• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of MORFOMETRIK DAN PARAMETER PERTUMBUHAN IKAN “NIKE” DI MUARA BONE DAN PAGUYAMAN GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of MORFOMETRIK DAN PARAMETER PERTUMBUHAN IKAN “NIKE” DI MUARA BONE DAN PAGUYAMAN GORONTALO"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MORFOMETRIKDANPARAMETERPERTUMBUHANIKAN“NIKE”

DIMUARABONEDANPAGUYAMANGORONTALO

MORPHOMETRICANDGROWTHPARAMETERSOF“NIKE”FISH INBONEANDPAGUYAMANESTUARIESGORONTALO

Abdul Hafidz Olii, Miftahul Khair Kadim, Nuralim Pasisingi*

Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Negeri Gorontalo, Jln Jenderal Sudirman No 6 Kecamatan Kota Tengah, Gorontalo, Indonesia

*Koresponden penulis: nuralim@ung.ac.id

Abstrak

Dua muara utama lokasi kemunculan ikan nike di Perairan Gorontalo adalah Muara Bone dan Muara Paguyaman yang secara administratif masing-masing terletak di Kota Gorontalo dan Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan karakter morfometrik serta menentukan sebaran frekuensi panjang, pola pertumbuhan, dan faktor kondisi ikan nike yang ditemukan di Muara Bone dan Muara Paguyaman. Total sampel secara random sebanyak 700 hingga 2275 ekor dikumpulkan dari perairan dengan menggunakan tagahu dalam dua musim penangkapan, yaitu Juli dan September 2021. Sampel diawetkan dengan menggunakan es batu dan segera dilakukan pengukuran panjang total, panjang standar, tinggi badan, lebar badan, diameter mata, diameter kepala, dan bobot tubuh. Hasil penelitian selama dua musim penangkapan menunjukkan bahwa ukuran morfometrik ikan nike di Muara Paguyaman relatif lebih besar dibandingkan dengan nike yang ditemukan di Muara Bone. Sebaran frekuensi panjang nike per hari kemunculan mengindikasikan schooling nike yang ditemukan pada setiap musim penangkapan tersusun dari populasi multi kohort. Pola pertumbuhan nike selama penelitian adalah alometrik positif dan alometrik negatif. Adapun kisaran nilai faktor kondisi rata-rata ikan nike di Muara Bone dan Paguyaman masing-masing adalah 0,970-1,044 dan 0,888-1,431.

Kata kunci: Alometrik, Amphidromous, Kohort, Larva ikan, Teluk Gorontalo, Teluk Tomini Abstract

The two main water areas in Gorontalo for the emergence of nike fish are Bone and Paguyaman Estuaries. Each ecosystem is administratively located separated in Gorontalo City and Boalemo Regency, Gorontalo Province.

The research aimed to compare the morphometric characters and to determine the distribution of length frequencies, growth patterns, and condition factors of the nike found in those estuaries. A total random sample of 700 to 2275 individuals were caught from the waters using tagahu during fishing seasons, July and September 2021. The samples were preserved using ice cubes and immediately measured for total length, standard length, body height, body width, eye diameter, head diameter, and body weight. The data showed that the morphometric size of the nike in the Paguyaman Estuary was relatively larger compared to those found in the Bone Estuary.

The length frequency distribution per day of nike appearance indicates that schooling from each season was composed of a multi-cohort population. Nike's growth pattern during the study was positive allometric and negative allometric. The range of condition factor values for the average nike fish in Muara Bone and Paguyaman were 0.97 – 1.044 and 0.888 – 1.431, respectively.

Keywords: Allometric, Amphidromous, Cohort, Fish Larva, Gorontalo Bay, Tomini Bay

PENDAHULUAN

“Nike” merupakan komoditas perikanan penting bagi masyarakat dan daerah Gorontalo.

Penelitian yang berkaitan dengan ikan nike di

Perairan Gorontalo intensif dilakukan sejak kurang dari sepuluh tahun terakhir [1][2][3][4][5][6][7][8][9][10][11]. Beragam kajian yang meliputi aspek taksonomi, biologi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya terkait

(2)

©2023 at http://jfmr.ub.ac.id 33

ikan nike sampai saat ini terus dilaksanakan secara kontinyu, berkaitan dan terintegrasi satu sama lain. Di beberapa perairan lain di Indonesia di luar wilayah Gorontalo, juga telah dilaporkan aspek taksonomi, biologi, dan ekologi ikan dengan karakter yang serupa dengan ikan nike seperti ikan penja di Sulawesi Barat [12][13][14]. Kajian ilmiah ini dilakukan rangka menyiapkan data yang lengkap dan komprehensif salah satunya adalah untuk menjaga kelestarian biodiversitas serta mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Di perairan dunia, ikan dengan behavior yang mirip dengan ikan nike juga banyak diteliti dan dilaporkan [15][16][17][18].

