• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of BIAS KOGNITIF TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI GEN Z

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of BIAS KOGNITIF TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI GEN Z"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Manajemen dan Bisnis

(PERFORMA)

Jurnal Manajemen dan Bisnis (PERFORMA) Nationally Accredited: No. 28/E/KPT/2019 https://journals.unisba.ac.id/index.php/performa

ISSN : 1829-8680, E-ISSN : 2599-0039

BIAS KOGNITIF TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI GEN Z

Putri Fariska1, Herdy Rahmat Maulana Martin2, Ajeng Luthfiyatul Farida3, Mochamad Malik Akbar Rohandi4

1,2,3

Telkom University, Jawa Barat 40261

4Universitas Islam Bandung, Jawa Barat 40116

INFO ARTIKEL ABSTRACT

Sejarah Artikel:

Diterima, 19/12/2023 Diperbaiki, 29/12/2023 Disetujui, 05/01/2024 Tersedia daring, 29/01/2024

Investment is one of the most trending activities for the last few years. In Covid-19 pandemic, the population of investors in Indonesia was extremely growing and dominated by Generation Z which they look up to irresponsible content creators on social media. The total loss of people investing, especially on illegal investment, has exceeded more than Rp1 T over the last five years. This indicates that investment decision is influenced by social dynamic. In this research, the researcher would like to investigate the influence of herding behavior, overconfidence bias, and regret-aversion bias on investment decision made by Gen Z investors in West Java. The research approaches to quantitative research by distributing the questionnaire to 400 respondents. Data analysis methods used in this research is Multiple Linear Regression Analysis. The research results that herding behavior, overconfidence, and regret-aversion bias influence investment decision of Generation Z in West Java, whether partially and simultaneously.

Keywords:

Herding Behavior; Overconfidence Bias; Rregret-Aversion Bias; Investment Decision

ABSTRAK

Kata Kunci:

Perilaku Herding; Bias Overconfidence; Rregret-Aversion Bias; Keputusan Investasi

Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sedang tren dalam beberapa tahun terakhir. Di masa pandemi Covid-19, populasi investor di Indonesia semakin bertambah dan didominasi oleh Generasi Z yang menjadikan para pembuat konten yang tidak bertanggung jawab di media sosial. Total kerugian masyarakat yang berinvestasi, terutama pada investasi ilegal, telah melampaui lebih dari Rp1 T selama lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan investasi dipengaruhi oleh dinamika sosial. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh perilaku herding, bias overconfident, dan Rregret-Aversion Bias terhadap keputusan investasi yang diambil oleh investor Gen Z di Jawa Barat.

Pendekatan penelitiannya adalah penelitian kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 400 responden. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku herding, overconfident, dan bias penyesalan-aversion berpengaruh terhadap keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat, baik secara parsial maupun simultan.

DOI:

https://doi.org/10.29313/performa.v20i2.3270

© 2023 JMB. All rights reserved

[email protected]4

(2)

Putri Fariska, Herdy Rahmat Maulana Martin, Ajeng Luthfiyatul Farida & Mochamad Malik Akbar Rohandi Bias Kognitif Terhadap Keputusan Investasi Gen Z

PENDAHULUAN

Investasi adalah salah satu topik paling trending selama bertahun-tahun. Investasi pada dasarnya adalah membelanjakan uang pada suatu komoditas yang harapannya akan tumbuh di masa depan (Royda &

Riana, 2022). Investasi bisa menjadi sumber passive income. Masyarakat dapat duduk di rumah dan menganalisis komoditas atau aset mana yang tampaknya akan menguntungkan dan kemudian mereka memutuskan untuk menginvestasikan aset tersebut. Jika analisanya benar maka keuntungan akan datang kepada Anda. Bahkan banyak orang yang menganggap investasi adalah sumber utama menghasilkan uang.

Mereka tidak perlu bekerja selama 40 jam per minggu yang mana keuntungan dari investasi pasti dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta menabung untuk tabungan hari tua. Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang memamerkan aset yang dimilikinya di media sosial dan menyatakan hal tersebut berkat keuntungan investasi. Sebelum pandemi Covid-19, pertumbuhan jumlah penduduk tidak begitu signifikan. Namun setelah pandemi, terjadi pertumbuhan yang sangat besar.

Pandemi menjadi pemicu masyarakat memiliki dana cadangan sejak terjadi PHK (Kompas, 2022).

Hal ini juga menjadikan masyarakat tidak lagi konsumtif (CNBC Indonesia, 2022). Menurut Claudia Kolonas selaku Co-Founder Pluang menyebutkan bahwa pertumbuhan populasi investor di Indonesia disebabkan oleh akses internet dan digitalisasi untuk mempelajari lebih dalam tentang investasi (Agung, 2022) serta pengaruh media sosial. Oleh karena itu, masyarakat dapat memilih satu atau beberapa dari sekian banyak instrumen investasi yang mereka sukai (CNBC Indonesia, 2022).

