihadyanti, B. Triyono, and H. Kardoyo, “Model Technological Learning Guna Meningkatkan Kemampuan Teknologi dan Kinerja Inovasi Di Perusahaan Sektor Industri Manufaktur Indonesia.,” Laporan Penelitian Pappiptek 2012, 2012.
[2] F. Suryani, “Statistical Quality Control untuk menganalisa Kecacatan pada Roti Pia Statistical Quality Control for analyzing defects in Pia bread,” J. Tek. Ind., vol. 6, no. 2, pp. 72–78, 2020.
[3] D. Prihadyanti, “Pembelajaran Teknologi di Perusahaan Manufaktur Berintensitas Teknologi Tinggi dan Menengah-Tinggi,” J. Manaj. Teknol., vol. 14, no. 1, pp. 1–14, 2015, doi: 10.12695/jmt.2015.14.1.1.
[4] N. W. Widiyanti, A. J. Airlangga, U. Jember, and U. Jember, “Pengungkapan Sumber Daya Manusia Dan Pengaruhnya Terhadap Citra Perusahaan,” Pros. Semin. Nas. dan Call Pap. Ekon. dan Bisnis, vol. 2017, no. March, pp. 27–28, 2018.
[5] M. S. H. Elmas, “Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (Sqc) Untuk Meminimumkan Produk Gagal Pada Toko Roti Barokah Bakery,” Wiga J. Penelit. Ilmu Ekon., vol. 7, no. 1, pp. 15–22, 2017, doi: 10.30741/wiga.v7i1.330.
[6] T. Priohutomo, R. Prasetyo, T. Mesin, S. Tinggi, and T. Mnadala Bandung, “Optimasi Proses Pemesinan Sudu Turbin Fd Fan Terhadap Waktu Dan Biaya Produksi,” J. Online Sekol. Tinggi Teknol. Mandala, vol. 14, no. 2, pp. 56–67, 2019.
[7] Sallis, Total quality management in education. New York: Routledge, 2014.
[8] F. J. Blanco-Encomienda, E. Rosillo-Díaz, and J. F. Muñoz-Rosas, “Importance of Quality Control Implementation in the Production Process of a Company,” Eur. J. Econ. Bus. Stud., vol. 4, no. 1, pp.
240–244, 2019, doi: 10.2478/ejes-2018-0027.
[9] V. Devani and F. Wahyuni, “Pengendalian Kualitas Kertas Dengan Menggunakan Statistical Process Control di Paper Machine 3,” J. Ilm. Tek. Ind., vol. 15, no. 2, p. 87, 2017, doi: 10.23917/jiti.v15i2.1504.
[10] A. Sofjan, Manajemen Produksi dan Operasi. LPFE, Revisi. Jakarta: UI, 2004.
[11] O. Khayal, “Applications and robotics issn 2320-7345,” Int. J. Res. Comput. Appl. Robot., vol. 6, no.
October, pp. 1–11, 2019.
[12] B. Zohuri, Compact heat exchangers: Selection, application, design and evaluation, no. March. 2016.
doi: 10.1007/978-3-319-29835-1.
[13] I. Andespa, “Analisis Pengendalian Mutu Dengan Menggunakan Statistical Quality Control (Sqc) Pada Pt.Pratama Abadi Industri (Jx) Sukabumi,” E-Jurnal Ekon. dan Bisnis Univ. Udayana, vol. 2, p.
129, 2020, doi: 10.24843/eeb.2020.v09.i02.p02.
[14] L. Larisang, “Analisa Pengendalian Kualitas Assembly Internal Vessel Dengan Mengunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. VME Process,” J. Ind. Kreat., vol. 1, no. 01, p. 39, 2017, doi:
10.36352/jik.v1i01.48.
[15] R. P. Sari and D. Puspita, “Analisis Tingkat Kecacatan Produk Lever Assy Parking Brake Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC),” JIEMS (Journal Ind. Eng. Manag. Syst., vol. 11, no. 2, pp. 77–83, 2018, doi: 10.30813/jiems.v11i2.1184.
[16] A. J. Zulfikar, D. A. A. Ritonga, S. Pranoto, F. A. K. Nasution, Z. Arif, and J. Junaidi, “Analisis Kekuatan Mekanik Komposit Polimer Diperkuat Serbuk Kulit Kerang,” J. Rekayasa Mater.