Berdasarkan kajian ilmiah sejauh ini, ikan nike di Gorontalo dilaporkan sebagai gerombolan ikan stadia larva dan/atau juvenil yang beruaya lintas salinitas dan mampu bermigrasi dari area laut menuju air tawar dan tumbuh dewasa di sungai/danau. Saat dewasa dan memijah di air tawar, sesaat setelah telur menetas, larva akan hanyut kembali terbawa arus sungai menuju ke arah muara dan laut.

Ikan dengan karakter ruaya seperti ini secara teori oleh [19][20] dikategorikan sebagai kelompok ikan amphidromous.

Nike umumnya ditangkap oleh nelayan di perairan Gorontalo dalam bentuk bergerombol atau schooling. Gerombolan nike terkonfirmasi terdiri dari lebih dari satu spesies. Melalui analisis genetik menggunakan marka gen CO1 bahwa ikan nike tersusun atas sembilan spesies yaitu Sicyopterus longifilis, S. cynocephalus, S.

pugnans, S. lagocephalus, S. parvei, Belobranchus segura, B. belobranchus, Bunaka gyrionides, dan Stiphodon semoni [21][22].

Dua muara sungai yang menjadi lokasi kemuculan utama ikan nike di Perairan Gorontalo adalah Muara Sungai Bone dan Muara Sungai Paguyaman yang terletak di dua area administratif berbeda wilayah Provinsi Gorontalo yang masing-masing yaitu Kota Gorontalo dan Kabupaten Boalemo. Penelitian ini mengkaji sampel ikan nike yang ditangkap oleh nelayan di dua ekosistem muara tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan karakter morfometrik serta menentukan sebaran frekuensi panjang, pola pertumbuhan, dan faktor kondisi ikan nike yang ditemukan di kedua ekosistem.

METODE

Waktu dan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel ikan nike berasal dari perairan muara Sungai Bone dan Sungai Paguyaman (Gambar 1) yang dikumpulkan secara acak masing-masing dalam dua musim penangkapan yaitu bulan Juli dan September 2021.

Gambar 1. Area Penangkapan Sampel Ikan Nike

Pengumpulan Sampel

Pengambilan sampel dibantu oleh nelayan lokal dengan menggunakan alat tangkap tagahu. Tagahu merupakan sebutan lokal alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Gorontalo untuk menangkap nike [23][24][25].

Secara random, sebanyak 2275 dan 700 ekor sampel ikan nike dikumpulkan dari masing- masing area muara Bone dan Paguyaman.

Sampel diberi label berdasarkan hari pengambilan, disimpan di dalam cool box, selanjutnya diawetkan dengan menggunakan es batu untuk menjaga kesegaran ikan.

Analisis Sampel (Heading)

Pengukuran morfometrik dan bobot tubuh sampel dilakukan segera sesaat setelah sampel diperoleh dari lapangan untuk menghindari terjadinya bias pengukuran akibat reduksi kandungan air dalam tubuh ikan karena lamanya durasi penyimpanan. Enam karakter morfometrik merujuk pada [26] yang meliputi panjang total (PT), panjang standar (PS), tinggi badan (TB), lebar badan (LB), diameter mata (DM), dan diameter kepala (DK) yang diukur menggunakan jangka sorong digital dengan ketelitian minimal 0.001 mm. Adapun bobot ikan ditimbang dengan menggunakan

(3)

timbangan digital dengan ketelitian minimal 0.01 gram.

Analisis Data Penentuan Kohort

Data panjang total sampel ikan hasil pengukuran dari masing-masing area muara didistribusikan dalam bentuk tabel melalui tahapan penentuan jumlah kelas (JK) sebagai berikut:

JK = 1 + 3.32 log (n); n = jumlah data.

Tahapan selanjutnya adalah penentuan interval kelas (C) panjang total tubuh sampel sebagai berikut:

C = nilai data terbesar −nilai data terkecil

JK

Selanjutnya setiap data ditabulasikan pada setiap selang kelas sebanyak jumlah kelas (JK).