Selain itu, ia menyatakan bahwa terdapat peningkatan dalam literasi keuangan masyarakat Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Menurut Pandu Sjahrir selaku Komisaris BEI menyampaikan bahwa ada empat alasan mengapa Gen Z mendominasi transaksi investasi di Indonesia (CNN Indonesia, 2021), seperti: (1) Pola pikir Gen Z berubah menjadi investasi, bukan konsumtif, (2) Ada banyak fintech dan marketplace yang bermunculan untuk menjual produk investasi, (3) Pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi yang dikuasai oleh Gen Z, dan (4) Banyaknya perusahaan start-up di Indonesia yang diinvestasikan oleh investor global yang kemudian akan listing di BEI dimana terdapat lebih banyak pilihan saham komoditas yang dapat dipilih.

Selain itu menurut Bhisma Yudhistira selaku ekonom (dream.co.id, 2021) memaparkan bahwa investasi diwujudkan dalam percakapan sehari-hari. Saat Gen Z berkumpul, mereka tidak bergosip. Mereka akan mempertanyakan keuntungan investasinya. Hal ini menyebabkan Gen Z wajib mengikuti topik terkini yang fenomena ini disebut dengan Fear of Missing Out atau yang dikenal dengan FOMO (Kompas, 2022).

Gen Z merasa takut ketinggalan update sehingga mereka tidak dapat membagikan hal tersebut di media sosial yang penting bagi mereka. Jika mereka tidak mengikuti hype, mereka akan dianggap sebagai orang tahun lalu. Oleh karena itu, hal tersebut membuat Gen Z banyak berinvestasi tanpa mempertimbangkan banyak hal, seperti risiko, situasi ekonomi, analisa, dan lain-lain. Selain itu, membuat banyak pihak membawa Gen Z berinvestasi pada investasi ilegal.

Meski literasi keuangan di Indonesia semakin baik, namun Gen Z rupanya perlu meningkatkannya.

Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumsel Hary Mulyono menyatakan dominasi penipuan investasi oleh Generasi Y beralih ke Generasi Z (tempo.co, 2022). Anggota Dewan Komisioner OJK, Friderica Widyasari Dewi menambahkan, para broker investasi ilegal tersebut mengincar mahasiswa (Kompas.com, 2022).

Karena Gen Z berpikiran instan, mereka menawarkan pilihan investasi yang bisa menghasilkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Gen Z menjadi sangat tertarik dan bersedia menginvestasikan banyak uang serta menunjukkan ketidaksabaran mereka. Tapi, mereka tidak punya uang karena belum bekerja. Kemudian mereka mengajukan pinjaman online yang merugikan karena pinjaman online memberikan bunga yang tinggi dan denda yang tidak terbatas.

Konsekuensinya adalah mereka meminta generasi Z untuk memiliki akses penuh terhadap data ponsel pintar mereka yang dapat berujung pada kejahatan dunia maya. Ketua SWI Tongam L. Tobing menyebutkan kerugian masyarakat yang berinvestasi pada investasi ilegal atau abal-abal secara mengejutkan mencapai Rp109 T pada tahun 2022 (CNN Indonesia, 2022). Lebih lanjut ia melaporkan, total kerugian mereka selama lima tahun terakhir adalah sebesar Rp123,5 T. Hal ini menunjukkan semakin maraknya praktik investasi bodong. Untuk mengurangi tingkat investasi ilegal, OJK telah membekukan 18 broker investasi ilegal berbeda per 5 Oktober 2022, yang terdiri dari (1) Lima broker yang melakukan money game, (2) Empat broker yang melakukan penawaran investasi tanpa izin, (3) Tiga broker melakukan aktivitas perdagangan kripto tanpa izin resmi, (4) Dua broker memiliki robot trading tanpa izin, (5) Satu

(3)

Jurnal Manajemen dan Bisnis (PERFORMA) Vol. 20, No.02, September 2023: 213–222

broker memiliki security crowdfunding tanpa izin resmi, dan (6) Tiga broker memiliki masalah ilegal lainnya.