Manufaktur dan Energi, vol. 6, no. 1, pp. 30–40, 2023.
[17] Gerish, Kate, and A. Lacey, The research process in nursing Oxford. West Sussex, UK: Wiley- Blackwell, 2010.
[18] D. Derlini and A. J. Zulfikar, “Penyelidikan Kegagalan pada Alat Pemisah Karet Alam Jenis LRH 410,”
IRA J. Tek. Mesin dan Apl., vol. 1, no. 3, pp. 51–61, 2022.
[19] M. J. Albers, “Quantitative data analysis-in the graduate curriculum,” J. Tech. Writ. Commun., vol.
47, no. 2, pp. 215–233, 2017, doi: 10.1177/0047281617692067.
[20] R. A. Purba, A. J. Zulfikar, and I. Iswandi, “Analisis Kekuatan Komposit Laminat Hybrid Jute E-Glass Berdasarkan Pola Kerusakan dengan Metode Split Tensile Test,” IRA J. Tek. Mesin dan Apl., vol. 1, no. 3, pp. 83–91, 2022.
[21] M. I. Tambusay, A. J. Zulfikar, and I. Iswandi, “Analisis Metode Split Tensile Test Komposit Laminat Hybrid Jute E-Glass Akibat Beban Tarik Beton Kolom Silinder,” IRA J. Tek. Mesin dan Apl., vol. 1, no. 2, pp. 45–54, 2022.
[22] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2013.
[23] A. J. Zulfikar, M. Y. R. Siahaan, A. Irwan, F. A. K. Nasution, and D. A. A. Ritonga, “Analisis Kekuatan Mekanik Pipa Air dari Bahan Komposit Serbuk Kulit Kerang,” J. Rekayasa Mater. Manufaktur dan Energi, vol. 5, no. 2, pp. 83–93, 2022.
[24] M. A. Rasyid, A. J. Zulfikar, and I. Iswandi, “Analisis Kekuatan Tarik Komposit Laminat Jute Berdasarkan Pola Kerusakan Kolom Silinder Metode Split Tensile Test Analysis,” IRA J. Tek. Mesin dan Apl., vol. 1, no. 2, pp. 27–34, 2022.
[25] S. Assauri, Manajemen Pemasaran, Pertama. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
[26] N. Hidayat, “Analisis metode split tensile test komposit laminat jute terhadap kekuatan tarik belah beton kolom silinder,” Universitas Medan Area, 2022.
[27] A. J. Zulfikar and I. Iswandi, “Analisis Kekuatan Tarik Belah Komposit Laminat Jute sebagai Penguat Beton Kolom Silinder Berdasarkan Metode Penyerapan Energi Bahan,” IRA J. Tek. Mesin dan Apl., vol. 1, no. 2, pp. 55–64, 2022.
[28] R. Ratnadi and E. Suprianto, “Pengendalian Kualitas Produksi Menggunakan Alat Bantu Statistik (Seven Tools) Dalam Upaya Menekan Tingkat Kerusakan Produk,” J. Indept, vol. 6, no. 2, p. 11, 2016.
[29] D. A. Siregar, A. J. Zulfikar, M. Y. R. Siahaan, and R. A. Siregar, “Analisis Kekuatan Tekan Selubung Komposit Laminat E-glass pada Beton Kolom Silinder dengan Metode Vacuum Bagging,” J.
Rekayasa Mater. Manufaktur dan Energi, vol. 5, no. 1, pp. 20–25, 2022.
[30] T. Pramiyati, J. Jayanta, and Y. Yulnelly, “Peran Data Primer Pada Pembentukan Skema Konseptual Yang Faktual (Studi Kasus: Skema Konseptual Basisdata Simbumil),” Simetris J. Tek. Mesin, Elektro dan Ilmu Komput., vol. 8, no. 2, p. 679, 2017, doi: 10.24176/simet.v8i2.1574.
[31] A. J. Zulfikar, M. Y. R. Siahaan, and R. B. Syahputra, “Analisis Signifikansi Roda Skateboard Berbahan Komposit Serbuk Batang Pisang Terhadap Perfoma Kecepatan Dengan Metode Anova,”
J. Rekayasa Mater. Manufaktur dan Energi, vol. 4, no. 2, pp. 83–90, 2021.
[32] M. I. Hasan, Pokok-pkok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia, 2002.
[33] Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2009.