Perangkat data dalam tabel divisualisasikan dalam bentuk histogram untuk keperluan pengamatan pola pergeseran modus.

Hubungan Panjang Bobot

Data panjang dan bobot sampel ikan hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan persamaaan hubungan panjang dan bobot sebagai berikut:

W = aLb (1)

Keterangan: W = bobot tubuh (gram), L = panjang total (mm); a = konstanta persamaan;

b = koefisien pertumbuhan

Persamaan (1) ditransformasi menggunakan logaritmik natural menjadi persamaan linear berikut:

ln W = ln a + b ln L (2)

Uji-t sebagai uji lanjut diaplikasikan terhadap nilai b pada persamaan (2). Menurut [27], jika b > 1 pola pertumbuhan ikan adalah alometrik positif, jika b = 1 pola pertumbuhan isometrik, dan jika b < 3 maka ikan memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif.

Faktor kondisi

Analisis pola pertumbuhan menjadi dasar perhitungan faktor kondisi relatif yang mengindikasikan kemontokan ikan mengikuti persamaan [28] sebagai berikut:

FK = W Ŵ

Keterangan: FK = faktor kondisi relatif; W = bobot ikan sampel (gram), Ŵ = bobot yang diharapkan (gram) yang dikalkulasi dengan menggunakan persamaan hubungan panjang dan bobot yang telah diperoleh pada persamaan (1).

FK > 1 mengindikasikan individu atau populasi dalam kondisi lebih baik; FK < 1 menunjukkan populasi atau individu ikan berada pada kondisi kurang baik [29].

HASILDANPEMBAHASAN

Data hasil kajian pada penelitian ini meliputi kisaran ukuran setiap karakter morfometrik tubuh ikan, frekuensi panjang total untuk keperluan analisis pergeseran modus dan kemunculan kohort baru, pola pertumbuhan dari hubungan panjang dan bobot, serta faktor kondisi sampel ikan nike yang diperoleh dari dua ekosistem muara sungai berbeda sebagai area kemunculan ikan nike di Perairan Gorontalo.

Morfometrik

Morfometrik ikan merupakan karakter fenotip yang menunjukkan dimensi bagian tubuh organisme yang dapat mengidikasikan kondisi umum pertumbuhan, kesehatan tubuh, dan lingkungan habitat hidup ikan. Karakter morfometrik ikan nike yang diperoleh dari dua ekosistem perairan muara pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Morfometrik ikan nike di Estuari Bone No. Karakteristik

Morfometrik

Kisaran (mm)

Rerata (mm) 1. Panjang Total (PT) 14.2-34.5 23.99 2. Panjang Standar (PS) 9.9 2.9 20.04 3. Tinggi Badan (TB) 0.4 6.8 3.14 4. Lebar Badan (LB) 0.11.5 1.48 5. Diameter Mata (DM) 0.11.9 0.91 6. Diameter Kepala (DK) 1.6 7.1 4.14

(4)

©2023 at http://jfmr.ub.ac.id 35

Tabel 2. Morfometrik ikan nike di Estuari Paguyaman No. Karakteristik

Morfometrik

Kisaran (mm)

Rerata (mm) 1. Panjang Total (PT) 14.9 52.1 29.20 2. Panjang Standar (PS) 18.8 39 25.22 3. Tinggi Badan (TB) 1.9 7.6 3.68 4. Lebar Badan (LB) 0.8 5.4 2.45 5. Diameter Mata (DM) 0.3 6.5 1.77 6. Diameter Kepala (DK) 1.3 9.1 5.03

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran tubuh rata-rata ikan nike yang ditemukan di Muara Paguyaman berukuran lebih besar (p-value <

0,05) dibanding ikan nike di Estuari Bone.

Hasil penelitian sebelumnya [26], morfometrik sampel ikan nike di perairan Muara Bone pada bulan Maret hingga Mei 2018 berkisar antara 16.87 – 24.25 mm untuk panjang total, dan 13.40 – 24.39 mm untuk panjang standar.

Variasi ukuran panjang ikan nike yang ditemukan pada penelitian ini diduga dipengaruhi oleh variasi umur larva saat ikan ditangkap.

Sebaran Frekuensi Panjang

Penentuan hari dan waktu pengambilan sampel disesuaikan dengan kemunculan alami ikan di perairan selama dua musim tangkap yaitu bulan Juli dan September yang masing- masing bertepatan dengan akhir bulan Dzulqaidah dan Muharram tahun 1442 Hijriyah. Distribusi ukuran panjang total ikan nike pada dua ekosistem muara perairan Muara Sungai Bone dan Muara Paguyaman berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan variasi yang cukup tinggi seperti yang disajikan masing-masing pada pada Gambar 2 dan Gambar 3.