Gen Z merupakan generasi termuda yang mampu mulai berinvestasi saat ini. Mereka mempunyai kontribusi yang besar dalam investasi di Indonesia dan hal ini baik untuk mendorong kondisi perekonomian negara. Namun mereka enggan karena belum sepenuhnya dewasa serta belum memiliki emosi dan psikologi yang stabil. Hal ini dapat menyebabkan investasi yang salah secara hukum. Hal ini juga dapat menyebabkan keputusan investasi yang buruk atau keputusan investasi yang tidak rasional. Berdasarkan fenomena di atas penelitian ini bertujuan untuk menguji bias model kognitif pada keputusan investasi generasi z di Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Banyak investor yang menggunakan analisis kognitif atau emosi untuk mengambil keputusan investasi. Sejak pandemi Covid-19, pertumbuhan investasi meningkat pesat. Orang-orang melihat pembuat konten atau influencer yang tetap hidup karena perdagangan atau investasi. Mereka mengikuti influencer tersebut dan orang lain dalam jumlah besar juga mulai mengikuti sehingga mereka merasa takut tidak mengikuti tren. Kondisi ini disebut dengan FOMO. FOMO dalam trading adalah perasaan takut menjadi kaya dalam waktu singkat (tanamduit, 2022). Mereka tidak mau melewatkan kesempatan itu. Ditemukan bahwa orang-orang yang berinvestasi karena FOMO tidak memiliki strategi dan analisis investasi yang kuat sebelum mengambil keputusan berinvestasi setelah mendengarkan rekomendasi dari teman, berita, atau influencer. FOMO memang mengarah pada perilaku herding yaitu pengambilan keputusan yang diambil oleh mayoritas (Ritika dan Kishor, 2022). Hal ini dibuktikan oleh Gupta dan Shrivastava (2022) bahwa FOMO yang didukung oleh perilaku herding mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan investor ritel. Perilaku herding memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap keputusan investor ritel sebesar 0,015 Effect Size.

Selain itu, perilaku herding serta rekomendasi media dan advokat juga mempengaruhi keputusan investasi. Di sisi lain, investor merasa yakin dengan keputusan investasinya, meskipun mengarah ke overconfident. Terlalu percaya diri adalah salah satu bias yang paling banyak dimiliki investor (halofina, 2021). Mereka merasa mampu mengatasi pasar modal yang bergejolak. Keputusan mereka memang berdampak pada harga komoditas. Saking percayanya, mereka menginvestasikan seluruh uangnya (okefinance, 2021). Bahkan mereka meminjamkan uang untuk menambah modal investasinya. Sebaliknya, banyak investasi mereka yang gagal. Selain itu, karena pengaruh FOMO, banyak investor yang tidak memiliki rencana investasi, terutama saat memegang komoditas (Ajaib, 2021). Mereka tidak tahu berapa lama keputusan investasi mereka.

Banyak kejadian yang terjadi ketika mereka melakukan cut loss karena harga komoditas yang mereka pegang selama seminggu saja mengalami penurunan. Dalam dua minggu ke depan, harga komoditas mereka sudah melampaui modal investasi mereka. Mereka merasa menyesal akan hal itu. Lalu, mereka tidak tahu batas ambil untung dan potong rugi. Sungguh fenomenal jika banyak investor yang menahan komoditas yang undervalued dan kemudian harganya terus turun. Mereka pun menyayangkan ketika mengambil untung, harga komoditas minggu depan melonjak tinggi. Fenomena tersebut menimbulkan bias psikologis yang disebut dengan penyesalan-aversion bias, yaitu perasaan menyakitkan ketika mereka tidak mengambil keputusan yang baik (Ritika dan Kishor, 2022). Diketahui bahwa bias penyesalan-aversion merupakan bias kedua dari lima bias yang mempengaruhi pengambilan keputusan investasi sebesar 23,16% (Antony dan Joseph, 2017).

Setelah menganalisis komoditas, langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan pada komoditas mana yang ingin diinvestasikan. Analisis rasional yang telah dilakukan investor sebelumnya merupakan kunci utama yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan investasi. Namun menurut Ritika dan Kishor (2022), investor menyimpang dari sikap rasional. Mereka menilainya berdasarkan keyakinan pribadi, kehadiran, atau peristiwa masa lalu. Ketika mereka terjebak, mereka akan mengambil keputusan secara tidak rasional, tidak konsisten, dan tidak kompeten (Ritika & Kishor, 2022). Hal ini mengacu pada behavioral finance, dengan fokus pada bias psikologis yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi (Ritika & Kishor, 2022).

Menurut Ritika dan Kishor (2022), bias psikologis seperti perilaku menggiring, bias terlalu percaya diri, dan bias penyesalan-keengganan, berdampak pada pengambilan keputusan investasi. Mereka menilai

(4)

investor tidak mengambil keputusan investasi yang rasional sepenuhnya. Mereka lebih suka mengambil keputusan berdasarkan keyakinan sebelumnya, pengalaman masa lalu, tren pasar, dan rekomendasi dari orang lain. Mereka mengaku terombang-ambing oleh emosi dalam mengambil keputusan berinvestasi.