(a)

(b)

(c)

(d)

0 6 56

37

2 0 0 0 0 0

0 10 20 30 40 50 60

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

1 19

37

1 2 1 0 0 0

0 10 20 30 40 50 60

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

3 11

23 4

15 2

20 3 4 0

10 20 30 40 50 60

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 0 2 76

58

3 3 4 4 0

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

(5)

(e)

Gambar 2. Sebaran frekuensi panjang ikan nike yang ditemukan di muara Sungai Bone selama lima hari kemunculan: (a) 1 Juli (b) 3 Juli (c) 5 Juli (d) 1 September dan (e) 2 September

Gambar 2 menunjukkan tidak adanya pergeseran modus pajang total ikan (24.1 – 26.2 mm) di Muara Sungai Bone pada musim penangkapan bulan Juli, namun dua kohort baru terdeteksi muncul pada hari ketiga (5 Juli) yang masing-masing berukuran rata-rata panjang 30.4 – 32.4 mm dan 34.61 – 36.61 mm.

Adapun pada musim penangkapan bulan September tidak terlihat munculnya modus baru, namun pertambahan ukuran panjang terjadi seiring dengan pertambahan umur hari kemunculan larva di perairan.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

0 5 36

74

23

6 1 3 2 0

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 10 20 30 40 50 60

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 10 20 30 40 50 60 70

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 10 20 30 40 50 60

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 10 20 30 40 50 60 70

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

(6)

©2023 at http://jfmr.ub.ac.id 37

(f)

(g)

(h)

(i)

Gambar 3. Sebaran frekuensi panjang ikan nike yang ditemukan di muara Sungai Paguyaman selama sembilan

hari kemunculan: (a) 4 Juli (b) 5 Juli (c) 6 Juli (d) 7 Juli (e) 8 Juli (f) 9 Juli (g) 10 Juli (h) 6 September dan (i) 7 September 2021

Distribusi panjang total ikan nike di Muara Sungai Paguyaman pada musim penangkapan bulan Juli yang teramati pada Gambar 3 adalah adanya satu modus selama 4 hari kemunculan dengan nilai panjang total rata-rata yaitu 25.48 – 27.26 mm dan 23.6 – 25.38 mm. Selanjutnya pada hari ke-5 dan ke-6 tampak kemunculan modus baru dengan ukuran panjang yang lebih kecil yaitu 1.96 – 19.74 mm. Selanjutnya pada hari ke-7 terlihat nilai modus berbeda yang muncul dengan ukuran rata-rata yang lebih panjang yaitu 25.48 – 27.26 mm. Adapun data musim tangkapan bulan September menunjukkan dua nilai modus selama dua hari kemunculan yang masing-masing berada pada selang ukuran pajang rata-rata 23.60 – 25.38 mm dan 17.96 – 19.74 mm. Dua nilai modus yang jauh berbeda dengan selang waktu kemunculan satu hari ini mengindikasikan terjadinya rekruitmen baru dalam populasi dan pada periode tersebut.

Pola sebaran frekuensi panjang per hari kemunculan pada masing-masing kisaran ukuran panjang dengan adanya pergerakan modus sebagaimana disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3 secara umum melahirkan hipotesis bahwa ikan nike yang muncul di Muara Bone maupun di Muara Paguyaman pada setiap musim penangkapan tersusun dari populasi yang terdiri dari lebih dari satu kohort.

Pola Pertumbuhan

Koefisien determinasi menunjukkan proporsi varian total variabel yang dijelaskan oleh persamaan dan mencerminkan kebaikan kecocokan model. Hubungan panjang total dan bobot sampel ikan nike dalam bentuk W=aLb pada penelitian ini menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang sangat rendah sebagaimana disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5, sehingga pola pertumbuhan allometrik positif dan allometrik negatif data tersebut menjadi tidak bermakna. Meskipun demikian, hasil analisis aspek ini dapat memberikan tiga informasi. Pertama, data ukuran panjang dan bobot ikan nike dalam riset ini memiliki ukuran yang hampir sama. Kedua, schooling nike yang tertangkap setiap hari

0 10 20 30 40 50 60 70

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 10 20 30 40 50 60 70

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 10 20 30 40 50 60 70

Frekuensi individu)

Panjang total (mm)

(7)

mungkin saja tersusun atas banyak spesies sehingga tidak dapat menghasilkan pola pertumbuhan yang seragam. Ketiga, hubungan antara panjang dan bobot ikan nike atau larva ikan amphidromus dapat saja diprediksi dengan model persamaan lain. Meskipun demikan, dugaan ini perlu ditelaah dan dikaji lebih lanjut dengan menggunakan pendekatan kehati-hatian.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

Gambar 4. Pola pertumbuhan ikan nike yang ditemukan di muara Sungai Bone selama lima hari kemunculan: (a) 1 Juli (b) 3 Juli (c) 5 Juli (d) 1 September dan (e) 2 September

(a) W = 0,00000005L4.708

R² = 0.27 alometrik positif

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

26 27 28 29

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0.0002L2.029 R² = 0.43 alometrik positif

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0.0234L0.6072 R² = 0.18 alometrik negatif

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

0 20 40 60

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0,00004L2.652 R² = 0.47 alometrik positif

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0.0022L1.4417 R² = 0.25 alomterik negatif

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

0 10 20 30 40 50

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0.000003L3,4247 R² = 0,59 alometrik positif

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

(8)

©2023 at http://jfmr.ub.ac.id 39

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

Gambar 5. Pola pertumbuhan ikan nike yang ditemukan di muara Sungai Paguyaman selama sembilan hari kemunculan: (a) 4 Juli (b) 5 Juli (c) 6 Juli (d) 7 Juli (e) 8 W = 0,0365L0,3792

R² = 0.03 alometrik negatif

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0,0022L1,3263 R² = 0,11 alometrik negatif

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0.00003L2,5803 R² = 0,08 alometrik positif

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0,0207L0,3328 R² = 0,01 alometrik negatif

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0,0002L1,9306 R² = 0,21 alometrik negatif

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0.0000005L3,8307 R² = 0,40 alometrik positif

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0,0007L2,0292 R² = 0,16 alomterik positif

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

W = 0,0116L0,1689 R² = 0,002 alometrik negatif

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,1

0 10 20 30 40

Bobot tubuh (gram)

Panjang total (mm)

(9)

Juli (f) 9 Juli (g) 10 Juli (h) 6 September dan (i) 7 September

Faktor Kondisi

Gambar 6 dan Gambar 7 menunjukkan faktor kondisi relatif populasi ikan nike yang ditangkap selama periode kemunculan alaminya dari dua musim penangkapan.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

Gambar 6. Faktor kondisi ikan nike yang ditemukan di muara Sungai Bone selama lima hari kemunculan: (a) 1 Juli (b) 3 Juli (c) 5 Juli (d) 1 September dan (e) 2 September

Nilai faktor kondisi ikan nike yang ditangkap dari perairan Muara Bone berkisar antara 0.843 –1.516. Pada musim penangkapan bulan Juli, ikan nike memiliki nilai faktor kondisi relatif 0.970 – 1.044, sedangkan pada musim penangkapan bulan September, faktor kondisi relatif adalah 1.036 – 1.040. Tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara faktor kondisi ikan yang ditemukan di muara Bone pada dua musim penangkapan yang berbeda tersebut.

0 0,5 1 1,5 2

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2

Frekuensi (individu)

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

(10)

©2023 at http://jfmr.ub.ac.id 41

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

Gambar 7. Faktor kondisi ikan nike yang ditemukan di muara Sungai Paguyaman selama sembilan hari kemunculan: (a) 4 Juli (b) 5 Juli (c) 6 Juli (d) 7 Juli (e) 8 Juli (f) 9 Juli (g) 10 Juli (h) 6 September dan (i) 7 September

0 0,5 1 1,5 2

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2 2,5

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2 2,5

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

0 0,5 1 1,5 2 2,5

14.2-15.98 16.08-17.86 17.96-19.74 19.84-21.62 21.72-23.5 23.6-25.38 25.48-27.26 27.36-29.14 29.24-31.02 31.12-32.9 33-34.78

Faktor kondisi

Panjang total (mm)

(11)

Nilai faktor kondisi ikan nike yang berasal dari perairan Muara Paguyaman berkisar antara 0.360 – 2.161 dimana kisaran ini ditemukan pada sampel yang diperoleh pada musim penangkapan bulan September.