Selain itu menurut Jain dkk. (2022), keuangan perilaku, termasuk perilaku menggiring, bias terlalu percaya diri, dan bias penyesalan-keengganan, termasuk dalam lima bias psikologis teratas yang paling mempengaruhi keputusan investasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku keuangan merupakan fenomena multidimensi yang dapat mempengaruhi keputusan investor secara signifikan. Selain itu, pada penelitian lain menunjukkan bahwa bias tersebut juga mempengaruhi keputusan investasi (Zahera & Bansal, 2018). Generasi Z lahir pada periode 1995-2010 (Wijoyo et al., 2020). Lalu, Generasi Z Jabar masuk dalam Top 10 Generasi Z se- Indonesia (DataIndonesia.id, 2022). Terlebih lagi, Jawa Barat merupakan salah satu pusat perekonomian dan perdagangan di Indonesia yang mana kecanggihan teknologi menjadi salah satu yang paling hebat di sana. Oleh karena itu, Jawa Barat dapat diasumsikan memiliki investor Generasi Z tertinggi di Indonesia.

Lebih lanjut, penelitian ini menyelidiki secara mendalam pengaruh perilaku herding, overconfident, dan keputusan investasi bias penyesalan-aversion pada Gen Z di Jawa Barat, baik secara parsial maupun simultan. Artikel harus asli dari laporan penelitian, berkaitan dengan sosial dan pembangunan, dan belum pernah diterbitkan atau diajukan untuk dipublikasikan di tempat lain.

Herding behavior memberikan dampak signifikan terhadap keputusan investasi investor (Jain et al., 2020). Begitupula penelitian yang dilakukan oleh Katper et al. (2019) menyatakan bahwa herding behavior mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap keputusan investasi investor individu di Pakistan Stock Exchange (PSE). Sehingga hipotesis yang pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Herding behavior berpengaruh secara signifikan kepada pengambilan keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi & Krisnawati (2020), menemukan bahwa literasi keuangan, risk tolerance, dan overconfidence berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi masyarakat usia produktif di Kota Bandung, baik secara parsial maupun secara simultan. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhaemin (2022) meneliti bahwa overconfidence berpengaruh positif terhadap keputusan investasi pada masyarakat usia produktif Kota Bogor, untuk itu hipotesis selanjutnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Overconfidence berpengaruh secara signifikan kepada pengambilan keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat

Investor yang memiliki bias Regret-aversion memikirkan dua hal dalam mengambil keputusan investasi: mengambil risiko atau tidak. Mereka merasa takut untuk memutuskan salah satu dari mereka karena mereka membayangkan kemungkinan terburuk dalam memutuskan masing-masing dari mereka (Zahera & Bansal, 2018). Pada penelitian yang dilakukan oleh Ritika dan Kishor (2022) menemukan bahwa Regret-aversion bias mempengaruhi keputusan investasi. Hal inilah yang mendasari hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini.

H3: Regret-aversion berpengaruh secara signifikan kepada pengambilan keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat

Jain et al. (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa herding behavior, loss-aversion bias, overconfidence bias, regret-aversion bias, mental accounting bias, availability bias, anchoring bias, and representativeness bias secara berturut-turut mempengaruhi keputusan investasi yang dilakukan oleh investor ekuitas individu di Punjab, India. Sehingga hipotesis selanjutnya adalah sebagai berikut:

H4: Herding behavior, overconfidence bias, dan regret-aversion bias secara bersama-sama berpengaruh signifikan kepada pengambilan keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat

METODOLOGI

Paramita dkk. (2021) menjelaskan populasi sebagai gabungan peristiwa, benda, atau orang yang mempunyai ciri-ciri yang diperhatikan oleh seorang peneliti yang kemudian menjadi objek penelitiannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Generasi Z Jawa Barat yang lahir pada periode 1995-

(5)

2010 yang telah berinvestasi pada satu atau beberapa instrumen investasi. Menurut Hatmawan (2020), sampel adalah bagian yang menggambarkan secara umum suatu populasi. Sampel mempunyai persamaan dengan populasi dalam hal karakteristik. Dapat dikatakan sampel merupakan perwakilan dari populasi.

Penelitian tersebut membutuhkan setidaknya 400 sampel. Penelitian ini akan menggunakan non-probability sampling dimana Paramita et al. (2021) menjelaskannya sebagai metode pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.

Jenis sampelnya akan bersifat purposive, yaitu anggota populasi harus memenuhi kriteria untuk menjadi sampel (Paramita et al., 2021). Kriteria sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Responden harus merupakan Generasi Z yang lahir pada periode 1995-2010, (2) Responden harus pernah berinvestasi atau pernah berinvestasi pada satu atau beberapa perusahaan. instrumen investasi, dan (3) Responden berdomisili di kota atau kabupaten di Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan skala Likert yang mempunyai lima indikator dengan skor minimal ―1‖ (sangat tidak setuju) hingga ―5 ‖ sebagai skor maksimal (sangat setuju) (Sugiyono, 2018). Pada penelitian ini metode pengumpulan datanya adalah dengan menggunakan kuisioner karena data yang dibutuhkan adalah data primer. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data dengan mensurvei beberapa pertanyaan kepada responden (Hatmawan, 2020).

Kuesioner akan berbentuk digital dengan menggunakan Google Forms.

Penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda yang prinsipnya sama dengan Analisis Regresi Linier Sederhana. Bedanya, Analisis Regresi Linier Sederhana menguji satu variabel independen sedangkan Analisis Regresi Linier Berganda menguji banyak variabel independen. Hatmawan (2020: 140-141) merumuskan model MLR sebagai:

HASIL

Karakteristik dan profil responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Profil Responden

Karakteristik Persentase (%)

Jenis Kelamin

Pria 47.75

Wanita 52.25

Tahun Lahir

1995-1997 30.00

1998-2000 36.00

2001-2003 25.75

2004-2006 8.25

2007-2010 0.00

Pekerjaan Pelajar 21.00

Wiraswasta 8.00

Guru/Dosen 6.00

Karyawan 42.00

Pegawai Negeri Sipil 13.75

Doktoer/Perawat/Bidan 2.25

Polisi/Tentara/Aparat Negara 0.50

Konsultan 2.50

Pekerja Lepas 3.00

Lainnya 1.00

Domisili Kota Bandung, Kabupaten Bandung, 14.75

(6)

Jurnal Manajemen dan Bisnis (PERFORMA) Vol. 20, No.02, September 2023: 212–221

Karakteristik Persentase (%)

dan Bandung Barat

Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok

15.50 Kota Sukabumi, Kabupaten

Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur

10.25 Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan

Kabupaten Karawang

18.25 Kota Cimahi, Kabupaten

Purwakarta, dan Kabupaten Subang

9.75 Kabupaten Sumedang, Kabupaten

Garut, Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Tasikmalaya

16.00

Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Cirebon

Kabupaten, dan Kota Cirebon

8.50

Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran

7.00

Instrumen Investasi

Saham 40.50

Kripto 16.75

NFT 9.25

Forex 4.75

Deposito 41.25

Reksadana 33.25

Emas 29.50

Properti 12.00

Peer-to-Peer Lending 3.50

Obligasi 5.25

Lainnya 0.25

Pengalaman Investasi

<1 Tahun 10.50

1-2 Tahun 29.00

2-3 Tahun 39.75

3-4 Tahun 17.75

4-5 Tahun 1.75

>5 Tahun 1.25

Berdasarkan Tabel 1, respon didominasi oleh perempuan sebesar 52,25% atau sebanyak 209 orang. Hal ini menunjukkan populasi investor ritel Gen Z sedikit didominasi oleh perempuan. Kemudian, 36,00% atau 144 tanggapan berasal dari kelompok kelahiran tahun 1998-2000. Mereka tergolong freshgraduate atau pekerja dengan pengalaman kurang. Hal ini masuk akal karena tergambar hanya 22,00% atau 88 orang responden yang masih berstatus pelajar atau belum diketahui pekerjaannya. Yang pasti 42,00% atau 168 responden didominasi oleh karyawan. Pernyataan tersebut semakin berani karena KSEI melaporkan bahwa 32,62% populasi investor di Indonesia didominasi oleh pegawai (pegawai swasta, PNS, guru).

Selain itu, 14% atau 56 responden dominan berdomisili di Kota Bekasi. Hal ini masuk akal karena banyaknya transaksi investasi berkaitan dengan kondisi perekonomian daerah. Bapak Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561.7/kep.776-kesra/2022 Tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2023 menyatakan bahwa Kota Bekasi termasuk dalam tiga besar wilayah Jawa Barat

(7)

dengan upah minimum tertinggi se-Jawa Barat sebesar Rp5.158.248,20 (JDIH, 2022). Selanjutnya pada Gambar 4.5, dominan 165 responden berinvestasi pada deposito. Dapat dikatakan bahwa generasi Z di Jawa Barat lebih memilih berinvestasi pada investasi yang berisiko rendah seperti deposito. Selain itu, Gambar 4.6 menggambarkan 39,75% atau 159 responden mulai berinvestasi sejak 2-3 tahun lalu. Artinya, masyarakat mulai berinvestasi sejak pandemi Covid- 19.

Regresi Linier Berganda

Analisis regresi penelitian ini merumuskan model:

Keterangan:

Y = Keputusan Investasi X1 = Herding Behaviour X2 = Overconfidence Bias X3 = Regret-Aversion Bias

Tabel 2. Hasil t-Test Variabel Unstandardized

B

Coefficients Std. Error

Standardized Coefficients

Beta

t Sig.

Konstanta 2.866 0.706 4.087 0.0001

Herding Behaviour

0.289 0.040 0.377 7.322 0.0001

Overconfidence Bias

0.162 0.031 0.285 5.211 0.0001

Regret-Aversion Bias 0.140 0.031 0.245 4.525 0.0001

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilakukan uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai t-stat Herding Behaviour sebesar 7,322. Karena nilai t-stat herding behavior > nilai t-tabel sebesar 1,962, berarti herding behavior berpengaruh secara parsial terhadap keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat. Semakin banyak keputusan investasi maka semakin tinggi perilaku herdingnya.