Sedangkan secara rata-rata nilai faktor kondisi berkisar antara 0.888 – 1.103. Adapun pada musim penangkapan bulan Juli ikan nike memiliki kisaran rata-rata faktor kondisi relatif sebesar 0.980 – 1.431. Terdapat perbedaan yang cukup terlihat antara faktor kondisi ikan yang ditemukan di muara Paguyaman pada dua musim penangkapan yang berbeda. Pada bulan September, ditemukan nilai faktor kondisi lebih dari 2 yang terdapat pada selang kelas panjang 21.72 – 23.50 mm. Hal ini makin menguatkan hipotesis bahwa schooling ikan nike yang ditemukan dalam satu musim penangkapan tersusun atas populasi multi kohort.

Faktor kondisi merupakan indikasi terjadinya peningkatan aktivitas reproduksi oleh karenanya puncak kurva faktor kondisi diprediksi merupakan puncak musim pemijahan [30]. Namun pada penelitian ini, nike merupakan ikan stadia larva dan juvenil sehingga aktivitas reproduksi tidak dapat dipertimbangkan sebagai penyebab munculnya variasi nilai faktor kondisi nike.

Secara umum, nilai rata-rata faktor kondisi ikan nike yang ditemukan di muara Bone (0.970 ≤ FK ≤ 1.044) dan di muara Paguyaman (0.888 ≤ FK ≤ 1.431) cukup variatif meskipun menunjukkan kisaran yang tidak terlampau berbeda. Faktor kondisi merupakan instrumen yang efektif yang dapat menggambarkan perubahan kondisi ikan sepanjang tahun [31].

Faktor kondisi juga penting untuk melihat hubungan panjang dan bobot, kelimpahan makanan, dan kondisi lingkungan [29].

Kondisi perairan ekosistem muara, pola ruaya amphidromous, serta kemampuan melawan arus dan perubahan gradual salinitas selama proses migrasi, menjadi faktor penentu kondisi tubuh, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup nike di alam.

KESIMPULAN

Morfometrik ikan nike di Muara Paguyaman berukuran relatif lebih besar dibandingkan dengan nike yang ditemukan di Muara Bone. Sebaran frekuensi panjang dan

pergeseran modus ukuran panjang total per hari kemunculan mengindikasikan schooling nike yang ditemukan pada setiap musim penangkapan tersusun dari populasi multi kohort. Pola pertumbuhan nike selama penelitian adalah alometrik positif dan alometrik negatif. Adapun kisaran nilai faktor kondisi rata-rata ikan nike di Muara Bone dan Paguyaman masing-masing adalah 0.970 – 1.044 dan 0.888 – 1.431.

UCAPANTERIMAKASIH

Publikasi ini didanai oleh Kemdikbudristek melalui skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi Penelitian Fundamental yang tercantum dalam Kontrak Penelitian Nomor 137/E5/PG.02.00.PL/2023. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ahmad Musyali, S.Pi., Yeyan Rasyid S.Pi., Musdalifah Mahua, S.Pi., dan Fachry Husein Noor, S.Pi., yang telah berkonstribusi secara teknis dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTARPUSTAKA

[1] A. Salam, F. M. Sahami, and C.

Panigoro, “Nike (Awaous melanocephalus) Fishery and Mercury Contamination in the Estuary of BoneBolango River,” Omni-Akuatika, vol. 12, no. 2, Nov. 2016, doi:

10.20884/1.OA.2016.12.2.121.

[2] N. Pasisingi and S. Abdullah, “Pola kemunculan ikan nike (Gobiidae) di Perairan Teluk Gorontalo, Indonesia,”

DEPIK J. Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikan., vol. 7, no. 2, pp. 111–118, 2018, doi: 10.13170/depik.7.2.11442.

[3] A. H. Olii, F. M. Sahami, S. N.

Hamzah, and N. Pasisingi, “Molecular approach to identify gobioid fishes,

‘nike’ and ‘hundala’ (Local name), from gorontalo waters, Indonesia,”

Online J. Biol. Sci., vol. 19, no. 1, pp.

51–56, 2019, doi:

10.3844/ojbsci.2019.51.56.

[4] F. M. Sahami et al., “Morphometric and genetic variations of species composers of nike fish assemblages in gorontalo bay waters, Indonesia,” Biodiversitas, vol. 21, no. 10, pp. 4571–4581, Oct.

2020, doi: 10.13057/biodiv/d211015.

(12)

©2023 at http://jfmr.ub.ac.id 43

[5] A. H. Olii, F. M. Sahami, S. N.