Nilai t-stat bias overconfident sebesar 5,211. Karena nilai t-stat overconfident bias > nilai t-tabel sebesar 1,962, maka overconfident bias berpengaruh secara parsial terhadap keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat. Selain itu, semakin banyak keputusan investasi, semakin tinggi bias overconfident. Nilai t-stat bias Regret-Aversion adalah 4,525. Karena nilai t-stat Regret-Aversion bias > t-tabel sebesar 1,962, berarti Regret- Aversion bias berpengaruh secara parsial terhadap keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat. Selain itu, semakin banyak keputusan investasi yang diambil, semakin besar pula bias Regret-Aversion.

Tabel 3. Hasil F-Test

Variable Sum of Square df Mean

Square

F Sig.

Regression 911.665 3 303.888 362.202 0.001

Residual 332.245 396 0.839

Total 1243.910 399

Seperti terlihat pada tabel 3 di atas, F-stat penelitian adalah 362,202. Karena F-stat > F-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa herding behavior, overconfident bias, dan Regret-Aversion bias secara simultan berpengaruh terhadap keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat. Hal ini juga berarti bahwa semakin banyak keputusan investasi maka semakin tinggi pula pengaruh perilaku herding, bias overconfident, dan bias Regret-Aversion.

Tabel 4. Hasil Koefisien Determinasi

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of The Estimate

0.856 0.733 0.731 0.916

Berdasarkan Adjusted R-Square pada tabel 4 diperoleh nilai koefisien determinasi model sebesar 73,1%.

(8)

Jurnal Manajemen dan Bisnis (PERFORMA) Vol. 20, No.02, September 2023: 212–221

Artinya variabel-variabel independen tersebut (herding behavior, overconfident bias, dan menyesal- aversion bias) mampu memberikan pengaruh sebesar 73,1% terhadap keputusan investasi sebagai variabel dependen. Selebihnya, sebesar 26,9%, keputusan investasi dipengaruhi oleh faktor lain yang kebetulan tidak diteliti dalam penelitian.

KESIMPULANDANREKOMENDASI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku herding yaitu perilaku herding, overconfident, dan bias penyesalan-aversion, baik secara parsial maupun simultan, berpengaruh terhadap keputusan investasi Generasi Z di Jawa Barat. Dengan adanya penelitian ini, Pemerintah Indonesia melalui pihak berwenang diharapkan dapat memberikan pendidikan dan pelatihan investasi yang baik. Otoritas Jasa Keuangan Jawa Barat bisa lebih intensif memperkenalkan landasan pengetahuan investasi secara umum dan membujuk legalitas investasi di Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat bisa lebih intensif memberikan pelatihan kepada anggota galeri investasinya dalam mengendalikan kondisi psikologis khususnya di wilayah barat Jawa Barat (Bandung, Bogor, Bekasi, Sukabumi, dll). BEI Jawa Barat juga dapat berkontribusi dalam menyaring galeri investasi dan komunitas investasi yang halal serta menjalin kerjasama dengan mereka menuju investasi yang sebenarnya, baik dari segi investasi yang legal, pengelolaan uang, dan pola pikir psikologis.

Lebih lanjut melalui penelitian ini diharapkan generasi Z di Jawa Barat, khususnya wilayah barat (Bandung, Bogor, Bekasi, Sukabumi, dll), dapat merujuk pada tindakan-tindakan di bawah ini, seperti.

Tidak masalah mencari rekomendasi dari teman, keluarga, kolega, atau berita mengenai update terkini aset investasi atau instrumen investasi apa pun sebelum mengambil keputusan investasi. Namun, Generasi Z harus membuat analisis sendiri untuk mengonfirmasi rekomendasi tersebut. Dengan selalu mengikuti rekomendasi tanpa melakukan analisa sendiri, cepat atau lambat Gen Z tidak akan mendapat untung karena tidak ada jaminan bahwa rekomendasi tersebut tidak selalu benar. Selain itu, diperingatkan untuk berinvestasi berdasarkan anggaran investasi pribadi apakah rekomendasi yang Anda ikuti dan konfirmasi Anda sesuai, karena masih ada risiko dalam berinvestasi. Berbahaya jika berinvestasi habis-habisan.

Meski sangat percaya diri dengan analisis dan waktu mereka untuk menginvestasikan atau mengeluarkan uang, Gen Z harus tetap berhati-hati, terutama pada instrumen investasi, seperti saham dan mata uang kripto. Ada kemungkinan bahwa analisis Anda akan sangat berbeda ketika Gen Z ingin menginvestasikan uang mereka atau mengeluarkan uang mereka saat pembaruan baru dari aset yang ditargetkan muncul secara publik. Generasi Z harus membuat analisis investasi sendiri sambil terus memantau aset investasi yang sedang diinvestasikan. Jika aset mereka saat ini mengalami penurunan nilai dan mereka memperkirakan hal tersebut akan terjadi berdasarkan analisis investasi sebelumnya, mereka dapat menahannya. Jika aset mereka saat ini mengalami penurunan nilai yang tidak diharapkan, mereka harus mengevaluasinya untuk mengambil keputusan baru, apakah mereka akan menjualnya atau menahannya.

REFERENSI

Adil, M., Singh, Y., & Ansari, M. S. (2022). How financial literacy moderate the association between behaviour biases and investment decision? Asian Journal of Accounting Research, 7(1), 17–30.

https://doi.org/10.1108/AJAR-09-2020-0086

Agung (2022). 75 Persen Generasi Muda Mulai Berinvestasi. Retrieved from Universitas Gadjah Mada:

https://ugm.ac.id/id/berita/23303-75-persen-generasi-muda-mulai-berinvestasi

Antony, A., & Joseph, A. I. (2017). Influence of Behavioural Factors Affecting Investment Decision—An AHP Analysis. Metamorphosis: A Journal of Management Research, 16(2), 107–114.

https://doi.org/10.1177/0972622517738833

CNBC Indonesia (2022). Market Focus: IHSG Jeblok, Investor Panic Selling. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220613150905-19-346640/market-focus-ihsg- jeblok-investor-panic-selling

CNN Indonesia (2022). Rugi Masyarakat Akibat Investasi Bodong Melesat jadi Rp109 T di 2022.

Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/

(9)

Dewi, N., P., P., K. & Krisnawati, A. (2020). Pengaruh Financial Literacy, Risk Tolerance Dan Overconfidence Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Pada Usia Produktif Di Kota Bandung.

Jurnal Mitra Manajemen, 4(2), 236–250.

Fransiska, M., Sumani, Willy, & Pangestu, S. (2018). Herding Behavior in Indonesian Investors.

International Research Journal of Business Studies, 11(2), 129-143. https://doi.org/10.21632/irjbs Gupta, S., & Shrivastava, M. (2022). Herding and loss aversion in stock markets: mediating role of fear of

missing out (FOMO) in retail investors. International Journal of Emerging Markets, 17(7), 1720–

1737. https://doi.org/10.1108/IJOEM-08-2020-0933

Halofina (2021). Yuk Kenali Perilaku Bias yang Sering Dimiliki Investor! Retrieved from halofina:

https://blog.halofina.id/yuk-kenali-perilaku-bias-yang-sering-dimiliki-investor/

Hatmawan, A., A. (2020). Metode Riset Penelitian Kuantitatif Penelitian di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen. Jakarta: Deepublish

Hayes, A. (2023). What is Overconfidence Bias? Can It Harm Your Investment Returns? Retrieved from Investopedia: https://www.investopedia.com/overconfidence-bias-7485796

JDIH (2022). Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 561.7/Kep.776-Kesra/2022 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2023. Retrieved from JDIH:

https://jdih.jabarprov.go.id/page/info/

Jain, J., Walia, N., & Gupta, S. (2020). Evaluation of behavioral biases affecting investment decision making of individual equity investors by fuzzy analytic hierarchy process. Review of Behavioral Finance, 12(3), 297–314. https://doi.org/10.1108/RBF-03-2019-0044

Jain, J., Walia, N., Kaur, M., & Singh, S. (2022). Behavioural biases affecting investors’ decision-making process: a scale development approach. Management Research Review, 45(8), 1079–1098.

https://doi.org/10.1108/MRR-02-2021-0139

Katper, N. K., Azam, M., Karim, N. A., & Zia, S. Z. (2019). Behavioral biases and investors’ decision- making: The moderating role of socio-demographic variables. International Journal of Financial Engineering, 06(03), 1950020. https://doi.org/10.1142/s2424786319500208

Kompas.com (2022). Bareskrim Ungkap Total Aset Rp 64 Miliar Doni Salmanan Didapat dalam Waktu 1

Tahun. Retrieved from Kompas.com:

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/16/10111651/bareskrim-ungkap-total-aset-rp-64-miliar- doni-salmanan-didapat-dalam-waktu-

1#:~:text=Bareskrim%20Ungkap%20Total%20Aset%20Rp,Didapat%20dalam%20Waktu%201%20T ahun

Kompas.com (2023). Geliat Gen Z Berinvestasi. Retrieved from Kompas.com:

https://jeo.kompas.com/geliat-gen-z-

berinvestasi#:~:text=BEI%20Jabar%20mencatat%2C%20pada%20Maret,18%2D25%20tahun%20me ncapai%2 0347.728. [18] KSEI (2022). Didominasi Milenial dan Gen Z, Jumlah Investor Saham