Hamzah, and N. Pasisingi,

“Preliminary findings on distribution pattern of larvae of nike fish (Awaous sp.) in the estuary of Bone River, Gorontalo Province, Indonesia,” AACL Bioflux, vol. 10, no. 5, pp. 1110–1118, 2017.

[6] F. M. Sahami et al., “Morphometric and genetic variations of species composers of nike fish assemblages in gorontalo bay waters, Indonesia,” Biodiversitas, vol. 21, no. 10, pp. 4571–4581, Oct.

2020, doi: 10.13057/biodiv/d211015.

[7] N. Pasisingi, S. A. Habibie, and A. H.

Olii, “Are awaous ocellaris and belobranchus belobranchus the two species of nike fish schools ?,” Aceh J.

Anim. Sci., vol. 5, no. 2, pp. 87–91, Jun.

2020, doi: 10.13170/ajas.5.2.16557.

[8] A. H. Olii and N. Pasisingi, “Diel catch of marine life stage of ‘nike’ in Gorontalo waters: daily growth and morphometric body ratios,” AACL Bioflux, vol. 15, no. 4, pp. 1938–1947, 2022.

[9] A. H. Olii and N. Pasisingi, “Bone Estuary of Tomini Bay as habitat of

‘Nike’ fish: sedimentation rate and

physical-chemical water

characteristics,” AACL Bioflux, vol. 15, no. 6, pp. 3083–3092, 2022.

[10] N. Pasisingi, A. H. Olii, and S. A.

Habibie, “Morphology and growth pattern of Nike fish (amphidromous goby larvae) in Gorontalo Waters, Indonesia,” Tomini J. Aquat. Sci., vol.

1, no. 1, pp. 1–7, 2020, Accessed: Mar.

19, 2021. [Online]. Available:

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/tjas/

[11] F. M. Sahami and S. A. Habibie,

“Exploration of adult phase of nike fish to maintain its sustainability in gorontalo bay waters, Indonesia,”

AACL Bioflux, vol. 13, no. 5, pp. 2859–

2867, 2020.

[12] Nurjirana, A. I. Burhanuddin, and A.

Haris, “Diversity of penja fish (amphidromous goby) in Leppangan River, West Sulawesi, Indonesia,”

AACL Bioflux, vol. 12, no. 1, pp. 246–

249, 2019.

[13] A. Gani et al., “Diversity studies of

freshwater goby species from three rivers ecosystem in Luwuk Banggai, Central Sulawesi, Indonesia,” IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci., vol. 718, no. 1, 2021, doi: 10.1088/1755- 1315/718/1/012087.

[14] C. Muthiadin et al., “View of Penja fish (Genus: Sicyopterus) from Karama River, West Sulawesi, Indonesia:

Growth Pattern and Habitat Characteristics,” Biodiversitas, vol. 21, no. 10, pp. 4959–4966, 2020, Accessed:

Mar. 19, 2021. [Online]. Available:

https://smujo.id/biodiv/article/view/65 61/4314

[15] P. Keith et al., “A new species of Schismatogobius (Teleostei: Gobiidae) from Sulawesi (Indonesia),” Cybium, vol. 45, no. 1, pp. 53–58, 2021, doi:

10.26028/10.26028/cybium/2021-451- 006.

[16] A. Marie, J. M. Asis, A. B. Agmata, B.

Joel, R. Culasing, and M. D. Santos,

“First report of Awaous ocellaris in goby fry or ‘ipon’ fishery in Northern Luzon, Philippines,” vol. 6, no. 2, pp.

198–203, 2013.

[17] M. Iida, K. Kido, K. Shirai, M. Iida, K.

Kido, and K. Shirai, “Migratory pattern and larval duration of an amphidromous goby (Rhinogobius nagoyae) at Sado Island, in northern Japan,” Mar.

Freshw. Res., vol. 72, no. 8, pp. 1243–

1249, Mar. 2021, doi:

10.1071/MF20094.

[18] M. Iida, K. Kido, and K. Shirai,

“Migratory pattern and larval duration of an amphidromous goby (Rhinogobius nagoyae) at Sado Island, in northern Japan,” Mar. Freshw. Res., 2021, doi: 10.1071/MF20094.

[19] R. McDowall, Diadromy in fishes:

migrations between freshwater and marine environments. London: Croom Helm, 1988.

[20] R. M. McDowall, “Is there such a thing as amphidromy?,” Micronesica, vol.

30., no. 3, p. 14, 1997.