Tembus 4 Juta. Retrieved from KSEI:

https://www.ksei.co.id/files/uploads/press_releases/press_file/id-

id/208_berita_pers_didominasi_milenial_dan_gen_z_jumlah_investor_saham_tembus_4_juta_202207 2518220 3.pdf

Muhaemin, A. (2022). Pengaruh Financial Literacy, Herding, dan Overconfidence terhadap Keputusan Investasi Masyarakat Usia Produktif di Kota Bogor. Retrieved from Open Library Telkom University:

https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/home/catalog/id/182900/slug/pengaruh-financial-literacy- herding-dan-overconfidence-terhadap-keputusan-investasi-masyarakat-usia-produktif-di-kota- bogor.html

PINA (2022). Hati-hati Bahaya Investasi Hanya Karena FOMO. Retrieved from PINA:

https://pina.id/classroom/detail/hati-hati-bahaya-investasi-hanya-karena-fomo

Paramita, R., W., D., Rizal, N., & Sulistyan, R. Z. (2021) Metode Penelitian Kuantitatif Edisi 3. Lumajang:

Widya Gama Press

Pompian, M., M. (2021). Behavioral Finance and Your Portfolio: A Navigation Guide for Building Wealth.

Wiley

(10)

Jurnal Manajemen dan Bisnis (PERFORMA) Vol. 20, No.02, September 2023: 212–221

Rahmadhani, A., N. & Firli, A. (2020). The Effect of Financial Literacy on Investment Decisions (A Study on Millennial Generation in Five Big Cities in Indonesia). International Journal of Economics, Commerce and Management, 8(2), 595-603.

Ritika, & Kishor, N. (2022). Development and validation of behavioral biases scale: a SEM approach.

Review of Behavioral Finance, 14(2), 237–259. https://doi.org/10.1108/RBF-05-2020-0087

Rizal, N. A., & Damayanti, M. K. (2019). Herding Behavior in The Indonesian Islamic Stock Market.

Journal of Islamic Monetary Economics and Finance, 5(3), 673–690.

https://doi.org/10.21098/jimf.v5i3.1079

Royda & Riana, D. (2022) Investasi dan Pasar Modal. Pekalongan: NEM

Salim, D. W., Iradianty, A., Kristanti, F. T., & Candraningtias, W. (2022). Smart Beta Portfolio Investment Strategy during the COVID-19 Pandemic in Indonesia. Investment Management and Financial Innovations, 19(3), 302-311. https://doi.org/10.21511/imfi.19(3).2022.25

Sugiyono (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung City: Penerbit Alfabeta

Wendy, W. (2021). EFEK INTERAKSI LITERASI KEUANGAN DALAM KEPUTUSAN INVESTASI:

PENGUJIAN BIAS-BIAS PSIKOLOGI. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 10(1), 36.

https://doi.org/10.26418/jebik.v10i1.43403

Widi, S. (2022). Ada 68,66 Juta Generasi Z di Indonesia, Ini Sebarannya. Retrieved from

DataIndonesia.id: https://dataindonesia.id/ragam/detail/ada-6866-juta-generasi-z-di-indonesia-ini- sebarannya

Wikanto, A. (2022). OJK Bekukan 18 Investasi Bodong Oktober 2022, Nasabah Dihimbau Tarik Dana.

Retrieved from kontan.co.id: https://investasi.kontan.co.id/news/ojk-bekukan-18-investasi-bodong- oktober-2022-nasabah-dihimbau-tarik-dana

Zahera, S. A., & Bansal, R. (2018). Do investors exhibit behavioral biases in investment decision making?

A systematic review. In Qualitative Research in Financial Markets (Vol. 10, Issue 2, pp. 210–251).

Emerald Group Publishing Ltd. https://doi.org/10.1108/QRFM-04-2017-002

Referensi

Dokumen terkait

1) keputusan investasi yang diproksikan dengan PER (Price Earning Ratio) dalam penelitian ini berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. 2) keputusan pendanaan

Fitriarianti, (2018) menemukan bahwa Perilaku keuagnan (Financial behavior) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi, semakin baik sikap atau

Hasil yang serupa dapat diketahui pada penelitian Hasnawati (2005) yang menemukan bukti empiris bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar

Berdasarkan hasil pengujian melalui analisis regresi, menyimpulkan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, artinya semakin

Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat overconfidence investor berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi, sehingga partisipan yang

Hasil penelitian ini adalah keputusan investasi yang diukur dengan book value of asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price

Hasil penelitian ini menunjukkan hasil bahwa keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan studi pada perusahaan manufaktur sektor pertanian

Sosiodemografi berpengaruh signifikan terhadap keputusan Investasi Individu pegawai Kejaksaan Tinggi Jambi, Hasil penelitian ini didukung oleh teori perspektif perilaku keuangan dalam