[21] F. M. Sahami, R. C. Kepel, A. H. Olii, and S. B. Pratasik, “What species make up the Nike fish assemblages at the macrotidal estuary in Gorontalo Bay, Indonesia?,” F1000Research, vol. 8,

(13)

no. 1654, p. 1654, Sep. 2019, doi:

10.12688/f1000research.19501.1.

[22] F. M. Sahami et al., “Morphometric and genetic variations of species composers of nike fish assemblages in gorontalo bay waters, Indonesia,” Biodiversitas, vol. 21, no. 10, pp. 4571–4581, 2020, doi: 10.13057/biodiv/d211015.

[23] Z. C. Fachrussyah and A. S. R. Baruadi,

“Pengaruh Aspek Teknis dan Operasional Penangkapan Ikan Nike Menggunakan Tagahu di Kota Gorontalo,” J. Sumberd. Akuatik Indopasifik, vol. 6, no. 1, pp. 67–74, 2022.

[24] Z. Fachrussyah, “Konstruksi Dan Teknik Pengoperasian Tagahu Pada Penangkapan Ikan Nike (Awaous melanocephalus),” J. Sumberd. Akuatik Indopasifik, vol. 3, no. 1, pp. 21–30, 2019.

[25] N. Pasisingi and A. Hafidz Olii,

“Nelayan dan Penangkapan Ikan ‘Nike’

di Perairan Teluk Gorontalo, Teluk Tomini (Indonesia),” J. Sumberd.

Akuatik Indopasifik, vol. 7, no. 3, pp.

239–252, 2023, doi: 10.46252/jsai- fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.267.

[26] N. Pasisingi, V. R. A. Katili, H. Mardin, and P. S. Ibrahim, “Variation in morphometric characteristics of nike fish (Amphidromous goby larva) in

leato waters, gorontalo bay, Indonesia,”

AACL Bioflux, vol. 14, no. 1, pp. 28–36, 2021.

[27] M. F. De Guzman and G. R. Rosario,

“Length-weight relationships of marine fishes caught by danish seine in Lingayen gulf,” Int. J. Fish. Aquat.

Stud., vol. 8, no. 6, pp. 16–18, 2020, doi: 10.22271/fish.2020.v8.i6a.2353.

[28] C. Le Cren, “Length-weight relationship andseasonal cycle in gonad weight and condition inthe perch (Perca fluviatilis),” J. Anim. Ecol., vol. 20, no.

2, p. 201 219, 1951.

[29] A. Chadijah, S. Sulistiono, G. Haryani, R. Affandi, and A. Mashar, “Distribusi Ukuran, Pola Pertumbuhan, dan Faktor Kondisi Ikan Endemik Opudi (Telmatherina prognatha) di Danau Matano, Sulawesi Selatan,” J. Ilmu Pertan. Indones., vol. 24, no. 4, pp.

295–303, 2019.

[30] S. Nasution, “Growth and condition factor of rainbow selebensis (Telmatherina celebensis Boulenger) in Lake Towuti South Celebes,” Indones.

Fish. Res. J., vol. 13, no. 2, pp. 117–

123, 2017.

[31] M. Rahardjo, D. Sjafei, R. Affandi, Sulistiono, and J. Hutabarat, Iktiologi.

Bandung: Lubuk Agung, 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi terkait hubungan panjang bobot, laju pertumbuhan, kisaran ukuran panjang ikan kembung lelaki yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan karakter morfometrik dan meristik, hubungan panjang bobot pada dua varian ikan ekor pedang di danau buyan untuk mengetahui perbedaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi terkait hubungan panjang bobot, laju pertumbuhan, kisaran ukuran panjang ikan kembung lelaki yang

Pada karakter truss morfometrik tiga generasi ikan tengadak menunjukkan kesamaan karakter di bagian kepala, yaitu ujung mulut-ujung operculum bawah (A1), di bagian tengah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi terkait hubungan panjang bobot, laju pertumbuhan, kisaran ukuran panjang ikan kembung lelaki yang

Pola sebaran data proporsi morfometrik seiring dengan pertambahan panjang total (PT) ikan sepat mutiara dari rawa banjiran Sungai Tapung memiliki 5 kelompok

Hasil pengukuran morfometrik yang dilakukan menujukkan bahwa ikan julung- julung yang tertangkap di perairan Pidie memiliki 4 karakter dengan nilai tertinggi yaitu panjang dasar

Pengukuran karakter morfometrik ikan layangDecapterus russelli No Pengukuran bagian tubuh ikan Keterangan 1 Panjang total PT Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala depan